• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN TEKNIS DI LAPANGAN

Dalam dokumen ANALISIS PEMETIKAN TEH (Halaman 25-52)

Pembibitan

Pembibitan di kebun Kemuning terletak di dekat mess karyawan dan masih dalam areal afdeling B. Pembibitan di kebun Kemuning ini dilihat dari lokasinya sudah memenuhi syarat pembibitan yang baik karena dekat dengan sumber air sehingga kebutuhan bibit akan air dan unsur hara lainnya dapat terpenuhi. Perbanyakan yang digunakan di kebun Kemuning melalui stek yang bahan tanamnya adalah entres diambil dari beberapa blok yang ada. Klon yang digunakan sebagai entres adalah TRI 2025.

Pembuatan bangunan pembibitan di kebun Kemuning sudah cukup baik karena pembibitan dekat dengan sumber air, drainase tanah baik. Bangunannya terbuat dari anyaman bambu dengan tinggi 2 m dan jarang antar tiang 3 m x 3 m. Sungkup dibuat dengan panjang 8 – 10 m, lebar 80 – 100 cm dan tinggi 60 – 100 cm yang dapat menampung 1 500- 2 500 polybag. Stek ditanam dalam polybag berukuran 20 cm x 7 cm. Antara bedengan dibuat parit dengan lebar 20 cm.

Untuk penanaman stek diperlukan persiapan tanah, polybag, bahan stek (entres), pupuk dan pestisida. Tanah untuk polybag merupakan campuran top soil dan sub soil dengan perbandingan 1 : 2. Top soil terlebih dahulu dicampur dengan pupuk urea, TSP, dan MOP dengan dosis masing- masing 300, 150, dan 150 g/m³, sedangkan untuk sub soil di campur dengan Dithane M 45 200 g/m³.

Polybag yang telah ditanami stek diletakkan di atas bedengan, kemudian ditutup dengan sungkup selama 3 – 4 bulan. Sungkup dapat dibuka saat dilakukan pemeliharaan seperti pengendalian hama dan penyakit tanaman, penyiapan penyulaman. Pada tahap pertama, yaitu pada umur 3 bulan pertama dilakukan penyiangan rumput, lumut dan penyulaman. Pada tahap kedua umur 3 bulan kedua sungkup dibuka 3 jam selama 2 minggu berturut – turut. Pada tahap tersebut dilakukan penambahan urea dengan konsentrasi 25 g/l dengan interval 2 minggu dan pemberian pupuk Bayfolan dengan konsentrasi 0.2 %. Pada tahap ketiga, umur 3 bulan ketiga sungkup dibuka seterusnya.

Penyakit yang sering menyerang pembibitan adalah blister blight. Pengendalian penyakit tersebut dilakukan dengan melakukan penyemprotan

larutan Dithane M-45 dengan dosis 10 g/100 polybag dengan gembor kapasitas 5 – 10 l. Sedangkan intensitas serangan hama di pembibitan masih sedikit.

Norma prestasi kerja untuk pembibitan 300 polybag/HK. Penulis melakukan kegiatan pemeliharaan, dan pemotongan selama 2 hari dengan jam kerja 5 jam/hari dengan prestasi kerja 150 polybag/HK. Prestasi kerja karyawan untuk penanaman rata-rata 224 polybag/HK. Areal pembibitan dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Areal Pembibitan

Pengendalian Gulma

Jenis gulma yang tumbuh di kebun Kemuning antara lain: Impatiens

platypetala (pacar banyu), Boreria alata (ketoprakan), Ageratum conyzoides

(babadotan), Synedrella nodiflora (cekakluk), Clidemia hirta, Comellina difusa (tali said), Panicum repens (lempuyangan) dan Setaria plicata (cowean).

Pengendalian gulma di kebun Kemuning dijadwalkan dua kali secara manual dan dua kali secara kimia dalam setahun. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya masih disesuaikan dengan kondisi di lapangan dengan mempertimbangkan ketinggian gulma dan kerapatan gulma.

Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan tiga cara yaitu babad, jambulan dan dongkel anak kayu (DAK). Pembabadan dilakukan terhadap gulma yang resisten terhadap herbisida dan gulma yang tidak diinginkan berada di bawah perdu teh dengan menggunakan parang atau gaet.

Jambulan dilakukan dengan membuang gulma yang tumbuh hingga ke

atas bidang petik. Gulma hasil jambulan kemudian diletakkan di atas perdu dengan tujuan agar gulma kering dan mati. Setelah dua hari, jambulan di atas perdu teh akan kering dan harus diturunkan ke tanah untuk menghindari terhambatnya pertumbuhan pucuk. Gulma yang cara pengendaliannya dengan

jambulan adalah Commelina difusa dan Panicum repens. Pekerjaan jambulan

bukan hanya tugas dari pengendalian gulma, akan tetapi tenaga pemetik juga harus ikut berpartisipasi dengan cara mencabut gulma tersebut pada saat pemetikan.

Dongkel anak kayu (DAK) dilakukan dengan mendongkel gulma berkayu sampai akar-akarnya sehingga kemungkinan untuk tumbuh kembali sangat kecil. DAK dilakukan bilamana gulma tersebut telah disemprot dengan herbisida tetapi tidak mati. Contoh gulma yang dikendalikan dengan cara DAK adalah Setaria

plicata dan Melastoma malabatricum.

Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan penyemprotan Biosat dengan dosis 2 l/ha, volume semprot 400 l/ha. Akan tetapi, akhir-akhir ini kebun Kemuning memakai herbisida Gerosin yang bersifat sistemik dengan bahan aktif

isopropilamine glyphosate. Dosis Gerosin yang digunakan 1.5 l/ha dengan

aplikasi herbisida adalah knapsack sprayer tipe mulut katak (nozzle hitam) yang mempunyai kapasitas 15 l dengan lebar semprot 100 – 120 cm.

Aplikasi herbisida dilakukan dari lokasi yang jauh dari sumber air menuju lokasi yang dekat dengan sumber air. Dalam aplikasinya, knapsack diarahkan ke bawah perdu teh. Aplikasi herbisida tersebut dilakukan pada saat cuaca cerah, apabila turun hujan aplikasi segera dihentikan. Apabila pada saat turun hujan terpaksa harus dilakukan, maka pada larutan herbisida ditambahkan Agristik (perekat) dengan konsentrasi 5 ml/air. Tiga hari setelah penyemprotan, gulma akan tampak layu dan satu minggu setelah penyemprotan gulma akan mati.

Jadwal pelaksanaan pengendalian gulma secara manual dan kimia ditetapkan oleh mandor rawat untuk masing-masing blok. Selain itu mandor juga harus memperhatikan selang waktu antara pengendalian gulma secara manual dan kimia untuk efisiensi tenaga kerja dan bahan-bahan yang digunakan. Setiap pelaksanaan pengendalian gulma selalu diawasi oleh mandor rawat.

Pengendalian secara kimia pada tiap afdeling dikerjakan oleh 3 orang KHL, yang diawasi oleh satu orang mandor. Norma prestasi kerja pengendalian gulma secara kimia adalah 0.67 ha/HK, sedangkan untuk pengendalian gulma secara manual 0.2 ha/HK. Penulis melakukan pengendalian gulma secara kimia selama 6 hari dengan prestasi kerja rata-rata 0.25 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan 0.6 ha/HK. Kegiatan Pengendalian Gulma secara kimia di kebun Kemuning dapat dilihat pada Gambar 3.

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Jenis hama yang sering menyerang tanaman teh di kebun Kemuning adalah Empoasca sp, ulat penggulung pucuk (Cydia leucastome), ulat penggulung daun (Homona coffearia), tungau jingga (Brevipalpus phoenicis), penggerek batang dan kutu hitam. Empoasca sp merupakan hama yang paling sering menyerang tanaman teh di kebun Kemuning dibandingkan dengan jenis hama lainnya. Empoasca, sp umumnya menyerang daun muda dengan cara menghisap cairan pada daun dan mengeluarkan sejenis toksin. Gejala serangan pada tingkat sedang ditandai dengan daun bagian pinggir keriting, sedangkan pada tingkat serangan berat daun berwarna kuning kusam, pinggir daun keriting dan daun mengalami kematian. Pengendalian Empoasa sp dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida sistemik Confidor 200 SL yang berbahan aktif Imidal

Lipid dengan dosis 0.15 – 0.25 kg/ha dan volume semprot 250 l/ha.

Serangan ulat penggulung daun dan ulat penggulung pucuk terjadi sepanjang tahun, tetapi intensitas serangan yang tinggi hanya terjadi ketika peralihan musim kemarau dan musim penghujan, atau sebaliknya. Ulat penggulung daun menyerang pucuk daun teh yang mengakibatkan daun tergulung dan pertumbuhan tunas terhambat. Hama tersebut merusak teh muda maupun teh tua dengan cara menggulung daun. Ulat penggulung pucuk hampir sama dengan ulat penggulung daun yaitu menyerang pucuk daun teh sehingga pucuknya tergulung. Pengendalian kedua jenis hama tersebut dilakukan dengan cara manual dan kimia. Cara manual dilakukan dengan memetik daun yang terserang bersamaan pemetikan. Pengendalian dengan cara kimia dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis 2.5 EC yang berbahan aktif delta metrin dengan dosis 0.2 l/ha atau 8 ml/sprayer). Cara manual lebih efektif dibandingkan dengan cara kimia.

Tungau jingga menyerang daun tua pada permukaan bagian bawah dan bagian petiolusnya. Gejala serangan awal ditandai dengan adanya bercak kecil pada bagian pangkal daun, kemudian menyerang tulang daun yang menyebabkan daun berwarna merah, kering dan rontok. Serangan yang berat dari hama tersebut terjadi pada musim kemarau. Pengendalian hama tersebut dilakukan dengan cara

penyemprotan akarisida Omite 570 EC yang berbahan aktif propargit dengan konsentrasi 2 ml/l. Serangan tungau jingga ini jarang sekali terjadi.

Hama penggerek batang menyerang pada kondisi kelembaban rendah. Serangan hama tersebut menyebabkan daun berubah menjadi berwarna kuning, layu dan pada serangan berat daun akan rontok. Pengendalian hama tersebuat dilakukan dengan cara manual, yaitu mencari lubang sumber ulat penggerek dan membongkarnya.

Penyakit yang menyerang tanaman teh di kebun Kemuning adalah cacar daun teh (blister blight) dan cendawan akar. Blister blight lebih dominan menyerang tanaman teh dibandingkan penyakit lainnya.

Blister blight menyerang tanaman teh di kebun Kemuning sejak tahun

2002 dan merupakan penyakit utama di kebun tersebut. Penyakit blister blight disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans Massee. Penyakit tersebut biasanya menyerang tanaman teh pada daerah kebun yang lebih tinggi dan lembab, terjadi pada musim hujan karena iklimnya sesuai untuk berkembang biak dan kondisi intensitas cahaya yang rendah. Penyakit cacar daun biasanya menyerang daun daun dan tangkai sehinga akan mempengaruhi produksi secara kualitas dan kuantitas. Pada serangan awal timbul bercak tembus pandang kemudian diikuti timbulnya benjolan berwarna putih pada permukaan bawah daun. Dalam beberapa hari bercak mengering dan daun menjadi berlubang pada berkas bercak. Pengendalian penyakit daun cacar teh dilakukan dengan cara kimia yaitu penyemprotan fungisida Cobox yang berbahan aktif tembaga oksiklorida 50 % Cu dengan dosis 1 – 2 kg/ha. Pengendalian penyakit cacar daun teh ini menggunakan

knapsack dengan tipe mulut katak dengan jenis nozzel hitam.

Penyakit cendawan akar jarang menyerang tanaman teh di Kebun Kemuning. Penyakit tersebut ditandai dengan timbulnya cendawan berwarna putih pada akar. Pengendalian cendawan akar dilakukan dengan cara manual, yaitu isolasi.

Untuk mengetahui tingkat serangan dan tindakan pengendalian serta keefisienan biaya untuk pengendalian (penggunaan herbisida), dilakukan Early

Warning System (EWS). EWS dilakukan dengan mengambil contoh sebanyak 3

sampel. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sistematis (zig – zag). Untuk dapat mengetahui intensitas serangan (IS) dan luas serangan (LS) dapat dihitung dengan rumus:

Jumlah tanaman terserang IS ( % ) = X 100 %

Jumlah pokok

Adapun kriteria tingkat serangan hama yang ditetapkan di Kebun Kemuning adalah 0 – 10 % merupakan tingkat serangan ringan, 10 – 20 % serangan sedang dan > 20 % serangan berat. Pada serangan penyakit, tingkat serangan > 5% sudah termasuk serangan berat.

Selain usaha pengendalian secara kimia, pengendalian hama dan penyakit di kebun Kemuning dilakukan dengan kultur teknis, yaitu dengan mengurangi ranting atau cabang pohon penaung agar sinar matahari yang masuk lebih banyak, memperpendek gilir petik, melakukan sanitasi dan kebersihan kebun dan pengaturan pemangkasan.

Pengendalian hama dan penyakit di kebun Kemuning membutuhkan 12 orang tenaga kerja untuk satu afdeling. Tenaga kerja tersebut terdiri atas 7 orang tenaga penyemprot dan 5 orang tenaga pembuat larutan yang sekaligus sebagai tenaga pelangsir.

Untuk pengendalian hama dan penyakit di kebun Kemuning dengan menggunakan knapsack ditetapkan standar prestasi kerja sebesar 0.35 ha/HK. Selama magang, penulis melakukan pengendalian hama penyakit tanaman selama 6 hari dengan prestasi kerja rata-rata 0.18 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan 0.3 ha/HK. Kegiatan yang dilakukan penulis meliputi deteksi EWS dan penyemprotan fungisida. Beberapa serangan hama dan penyakit di kebun

Gambar 4. Serangan Hama dan Penyakit Teh

(a) Gejala Serangan Dari Hama Cercosporella, (b) Gejala Penyakit Cacar Air, (c) Gejala Serangan Empoasca, sp

Pemupukan

Pemupukan dilakukan pada kondisi curah hujan sedang dan kebun bersih dari gulma. Pemupukan di kebun Kemuning dilaksanakan empat kali aplikasi dalam setahun, sedangkan untuk pupuk daun pengaplikasiannya dilakukan bersamaan dengan pengendalian HPT.

Pupuk yang digunakan di kebun Kemuning adalah pupuk anorganik yang terdiri atas Urea (46 % N), SP-36 (36 % P2O5), KCl (60 % KCl) dan Kieserit (27 % MgO). Sedangkan pupuk daun yang digunakan adalah jenis ZnSO4 (Zinc Sulphate) dengan kandungan ZnSO4 100 %.

a

c b

Penentuan dosis pupuk didasarkan pada hasil pengambilan leaf sample

unit (LSU) yang dianalisis secara rutin setiap bulan Juli. Syarat satuan contoh

daun yang dikirim untuk dianalisis adalah daun indung berukuran penuh, p+3 atau k+1, tidak rusak. Dari hasil analisis laboratorium tersebut akan diperoleh hasil uji LSU yang di dalamnya terdapat rekomendasi dosis dan jenis pupuk yang dibutuhkan oleh kebun Kemuning. Rekomendasi dosis pupuk ditetapkan oleh

head offise (HO) direktorat tanaman dimana kebutuhan pupuk untuk tiap-tiap blok

berbeda bergantung pada hasil analisis daun setiap tahun.

Pemupukan di kebun Kemuning dilakukan dengan dua cara yaitu melalui akar dan melalui daun. Pemberian pupuk daun berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan tunas. Urutan pelaksanakan pemupukan dimulai dari pengangkutan pupuk dari gudang dengan truk atau hiline (jika areal sulit dijangkau truk) pada pagi hari untuk di ecer ke areal. Pelaksanaan pemupukan diawasi mandor besar (asisten) dengan dibantu mandor pupuk, mandor rawat dan satpam.

Tenaga kerja yang diperlukan rata-rata 15 orang/hari yang terdiri atas tenaga pencampur, pelangsir dan penabur. Tenaga pelangsir menempatkan pupuk yang telah dicampur pada beberapa sudut sesuai keadaan lahan dan untuk mengefisiensikan waktu agar tenaga penabur tidak bolak balik.

Pada teknik pelaksanaan di lapangan, tenaga pencampur mencampurkan jenis-jenis pupuk yang digunakan di atas terpal. Pupuk yang telah dicampur secara merata kemudian dimasukkan kedalam karung. Satu karung rata-rata diisi campuran pupuk sebanyak tujuh ember (35 kg) dan siap untuk di ecer ke pos-pos tenaga penabur. Tenaga penabur dibariskan berdekatan (per dua baris tanaman) dan digiring untuk mempermudah pengawasan. Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya di lapangan, masih sering terjadi penyimpangan-penyimpangan, misalnya tenaga penabur menaburkan pupuknya berlebihan karena berorientasi menghabiskan pupuk tanpa memperhatikan kebutuhan pupuk per tanaman, pupuk yang ditaburkan mengenai daun, adanya areal yang terlewat dipupuk dan takaran pupuk yang tidak seragam sehingga dosis pupuk untuk tiap tanaman tidak sama. Norma prestasi kerja untuk pemupukan 1.5 ha/HK. Penulis melakukan kegiatan pemupukan Urea dan MOP selama 8 hari dengan kerja rata-rata 0.23 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan 0.7 ha/HK. Pupuk memerlukan tempat

penyimpanan mengingat fungsinya sebagai saprotan yang dibutuhkan dalam jumlah cukup besar dan pengaplikasiannya dalam beberapa waktu yang cukup lama. Gudang penyimpanan pupuk harus dijaga kondisi lingkungannya agar tidak menguap (bereaksi). Gudang pupuk di kebun Kemuning berukuran 16 m x 12 m dengan kapasitas 150 ton pupuk. Peralatan pemupukan di kebun Kemuning dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Peralatan Pemupukan.

Pemangkasan

Jenis pangkasan yang dilakukan di kebun Kemuning adalah pangkasan produksi tipe bersih. Pangkasan produksi tipe bersih yaitu pangkasan dengan bidang pangkas yang rata tetapi pada bagian tengahnya agak rendah (ngamangkok). Pemangkasan tipe bersih dilakukan dengan cara membuang semua ranting kecil yang berukuran kurang dari 1 cm beserta semua daunnya sehingga yang tertinggal hanya cabang dan ranting utama saja.

Standar tinggi pangkasan produksi tipe bersih di kebun Kemuning adalah 50-60 cm dengan batang yang berdiameter kurang dari 10 cm dihilangkan, luka pangkasan tidak boleh terlalu lebar dan tidak boleh pecah serta luka berbentuk tapal kuda. Cabang-cabang yang menyamping dan terletak di bawah 60 cm dibiarkan untuk melebarkan frame, dan bidang pangkas sejajar kemiringan lahan. Akan tetapi pada kenyataanya di lapangan, masih banyak terdapat ranting-ranting kecil yang ditinggal dan banyaknya luka pangkas yang masih terlalu besar sehingga memperbesar penguapan. Hal tersebut disebabkan oleh tenaga pemangkas yang hanya mengejar target luas areal yang dipangkas tanpa

memperhatikan kualitas hasil pangkasan. Areal yang telah dipangkas bersih dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Areal Pemangkasan.

Pemangkasan di kebun Kemuning dilakukan secara manual dengan menggunakan sabit pangkas (gaet) dan mistar. Penggunakan gaet masih dianggap baik mengingat jenis pangkasan yang diterapkan oleh kebun Kemuning. Setiap karyawan pemangkasan di kebun Kemuning bersifat borongan. Untuk mempercepat pertumbuhan pucuk, sisa pangkasan diletakkan diantara tanaman teh untuk menambah bahan organik tanah.

Perkebunan Kemuning menetapkan areal yang dipangkas 25 % per tahun dari total luas areal TM dan dilakukan dalam dua semester karena untuk menghindari anjloknya produksi.

Daur pangkas yang ditetapkan di kebun Kemuning berkisar 4-5 tahun sekali. Akan tetapi untuk blok yang mengalami keterlambatan dan dianggap masih produktif belum dilakukan pemangkasan, meskipun sudah waktunya untuk dipangkas serta untuk menghindari menurunnya produksi akibat adanya serangan berat blister blight selama empat bulan terakhir ini. Realisasi pemangkasan di kebun Kemuning pada tahun 2007 dapat dilihat dalam Tabel 4.

Tabel 4. Realisasi Pemangkasan di kebun Kemuning Tahun 2007

Afdeling Luas areal (ha) Luas Areal Pemangkasan (ha)

Areal Pemangkasan

OA 214.26 61.28 28.60

OB 177.71 47.38 26.66

Total 391.97 108.66 27.72

Sumber : Arsip Kantor Induk RSK

Untuk pelaksanaan pemangkasan yang tepat harus memperhatikan kondisi tanaman dan iklim. Waktu yang terbaik untuk pelaksanaan pemangkasan adalah pada awal atau akhir musim hujan dan dilakukan bila produksi telah menurun 50 % dari produksi sebelumnya. Norma prestasi kerja untuk pemangkasan adalah 2 patok/HK. Penulis melakukan kegiatan pemangkasan selama lima hari yaitu pada Blok B6 dengan prestasi kerja rata – rata 0.2 patok/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan 1.5 patok/HK.

Demplot Pupuk

Demplot pupuk ini dilakukan oleh perusahaan pupuk Ciputra. Demplot ini dilakukan di Afdeling OB pada Blok B7. Demplot yang dilakukan meliputi demplot pupuk powder dan pupuk liquid. Untuk pupuk powder hanya menggunakan satu sendok makan dan dilarutkan ke dalam air sebanyak 30 l air. Tujuan dari penggunaan pupuk powder ini adalah untuk memenuhi unsur hara dalam tanah. Untuk pengaplikasiannya dilakukan dengan knapsack sprayer dengan kapasitas 10-15 l. Untuk pupuk liquid yang digunakan sebanyak 3 sendok makan dan dicampurkan dengan 20 l air. Penggunaan pupuk liquid ini bertujuan untuk memelihara daun teh dari serangan hama dan penyakit serta memberikan nutrisi yang dibutuhkan daun teh tersebut untuk tumbuh.

Pemetikan

Pemetikan merupakan kegiatan memungut sebagian dari tunas – tunas teh beserta daunnya yang masih muda (kuncup, ranting muda dan daun) untuk kemudian diolah menjadi produk teh kering yang merupakan komoditas perdagangan. Selain itu, pemetikan juga bertujuan untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu meningkatkan produksi yang berkesinambungan. Ranting pucuk harus dipetik untuk menghindari pertumbuhan yang semakin lambat bahkan terhentinya pertumbuhan. Setelah dilakukan pemetikan akan tumbuh pucuk burung yang merupakan satu masa periode istirahat untuk beberapa minggu, setelah masa tersebut dilalui, maka akan kembali tumbuh pucuk peko. Saat melakukan pemetikan, baik pucuk peko maupun pucuk burung sebaiknya pemetik harus meninggalkan kepel (daun pertama yang tumbuh dari tunas) dan sehelai daun di atasnya dengan tujuan untuk menjaga pertumbuhan pucuk selanjutnya agar sempurna.

Jenis Pemetikan

Pemetikan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pemetikan jendangan, pemetikan produksi dan pemetikan gendesan. Pemetikan jendangan merupakan pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang cukup, agar tanaman mempunyai potensi produksi yang tinggi. Jenis pemetikan yang dilakukan di kebun Kemuning meliputi pemetikan

jendangan, pemetikan produksi dan pemetikan gendesan (rampasan).

Pemetikan jendangan dilaksanakan 2 – 3 bulan setelah pemangkasan produksi, yaitu pada kondisi 60 % dari luas areal yang dipangkas telah memenuhi syarat untuk pemetikan jendangan dengan tinggi pucuk 15 – 20 cm dari luka pangkas (tinggi pangkasan 50 – 60 cm). Tinggi bidang petikan jendangan dari bidang pangkasan tergantung pada tinggi rendahnya pangkasan (PT Perkebunan X, 1993). Pucuk yang berada di bawah ketinggian tersebut tidak boleh di petik karena berfungsi untuk membentuk bidang petik. Pemetikan jendangan dilakukan 3 – 5 kali hingga tanaman memasuki masa pemetikan produksi. Setelah pemetikan

sering disebut jolonjong, yaitu kegiatan pemetikan pucuk – pucuk yang pada saat

jendangan pertama belum terpetik karena belum manjing atau belum siap dipetik.

Prihatmajanti (1999), menyimpulkan bahwa petikan jendangan yang dilaksanakan 3 bulan setelah pemangkasan lebih baik dibandingkan 4 bulan setelah pemangkasan. Hal tersebut terlihat dari jumlah pucuk yang terpetik, jumlah pucuk

peko, bobot basah dan bobot kering pucuk yang lebih tinggi.

Alat yang digunakan untuk pemetikan adalah jidar salib, waring dan pisau. Ukuran jidar salib yang digunakan adalah tinggi 80 cm dan lebar 100 cm yang bertujuan untuk menjaga kerataan perdu. Pelaksanaan pemetikan jendangan dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Pelaksanaan Pemetikan Jendangan.

Pengamatan tinggi petikan jendangan dilakukan pada blok B3 dan A10, dari masing – masing blok diambil 5 tanaman contoh secara acak, masih rendahnya pengambilan contoh ini disebabkan pada saat penulis melakukan magang hanya terdapat dua kali petikan jendangan di blok yang berbeda. Hasil pengamatan tinggi petikan jendangan dapat dilihat pada Tabel 5. Setelah 2-5 pemetikan jendangan dilakukan dengan interval 9-11 hari serta pucuk tersier sudah tumbuh, maka pemetikan dilanjutkan ke jenis pemetikan berikutnya yaitu pemetikan produksi.

Tabel 5. Tinggi Petikan Jendangan di Dua Blok Kebun Kemuning

Afdeling Blok Rotasi petikan

Jendangan Umur Setelah Pemangkasan (bulan) Tinggi Pangkasan (cm) Rata–rata Tinggi Petikan Jendangan OA 10 1 3 59.3 13.8 OB 3 1 3 59.8 13.5

Sumber : Data primer Pengamatan Penulis

Pemetikan produksi yang dilakukan di kebun Kemuning adalah petikan sedang (medium plucking) dengan rumus p+2 (peko dengan dua daun), p+3 (peko dengan tiga daun), b+1m (burung dengan satu daun muda) dan b+2 (burung dengan dua daun muda). Petikan sedang merupakan pemetikan yang tidak menyisakan daun di atas kepel untuk bagian tengah perdu (k+0), sedangkan untuk bagian pinggir ditinggalkan satu daun di atas kepel (k+1). Pemetikan di kebun Kemuning dilakukan dengan sistem manual dan menggunakan etem (pisau).

Dalam dokumen ANALISIS PEMETIKAN TEH (Halaman 25-52)

Dokumen terkait