• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMETIKAN TEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PEMETIKAN TEH"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PEMETIKAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze)

DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER

ABADI TIRTASENTOSA, NGARGOYOSO, KARANGANYAR,

JAWA TENGAH

Oleh

ANGGOROWATI A34104036

PROGRAM STUDI AGRONOMI

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

ANGGOROWATI. Analisis Pemetikan Teh ( Camellia sinensis (L) O. Kuntze) di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning PT Sumber Abadi Tirtasentosa, Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. ( Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH).

Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan hubungan, keterkaitan dan kesepadanan antara proses pendidikan dengan lapangan kerja serta meningkatkan kemampuan profesional mahasiswa dalam memahami dan menghayati proses kerja secara nyata khususnya dalam bidang budidaya dan pengelolaannya.

Kegiatan magang dilaksanakan di kebun Rumpun Sari Kemuning, Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah mulai tanggal 11 Februari – 11 Juni 2008. Metode yang dilaksanakan adalah bekerja secara aktif dengan melakukan seluruh kegiatan kebun pada berbagai tingkatan mulai dari karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor, dan asisten afdeling. Pengumpulan data bersumber pada data primer dan data sekunder.

Komoditi teh Indonesia masih menitik beratkan pada pasar ekspor. Untuk meningkatkan daya saing dengan negara-negara produsen teh lainnya diperlukan upaya peningkatan produksi baik kualitas maupun kuantitasnya. Pemetikan sangat berperan dalam menentukan mutu teh sehingga kondisi pucuk dari kebun sangat menentukan hasil olahan. Analisis petik dan analisis pucuk perlu dilakukan untuk menjamin kondisi pucuk yang memenuhi syarat olah sehingga mutu teh akan dapat dipertahankan.

Pemetikan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pemetikan jendangan, pemetikan produksi, dan pemetikan gendesan ( rampasan ). Pemetikan jendangan merupakan pemetikan tahap awal setelah tanaman dipangkas yang bertujuan untuk membentuk bidang petik yang tingginya bergantung pada ukuran tinggi pangkasan. Pemetikan produksi bertujuan untuk memperoleh pucuk untuk pengolahan yang dilakukan setelah 3 – 5 kali petikan jendangan. Pemetikan produksi yang digunakan di kebun Kemuning adalah petikan sedang, yaitu p+2m, p+3m, b+1m, b+2m. Pemetikan gendesan dilakukan pada saat tanaman akan di

(3)

pangkas, dengan memetik semua pucuk yang memenuhi syarat dan dilakukan seminggu sebelum pemangkasan.

Kapasitas petik yang rendah dan persentase hasil analisis pucuk kasar yang tinggi di kebun Kemuning disebabkan oleh keterampilan dan kesalahan dalam melaksanakan teknis pemetikan. Pengaturan jumlah tenaga pemetik perlu ditingkatkan kembali sehingga terdapat keseimbangan antara jumlah tenaga dengan jumlah pucuk yang dipetik.

(4)

ANALISIS PEMETIKAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze)

DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER

ABADI TIRTASENTOSA, NGARGOYOSO, KARANGANYAR,

JAWA TENGAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

ANGGOROWATI A34104036

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul : ANALISIS PEMETIKAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA,

KARANGANYAR, SURAKARTA, JAWA TENGAH

Nama : ANGGOROWATI

NRP : A34104036

Program Studi : AGRONOMI

Menyetujui Pembimbing

Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS NIP 131 096 975

Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian

Prof.Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP 131 124 019

Disetujui tanggal:

(6)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmad dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tanpa ada halangan suatu apapun.

Skripsi dengan judul Analisis Pemetikan Tanaman Teh ( Camellia

sinensis ( L ) O. Kuntze ) di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber

Abadi Tirtasentosa, Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Dalam menyelesaikan skripsi, dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Almarhum Ayah, Ibu, dik Nining, dik Pur dan dik Wahyu yang senantiasa mendorong penulis baik secara moral maupun secara materil.

2. Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan.

3. Dr.Ir. Sandra Arifin Aziz, MS selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan petunjuk, bimbingan dan nasehat terhadap penulis.

4. Dr.Ir. Harijadi, MS selaku penanggung jawab magang yang telah menempatkan penulis di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah.

5. Direksi PT Sumber Abadi Tirtasentosa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan magang di kebun Rumpun Sari Kemuning..

6. Bapak Soeroto selaku Administratur dan Bapak Warto, Gigih, Nyoman, Eko dan Pak Kuntet selaku mandor atas bimbingan, arahan dan pengalaman yang luar biasa selama penulis melaksanakan kegiatan magang.

7. Teman – teman Agronomi 41 ( Dik Dina, Devi, Mbak iik, Mbak Restu, dan Desty ) atas semangat dan dukunganya.

(7)

Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bogor, Agustus 2008

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 15 Oktober 1986 di Karanganyar. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Sukardi Amd dan Ibu Samiyati.

Pada tahun 1991 penulis mulai masuk jenjang pendidikan pertama di Taman Kanak-kanak (TK) Ngemplak 1. Selesai dari TK Ngemplak 1 pada tahun 1992, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang pendiddikan dasar di SD Ngemplak 2 dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun 1998 penulis melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Karangpandan dan lulus pada tahun 2001.

Pada tahun 2001 penulis kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Karangpandan, dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis resmi masuk Program Studi Agronomi, Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

(9)

D DAAFFTTAARR IISSII Halaman DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 METODE MAGANG... 4

Tempat dan Waktu... 4

Metode Pelaksanaan... 4

Pengolahan Data... 5

KONDISI UMUM KEBUN... 6

Sejarah Perkebunan... 6

Tata Letak Perusahaan... 7

Letak Geografis... 8

Luas areal... 8

Keadaan Tanah dan Iklim... 9

Pemasaran………. 10

Struktur Organisasi dan Ruang Lingkup Tugas... 11

Ketenagakerjaan... 12

PELAKSANAAN TEKNIS DI LAPANGAN……… 13

Pembibitan... 13

Pengendalian Gulma... 15

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman... 17

Pemupukan... 20

Pemangkasan... 22

Demplot... 24

Pemetikan... 25

Jenis Pemetikan... 25

Penimbangan dan Pengangkutan... 29

Kapasitas Pemetik... 29

(10)

Halaman

Hanca Petik dan Gilir Petik... 31

Analisis Petik dan Analisis Pucuk... 32

PENGOLAHAN TEH HIJAU... 33

Pelayuan... 33

Penggilingan... 35

Pengeringan... 35

Sortasi... 36

Pengepakan... 37

PELAKSANAAN PENGELOLAAN KEBUN... 38

Pengelolaan Tingkat Mandor... 38

Pengelolaan Tingkat Manajer... 40

PEMBAHASAN... 42

Tinggi Petikan Jendangan... 42

Waktu dan Frekuensi Pelaksanaan Petikan Jendangan... 44

Kapasitas Pemetik... 44

Gilir Petik dan Hanca Petik... 45

Analisis Petik dan Analisis Pucuk... 46

Kebutuhan Tenaga Pemetik... 50

KESIMPULAN DAN SARAN... 52

Kesimpulan... 52 Saran... 52 DAFTAR PUSTAKA... 53 LAMPIRAN... 55

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Tabel Areal Konsensi Perkebunan Teh PT. RSK Tahun 2008... 8

2. Tabel Areal Produksi Serta Produktivitas Teh Kering di Kebun RSK PT. RSK Tahun 2003-2007... 10

3. Jurnal Karyawan di Kebun Rumpun Sari Kemuning Pada Tahun 2007... 12

4. Tabel Realisasi Pemangkasan di Kebun Kemuning Tahun 2007... 24

5. Tabel Tinggi Petikan Jendangan di Dua Blok Kebun Kemuning... 27

6. Tabel Komposisi Pucuk Hasil Analisis Petik Kebun Kemuning... 47

7. Tabel Komposisi Pucuk Hasil Analisis Petik Penulis... 48

8. Tabel Analisis Pucuk dan Kisaran Sebaran Mutu Teh Jadi Kebun Kemuning Bulan Februari-Maret 2008... 50

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai KHL di Kebun Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Surakarta, Jawa Tengah... 56 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di Kebun Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Surakarta, Jawa Tengah... 58

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asistenr Afdeling di Kebun Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Surakarta, Jawa Tengah... 59

4. Keadaan Curah Hujan Bulana di Kebun Kemuning, Karanganyar, Surakarta, Jawa Tengah………. 60

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Kegiatan Pemeliharaan di Pembibitan... 14

2. Pengendalian Gulma secara Kimia... 16

3. Gambar Serangan Hama dan Penyakit... 20

4. Peralatan Pemupukan... 22

5. Gambar Areal Pemangkasan... 23

6. Gambar Pelaksanaan Pemetikan Jendangan... 26

7. Gambar Pengangkutan dan Penimbangan... 30

8. Gambar Mesin Rotary Planner (RP)... 34

Lampiran 1. Peta Afdeling OA di Kebun Rumpun Sari Kemuning……… 61

2. Peta Afdeling OB di Kebun Rumpun Sari Kemuning ……… 62

3. Struktur Organisasi di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Tahun 2007……….. 63 4. Pelaksanaan Kegiantan magang di Kebun Kemuning………. 64

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman teh (Camellia sinenis (L) O. Kuntze) merupakan tanaman tahunan yang termasuk dalam kelas Dicotyledoneae, family Theaceae dan genus Camellia. Tanaman teh dibagi menjadi dalam tiga varietas, yaitu Assamica, Cambodia, dan Sinensis (Nazaruddin dan Paimin, 1993).

Komoditi teh mempunyai arti penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan sumber devisa non migas yang cukup besar serta banyak menyerap tenaga kerja sehingga bersifat padat karya. Indeks tenaga kerja teh mencapai 1.5 – 2.0 yang berarti tiap 1 000 ha perkebunan teh menyerap tenaga kerja sebanyak 1 500 – 2 000 orang (Iskandar, 1988).

Pengelolaan kebun teh bertujuan untuk mencapai produksi yang optimal dengan memperhatikan segi kualitas yang baik. Manajemen yang diterapkan dalam pengelolaan kebun teh mulai dari pemeliharaan sampai panen, pemetikan pucuk teh dan pengelolaanya sangat menentukan tingkat produksi dan kualitas hasil.

Tingkat produktivitas teh dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah iklim, teknik budidaya (pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama penyakit), pemetikan, tenaga kerja dan kondisi internal seperti manajemen dalam perkebunan tersebut. Pemetikan merupakan kegiatan memungut sebagian dari tunas dan daun yang masih muda untuk diolah menjadi teh kering. Teknik pemetikan yang efektif dan efisien sangat menentukan maksimal atau tidaknya produksi. Pemetikan yang berlebihan akan menyebabkan tanaman merana karena bagian dari tanaman yang masih dibutuhkan dalam proses pertumbuhannya ikut terambil dalam proses pemetikan, sebaliknya kurang cermatnya pemetik melakukan pemetikan dapat menyebabkan banyaknya pucuk yang tidak terambil. Selain itu pemetikan juga harus memperhatikan gilir petik dan hanca petik karena akan menentukan produksi dan mutu teh. Gilir petik adalah jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya yang dipengaruhi oleh kecepatan pertumbuhan tunas, umur pangkas dan topografi

(14)

lahan. Hanca petik adalah luas areal yang harus dipetik dalam satu hari oleh pemetik. Pengaturan hanca dan gilir petik harus memperhatikan keseragaman pucuk karena akan berpengaruh pada mutu pucuk yang dipanen (PT Perkebunan X, 1993).

Teh merupakan bahan minuman yang terbuat dari pucuk teh melalui proses pengelolaan tertentu. Teh yang bermutu tinggi sangat diminati oleh para konsumen. Pada akhir-akhir ini konsumen menghendaki teh dengan ukuran partikel yang lebih kecil dan cepat seduh. Untuk menjaga kesinambungan mutu teh agar memiliki kualitas yang prima perlu diketahui beberapa faktor yang dapat menunjang kualitas teh tersebut. Untuk menekan tingkat kerusakan yang terjadi, maka penanganan pucuk mulai dilakukan dari proses pemetikan, pengumpulan, pengangkutan sampai penerimaam pucuk di pabrik harus dilakukan dengan baik.

Untuk memecahkan permasalahan utama dalam pengusahaan teh, yaitu biaya yang semakin tinggi dan rendahnya produksi, diperlukan peningkatan efisiensi proses produksi. Teknik budidaya dan pengelolaan yang tidak tepat dapat menurunkan mutu baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga akan menurunkan produksi. Upaya untuk meningkatkan mutu teh dapat dilakukan dengan perbaikan sistem pemetikan yang lebih efisien sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal (Nazaruddin dan Paimin, 1993).

Dalam melakukan perbaikan terhadap sistem petikan ini juga harus diperhatikan mengenai kualitas pucuk. Untuk memonitoring kualitas pucuk tersebut dapat dilakukan melalui analisis pemetikan yang meliputi analisis petik dan analisis pucuk.

Magang sebagai salah satu pilihan penyelesaian tugas yang melibatkan mahasiswa secara langsung ke dalam dunia kerja bertujuan untuk menghasilkan tenaga kerja yang handal dan berkualitas sehingga pada saat memasuki dunia kerja nanti dapat langsung beradaptasi dengan pekerjaan sesuai dengan bidangnya. Keterlibatan mahasiswa secara langsung sebagai pekerja dalam perkebunan bertujuan untuk menambah pengalaman dan keterampilan kerja serta menambah wawasan mengenai dunia kerja, mampu bersosialisasi dan bekerja sama, menambah ilmu dan pengalaman dalam aspek pengelolaan perkebunan.

(15)

Tujuan

Tujuan utama kegiatan magang ini adalah (1) meningkatkan relevansi, keterkaitan dan kesepadanan antara proses pendidikan dengan kondisi yang terjadi di dunia kerja, (2) meningkatkan keterampilan dalam memahami dan menghayati proses kerja secara nyata, (3) memberikan pengalaman manajerial pada berbagai tingkat pengelolaan, (4) menganalisis permasalahan yang terjadi di lapang.

Tujuan khususnya adalah diharapkan mahasiswa dapat melihat, menganalisis, mengimplementasikan, melakukan observasi dan mengetahui secara langsung permasalahan yang ada di perkebunan, sehingga mahasiswa dituntut untuk dapat mencari solusi dari permasalahan tersebut.

(16)

METODE MAGANG

Waktu dan Tempat

Magang ini dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2008 sampai 11 Juni 2008 atau 16 minggu masa efektif di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirtasentosa, Ngargoyoso, Karanganyar, Surakarta, Jawa Tengah.

Metode Pelaksanaan

Metode yang dilakukan pada kegiatan magang ini adalah bekerja secara langsung di lapangan, pengamatan, pengumpulan dan pengolahan data. Selama bekerja secara langsung di lapangan mahasiswa berfungsi sebagai Buruh Harian Lepas (BHL) selama 2 bulan, Pendamping Mandor (Supervisor) selama 1 bulan, Pendamping Kepala Afdeling selama 1 bulan.

Pelaksanaan sebagai karyawan harian lepas pada dua bulan pertama. Pada kegiatan ini penulis diberikan kesempatan untuk melaksanakan aspek teknis yaitu pembibitan, pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pemetikan, pemangkasan, serta penanganan pasca panen.

Pada bulan ketiga penulis diberi tanggung jawab sebagai pendamping mandor dan melaksanakan tugas yang menyangkut aspek manajerial seperti : (1)

check roll dan apel, (2) berdiskusi dengan mandor, (3) membagi, mengarahkan,

memotivasi dan mengawasi tugas KHL, (4) merencanakan kebutuhan bahan dan biaya operasional, (5) membuat laporan kerja mandor.

Pada bulan keempat penulis diberi kesempatan sebagai asisten afdeling. Pada pelaksanaan tugas sebagai pendamping asisten afdeling, penulis bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan manajerial tingkat afdeling. Kegiatan yang dilakukan antara lain membantu pembuatan rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP), menganalisis kegiatan di lapangan, membantu mengelola dan mengawasi tenaga kerja dan membuat jurnal harian. Selain kegiatan diatas

(17)

penulis juga diharuskan mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan lingkungan kebun.

Pengolahan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode langsung maupun metode tidak langsung.

1. Metode langsung dilakukan dengan bekerja secara aktif dan pengamatan pada setiap kegiatan di Perkebunan, diskusi, wawancara dengan staf dan karyawan kebun

2. Pengumpulan data sekunder diambil dari laporan manajemen (bulanan, tahunan), arsip di kantor induk dan pihak-pihak yang terkait.

3. Analisis terhadap faktor-faktor yang diamati dan diduga dapat mempengaruhi pemetikan.

4. Analisis terhadap kendala-kendala yang dihadapi pihak kebun dengan penekanan terhadap aspek pemetikan.

5. Studi pustaka meliputi buku teks, jurnal ilmiah, laporan manajemen kebun dan sumber literatur yang lain.

Adapun parameter yang diamati adalah:

1. Tinggi petikan jendangan, pengukuran dilakukan pada 10 tanaman contoh dari masing-masing blok yang dipilih. Pengukuran tinggi petikan

jendangan dilakukan setelah pemetikan jendangan.

2. Waktu dan frekuensi pelaksanaan pemetikan jendangan, yaitu dengan mencatat umur tanaman setelah pemangkasan sampai dilaksanakannya pemetikan jendangan.

3. Analisis petik dan analisis pucuk, yaitu dengan mengumpulkan data sekunder dan pengamatan langsung dengan mengambil contoh pucuk dari tiap kemandoran.

4. Gilir petik, data diperoleh dengan pengamatan langsung ke kebun dan wawancara dengan mandor petik.

5. Kebutuhan tenaga pemetik, dapat dihitung dengan rumus :

(18)

KONDISI UMUM KEBUN

Sejarah Perkebunan

Perkebunan teh PT. Rumpun Sari Kemuning awalnya merupakan perkebunan milik Belanda dengan nama NV. Cultur Maattscappij. Selama masa penjajahan Belanda hak pemilikan tanah diatur dalam undang-undang Agraria Belanda pasal 62 tahun 1870 memutuskan pada tanggal 11 April 1925 pemerintah Belanda memberikan Hak Guna Usaha (HGU) dalam jangka waktu 50 tahun kepada kakak beradik warganya yang bernama Johan dan Van Mender Voor yang berkedudukan di Den Haag, Belanda. Lahan HGU berada di dua kecamatan yaitu di Kecamatan Ngargoyoso seluas 812.172 ha dan Kecamatan Jenawi seluas 238.823 ha sehingga pada saat itu luas total areal 1.051 ha yang ditanami kopi dan teh.

Perusahaan ini diberi nama NV. Cultur Maattscappij pengolahannya diserahkan kepada Firma Watering and Labour yang berkedudukan di Bandung. Perkebunan ini pada tahun 1943 – 1945 diambil alih oleh pemerintah Jepang, sehingga kegiatan komersialnya mengalami kemacetan karena perkebunan diserahkan kepada masyarakat setempat dan oleh masyarakat setempat hanya ditanami oleh tanaman palawija dan jarak.

Kebun Kemuning pada tahun 1945 – 1948 dikelola oleh Mangkunegara Surakarta yang dipimpin oleh Ir. Sarsito. Kemudian pada tahun 1948 – 1950 kebun Kemuning dikelola oleh Tentara Militer RI yang hasilnya digunakan untuk membiayai perang.

Sejak tanggal 1 Januari 1953 berdasarkan Undang- Undang No. 2/1952/RI, HGU NV. Cultur Maattscappij Kemuning dicabut tanpa diserahkan kepada pihak manapun.

Saat itu secara intern beberapa karyawan perkebunan teh Kemuning membentuk koperasi perusahaan perkebunan Kemuning (KPPK). Koperasi tersebut pada tahun 1953 dibubarkan karena pengurusnya banyak yang terlibat dengan G 30 SPKI dan perkebunan Kemuning sementara dipegang oleh KODAM IV Diponegoro dengan luas areal 546.854 ha. Hal ini disebabkan adanya

(19)

rongrongan PKI dalam usaha merebut sebagian areal perkebunan. Dengan surat keputusan Mendagri No. 17/HGU/DA/71 pada tanggal 3 November 1971 dibentuk PT. Rumpun yang berada dibawah Yayasan Rumpun Diponegoro. Pada tahun 1980 di kembangkan menjadi dua perusahaan yaitu :

1. PT. Rumpun Antan dengan komoditi Karet, kopi, kelapa randa dan cengkeh yang terdiri dari beberapa kebun, antara lain :

a. Kebun Carui/Rejidadi di Cilacap b. Kebun Daemo Kradenan di Purwokerto c. Kebun Samodradi Banyumas

d. Kebun Jati di Semarang e. Kebun Sluwak di Pati

2. PT. Rumpun Teh dengan komoditi kopi dan teh yang terdiri atas tiga kebun, yaitu :

a. Kebun Kemuning di Karanganyar, Surakarta b. Kebun Medini di Kendal, Semarang

c. Kebun Kaligintung di Semarang

PT. Rumpun Teh dibagi menjadi tiga salah satunya yaitu PT Rumpun Sari. Pada bulan Maret 1990 PT. Rumpun Sari bekerja sama dengan PT. ASTRA AGRO NIAGA di Jakarta yang pengelolaanya diserahkan sepenuhnya kepada PT. ASTRA AGRO NIAGA kemudian namanya diganti menjadi Rumpun Sari Kemuning PT. Sumber Abadi Tirtasentosa pada bulan Mei 2004. Pada tahun 2004 PT Astra Agro Lestari Tbk menjual seluruh kebun kecuali untuk komoditas sawit. Untuk kebun Kemuning dijual kepada PT Sumber Abadi Tirtasentosa yang sebelumnya bergerak di bidang tanaman hortikultura.

Lokasi dan Tata Letak Perusahaan

PT. Rumpun Sari Kemuning (RSK) mempunyai kantor pusat di jalan Imam Bonjol No. 196, Semarang, Jawa Tengah. Kantor perwakilan di Puloayang Raya Blok OR 1, kawasan industri Pulo gadung Jakarta. Perkebunan teh PT RSK terletak di sebelah barat lereng gunung Lawu, 40 km dari stasiun Balapan Surakarta dan 8 km dari Tawang Mangu. Secara keseluruhan perkebunan teh PT.

(20)

RSK terletak di desa Kemuning Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Karesi Denan Surakarta, Propinsi Jawa Tengah.

Batas –batas wilayah perkebunan teh PT. RSK sebagai berikut : Sebelah timur : Perhutani Gunung Sewu

Sebelah barat : Kebun Karet PTP XVRI Sebelah utara : Kecamatan Jenawi

Sebelah selatan : Nggadungan, Kecamatan Ngargoyoso

Letak Geografis

Lokasi PT. Rumpun Sari Kemuning terletak di desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah. Secara geografis PT RSK terletak pada ketinggian 800 – 1500 m di atas permukaan laut (dpl) dengan kemiringan 30 % - 40 %. Peta perkebunan PT. RSK yaitu pada afdeling OA dan OB dapat dilihat pada Gambar Lampiran 1 dan Gambar Lampiran 2.

Luas areal dan Tata Guna Lahan

Luas areal keseluruhan kebun Kemuning (OA dan OB) 437 82 ha, terdiri atas areal produktif 389.97 ha, areal cadangan 13.22 ha, areal non tanaman (jalan, parit, jurang, emplasmen dan makam) 32.55 ha. Luas lahan PT. RSK disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Areal Konsesi Perkebunan Teh PT. RSK Tahun 2008

No Tata Guna Lahan Luas Areal (ha)

1 Areal Produktif 389.97

2 Areal cadangan 13.22

3 Parit/Sungai 1.25

4 Tidak bisa ditanami 13.33

5 Emplasmen 4.33

6 Jalan 10.43

7 Jurang 2.83

8 Makam 0.46

Total 437.82

(21)

Keadaan Tanah dan Iklim

Jenis tanah di PT. RSK terdiri dari tanah andosol sebesar 60 % dan tanah regosol sebesar 40 % dengan ketinggian kurang lebih 1 000 m. Iklim tropis dengan curah hujan merata sepanjang tahun antara 3 000 – 4 000 mm per tahun tanpa musim kemarau yang panjang. Keadaan angin normal, intensitas penyinaran 40 %, suhu rata-rata yang harian 40º C dan suhu tertinggi 25º C. Tanaman teh dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 250 - 1 200 m dpl, curah hujan minimal 60 mm/bulan, cepat mendapat sinar matahari, karena jika sinar matahari kurang maka pertumbuhan tanaman teh akan lambat, tidak boleh dilalui angin kering dan keadaan tanah subur/gembur. (Buku Pendamping Mandor)

Keadaan Tanaman dan Produksi

Sebagian besar tanaman teh menghasilkan di kebun Kemuning berasal dari stek. Jenis klon yang telah ditanam di kebun Kemuning terdiri dari TRI 2024, TRI 2025, CIN 143 dan Gambung sebesar 40 %, sedangkan varietas Assamica sebesar 60 % walaupun varietas ini sudah jarang digunakan dalam pembudidayaan teh.

Kebun Kemuning hanya memproduksi teh hijau dengan rata – rata produksi teh kering dari tahun 2003 – 2007 sebesar 891 085 kg dengan rata – rata produktivitas teh kering 2.274 kg/ha/tahun. Perkebunan Rumpun Sari masih menitikberatkan usahanya baik pada ekspor maupun impor. Target ekspor Perkebunan Rumpun Sari pada tahun 2008 sebesar 40 % dari produksi kering yang dihasilkan. Produksi serta produktivitas teh kering Perkebunan Kemuning pada tahun 2003 sampai tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 2.

(22)

Tabel 2. Luas Areal dan Produksi serta Produktivitas Teh Kering di Kebun Kemuning Tahun 2003 – 2007.

Tahun Luas Lahan Produksi Kering (kg) Produktivitas Kering (kg) 2003 391.97 854565 2184 2004 391.97 987580 2519 2005 391.97 885203 2258 2006 391.97 868532 2215 2007 391.97 859543 2193 Rata - rata 891085 2274

Sumber : Arsip Kantor RSK

Pemasaran

Pemasaran produk teh hijau yang dihasilkan di kebun Kemuning dipasarkan baik didalam negeri maupun di luar negeri. Kegiatan pelaksanaan pemasaran teh hijau di kebun Kemuning dilakukan dengan memberikan contoh hasil teh kering kepada calon konsumen sehingga konsumen dapat mengetahui sifat dan kenampakan teh tersebut. Setelah tercapai kesepakatan antara kedua belah pihak, direksi membuat laporan delivery order (DO) dan pihak kebun akan mengirim bahan sesuai dengan DO tersebut. (Arsip Kantor RSK)

Untuk tujuan pasar dalam negeri atau lokal, teh hijau kebun Kemuning dipasarkan ke PT Sosro (Tegal), PT Gunung Subur (Solo), PT Kereta Kencana (Sukabumi), PT Gunung Manik (Bandung), PT Agro Putra Mandiri dan PT Tri Bintang Inter Global (Sukabumi), sedangkan untuk tujuan ekspor teh hijau Kebun Kemuning dipasarkan ke negara Afganistan.

(23)

Struktur Organisasi dan Ruang Lingkup Tugas

Perkebunan Kemuning dipimpin oleh seorang administratur yang bertugas untuk melakukan koordinasi dari lini KTU hingga pabrik/teknik, memberikan penilaian secara teknis terhadap pelaksanaan kegiatan, kontrol ke lapangan, koordinasi dengan head office (HO) dan bertanggung jawab terhadap tugas teritorial. Seorang administratur dibantu oleh bagian tanaman, bagian administrasi, bagian pabrik dan teknik.

Bagian tanaman dipimpin oleh seorang kepala tanaman yang bertugas mengkoordinasikan antar afdeling untuk menentukan standar prosedur pengoperasian (SOP), mengetahui penyimpangan rencana kerja, mengontrol secara fisik kegiatan berdasarkan SOP, rapat koordinasi harian, mingguan dan melakukan koordinasi dengan pihak HO. Kepala tanaman dibantu oleh dua asisten afdeling yang bertugas membantu rencana blok mingguan, mengevaluasi pekerja di lapangan, mengontrol kerja mandor dan rapat koordinasi kegiatan.

Bagian administrasi dipimpin oleh kepala tata usaha (KTU) yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan di kantor kebun dan pengeluaran anggaran biaya di kebun yang dilakukan dengan mengontrol bersama administratur serta membuat laporan konsolidasi dari semua kegiatan berdasarkan rencana yang ditetapkan. Kepala tata usaha dibantu oleh empat departemen, yaitu departemen keuangan, departemen personalia, departemen gudang dan departemen tanaman.

Bagian pabrik dan teknik dipimpin oleh seorang kepala pabrik yang bertanggungjawab langsung kepada administratur untuk melakukan koordinasi dalam hal yang berhubungan dengan koordinasi HO serta koordinasi dengan pihak kebun yang berhubungan dengan panen, transportasi, infrastruktur, dan lain-lain. Kepala pabrik dibantu oleh seorang asisten pabrik, krani pabrik, mandor pengolahan, mandor sortasi, dan mandor pengepakan.

Bagian teknik dipimpin oleh mandor teknik yang bertanggung jawab kepada kepala pabrik. Tugas mandor teknik adalah mengkoordinir segala aspek teknis sehingga proses produksi dapat berjalan lancar. Struktur organisasi di kebun Kemuning dapat dilihat pada Gambar Lampiran 3.

(24)

Ketenagakerjaan

Tenaga kerja di kebun Kemuning digolongkan menjadi empat golongan yaitu karyawan staf, karyawan non staff (bulanan), karyawan harian tetap (KHT), dan karyawan harian lepas (KHL). Karyawan staf meliputi administratur, kepala tanaman, asisten afdeling, kepala tata usaha dan kepala pabrik. Pemberian upah karyawan staf berdasarkan ketentuan bulanan HO yang disesuaikan dengan jabatan dan golongan, dalam hal ini prestasi kerja sangat berpengaruh. Pemberian gaji langsung dari direksi PT Sumber Abadi Tirtasentosa.

Karyawan non staf terdiri dari karyawan bulanan yang meliputi departemen keuangan, asisten pabrik, krani tanaman dan sebagian mandor di lapangan. Pemberian upah untuk karyawan non staf ditentukan berdasarkan standar dari HO yang disesuaikan dengan UMK di daerah lokasi kebun.

Karyawan harian tetap (KHT) terdiri atas mandor pabrik dan sebagian pekerja pabrik, pekerja rawat, administrasi dan sebagian besar mandor di lapangan. Pemberian upah untuk karyawan harian tetap didasarkan pada UMK berdasarkan pada hari efektif dalam satu bulan ditambah hak sosial.

Karyawan harian lepas (KHL) digunakan khusus untuk kegiatan pemanenan, pemangkasan, penyiangan, dan sortasi manual. Jumlah seluruh karyawan dan bagiannya di kebun Kemuning pada tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Karyawan di Kebun Kemuning pada Tahun 2007

Bagian Staf Bulanan Karyawan

Harian Tetap Borong Jumlah

Tanaman 3 8 17 391 419 Teknik - 2 3 8 13 Pabrik 2 8 34 39 83 Adm 2 5 6 5 18 Umum - - - - - Total 7 23 60 443 533

(25)

PELAKSANAAN TEKNIS DI LAPANGAN

Pembibitan

Pembibitan di kebun Kemuning terletak di dekat mess karyawan dan masih dalam areal afdeling B. Pembibitan di kebun Kemuning ini dilihat dari lokasinya sudah memenuhi syarat pembibitan yang baik karena dekat dengan sumber air sehingga kebutuhan bibit akan air dan unsur hara lainnya dapat terpenuhi. Perbanyakan yang digunakan di kebun Kemuning melalui stek yang bahan tanamnya adalah entres diambil dari beberapa blok yang ada. Klon yang digunakan sebagai entres adalah TRI 2025.

Pembuatan bangunan pembibitan di kebun Kemuning sudah cukup baik karena pembibitan dekat dengan sumber air, drainase tanah baik. Bangunannya terbuat dari anyaman bambu dengan tinggi 2 m dan jarang antar tiang 3 m x 3 m. Sungkup dibuat dengan panjang 8 – 10 m, lebar 80 – 100 cm dan tinggi 60 – 100 cm yang dapat menampung 1 500- 2 500 polybag. Stek ditanam dalam polybag berukuran 20 cm x 7 cm. Antara bedengan dibuat parit dengan lebar 20 cm.

Untuk penanaman stek diperlukan persiapan tanah, polybag, bahan stek (entres), pupuk dan pestisida. Tanah untuk polybag merupakan campuran top soil dan sub soil dengan perbandingan 1 : 2. Top soil terlebih dahulu dicampur dengan pupuk urea, TSP, dan MOP dengan dosis masing- masing 300, 150, dan 150 g/m³, sedangkan untuk sub soil di campur dengan Dithane M 45 200 g/m³.

Polybag yang telah ditanami stek diletakkan di atas bedengan, kemudian ditutup dengan sungkup selama 3 – 4 bulan. Sungkup dapat dibuka saat dilakukan pemeliharaan seperti pengendalian hama dan penyakit tanaman, penyiapan penyulaman. Pada tahap pertama, yaitu pada umur 3 bulan pertama dilakukan penyiangan rumput, lumut dan penyulaman. Pada tahap kedua umur 3 bulan kedua sungkup dibuka 3 jam selama 2 minggu berturut – turut. Pada tahap tersebut dilakukan penambahan urea dengan konsentrasi 25 g/l dengan interval 2 minggu dan pemberian pupuk Bayfolan dengan konsentrasi 0.2 %. Pada tahap ketiga, umur 3 bulan ketiga sungkup dibuka seterusnya.

Penyakit yang sering menyerang pembibitan adalah blister blight. Pengendalian penyakit tersebut dilakukan dengan melakukan penyemprotan

(26)

larutan Dithane M-45 dengan dosis 10 g/100 polybag dengan gembor kapasitas 5 – 10 l. Sedangkan intensitas serangan hama di pembibitan masih sedikit.

Norma prestasi kerja untuk pembibitan 300 polybag/HK. Penulis melakukan kegiatan pemeliharaan, dan pemotongan selama 2 hari dengan jam kerja 5 jam/hari dengan prestasi kerja 150 polybag/HK. Prestasi kerja karyawan untuk penanaman rata-rata 224 polybag/HK. Areal pembibitan dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Areal Pembibitan

(27)

Pengendalian Gulma

Jenis gulma yang tumbuh di kebun Kemuning antara lain: Impatiens

platypetala (pacar banyu), Boreria alata (ketoprakan), Ageratum conyzoides

(babadotan), Synedrella nodiflora (cekakluk), Clidemia hirta, Comellina difusa (tali said), Panicum repens (lempuyangan) dan Setaria plicata (cowean).

Pengendalian gulma di kebun Kemuning dijadwalkan dua kali secara manual dan dua kali secara kimia dalam setahun. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya masih disesuaikan dengan kondisi di lapangan dengan mempertimbangkan ketinggian gulma dan kerapatan gulma.

Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan tiga cara yaitu babad, jambulan dan dongkel anak kayu (DAK). Pembabadan dilakukan terhadap gulma yang resisten terhadap herbisida dan gulma yang tidak diinginkan berada di bawah perdu teh dengan menggunakan parang atau gaet.

Jambulan dilakukan dengan membuang gulma yang tumbuh hingga ke

atas bidang petik. Gulma hasil jambulan kemudian diletakkan di atas perdu dengan tujuan agar gulma kering dan mati. Setelah dua hari, jambulan di atas perdu teh akan kering dan harus diturunkan ke tanah untuk menghindari terhambatnya pertumbuhan pucuk. Gulma yang cara pengendaliannya dengan

jambulan adalah Commelina difusa dan Panicum repens. Pekerjaan jambulan

bukan hanya tugas dari pengendalian gulma, akan tetapi tenaga pemetik juga harus ikut berpartisipasi dengan cara mencabut gulma tersebut pada saat pemetikan.

Dongkel anak kayu (DAK) dilakukan dengan mendongkel gulma berkayu sampai akar-akarnya sehingga kemungkinan untuk tumbuh kembali sangat kecil. DAK dilakukan bilamana gulma tersebut telah disemprot dengan herbisida tetapi tidak mati. Contoh gulma yang dikendalikan dengan cara DAK adalah Setaria

plicata dan Melastoma malabatricum.

Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan penyemprotan Biosat dengan dosis 2 l/ha, volume semprot 400 l/ha. Akan tetapi, akhir-akhir ini kebun Kemuning memakai herbisida Gerosin yang bersifat sistemik dengan bahan aktif

isopropilamine glyphosate. Dosis Gerosin yang digunakan 1.5 l/ha dengan

(28)

aplikasi herbisida adalah knapsack sprayer tipe mulut katak (nozzle hitam) yang mempunyai kapasitas 15 l dengan lebar semprot 100 – 120 cm.

Aplikasi herbisida dilakukan dari lokasi yang jauh dari sumber air menuju lokasi yang dekat dengan sumber air. Dalam aplikasinya, knapsack diarahkan ke bawah perdu teh. Aplikasi herbisida tersebut dilakukan pada saat cuaca cerah, apabila turun hujan aplikasi segera dihentikan. Apabila pada saat turun hujan terpaksa harus dilakukan, maka pada larutan herbisida ditambahkan Agristik (perekat) dengan konsentrasi 5 ml/air. Tiga hari setelah penyemprotan, gulma akan tampak layu dan satu minggu setelah penyemprotan gulma akan mati.

Jadwal pelaksanaan pengendalian gulma secara manual dan kimia ditetapkan oleh mandor rawat untuk masing-masing blok. Selain itu mandor juga harus memperhatikan selang waktu antara pengendalian gulma secara manual dan kimia untuk efisiensi tenaga kerja dan bahan-bahan yang digunakan. Setiap pelaksanaan pengendalian gulma selalu diawasi oleh mandor rawat.

Pengendalian secara kimia pada tiap afdeling dikerjakan oleh 3 orang KHL, yang diawasi oleh satu orang mandor. Norma prestasi kerja pengendalian gulma secara kimia adalah 0.67 ha/HK, sedangkan untuk pengendalian gulma secara manual 0.2 ha/HK. Penulis melakukan pengendalian gulma secara kimia selama 6 hari dengan prestasi kerja rata-rata 0.25 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan 0.6 ha/HK. Kegiatan Pengendalian Gulma secara kimia di kebun Kemuning dapat dilihat pada Gambar 3.

(29)

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Jenis hama yang sering menyerang tanaman teh di kebun Kemuning adalah Empoasca sp, ulat penggulung pucuk (Cydia leucastome), ulat penggulung daun (Homona coffearia), tungau jingga (Brevipalpus phoenicis), penggerek batang dan kutu hitam. Empoasca sp merupakan hama yang paling sering menyerang tanaman teh di kebun Kemuning dibandingkan dengan jenis hama lainnya. Empoasca, sp umumnya menyerang daun muda dengan cara menghisap cairan pada daun dan mengeluarkan sejenis toksin. Gejala serangan pada tingkat sedang ditandai dengan daun bagian pinggir keriting, sedangkan pada tingkat serangan berat daun berwarna kuning kusam, pinggir daun keriting dan daun mengalami kematian. Pengendalian Empoasa sp dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida sistemik Confidor 200 SL yang berbahan aktif Imidal

Lipid dengan dosis 0.15 – 0.25 kg/ha dan volume semprot 250 l/ha.

Serangan ulat penggulung daun dan ulat penggulung pucuk terjadi sepanjang tahun, tetapi intensitas serangan yang tinggi hanya terjadi ketika peralihan musim kemarau dan musim penghujan, atau sebaliknya. Ulat penggulung daun menyerang pucuk daun teh yang mengakibatkan daun tergulung dan pertumbuhan tunas terhambat. Hama tersebut merusak teh muda maupun teh tua dengan cara menggulung daun. Ulat penggulung pucuk hampir sama dengan ulat penggulung daun yaitu menyerang pucuk daun teh sehingga pucuknya tergulung. Pengendalian kedua jenis hama tersebut dilakukan dengan cara manual dan kimia. Cara manual dilakukan dengan memetik daun yang terserang bersamaan pemetikan. Pengendalian dengan cara kimia dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis 2.5 EC yang berbahan aktif delta metrin dengan dosis 0.2 l/ha atau 8 ml/sprayer). Cara manual lebih efektif dibandingkan dengan cara kimia.

Tungau jingga menyerang daun tua pada permukaan bagian bawah dan bagian petiolusnya. Gejala serangan awal ditandai dengan adanya bercak kecil pada bagian pangkal daun, kemudian menyerang tulang daun yang menyebabkan daun berwarna merah, kering dan rontok. Serangan yang berat dari hama tersebut terjadi pada musim kemarau. Pengendalian hama tersebut dilakukan dengan cara

(30)

penyemprotan akarisida Omite 570 EC yang berbahan aktif propargit dengan konsentrasi 2 ml/l. Serangan tungau jingga ini jarang sekali terjadi.

Hama penggerek batang menyerang pada kondisi kelembaban rendah. Serangan hama tersebut menyebabkan daun berubah menjadi berwarna kuning, layu dan pada serangan berat daun akan rontok. Pengendalian hama tersebuat dilakukan dengan cara manual, yaitu mencari lubang sumber ulat penggerek dan membongkarnya.

Penyakit yang menyerang tanaman teh di kebun Kemuning adalah cacar daun teh (blister blight) dan cendawan akar. Blister blight lebih dominan menyerang tanaman teh dibandingkan penyakit lainnya.

Blister blight menyerang tanaman teh di kebun Kemuning sejak tahun

2002 dan merupakan penyakit utama di kebun tersebut. Penyakit blister blight disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans Massee. Penyakit tersebut biasanya menyerang tanaman teh pada daerah kebun yang lebih tinggi dan lembab, terjadi pada musim hujan karena iklimnya sesuai untuk berkembang biak dan kondisi intensitas cahaya yang rendah. Penyakit cacar daun biasanya menyerang daun daun dan tangkai sehinga akan mempengaruhi produksi secara kualitas dan kuantitas. Pada serangan awal timbul bercak tembus pandang kemudian diikuti timbulnya benjolan berwarna putih pada permukaan bawah daun. Dalam beberapa hari bercak mengering dan daun menjadi berlubang pada berkas bercak. Pengendalian penyakit daun cacar teh dilakukan dengan cara kimia yaitu penyemprotan fungisida Cobox yang berbahan aktif tembaga oksiklorida 50 % Cu dengan dosis 1 – 2 kg/ha. Pengendalian penyakit cacar daun teh ini menggunakan

knapsack dengan tipe mulut katak dengan jenis nozzel hitam.

Penyakit cendawan akar jarang menyerang tanaman teh di Kebun Kemuning. Penyakit tersebut ditandai dengan timbulnya cendawan berwarna putih pada akar. Pengendalian cendawan akar dilakukan dengan cara manual, yaitu isolasi.

Untuk mengetahui tingkat serangan dan tindakan pengendalian serta keefisienan biaya untuk pengendalian (penggunaan herbisida), dilakukan Early

Warning System (EWS). EWS dilakukan dengan mengambil contoh sebanyak 3

(31)

sampel. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sistematis (zig – zag). Untuk dapat mengetahui intensitas serangan (IS) dan luas serangan (LS) dapat dihitung dengan rumus:

Jumlah tanaman terserang IS ( % ) = X 100 %

Jumlah pokok

Adapun kriteria tingkat serangan hama yang ditetapkan di Kebun Kemuning adalah 0 – 10 % merupakan tingkat serangan ringan, 10 – 20 % serangan sedang dan > 20 % serangan berat. Pada serangan penyakit, tingkat serangan > 5% sudah termasuk serangan berat.

Selain usaha pengendalian secara kimia, pengendalian hama dan penyakit di kebun Kemuning dilakukan dengan kultur teknis, yaitu dengan mengurangi ranting atau cabang pohon penaung agar sinar matahari yang masuk lebih banyak, memperpendek gilir petik, melakukan sanitasi dan kebersihan kebun dan pengaturan pemangkasan.

Pengendalian hama dan penyakit di kebun Kemuning membutuhkan 12 orang tenaga kerja untuk satu afdeling. Tenaga kerja tersebut terdiri atas 7 orang tenaga penyemprot dan 5 orang tenaga pembuat larutan yang sekaligus sebagai tenaga pelangsir.

Untuk pengendalian hama dan penyakit di kebun Kemuning dengan menggunakan knapsack ditetapkan standar prestasi kerja sebesar 0.35 ha/HK. Selama magang, penulis melakukan pengendalian hama penyakit tanaman selama 6 hari dengan prestasi kerja rata-rata 0.18 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan 0.3 ha/HK. Kegiatan yang dilakukan penulis meliputi deteksi EWS dan penyemprotan fungisida. Beberapa serangan hama dan penyakit di kebun

(32)

Gambar 4. Serangan Hama dan Penyakit Teh

(a) Gejala Serangan Dari Hama Cercosporella, (b) Gejala Penyakit Cacar Air, (c) Gejala Serangan Empoasca, sp

Pemupukan

Pemupukan dilakukan pada kondisi curah hujan sedang dan kebun bersih dari gulma. Pemupukan di kebun Kemuning dilaksanakan empat kali aplikasi dalam setahun, sedangkan untuk pupuk daun pengaplikasiannya dilakukan bersamaan dengan pengendalian HPT.

Pupuk yang digunakan di kebun Kemuning adalah pupuk anorganik yang terdiri atas Urea (46 % N), SP-36 (36 % P2O5), KCl (60 % KCl) dan Kieserit (27 % MgO). Sedangkan pupuk daun yang digunakan adalah jenis ZnSO4 (Zinc Sulphate) dengan kandungan ZnSO4 100 %.

a

c b

(33)

Penentuan dosis pupuk didasarkan pada hasil pengambilan leaf sample

unit (LSU) yang dianalisis secara rutin setiap bulan Juli. Syarat satuan contoh

daun yang dikirim untuk dianalisis adalah daun indung berukuran penuh, p+3 atau k+1, tidak rusak. Dari hasil analisis laboratorium tersebut akan diperoleh hasil uji LSU yang di dalamnya terdapat rekomendasi dosis dan jenis pupuk yang dibutuhkan oleh kebun Kemuning. Rekomendasi dosis pupuk ditetapkan oleh

head offise (HO) direktorat tanaman dimana kebutuhan pupuk untuk tiap-tiap blok

berbeda bergantung pada hasil analisis daun setiap tahun.

Pemupukan di kebun Kemuning dilakukan dengan dua cara yaitu melalui akar dan melalui daun. Pemberian pupuk daun berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan tunas. Urutan pelaksanakan pemupukan dimulai dari pengangkutan pupuk dari gudang dengan truk atau hiline (jika areal sulit dijangkau truk) pada pagi hari untuk di ecer ke areal. Pelaksanaan pemupukan diawasi mandor besar (asisten) dengan dibantu mandor pupuk, mandor rawat dan satpam.

Tenaga kerja yang diperlukan rata-rata 15 orang/hari yang terdiri atas tenaga pencampur, pelangsir dan penabur. Tenaga pelangsir menempatkan pupuk yang telah dicampur pada beberapa sudut sesuai keadaan lahan dan untuk mengefisiensikan waktu agar tenaga penabur tidak bolak balik.

Pada teknik pelaksanaan di lapangan, tenaga pencampur mencampurkan jenis-jenis pupuk yang digunakan di atas terpal. Pupuk yang telah dicampur secara merata kemudian dimasukkan kedalam karung. Satu karung rata-rata diisi campuran pupuk sebanyak tujuh ember (35 kg) dan siap untuk di ecer ke pos-pos tenaga penabur. Tenaga penabur dibariskan berdekatan (per dua baris tanaman) dan digiring untuk mempermudah pengawasan. Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya di lapangan, masih sering terjadi penyimpangan-penyimpangan, misalnya tenaga penabur menaburkan pupuknya berlebihan karena berorientasi menghabiskan pupuk tanpa memperhatikan kebutuhan pupuk per tanaman, pupuk yang ditaburkan mengenai daun, adanya areal yang terlewat dipupuk dan takaran pupuk yang tidak seragam sehingga dosis pupuk untuk tiap tanaman tidak sama. Norma prestasi kerja untuk pemupukan 1.5 ha/HK. Penulis melakukan kegiatan pemupukan Urea dan MOP selama 8 hari dengan kerja rata-rata 0.23 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan 0.7 ha/HK. Pupuk memerlukan tempat

(34)

penyimpanan mengingat fungsinya sebagai saprotan yang dibutuhkan dalam jumlah cukup besar dan pengaplikasiannya dalam beberapa waktu yang cukup lama. Gudang penyimpanan pupuk harus dijaga kondisi lingkungannya agar tidak menguap (bereaksi). Gudang pupuk di kebun Kemuning berukuran 16 m x 12 m dengan kapasitas 150 ton pupuk. Peralatan pemupukan di kebun Kemuning dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Peralatan Pemupukan.

Pemangkasan

Jenis pangkasan yang dilakukan di kebun Kemuning adalah pangkasan produksi tipe bersih. Pangkasan produksi tipe bersih yaitu pangkasan dengan bidang pangkas yang rata tetapi pada bagian tengahnya agak rendah (ngamangkok). Pemangkasan tipe bersih dilakukan dengan cara membuang semua ranting kecil yang berukuran kurang dari 1 cm beserta semua daunnya sehingga yang tertinggal hanya cabang dan ranting utama saja.

Standar tinggi pangkasan produksi tipe bersih di kebun Kemuning adalah 50-60 cm dengan batang yang berdiameter kurang dari 10 cm dihilangkan, luka pangkasan tidak boleh terlalu lebar dan tidak boleh pecah serta luka berbentuk tapal kuda. Cabang-cabang yang menyamping dan terletak di bawah 60 cm dibiarkan untuk melebarkan frame, dan bidang pangkas sejajar kemiringan lahan. Akan tetapi pada kenyataanya di lapangan, masih banyak terdapat ranting-ranting kecil yang ditinggal dan banyaknya luka pangkas yang masih terlalu besar sehingga memperbesar penguapan. Hal tersebut disebabkan oleh tenaga pemangkas yang hanya mengejar target luas areal yang dipangkas tanpa

(35)

memperhatikan kualitas hasil pangkasan. Areal yang telah dipangkas bersih dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Areal Pemangkasan.

Pemangkasan di kebun Kemuning dilakukan secara manual dengan menggunakan sabit pangkas (gaet) dan mistar. Penggunakan gaet masih dianggap baik mengingat jenis pangkasan yang diterapkan oleh kebun Kemuning. Setiap karyawan pemangkasan di kebun Kemuning bersifat borongan. Untuk mempercepat pertumbuhan pucuk, sisa pangkasan diletakkan diantara tanaman teh untuk menambah bahan organik tanah.

Perkebunan Kemuning menetapkan areal yang dipangkas 25 % per tahun dari total luas areal TM dan dilakukan dalam dua semester karena untuk menghindari anjloknya produksi.

Daur pangkas yang ditetapkan di kebun Kemuning berkisar 4-5 tahun sekali. Akan tetapi untuk blok yang mengalami keterlambatan dan dianggap masih produktif belum dilakukan pemangkasan, meskipun sudah waktunya untuk dipangkas serta untuk menghindari menurunnya produksi akibat adanya serangan berat blister blight selama empat bulan terakhir ini. Realisasi pemangkasan di kebun Kemuning pada tahun 2007 dapat dilihat dalam Tabel 4.

(36)

Tabel 4. Realisasi Pemangkasan di kebun Kemuning Tahun 2007

Afdeling Luas areal (ha) Luas Areal Pemangkasan (ha)

Areal Pemangkasan

OA 214.26 61.28 28.60

OB 177.71 47.38 26.66

Total 391.97 108.66 27.72

Sumber : Arsip Kantor Induk RSK

Untuk pelaksanaan pemangkasan yang tepat harus memperhatikan kondisi tanaman dan iklim. Waktu yang terbaik untuk pelaksanaan pemangkasan adalah pada awal atau akhir musim hujan dan dilakukan bila produksi telah menurun 50 % dari produksi sebelumnya. Norma prestasi kerja untuk pemangkasan adalah 2 patok/HK. Penulis melakukan kegiatan pemangkasan selama lima hari yaitu pada Blok B6 dengan prestasi kerja rata – rata 0.2 patok/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan 1.5 patok/HK.

Demplot Pupuk

Demplot pupuk ini dilakukan oleh perusahaan pupuk Ciputra. Demplot ini dilakukan di Afdeling OB pada Blok B7. Demplot yang dilakukan meliputi demplot pupuk powder dan pupuk liquid. Untuk pupuk powder hanya menggunakan satu sendok makan dan dilarutkan ke dalam air sebanyak 30 l air. Tujuan dari penggunaan pupuk powder ini adalah untuk memenuhi unsur hara dalam tanah. Untuk pengaplikasiannya dilakukan dengan knapsack sprayer dengan kapasitas 10-15 l. Untuk pupuk liquid yang digunakan sebanyak 3 sendok makan dan dicampurkan dengan 20 l air. Penggunaan pupuk liquid ini bertujuan untuk memelihara daun teh dari serangan hama dan penyakit serta memberikan nutrisi yang dibutuhkan daun teh tersebut untuk tumbuh.

(37)

Pemetikan

Pemetikan merupakan kegiatan memungut sebagian dari tunas – tunas teh beserta daunnya yang masih muda (kuncup, ranting muda dan daun) untuk kemudian diolah menjadi produk teh kering yang merupakan komoditas perdagangan. Selain itu, pemetikan juga bertujuan untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu meningkatkan produksi yang berkesinambungan. Ranting pucuk harus dipetik untuk menghindari pertumbuhan yang semakin lambat bahkan terhentinya pertumbuhan. Setelah dilakukan pemetikan akan tumbuh pucuk burung yang merupakan satu masa periode istirahat untuk beberapa minggu, setelah masa tersebut dilalui, maka akan kembali tumbuh pucuk peko. Saat melakukan pemetikan, baik pucuk peko maupun pucuk burung sebaiknya pemetik harus meninggalkan kepel (daun pertama yang tumbuh dari tunas) dan sehelai daun di atasnya dengan tujuan untuk menjaga pertumbuhan pucuk selanjutnya agar sempurna.

Jenis Pemetikan

Pemetikan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pemetikan jendangan, pemetikan produksi dan pemetikan gendesan. Pemetikan jendangan merupakan pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang cukup, agar tanaman mempunyai potensi produksi yang tinggi. Jenis pemetikan yang dilakukan di kebun Kemuning meliputi pemetikan

jendangan, pemetikan produksi dan pemetikan gendesan (rampasan).

Pemetikan jendangan dilaksanakan 2 – 3 bulan setelah pemangkasan produksi, yaitu pada kondisi 60 % dari luas areal yang dipangkas telah memenuhi syarat untuk pemetikan jendangan dengan tinggi pucuk 15 – 20 cm dari luka pangkas (tinggi pangkasan 50 – 60 cm). Tinggi bidang petikan jendangan dari bidang pangkasan tergantung pada tinggi rendahnya pangkasan (PT Perkebunan X, 1993). Pucuk yang berada di bawah ketinggian tersebut tidak boleh di petik karena berfungsi untuk membentuk bidang petik. Pemetikan jendangan dilakukan 3 – 5 kali hingga tanaman memasuki masa pemetikan produksi. Setelah pemetikan

(38)

sering disebut jolonjong, yaitu kegiatan pemetikan pucuk – pucuk yang pada saat

jendangan pertama belum terpetik karena belum manjing atau belum siap dipetik.

Prihatmajanti (1999), menyimpulkan bahwa petikan jendangan yang dilaksanakan 3 bulan setelah pemangkasan lebih baik dibandingkan 4 bulan setelah pemangkasan. Hal tersebut terlihat dari jumlah pucuk yang terpetik, jumlah pucuk

peko, bobot basah dan bobot kering pucuk yang lebih tinggi.

Alat yang digunakan untuk pemetikan adalah jidar salib, waring dan pisau. Ukuran jidar salib yang digunakan adalah tinggi 80 cm dan lebar 100 cm yang bertujuan untuk menjaga kerataan perdu. Pelaksanaan pemetikan jendangan dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Pelaksanaan Pemetikan Jendangan.

Pengamatan tinggi petikan jendangan dilakukan pada blok B3 dan A10, dari masing – masing blok diambil 5 tanaman contoh secara acak, masih rendahnya pengambilan contoh ini disebabkan pada saat penulis melakukan magang hanya terdapat dua kali petikan jendangan di blok yang berbeda. Hasil pengamatan tinggi petikan jendangan dapat dilihat pada Tabel 5. Setelah 2-5 pemetikan jendangan dilakukan dengan interval 9-11 hari serta pucuk tersier sudah tumbuh, maka pemetikan dilanjutkan ke jenis pemetikan berikutnya yaitu pemetikan produksi.

(39)

Tabel 5. Tinggi Petikan Jendangan di Dua Blok Kebun Kemuning

Afdeling Blok Rotasi petikan

Jendangan Umur Setelah Pemangkasan (bulan) Tinggi Pangkasan (cm) Rata–rata Tinggi Petikan Jendangan OA 10 1 3 59.3 13.8 OB 3 1 3 59.8 13.5

Sumber : Data primer Pengamatan Penulis

Pemetikan produksi yang dilakukan di kebun Kemuning adalah petikan sedang (medium plucking) dengan rumus p+2 (peko dengan dua daun), p+3 (peko dengan tiga daun), b+1m (burung dengan satu daun muda) dan b+2 (burung dengan dua daun muda). Petikan sedang merupakan pemetikan yang tidak menyisakan daun di atas kepel untuk bagian tengah perdu (k+0), sedangkan untuk bagian pinggir ditinggalkan satu daun di atas kepel (k+1). Pemetikan di kebun Kemuning dilakukan dengan sistem manual dan menggunakan etem (pisau). Pemetikan dengan cara manual dilakukan dengan ibu jari dan telunjuk tanpa menggunakan sarung tangan, pemetikan dengan cara dirampas tidak dibenarkan.

Pemetikan produksi dilakukan 2 – 2.5 bulan setelah pemetikan jendangan yang ditandai dengan tumbuhnya tunas tersier dan bentuk perdu yang rata. Dalam pelaksanaan pemetikan produksi harus tetap memperhatikan daun pemeliharaan, karena jika daun pemeliharaan terlalu tipis akan menyebabkan pucuk yang tumbuh cenderung menjadi pucuk burung, sehingga akan berpengaruh terhadap tanaman. Kegiatan pemetikan produksi dapat dilihat pada Gambar 9.

Pemetikan produksi yang dilakukan saat menjelang pemangkasan di sebut petikan gendesan atau rampasan. Pemetikan gendesan dilakukan dengan cara memetik semua pucuk yang memenuhi syarat untuk diolah tanpa memperhatikan daun yang ditinggalkan.

Pelaksanaan Pemetikan

Waktu pelaksanaan pemetikan jendangan berpengaruh langsung terhadap tinggi pucuk jendangan. Semakin cepat pelaksanaan pemetikan jendangan, maka

(40)

tinggi jendangan semakin rendah, sehingga akan meninggalkan pucuk yang pendek. Sebaliknya apabila waktu dimulainya pemetikan jendangan semakin lama, maka tinggi tunas akan meningkat (Adisewojo, 1982).

Pemetikan di kebun Kemuning dimulai pukul 07.00 – selesai (disesuaikan dengan kondisi pucuk di lapangan). Semakin banyak jumlah pucuk manjing, maka akan semakin lama waktu untuk pemetikan. Pemetikan dimulai dari tempat yang jauh atau perengan menuju tempat yang datar atau dekat dengan jalan.

Pada waktu melakukan pemetikan pemetik dilengkapi dengan jidar,

waring, yang terbuat dari jala dengan kapasitas 20 – 35 kg dan celemek plastik.

Kepada pemetik mandor menerapkan 3M yaitu mana yang dipetik (p+3 dan pucuk burung), mana yang ditinggal (pucuk yang di pinggir dan pucuk yang di bawah bidang petik) dan mana yang di buang (cakar ayam, jambulan, dan tunas yang tumbuh lebih dari satu).

Jumlah pucuk hasil pemetikan dalam genggaman dianjurkan tidak terlalu banyak untuk menghindari kerusakan pucuk. Pucuk – pucuk yang telah dipetik sebagian langsung dimasukkan dalam waring yang digendong para pemetik. Setelah waring penuh oleh pucuk, pemetik harus memindahkan pucuk – pucuk tersebut ke tempat pengumpulan yang terletak dekat dengan jalan yang berfungsi juga sebagai tempat penimbangan (los pucuk).

Pemetik kadang – kadang mengabaikan aturan yang telah ditetapkan perusahaan, karena orientasinya untuk mendapatkan hasil yang tinggi tanpa melaksanakan aturan tersebut sehingga sering terjadi kesalahan. Kesalahan tersebut antara lain pucuk burung tidak bersih dipetik sehingga pada gilir petik berikutnya pucuk tersebut sudah tua, pucuk tanggung ikut terpetik, cara memetik yang dijambret dan jidar yang di bawa tidak digunakan.

Sistem pemetikan yang di pakai di kebun Kemuning adalah sistem giring

sisir, yaitu pemetik menyelesaikan areal yang siap dipetik secara berjajar dari

tempat terjauh dari jalan ataupun perengan menuju tempat yang dekat dengan jalan dengan tujuan untuk memudahkan dalam penimbangan.

(41)

Penimbangan dan Pengangkutan

Penimbangan pucuk di kebun Kemuning dilakukan 1 sampai 2 kali tergantung pada jumlah pucuk di lapangan. Jika penimbangan pucuk sekali maka penimbangan dilakukan pada pukul 11.00 – 12.00, sedangkan jika penimbangan pucuk 2 kali maka penimbangan pertama dilakukan pada pukul 10.00 – 11.00 dan penimbangan kedua pada pukul 14.00 – 15.00.

Penimbangan dilakukan oleh krani timbang kebun dengan menggunakan alat timbang gantung dan masing – masing mandor mencatat hasil pucuk yang diperoleh pemetik yang menjadi tanggung jawabnya. Umumnya, setiap wilayah mempunyai krani timbang masing – masing.

Pucuk yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam truk pengangkut dan siap diantar ke pabrik. Di kebun Kemuning pucuk tersebut di tumpuk dalam truk tanpa menggunakan rak. Hal tersebut disebabkan oleh terbatasnya alat transportasi yang mengangkut pucuk. Selain itu truk juga tidak dilengkapi dengan penutup bak untuk melindungi pucuk dari sengatan panas matahari dan hujan yang dapat menyebabkan pucuk longsong. Kerusakan pucuk semakin besar karena pegawai bongkar muat selama perjalanan dari kebun ke pabrik duduk di atas waring-waring yang telah penuh dengan pucuk. Hal ini akan mempengaruhi kualitas dari pucuk dan mempengaruhi hasil dari analisi pucuk dan analisis petik yang dilakukan oleh pihak pengolahan. Kegiatan penimbangan dan pengangkutan dapat dilihat pada Gambar 8.

Kapasitas Pemetik

Kapasitas pemetik adalah kemampuan pemetik untuk mengambil pucuk dalam 1 hari kerja. Kapasitas petik antar pemetik sangat bervariasi dan bahkan berubah-ubah dari hari ke hari. Hal tersebut dipengaruhi oleh perbedaan cara memetik, populasi tanaman, cuaca dan banyaknya pucuk yang bisa dipetik. Pada awalnya kebun Rumpun Sari Kemuning menetapkan standar basic yield 40 kg. Akan tetapi, akibat serangan blister blight maka standar tersebut diturunkan menjadi 35 kg.

(42)

Gambar 8. Pelaksanaan Pengangkutan, dan Penimbangan

Keterangan :

a. Kegiatan penyimpanan pucuk di dalam waring pemetik b. Kegiatan penyimpanan pucuk di dalam waring pemetik c. Pucuk yang terdapat dalam waring pemetik

d. Kegiatan penimbangan pucuk e. Kegiatan penimbangan pucuk f. Alat pengangkutan pucuk teh g. Kegiatan pengangkutan pucuk h. Pengangkutan pucuk hasil petikan

i. Pucuk yang siap diangkut ke bagian pengolahan

a b c

e

d f

(43)

Tenaga Pemetik

Tenaga pemetik memegang peranan penting dalam mencapai hasil petikan secara optimal. Pengaturan kebutuhan tenaga pemetik dilakukan berdasarkan keterampilan pemetik dan umur pangkas. Pemetik-pemetik yang memiliki keterampilan yang tinggi ditempatkan pada blok dengan umur pangkas muda.

Berdasarkan target produksi 2007 (11 273 ton/ha/tahun), rata – rata kapasitas 35 kg dan hari kerja efektif dalam 1 tahun (343 hari), absensi pemetik dalam setahun 5 %, maka rasio tenaga pemetik dapat dihitung dengan rumus :

TP =

TP = X 105 %

TP =

TP = 0.98 / ha

TP = 384 orang/391.97 ha

Tenaga pemetik di kebun Kemuning merupakan tenaga borongan yang pengupahannya sesuai dengan berat pucuk yang telah diperoleh dari hasil analisis pucuk. Norma hari kerja pemetik adalah 18 HK/ha, sehingga setiap pemetik mendapatkan hanca 1.4 patok/HK.

Hanca Petik dan Gilir Petik

Hanca petik adalah luas yang dipetik dalam 1 hari oleh seorang pemetik. Pengaturan hanca petik didasarkan pada kapasitas rata – rata pemetik, blok kebun, daur petik serta topografi dan musim. Makin pendek daur petik maka akan semakin luas hanca petik. Hanca petik untuk setiap jenis petikan berbeda tergantung pada luas areal yang akan dipetik dan jenis petikan. Sebagai gambaran untuk kemandoran di Afdeling OB dengan luas 177.71 ha dan gilir petik 10 hari, hanca petiknya dapat dihitung sebagai berikut:

(44)

Luas areal yang dipetik Hanca petik = Gilir petik 177.71 = 10 = 18 ha/hari

Gilir petik adalah jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya, dihitung dalam jumlah hari. Lama gilir petik ditentukan oleh kecepatan pertumbuhan pucuk yang dipengaruhi oleh umur pangkas, iklim, elevasi dan kesehatan tanaman dan jenis klon (Arifin, 1992). Gilir petik yang tepat akan memberikan produksi yang maksimal dan mutu yang baik, apabila selektivitas pemetikan dilakukan dengan benar (Argadipraja, 1982). Mutu pucuk hasil pemetikan yaitu kehalusan dan keragaman jenis pucuk dipengaruhi oleh panjang gilir petik (Sukasman dan Mahmud, 1988). Semakin panjang gilir petik menyebabkan tidak tercapainya standar pemetikan medium yaitu pucuk telah melebihi rumus petik, hal ini dapat mengakibatkan pucuk tidak memenuhi kriteria analisis pucuk MS, sehingga persentasenya menurun. Gilir petik yang diterapkan di kebun Kemuning adalah 9 – 12 hari, karena berada pada dataran tinggi. Panjang pendeknya gilir petik juga merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan produksi serta produktivitas pucuk teh yang dihasilkan.

Analisis Petik dan Analisis Pucuk

Untuk mengetahui hasil pelaksanaan pemetikan dari setiap waktu, kebun Kemuning melakukan pemeriksaan pucuk melalui analisis pucuk dan analisis petik. Kegiatan pemeriksaan pucuk (analisis) tersebut dilakukan oleh seorang tenaga khusus yang terlatih.

Analisis pucuk merupakan pemisahan pucuk yang didasarkan pada bagian tua dan muda (memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat) yang dinyatakan dalam persen. Analisis pucuk selain bertujuan untuk menilai pucuk yang akan diolah juga menentukan upah pemetik dan juga premi mandor. Analisis ini dilakukan dengan mengambil sampel pucuk dari setiap kemandoran sebanyak 200

(45)

gram dan dipisahkan menjadi tiga bagian yaitu halus, kasar dan rusak. Dari masing – masing kriteria tersebut ditimbang dan dihitung presentasenya. Pucuk yang digolongkan memenuhi syarat (MS) jika telah memenuhi analisis pucuk sebesar 40 % dan tidak memenuhi syarat (rusak + kasar) maksimal 60 %. Apabila berdasarkan analisis pucuk tersebut suatu kemandoran mendapatkan hasil pucuk yang memenuhi syarat di atas 40 %, maka mandor tersebut akan mendapatkan premi sebesar 10 %.

Pengolahan Teh Hijau

Pengolahan teh hijau ini sedikit berbeda dengan teh hitam, dalam pengolahan teh hijau pucuk halus, medium, kasar maupun rusak dicampur menjadi satu sehingga analisis petik tidak perlu untuk dilakukan dan tidak terdapat pra penggilingan. Selain itu proses pengeringannya dilakukan dua kali.

Pucuk yang diterima di pabrik, kemudian ditimbang oleh krani timbang pabrik dan dilakukan pemotongan dari hasil penimbangan pucuk di kebun untuk mengurangi berat air yang terbawa oleh pucuk dari kebun. Pemotongan hasil pucuk pada kondisi normal sebesar 5 %, musim hujan 7 % dan pucuk rusak 10 %. Tahapan pengolahan teh hijau yang dilakukan di kebun Kemuning terdiri atas pelayuan, penggilingan, pengeringan awal, pengeringan akhir, sortasi dan pengepakan. Selain tahapan pengolahan hal yang perlu dilakukan yaitu pucuk harus segera diolah untuk menghindari terjadinya oksidasi sebelum dan selama pengolahan yang dapat mempengaruhi warna seduhan, inaktivasi enzim polifenol oksidasi, pememaran daun dan pemerasan cairan selama penggilingan harus maksimal serta pemekatan cairan sel yaitu melalui pengeringan yang ditujukan untuk membantu bentuk gulungan yang baik.

Pelayuan

Pucuk teh yang sampai pabrik dan telah ditimbang dilakukan pembeberan terlebih dahulu sebelum masuk ke mesin pelayuan. Pembeberan adalah meletakkan pucuk teh dalam lantai selama 5 jam sebelum pucuk tersebut diolah.

Pembeberan dilakukan secara manual di atas lantai dengan ketebalan 20–40 cm

(46)

untuk mempermudah sirkulasi udara dan menghindari pucuk longsong. Pada proses pelayuan terjadi perubahan fisik dan kimia pada pucuk teh. Perubahan fisik dilihat dari warna daun dan perubahan kimia ditandai dengan meningkatnya aktivitas enzim, terurainya protein menjadi asam amino bebas dan meningkatnya kandungan kafein sehingga menimbulkan aroma yang harum.

Mesin pelayuan yang digunakan di kebun Kemuning adalah rotary pannel (RP) type double cylinder roll yang berkapasitas 700 – 900 dengan menggunakan bahan bakar kayu, berbentuk tabung silinder yang berputar, dialiri udara panas dengan suhu 100 – 110 ºC . Berfungsi untuk melayukan pucuk segar melalui induksi panas sehingga pucuk lemas dan juga untuk menonaktifkan enzim

polifenol oksidase sehingga tidak terjadi proses fermentasi. Mesin Pelayuan yang

digunakan di kebun Kemuning dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Mesin Pelayuan Rotary Planner (RP)

Sebelum pucuk dimasukkan ke mesin pelayuan, mesin tersebut dipanasi terlebih dahulu kurang lebih 15 menit dengan suhu 100 ºC. Pucuk yang akan dilayukan dimasukkan melalui conveyor dengan feed hopper (tempat pengisisn) dan diratakan dengan alat perata yang berputar (leaf spreader) dengan tujuan agar pucuk tidak mengumpal. Di atas conveyor terdapat blower yang berfungsi untuk membuang udara jenuh (uap air). Suhu lebih dari 110 ºC tidak dianjurkan karena dapat merusak klorofil. Pucuk dilayukan kurang lebih 5 menit. Setelah keluar dari mesin pelayuan, pucuk yang tadinya hijau berubah menjadi hijau zaitun dengan kadar air 65 -70 persen. Selain itu hasil pelayuan yang baik juga dapat diketahui

Gambar

Tabel 1. Areal Konsesi Perkebunan Teh PT. RSK Tahun 2008
Tabel 3. Jumlah Karyawan di Kebun Kemuning pada Tahun 2007
Gambar 1. Areal Pembibitan
Gambar 3. Pengendalian Gulma Secara Kimia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, sangat sulit untuk melakukan pengukuran denyut jantung subjek pada elevasi dan kondisi pucuk yang sama, sehingga pada saat pengukuran,

Dewan komisaris bertugas melakukan pengawasan terhadap kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan yang dilakukan

Pengawasan tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa anggota dibawahnya melakukan pekerjaan sesuai dengan rencana (program kerja) apalagi disini yang berkaitan dengan

Pemenuhan indikator dengan kriteria dalam proses pengembangan rencana yaitu melakukan koordinasi aparat pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian oleh instansi yang diwakili anda