• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Teknis

Kegiatan teknis selama magang yang dilakukan di kebun mulai dari buruh harian lepas (BHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten yang dimulai pukul 05.30 WITA untuk mengikuti apel pagi. Pekerjaan di lapangan dimulai pukul 06.30 WITA sampai dengan 13.30 WITA. Waktu istirahat pada pukul 10.30 WITA sampai dengan pukul 11.00 WITA namun sebagian besar pekerjaan di lapangan dilakukan dengan sistem borongan sehingga tidak menutup kemungkinan ada beberapa pekerjaan yang selesai dari waktu yang ditentukan.

Pengelolaan tanaman kelapa sawit memiliki dua hal penting yang harus diperhatikan demi tercapainya produktivitas yang tinggi yaitu pemeliharaan dan pemungutan hasil (panen). Kegiatan pemeliharaan bertujuan untuk mengkoordinasikan areal pertanaman kelapa sawit secara optimal agar didapat pertumbuhan dan perkembangan tanaman terbaik. Kegiatan pemeliharaan yang baik juga memudahkan kegiatan pemanenan. Kegiatan panen tanaman kelapa sawit bertujuan untuk menjaga kelestarian pertanaman dengan memungut hasil berupa tandan buah segar (TBS) dan brondolan yang bernilai ekonomi tinggi.

Pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang dilakukan selama penulis melakukan magang antara lain pengendalian gulma manual yakni slashing (tebas), pengendalian gulma chemist yang dikenal dengan block spraying system (BSS), penunasan progresif (pruning), konsolidasi sisip, penyisipan, sensus pokok, dan pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM). Sementara kegiatan yang berkaitan dengan produksi yaitu panen (potong buah), transportasi panen, peralatan panen, angka kerapatan panen, dan sensus buah.

Tebas (Slashing)

Tebas gawangan (Slashing) adalah kegiatan menanggulangi pertumbuhan gulma di gawangan kelapa sawit dengan cara membabat. Jenis gulma yang tumbuh dominan di gawangan mati dan pasar rintis di Kebun GKE antara lain:

Nephrolepis biserata (paku harupat), Cromolaena odorata (putihan), Melastroma malabatricum (senduduk), Lantara camara (tembelekan) dan Kentosan.

Kegiatan Slashing bertujuan untuk mengendalikan gulma-gulma di gawangan mati yang dapat menghalangi kelancaran kegiatan pemeliharaan tanaman dan pemanenan. Selain itu juga bertujuan untuk memudahkan pengawasan pemanenan dan mengurangi persaingan hara. Alat yang digunakan adalah parang babat. Teknis pelaksanaan pembabatan dilakukan sampai setinggi 20 cm dari permukaan tanah. Gulma-gulma yang menempel pada batang kelapa sawit seperti kentosan dan jenis gulma berkayu juga harus dibabat. Pembabatan dilakukan oleh 1 orang setiap gawangan dengan sistem ancak giring yaitu, apabila seorang pembabat telah selesai mengerjakan satu gawangan, maka pembabat tersebut pindah ke gawangan berikutnya yang belum dikerjakan oleh pembabat lainnya. Tenaga kerja yang digunakan sebagian besar adalah perempuan dan berstatus karyawan tetap (SKU). Rotasi babat adalah 2 kali dalam setahun dengan norma kerja 0.3 ha/HK. Prestasi kerja mahasiswa untuk kegiatan ini adalah 0.3 ha/HK.

Pemupukan pada Tanaman Menghasilkan (TM)

Kegiatan pemupukan dimulai dari penguntilan pupuk kemudian dari gudang sampai diecer di depan pasar rintis sebanyak 3-4 karung until di setiap gawangan hidup, untuk kebutuhan sampai pasar tengah, setengah pasar berikutnya dilakukan dari jalan koleksi pada blok sebelahnya. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengontrolan oleh mandor, mempercepat dan memudahkan pekerjaan pemupukan.

Kegiatan pemupukan kelapa sawit pada tanaman menghasilkan (TM) di PT Bersama Sejahtera Sakti dikenal dengan istilah BMS (Block Manuring System) artinya, sistem pemupukan yang terkonsentrasi dan dikerjakan pada blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, mandor lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi. BMS ini memiliki beberapa kelebihan yaitu pekerjaan pemupukan lebih terpola, tenaga pengawas untuk penguntil dan penabur lebih sedikit sehingga dapat menekan biaya operasional, output pupuk lebih tinggi dan mutu pemupukan lebih baik. Akan tetapi dengan berkurangnya

tenaga pengawas menyebabkan pengawasan tenaga kerja pupuk menjadi berkurang. Secara teknis pelaksanaannya kegiatan pemupukan dengan sistem BMS memiliki prinsip kerja 4T (tepat waktu, tepat dosis, tepat tempat, dan tepat jenis).

 Tepat waktu artinya pemupukan dilakukan pada waktu yang tepat. Tujuannya penerapan BMS diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemupukan.

 Tepat jenis artinya pemupukan dilakukan dengan jenis pupuk yang sesuai (sifat material dasar pupuk). Tujuannya pupuk dapat diserap oleh tanaman semaksimal mungkin.

 Tepat dosis artinya pemupukan dilakukan dengan dosis yang sesuai takaran (setiap pokok mendapatkan dosis pupuk yang sama) sesuai rekomendasi. Tujuannya mendapatkan pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit seoptimal mungkin.

 Tepat tempat artinya pemupukan dilakukan pada tempat yang tepat dan dengan cara yang benar. Tujuanya agar didapatkan prestasi kerja pemupukan seoptimal mungkin.

Jenis pupuk anorganik yang diaplikasikan di Kebun GKE yaitu Urea, MOP (KCl), RP (Rock Phosphate) dan HGFB, selain pupuk anorganik juga dilakukan pemupukan organik berupa pupuk janjang kosong. Aplikasi pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM) dilakukan secara manual yaitu menggunakan tenaga kerja yang terdiri dari tenaga kerja perempuan yang telah terlatih.

BMS sangat mengedepankan organisasi, dan masing-masing organisasi saling mendukung satu sama lain sehingga tujuan diterapkannya BMS dapat tercapai. Organisasi tersebut adalah:

1. Organisasi kerja penguntilan 2. Organisasi kerja pelangsiran 3. Organisasi kerja pengeceran 4. Organisasi kerja penaburan

5. Organisasi kerja penggulungan karung untilan

Untuk menjamin ketepatan dosis pemupukan di lapangan, pemupukan perlu dilakukan dengan sistem penguntilan. Sistem untilan merupakan metode

aplikasi pupuk dari karung goni berukuran 50 kg menjadi karung goni yang diisi sesuai dengan kebutuhan dan memudahkan operasional pemupukan di lapangan (biasanya antara 12-14 kg per untilan). Persiapan until pupuk yaitu takaran (sesuai kelipatan dosis pupuk/pokok), alas tempat untilan, karung untilan, papan administrasi rencana pemupukan, tenaga penguntil pupuk. Tenaga kerja penguntil merupakan tenaga kerja borongan, sehingga jam kerja tidak mengikuti peraturan perusahaan.

Mekanisme kegiatan penguntilan yakni keluarkan pupuk dari gudang sesuai BPB (dahulukan stok lama dan atau yang karung goninya rusak, atas prinsip FIFO). Kemudian mempersiapkan alas pupuk, karung until, dan takaran untilan. Buka karung dengan cara menarik benang jahitannya. Hancurkan atau haluskan pupuk yang telah menggumpal dan membatu. Menguntil pupuk sesuai kg/until dengan takaran yang telah dipersiapkan (berat tiap untilan berkisar antara 12,5-13,5 kg). Susun untilan dengan rapi dan teratur (10 susun) agar mudah dalam perhitungan. Terakhir yaitu membersihkan dan merapikan gudang until setelah selesai.

Karung goni untuk untilan menggunakan bekas karung pupuk sebelumnya tidak boleh menggunakan karung goni yang baru dibuka. Hal ini perlu karena jumlah karung goni bukaan baru merupakan kontrol jumlah dalam kg atau zak. Pupuk yang sudah diuntil harus segera ditabur esok harinya agar tidak terjadi proses penggumpalan. Tenaga kerja penguntil merupakan tenaga kerja borongan sehingga tidak dituntut jam kerjanya, tetapi lebih diutamakan output pupuknya.

Persiapan dan Organisasi Kerja Pengeceran

Persiapan dalam kegiatan pengeceran sebelum pupuk dilangsir yaitu membuat rencana aplikasi pemupukan (hari dan tanggal pelaksanaan) yang dibuat oleh asisten divisi. Mempersiapkan tenaga kerja yang diperlukan dalam kegiatan pengeceran dan biasanya menggunakan tenaga kerja berjumlah 2-3 orang kenek buah. Mempersiapkan kendaraan untuk membawa pupuk, dan faktor cuaca merupakan hal yang paling penting, sehingga harus memperkirakan dengan tepat. Membawa parang sebagai antisipasi apabila hujan turun.

Mekanisme kerjanya yaitu kendaraan pengangkut pupuk dari gudang ke lapangan menggunakan dua unit transportasi angkut buah. Pada pukul 06.00 WITA kendaraan pertama harus sudah mulai memuat untilan pupuk dan selesai diecer di lapangan pukul 07.00 WITA. Tidak diperbolehkan memuat untilan dengan gancu karena akan merusak karung until. Pengeceran pupuk per karungnya dilakukan dari atas kendaraan kemudian diletakan di depan pasar rintis. Peletakan karung untilan harus tepat tempat dan jumlahnya sehingga memudahkan pekerjaan pelangsiran pupuk dan setiap pokok mendapatkan dosis pupuk yang sama. Mandor pupuk bertanggung jawab terhadap keamanan pupuk dari pencurian atau disembunyikan di gawangan, parit atau tempat lain. Pupuk yang telah di langsir diusahakan ditabur pada hari itu juga.

Persiapan dan Organisasi Kerja Pelangsiran

Persiapan pelangsiran yaitu mempersiapkan tenaga kerja ecer (dengan perbandingan 1 : 2 dengan tenaga kerja penabur). Memperkirakan kondisi cuaca pada saat pelangsiran. Membawa parang yang digunakan untuk kegiatan tebas apabila turun hujan.

Mekanisme kerja pelangsiran pupuk yaitu pelangsiran pupuk ke dalam barisan tanaman menggunakan tenaga kerja perempuan. Pelangsiran disesuaikan dengan rencana kerja pemupukan yang dibuat oleh asisten divisi yang dimulai dari tepi blok ke blok berikutnya. Berat dan jumlah untilan disesuaikan dengan kelipatan dosis per pokok dan untilan diletakan pada pokok no 1, 8, 17, dan 25 (atau disesuaikan dengan dosis dan kebutuhannya). Pastikan semua untilan yang ada di tempat peletakan pupuk terangkut semua ke dalam barisan tanaman pada setiap blok yang akan dipupuk.

Persiapan dan Organisasi Kerja Penabur Pupuk

Persiapan penaburan yaitu mempersiapkan tenaga kerja tabur (berjumlah 14 orang penabur yang terdiri atas tenaga kerja perempuan). Dan peralatan pupuk diantaranya takaran tabur (sesuai dengan dosis per pokok), gendongan until, sarung tangan dan rompi. Mekanisme kerjanya yaitu pertama pastikan jumlah

takaran sesuai dengan jumlah tenaga kerja tabur pupuk. Penaburan pupuk di masing-masing blok dimulai dari pokok pertama sampai dengan blok terakhir.

Untuk pupuk urea, ditabur secara melingkar dan merata di permukaan piringan, agar secara cepat dapat meresap ke tanah dan dapat segera direspon oleh tanaman, dikarenakan sifat pupuk Urea yang mudah larut dan manguap. Sementara untuk pupuk RP dan MOP ditabur di luar lingkaran piringan atau di pinggir tumpukan pelepah dan aplikasi janjang kosong dengan berbentuk “U” (termasuk di tanah kering), dikarenakan pupuk MOP dan RP bersifat tidak mudah larut ataupun menguap. Sehingga terjadinya kehilangan pupuk (losses) akibat air hujan karena tertahan oleh rumpukan pelepah. Sementara tujuan dari penaburan pemupukan dengan berbentuk seperti huruf “U” yaitu agar dapat mengurangi losses di pasar rintis yang sering terlewati oleh pekerja.

Gambar 1. Penaburan Pupuk Urea pada Tanaman Menghasilkan

Pengaplikasian pupuk organik di Kebun GKE yaitu menggunakan pupuk janjang kosong. Janjang kosong ini diaplikasikan dengan dosis 200 kg/antar tanaman. Janjang kosong diletakkan diantara tanaman dalam barisan tanaman dan harus satu lapisan. Pemupukan dilakukan membentuk setengah lingkaran atau seperti huruf “U” dimaksudkan agar pertimbangan untuk menghindari aplikasi pupuk di pasar rintis. Mandor pupuk, mandor I, dan asisten harus mengerti penaburan yang tepat di masing-masing dosis sehingga secara visual dapat mengetahui adanya penaburan pupuk di luar piringan. Sisa untilan yang ditabur tidak boleh ditaburkan pada pokok terakhir, melainkan harus dipindahkan ke

barisan berikutnya yang jumlah pupuknya kurang. Karung bekas untilan dibawa dan disimpan dengan rapi di pinggir kaki lima ancaknya. Asisten dan mandor pupuk harus memastikan bahwa semua pokok sudah dipupuk sesuai dengan tempat dan dosisnya.

Persiapan dan Organisasi Kerja Gulung Karung Untilan

Persiapan penggulungan karung yaitu mempersiapkan tenaga kerja penggulung karung (tenaga kerja perempuan berjumlah tiga orang) dan memperkirakan kondisi cuaca pada saat penggulungan karung. Membawa parang yang digunakan untuk kegiatan tebas apabila hujan turun.

Mekanisme kerjanya yaitu tenaga kerja penggulung karung mengikuti arah kerja penabur pupuk, tetapi sebatas pada collection road saja, sehingga memudahkan kerja penggulung karung dan karung yang telah dibuka tidak tercecer ke mana-mana. Karung yang telah dibuka tersebut dirapikan dan digulung sebanyak sepuluh karung until, dengan tujuan agar memudahkan dalam penghitungan karung di gudang untilan. Selanjutnya karung dibawa dan ditumpuk di tepi collection road untuk dibawa oleh truk.

Gambar 2. Penguntilan Pupuk RP di Gudang Penguntilan

Pelaksanaan dan pengawasan pemupukan sangat diperlukan karena biaya yang dikeluarkan untuk pemupukan lebih besar dibandingkan dengan biaya perawatan lainnya. Dengan demikian diharapkan pemupukan dilaksanakan

dengan lebih efektif lagi guna memperoleh produksi yang tinggi. Pada saat pelaksanaan pemupukan diperlukan mandor yang dapat mengawasi dan mengatur pekerjaan pemupukan. Untuk mengontrol karyawan, mandor melakukan pengecekan dimulai dari pasar rintis sampai pasar tengah setelah pemberian pupuk.

Realisasi pemupukan akan dilaporkan dan digambarkan pada peta blok pemupukan guna mengetahui blok mana yang sudah terpupuk dan perencanaan program berikutnya. Sistem kerja pemupukan adalah sistem ancak giring tetap, dimana penabur pupuk memasuki barisannya secara berurutan, kemudian pindah ke ancak berikutnya sesuai nomer urut. Norma untuk pemupukan telah diatur oleh perusahaan berdasarkan dosis pupuk, apabila lebih dari basis pemupukan maka tenaga kerja berhak mendapat premi dengan nilai yang telah ditentukan. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan ini adalah 604 kg sementara norma kerja karyawan adalah 741 kg.

Contoh perhitungan premi karyawan:

1. Pemupukan dilakukan di blok T4, dengan tahun tanam 1989 seluas 31 ha dan jumlah pokok 3 743. Blok T5 dengan tahun tanam 1990 seluas 31 ha dan jumlah pokok 3 823. Blok T6 dengan tahun tanam 1990 seluas 31 ha dan jumlah pokok 3 118. Pupuk yang digunakan MOP dengan dosis 1.5 kg/pokok, basis borong pupuk MOP sebesar 600 kg.

2. Dalam sehari seorang penabur mendapatkan total pupuk MOP sebesar 736 kg. Premi karyawan pemupuk sebesar Rp. 75/kg. maka perhitungannya

 kebutuhan pupuk :

 Blok T4 (tahun tanam 1989 seluas 31 ha, jumlah pokok 3 743). Dosis 1.5 kg/pokok maka akan membutuhkan pupuk sebanyak = (5 614 kg ÷ 50 kg) = 112 karung, dan (5 614 kg ÷ 12.5 kg until) = 449 untilan.

 Blok T5 (tahun tanam 1990 seluas 31 ha dan jumlah pokok 3 823). dosis 1.5 kg/pokok maka membutuhkan pupuk sebanyak = (3 823 pokok x 1.5 kg) = 5 734 kg. (5 734 kg ÷ 50 kg) = 115 karung, dan (5 734 kg ÷ 12.5 kg until) = 459 untilan.

 Blok T6 (tahun tanam 1990 seluas 31 ha dan jumlah pokok 3 118). dosis 1.5 kg/pokok maka membutuhkan pupuk sebanyak = (3 118 pokok x 1.5 kg) = 4 677 kg. (4 677 kg ÷ 50 kg) = 93 karung, dan (4 677 kg ÷ 12.5 kg until) = 374 untilan.

 Premi karyawan = (736 kg – 600 kg) = 136 kg dan (136 kg x Rp. 75/kg) = Rp. 10 200 maka lebih borongnya adalah Rp. 1 500 sehingga premi yang didapatkan seorang penabur adalah Rp. 10 200 + Rp. 1 500 = Rp. 11 700

Penunasan Progresif (Progressive Prunning)

Penunasan adalah pekerjaan membuang pelepah daun yang tidak produktif agar menjaga standar jumlah pelepah tiap tanaman kelapa sawit berdasarkan umur tanaman, keadaan tanaman, dan keadaan lapang. Tujuan penunasan adalah memudahkan kegiatan panen, menghindari tersangkutnya brondolan, memudahkan penyerbukan oleh angin dan serangga, mengurangi pertumbuhan pakis-pakisan, mencegah hama dan penyakit, mempermudah dalam melihat buah yang matang dan memudahkan kegiatan sensus produksi dan hama penyakit.

Dalam pelaksanaan penunasan dan sanitasi pada umur 8 – 15 tahun diusahakan untuk mempertahankan jumlah pelepah optimal pada kisaran 48 – 56 pelepah per pokok atau 5 – 6 pelepah per spiral. Apabila penunasan terlalu berat (over pruning) mengakibatkan pembentukan bunga betina akan menurun dan bunga jantan akan meningkat yang berakibat jumlah tandan buah yang terbentuk juga akan menurun. Penunasan yang kurang dari standar mengakibatkan produksi berkurang.

Sistem penunasan yang dilakukan di GKE adalah sistem progressif prunning. Sistem progressif prunning adalah penunasan dilakukan secara bertahap dan terus-menerus sepanjang tahun bersamaan dengan pelaksanaan panen. Pelepah yang ditunas yaitu menggunakan sistem songgo dua, yaitu meninggalkan dua pelepah di bawah tandan buah terbawah. Pelepah ditunas secara melingkar dan serapat mungkin membentuk tapal kuda dengan tujuan agar brondolan tidak tersangkut di ketiak pelepah. Pelepah yang sudah ditunas ditata dengan rapi di gawangan mati agar pelepah yang sudah kering dapat menjadi mulsa bagi tanaman kelapa sawit. Premi penunasan didasarkan pada jumlah

pokok yang ditunas yaitu Rp 400/pokok. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan penunasan adalah 5 ha/HK, sementara norma kerja karyawan adalah 8.5 ha/HK.

Konsolidasi Sisip

Konsolidasi sisip adalah merupakan salah satu kegiatan perawatan yang sangat penting bagi tanaman sisip karena pokok sisip harus terjamin pertumbuhannya sampai pokok tersebut siap untuk berproduksi. Perawatan yang perlu dilakukan di lapangan yaitu menegakan pokok doyong yang terjadi akibat angin kencang dan hujan lebat setelah penanaman di lapangan, pembentukan piringan pokok, penunasan, sanitasi dan lain-lain. Akan tetapi selama pelaksanaannya, penulis tidak menemukan pokok sisip yang doyong ataupun roboh sehingga pekerjaan konsolidasi sisip hanya berupa penunasan dan pembersihan piringan dari brondolan yang telah busuk dan kentosan pada pokok sisipan.

Tujuan dari penunasan sisip (tunas selektif) yaitu sanitasi pelepah sesuai standar penunasan agar jumlah pelepah tetap optimal dan mempersiapkan pokok untuk dipanen. Tunas selektif dilakukan pada tanaman berumur 3 – 4 tahun. Suatu blok sudah siap ditunas selektif jika sekurang-kurangnya 40 % telah mempunyai tandan buah yang pada ketinggian ± 90 cm dari tanah (diukur dari permukaan tanah ke pangkal tandan tertua).

Mekanisme pekerjaan ini adalah jumlah pelepah dan yang harus dipertahankan pada setiap pokok adalah 56 pelepah. Dalam prakteknya di lapangan, batas tunas sering digunakan istilah 3 pelepah di bawah buah terendah atau lazim disebut songgo 3. Alat untuk tunas selektif adalah dodos besar yang dipakai juga untuk potong buah pada tanaman muda. Pelepah dipotong rapat ke pangkal dari arah samping dan membentuk tapak kuda untuk menghindari pelukaan pokok. Pelepah dirumpuk di gawangan mati dan dibentuk seperti huruf “U”.

Pembersihan piringan dari brondolan bertujuan untuk mencegah tumbuhnya kentosan dan timbulnya penyakit busuk buah akibat buah terlambat dikastrasi, sehingga buah menjadi busuk. Buah yang sudah busuk tersebut harus

dipotong dan dijauhkan dari pokok. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan ini adalah 60 pokok, sementara norma karyawan adalah 60 pokok.

Pengendalian Gulma Pada Tanaman Menghasilkan (TM)

Kegiatan pengendalian gulma secara kimia pada tanaman menghasilkan di GKE antara lain pemberantasan alang-alang, gawangan chemist, piringan dan pasar rintis chemist, dan oles anak kayu.

Pemberantasan Lalang

Pemberantasan alang-alang harus dilakukan secara rutin dan terpola untuk mengupayakan agar areal bebas dari alang-alang. Pemberantasan alang-alang di kebun GKE dilaksanakan dengan menggunakan teknik semprot lalang dan metode spot spraying. Metode spot spraying akan lebih efektif dibandingkan dengan metode blangket spraying karena tipe pertumbuhan alang-alang yang sporadik (terpencar-pencar).

Tujuan pengendalian alang-alang yaitu untuk menghentikan perkembangan biakannya karena alasan sebagai berikut:

 Pertumbuhan populasi alang-alang sangat cepat karena bereproduksi dengan cara vegetatif (rhizome) dan generatif (bunga).

 Ditinjau dari segi penyediaan bahan organik, alang-alang tidak atau kurang memberikan kontribusi.

 Pada kondisi populasi yang sangat tinggi, alang-alang sangat berperan sebagai penyulut terjadinya kebakaran.

Alang-alang menyerap unsur hara yang disimpan dalam rhizome. Kunci sukses pengendalian lalang yaitu rotasi yang konsisten, segmentasi areal (prioritas pengendalian dimulai dari kondisi lalang yang paling ringan menuju kondisi berat, ketepatan jenis herbisida dan dosis atau konsentrasi, penyemprotan dilakukan pada masa vegetatif aktif, monitoring dan evaluasi secara ketat untuk langkah selanjutnya. Jenis pekerjaan pengendalian alang-alang secara kimia dilakukan dengan rotasi 3 kali dalam setahun. Herbisida yang digunakan adalah Round Up atau Touchdown dengan konsentrasi 1.7 %. Alat

yang digunakan adalah knapsack sprayer jenis solo 15 liter, sementara jenis nozel yang digunakan adalah nozzle full cone (kerucut penuh) volume rendah vlv 200.

Gambar 3. Pengendalian Gulma dengan MHS pada Tanaman Menghasilkan

Mekanisme pekerjaan ini adalah tim semprot alang-alang berangkat ke lapangan bersamaan dengan MHS (micron herbi sprayer) akan tetapi semprot lalang dilakukan khusus unuk lokasi sisipan dan daerah rendahan karena lalang akan tumbuh cepat di tempat terbuka yang tidak terjangkau oleh alat MHS. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan ini adalah 1,2 ha/HK sementara norma kerja karyawan adalah 1.5 ha/HK. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja perempuan yang telah menjadi SKU.

Gawangan Chemist

Pengendalian gulma pada gawangan kelapa sawit bertujuan untuk mengurangi kompetisi hara, air, dan sinar matahari; mempermudah kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lainnya; menekan populasi hama, terutama pada TBM; dan untuk mempertahankan kondisi agar areal tetap murni legume cover crop (LCC).

Tidak semua gulma harus diberantas, terutama jenis tanaman beneficial plant, misalnya rumput-rumput lunak, lumut, pakis Nephrolepis sp.,Tunera subulata, Casia cobanensis, dan kacangan. Tanaman tersebut dianggap

menguntungkan karena kemampuan tanaman untuk menyediakan unsur hara, menekan populasi gulma dan hama, serta dapat melembabkan tanah. Tanah yang gundul (bebas dari vegetasi) tidak diinginkan karena mendorong terjadinya erosi yang sangat merugikan.

Pemunculan gulma harus ditangani sedini mungkin, karena dengan cara ini pengendalian gulma lebih mudah, lebih murah, dan gulma tidak berkesempatan menimbulkan persaingan yang merugikan produksi buah. Menurut Semangun (2000) gulma jenis Mikania micrantha pada tanaman menghasilkan (TM) akan menurunkan produksi sebanyak 20 – 25 % karena gulma ini tumbuh secara merambat dan menyebar dengan biji dan potongan batang. Jenis gulma berkayu yang tumbuh dominan di Divisi I yaitu Chromolaena odorata, nama daerah putihan; Melastoma malabatricum, nama daerah senduduk; dan Lantara camara, nama daerah tembelekan.

Pengendalian gulma pada gawangan memiliki 6 sasaran gulma yang harus diberantas yaitu : anak kayu, pakis kawat, kentosan, gelagah, krisan dan gulma menjalar. Sementara 6 sasaran yang tidak boleh disemprot adalah : tanah, rumput lunak, Nephrolepis, kacangan, lumut dan Beneficial Plant. Alat yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah knapsack sprayer jenis inter pump volume 16 liter, dengan nozzel kuning, masker, baju rompi, bendera dan kendaraan pengangkut bahan herbisida. Bahan herbisida yang dipakai terdiri atas 2 campuran bahan herbisida yaitu gramoxon bersifat kontak artinya, membunuh gulma berdaun lebar dengan cara kontak langsung ke daun atau batang dan merusak lapisan epidermis pada daun dan batang, dengan dosis 0.2 l/ha dan konsentrasi 0.2 %. Metaprima yang bersifat sistemik artinya membunuh gulma dengan cara merusak jaringan yang berklorofil, dengan dosis 0.02 l/ha dan konsentrasi 0.02 %.

Khusus untuk divisi I dan II kegiatan penyemprotan gawangan chemist dilakukan oleh satu tim penyemprotan. Mekanisme pekerjaan ini adalah air yang telah diisi dalam tangki dicampur dengan bahan herbisida pada pagi harinya sebelum penyemprotan dimulai dilakukan di traksi. Jumlah konsentrasi yang akan

Dokumen terkait