• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. GUNUNG KEMASAN ESTATE, MINAMAS PLANTATION, PULAU LAUT, KALIMANTAN SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. GUNUNG KEMASAN ESTATE, MINAMAS PLANTATION, PULAU LAUT, KALIMANTAN SELATAN"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. GUNUNG KEMASAN

ESTATE, MINAMAS PLANTATION, PULAU LAUT,

KALIMANTAN SELATAN

RIO RAGIS MIRANDA A34104047

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

(2)

RINGKASAN

RIO RAGIS MIRANDA. Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Gunung Kemasan Estate, Minamas Plantation, Pulau Laut, Kalimantan Selatan. (Di Bawah Bimbingan Dr. Ir. HARIYADI, MS.)

Kegiatan magang dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari hingga 17 juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, Minamas Plantation, Pulau Laut, Kalimantan Selatan. Tujuan dari kegiatan magang ini adalah membandingkan antara pengetahuan yang diterima selama perkuliahan dan keadaan nyata di lapangan, memperoleh pengetahuan pengelolaan teknis dan manajerial di lapangan pada berbagai level pekerjaan, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas panen, menganalisis pengelolaan pemanenan dengan harapan memberikan masukkan yang efektif dan efisien dalam kegiatan pemanenan.

Selama melakukan kegiatan magang penulis melaksanakan seluruh jenis pekerjaan di lapangan dan di kantor pada seluruh level manajerial yang diizinkan manajemen kebun mulai dari pekerja harian lepas (PHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten dengan metode yang digunakan yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Dalam pelaksanaan magang penulis melakukan berbagai macam kegiatan yang meliputi kegiatan di pemupukan organik dan anorganik, sensus pokok, perawatan jalan dan jembatan, pengendalian gulma

chemist dan manual, penunasan, sensus buah, dan panen.

Secara umum Kebun Gunung Kemasan Estate (GKE) memiliki tipe tanah mineral dengan kategori kelas III. Sedangkan untuk tingkat kemiringan lahan mencapai > 150.Curah hujan bulanan rata-rata sebesar 164.85 mm dan rata-rata curah hujan tahunan sebesar 1 921.8 mm. Menurut Schmidt dan Ferguson, iklim di Kebun GKE termasuk tipe iklim B (basah), dengan suhu tahunan berkisar rata-rata 28ºC – 32ºC dan kelembaban udara 47 % per bulan.

Kehilangan produksi merupakan salah satu hal yang harus dihindarkan dalam mencapai kuantitas produksi yang optimal. Produksi yang optimal hanya dapat dicapai apabila losses (kehilangan) produksi minimal. Sumber losses

(3)

produksi di lapangan ialah : 1) Buah mentah yang terpanen sebanyak 5 janjang, 2) Buah matang tidak terangkut ke TPH sebanyak 5 janjang, 3) Buah tinggal sebanyak 17 janjang, 4) Brondolan di bunga matahari sebanyak 110 butir, 5) Brondolan di piringan sebanyak 315 butir, 6) Brondolan di ketiak pelepah sebanyak 192 butir, dan 7) Brondolan di potongan tangkai sebanyak 33 butir. Oleh karena itu untuk mengatasi tingkat kehilangan produksi yang tinggi yaitu dengan pemberlakuan sistem pengawasan yang ketat dan pemberian insentif yang sesuai kepada pemanen sehingga kegiatan panen dapat berjalan dengan baik.

Antara rentang tahun 2004 ke tahun 2005 luas areal pertanaman di kebun GKE mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh adanya kerjasama antara kebun GKE dengan kebun tetangga dengan adanya penambahan blok. Sehingga produksi TBS ikut meningkat.

(4)

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis . Jacq) di PT. GUNUNG KEMASAN ESTATE,

MINAMAS PLANTATION, PULAU LAUT,

KALIMANTAN SELATAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

RIO RAGIS MIRANDA A 34104047

PROGRAM STUDI AGRONOMI

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul : MANAJEMEN PANEN TANAMAN

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. GUNUNG KEMASAN ESTATE,

MINAMAS PLANTATION, PULAU LAUT,

KALIMANTAN SELATAN

Nama : Rio Ragis Miranda

NRP : A34104047

Program Studi : Agronomi

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Hariyadi, MS NIP : 19611008 198601 1 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr NIP : 19571222 198203 1 002

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lebak, Rangkasbitung, Banten pada tanggal 16 Mei 1986. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari Bapak Ami Herman dan Ibu Suminarsih.

Tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan SD di SDN Aweh I Rangkasbitung, Banten. Pada tahun 2001 penulis lulus dari SLTP Negeri 4 Rangkasbitung, Banten. Penulis lulus dari SMU Negeri 1 Rangkasbitung, Banten pada tahun 2004.

Tahun 2004 penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI pada Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian, Faklultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah bergabung dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Karya ilmiah yang dihasilkan penulis untuk meraih gelar Sarjana Pertanian diperoleh melalui pengalaman magang selama empat bulan di Kalimantan Selatan yang berjudul “Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Gunung Kemasan Estate, Minamas Plantation, Pulau Laut, Kalimantan Selatan” di bawah bimbingan Dr. Ir. Hariyadi, MS.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Gunung Kemasan Estate, Minamas Plantation, Pulau Laut, Kalimantan Selatan ”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut membantu sehingga laporan tugas akhir ini dapat penulis selesaikan, dan secara khusus penulis sampaikan kepada

 Ayahanda Ami Herman dan Ibunda Suminarsih tercinta, yang selalu ada untuk menguatkan dan memberikan motivasi, serta kasih sayang yang tak terbatas kepada penulis.

 Kakak dan adikku tercinta Sigit dan Nadine, beserta seluruh keluarga besar yang selalu mendukung dan memberikan kebersamaan.

 Seluruh keluarga besar penulis di Rangkasbitung dan di Bekasi atas seluruh bimbingan, saran, pelajaran, dan kebersamaan yang telah diberikan selama ini kepada penulis.

 Dr. Ir. Hariyadi, MS. selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen pembimbing akademik yang telah memberikan saran, bimbingan, serta pengarahan selama penulisan skripsi dan selama penulis menjalani masa perkuliahan.

 Bapak Tatang selaku Estate Manager Mustika serta keluarga, yang telah memberikan dukungan moral, nasihat, ilmu, serta fasilitas yang sangat mencukupi selama penulis melakukan magang.

 Bapak Syafrizal Taher (Kepala Asisten Divisi), Bapak D. Tampubolon (Asisten Divisi) dan Bapak Agus (Kepala Kantor) selaku Pembimbing Lapangan penulis yang telah memberikan arahan dan masukan selama pelaksanaan magang.

(8)

 Teman-teman magang : Agus, Ardi, Cindy, Camellia, Desri, Diles, dan Sari. Serta seluruh mahasiswa yang mengikuti magang. Percayalah kita hebat karena berani mengambil tantangan ini.

 Teman-teman satu perjuangan , Agronomer’s angkatan 41 yang selalu terikat dengan kebersamaan kita selama perkuliahan, khususnya untuk teman-teman yang telah menemani penulis selama empat tahun kuliah di IPB (kamar 99 TPB, kostan arjuna, dan kostan galih).

Kepada semua pihak yang tak dapat penulis sampaikan satu persatu, yang telah membantu penulis selama perkuliahan dan magang, semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan manfaat yang berharga bagi para pembaca dan semoga Allah SWT selalu memberikan kekuatan dan kedamaian bagi kita semua.

Bogor, 2009

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

METODOLOGI ... 3

Waktu dan Tempat ... 3

Metode Pelaksanaan... 3

KONDISI UMUM KEBUN ... 6

Letak Geografis dan Administratif ... 6

Keadaan Iklim, Topografi, Tanah ... 6

Luas Areal dan Tata Guna Lahan ... 7

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 7

Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 7

Pengelolaan Kebun Tingkat Staf ... 8

Pengelolaan Kebun Tingkat Non Staf... 9

Pengelolaan Tenaga Kerja Harian ... 10

PELAKSANAAN TEKNIS MAGANG ... 11

Aspek Teknis ... 11

Tebas (Slash) ... 11

Pemupukan pada Tanaman Menghasilkan (TM) ... 12

Penunasan Progresif (Proressive Prunning) ... 19

Konsolidasi Sisip ... 20

Pengendalian Gulma pada Tanaman Menghasilkan (TM) ... 21

Penyisipan ... 25

Sensus Pokok ... 26

Sensus Buah ... 26

Pelaksanaan Teknis Panen ... 28

(10)

Persiapan Panen ... 29

Kriteria Matang Panen ... 29

Angka Kerapatan Panen ... 29

Sistem Panen dan Rotasi Panen ... 30

Tenaga Pemanen ... 30

Peralatan Panen ... 31

Basis dan Premi Panen ... 32

Sistem Pengawasan ... 35

Pengangkutan Tandan Buah Segar ... 36

Organisasi Panen ... 39 Aspek Manajerial ... 39 Pendamping Mandor ... 39 Krani Buah ... 40 Krani Transportasi ... 40 Mandor Pupuk ... 41 Mandor Penyemprotan ... 41 Mandor Panen ... 42 Krani Divisi ... 43 Pendamping Asisten ... 43

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

Pencapaian Produksi ... 44

Kriteria Matang Panen ... 45

Block Harversting System (BHS) ... 49

Rotasi Panen ... 53

Angka Kerapatan Panen (AKP) ... 54

Penetapan Luas Ancak Panen ... 56

Kehilangan Produksi (Losses) ... 57

KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

Kesimpulan ... 61

Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Jumlah Staf dan Non Staf di Kebun GKE ... 10

2. Premi Siap Borong, Basis Borong, dan Lebih Borong Berdasarkan Divisi, Tahun Tanam dan BJR di Gunung Kemasan Estate ... 34

3. Output TBS Kebun GKE ... 44

4. Tingkat Kematangan Buah pada Tanaman Kelapa Sawit Untuk Kriteria Panen... 46

5. Hubungan Rendeman Minyak dan Kadar ALB Berdasarkan Fraksi ... 47

6. Hasil Pengamatan Tingkat Kematangan Buah di Divisi I ... 48

7. Pengamatan Kerapatan Panen ... 55

8. Luas Seksi Panen Divisi I... 57

9. Losses Produksi Akibat Resiko Pemanenan di Divisi I, Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti ... 59

Lampiran 1. Jurnal Harian sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di Gunung Kemasan Estate (GKE) ... 65

2. Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Gunung Kemasan Estate Tahun 2003 - 2008 ... 73

3. Luas Areal dan Tata Guna Lahan GKE dan Kebun Sepupu ... 75

4. Pemberian Premi Kepada Mandor pada Sistem Organisasi BHS Dol 2 ... 76

5. Denda yang Ditetapkan di Gunung Kemasan Estate ... 77

(12)

Nomor Halaman

Teks

1. Penaburan Pupuk Urea pada Tanaman Menghasilkan ... 16 2. Penguntilan Pupuk RP di Gudang Penguntilan ... 17 3. Pengendalian Gulma dengan MHS pada Tanaman Menghasilkan... 22 4. Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam Kegiatan Pengangkutan

TBS ... 36

5. Krani Panen Melakukan Sortasi TBS ... 48 6. Pelepah Gondrong Meningkatkan Losses ... 58

Lampiran

1. Struktur Organisasi Tingkat Divisi Kebun GKE ... 78 2. Penempatan Pokok Sampel Angka Kerapatan Panen (AKP) ... 79

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang sangat berperan dalam pembangunan nasional karena merupakan komoditi ekspor sehingga menjadi salah satu sumber devisa bagi negara. Menurut Pahan (2006) kelapa sawit merupakan tanaman yang paling produktif dengan produksi minyak per ha yang paling tinggi dari seluruh tanaman penghasil minyak nabati lainnya.

Tandan buah segar (TBS) diolah di pabrik kelapa sawit untuk diambil minyak dan intinya. Minyak dan inti yang dihasilkan dari pabrik kelapa sawit (PKS) merupakan produk setengah jadi. Minyak mentah atau crude palm oil

(CPO) dan minyak yang berasal dari inti sawit atau palm kernel oil (PKO) harus diolah lebih lanjut untuk dijadikan produk jadi lainnya (Pahan, 2006).

Penggunaan minyak sawit untuk produk pangan bersaing dengan minyak kedelai yang merupakan produk sampingan dari pembuatan tepung kedelai untuk pakan ternak. Sementara, penggunaan untuk produk nonpangan, kelapa sawit juga bersaing dengan asam lemak yang dihasilkan dari lemak sapi (tallow) yang merupakan hasil sampingan dari produk daging. Berdasarkan data dari Oil World

(2005), persentase konsumsi minyak sawit dan minyak inti sawit dunia mengalami peningkatan dari 19.13 % pada tahun 2000 menjadi 23.53 % pada tahun 2005. Kondisi sebaliknya justru terjadi pada rata-rata konsumsi minyak dan lemak hewani yang mengalami penurunan (Pahan, 2006).

Produksi minyak sawit (CPO) Indonesia tahun 2004 sebesar 12 juta ton yaitu 39,1 % dari total produksi dunia, sedangkan ekspor CPO sebesar 35,1 % dengan volume 8,6 juta ton. Begitu juga dengan luas areal pertanaman kelapa sawit yang mengalami peningkatan selama periode 2000-2005. Pada tahun 2000 luas areal sebesar 4 158 077 ha meningkat menjadi 5 597 158 ha pada tahun 2005. Tahun 2006 terjadi kenaikan yang signifikan pada peningkatan produksi minyak sawit menjadi 17,75 juta ton, ekspor CPO sebesar 39,18 % dengan volume 12,1

(14)

juta ton, dan luas areal pertanaman kelapa sawit menjadi 6 074 926 ha (Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan, 2007).

Pemanenan merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan produksi tanaman. Pelaksanaan kegiatan pemanenan berpengaruh langsung terhadap kualitas minyak yang dihasilkan. Kualitas minyak yang dihasilkan tergantung dari kriteria panen buah yang layak dipanen. Oleh karena itu, kegiatan panen harus dilakukan dengan sebaik-baiknya agar diperoleh target produksi dengan kualitas yang memenuhi permintaan pasar. Keberhasilan panen sangat bergantung pada sarana penunjang dalam pemanenan seperti peralatan yang digunakan untuk panen, kelancaran transportasi dan penyediaan bahan tanaman yang tepat waktu serta didukung oleh faktor pendukung lainnya yang meliputi organisasi panen yang baik, keadaan areal dan insentif yang diberikan. Pelaksanaan pemanenan yang tepat meliputi penentuan kriteria panen, penyebaran dan rotasi panen, penyediaan tenaga kerja yang terampil, teknis panen, pengumpulan hasil dan pengawasan serta pengangkutan panen.

Tujuan

Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk membandingkan antara pengetahuan yang diterima selama perkuliahan dan keadaan nyata di lapangan, memperoleh pengetahuan pengelolaan teknis dan manajerial di lapangan pada berbagai level pekerjaan. Sementara tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah menganalisis pengelolaan pemanenan dengan harapan memberikan masukkan yang efektif dan efisien dalam kegiatan pemanenan, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas panen, dan meningkatkan keterampilan di bidang pemanenan dan melatih mengembangkan kemampuan dalam melaksanakan tanggung jawab.

(15)

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Kegiatan magang ini dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2008 sampai dengan 17 Juni 2008, di Perkebunan Kelapa Sawit Gunung Kemasan Estate (GKE), PT. Bersama Sejahtera Sakti, Minamas Plantation, Desa Sejakah, Kecamatan Pulau Laut Timur, Kabupaten Kota Baru, Provinsi Kalimantan Selatan.

Metode Pelaksanaan

Pada saat melakukan magang metode yang dilakukan adalah metode kerja praktek langsung di kebun. Kegiatan tersebut melakukan seluruh jenis pekerjaan di lapangan dan di kantor pada seluruh level manajerial yang diizinkan mulai dari pekerja harian lepas (PHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten.

Pengumpulan data dan informasi dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data sekunder yang diperoleh dari kebun meliputi lokasi dan letak geografis kebun, keadaan tanah dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, kondisi pertanaman dan produksi, norma kerja di lapangan serta struktur organisasi dan manajemen.

Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan terhadap semua kegiatan yang berlangsung di perkebunan. Data pengamatan lapangan dipusatkan pada kegiatan panen yaitu kriteria panen, angka kerapatan panen, sistem dan rotasi panen, tenaga kerja panen, peralatan panen, basis dan premi panen, sistem pengawasan, ancak panen, sensus produksi, pelaksanaan panen, mutu buah, buah matang tertinggal, brondolan tertinggal tidak dikutip, kondisi pokok, dan transportasi panen.

Metode yang digunakan pada kegiatan magang adalah metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung yang dilakukan adalah praktek kerja langsung di lapangan dengan turut aktif dalam pelaksanaan kegiatan kebun, wawancara, dan diskusi dengan mandor maupun dengan para staf. Kegiatan di lapangan meliputi pencatatan prestasi kerja, alat dan bahan yang terkait dalam kegiatan yang dilakukan setiap hari. Kegiatan yang dilakukan penulis selama

(16)

pelaksanaan magang baik sebagai PHL maupun sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten dilampirkan pada jurnal harian terlampir dalam Tabel lampiran 1. Pendekatan tidak langsung dilakukan melalui studi dokumentasi kebun (arsip kebun, laporan bulanan, dan laporan tahunan).

Pengamatan yang dilakukan oleh penulis di lapangan yaitu kriteria matang panen berdasarkan fraksi panen; angka kerapatan panen; dan kehilangan produksi (losses) dengan rincian sebagai berikut :

 Kriteria matang panen (berdasarkan fraksi panen) Pengambilan sampel buah

 Tempat : Divisi I (Blok T3, T2, T1, T0, S0, S1, S2, S3)

 Jumlah kemandoran : 1 orang mandor panen

 Jumlah tim pemanen : 7 tim pemanen

 Jumlah 1 tim : 2 orang pemanen

 1 tim pemanen : Diambil 4 TPH

 Total TPH : 28 TPH

 No. Pemanen : No. 12, 13, 14, 15, 17, 18, 20 Cara pelaksanaan pengamatan kriteria matang panen :

Pencatatan kriteria tandan matang panen dilakukan dengan menghitung semua TBS setelah selesai dipanen dan dikumpulkandi TPH

 Perhitungan Angka Kerapatan Panen (AKP) Pengambilan sampel buah

 Tempat : Divisi I Blok (T0, T1, T2, T3, T4, T5, T6)

 Tahun tanam : 1989, 1990, 1991

 Total pokok produktif : (2533 Blok T0); (2089 Blok T1); (3174 Blok T2); (3776 Blok T3); (3743 Blok T4); (3823 Blok T5); (3118 Blok T6)

 Pokok sampel dipanen : (53 Blok T0); (43 Blok T1); (73 Blok T2); (56 Blok T3); (46 Blok T4); (61 Blok T5); (57 Blok T6)

 Pokok sampel : (127 Blok T0); (105 Blok T1); (159 Blok T2); (189 Blok T3); (187 Blok T4); (191 Blok T5); (156 Blok T6)

(17)

Cara pelaksanaan pengamatan AKP:

Mengambil pokok sampel sebanyak 120 – 200 pokok (5 % dari total pokok produktif). Dalam penempatan pokok sampel yaitu sebanyak 5 pokok secara horizontal dan 5 pokok secara vertikal, sehingga akan membentuk suatu rangkaian zig-zag dan dapat mewakili semua pokok dalam satu blok. Penempatan pokok sampel dapat dilihat pada gambar lampiran 1.

 Kehilangan Produksi (losses) Pengambilan sampel buah

 Tempat : Divisi I Blok (R2, R1, R0, Q0, Q1, Q2, Q3)

 Luas areal sampel : 15 ha

 Tahun tanam : 1989, 1990, 1991

 Jumlah pemanen : 3 orang pemanen

 Jumlah kemandoran : 1 orang mandor panen

 Jumlah pengulangan : 3 kali ulangan

 Sumber losses : Buah mentah, buah panen tertinggal di lapangan, buah tertinggal di pokok, brondolan di bunga matahari, brondolan di piringan, brondolan di ketiak pelepah, brondolan di potongan tangkai Cara pelaksanaan pengamatan kehilangan produksi :

Mengamati semua tempat yang menjadi sumber kehilangan produksi (losses) dari masing-masing pemanen, menghitung semua janjang yang dipanen setiap pemanen dan mengkonversikan jumlah brondolan yang diperoleh tiap pengutip brondolan

(18)

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

Letak Geografis dan Administratif

Kebun kelapa sawit Gunung Kemasan Estate (GKE), PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas Plantation secara administratif terletak di Desa Sejakah, Kecamatan Pulau Laut Timur, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Lokasi kebun berjarak sekitar 50 km dari Ibukota Kabupaten Kotabaru atau 1,5 jam jika ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor. Sedangkan dari Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan lokasi kebun dapat ditempuh menggunakan kendaraaan bermotor selama sembilan jam dengan 8,5 jam perjalanan darat dan 0,5 jam perjalanan laut (ferry).

Secara geografis, lokasi kebun berbatasan dengan pemukiman dan hutan lindung PT Perhutani. Kebun Gunung Kemasan Estate (GKE) sebelah selatan berbatasan dengan Kebun Laut Timur Estate, sebelah utara dengan Kebun Gunung Aru Estate (GAE), sebelah timur dengan Desa Sejakah, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Bekambit.

Keadaan Iklim, Topografi, Tanah

Secara umum Kebun GKE memiliki tipe tanah mineral dengan kategori kelas III dan sebagian lagi merupakan areal yang berada di daerah rendahan. Disamping itu Kebun GKE terdapat dua sungai besar yaitu Sungai Bekambit dan Sungai Sejakah yang memberi pengaruh ketinggian air pada daerah rendahan ketika curah hujan tinggi. Sedangkan untuk tingkat kemiringan lahan, sebagian besar areal merupakan daerah yang bergelombang dengan tingkat kemiringan mencapai > 150.

Berdasarkan data curah hujan tahun 2003 - 2008 (Tabel lampiran 2), menurut Schmidt dan Ferguson menunjukan bahwa Kebun GKE memiliki bulan kering (curah hujan < 60 mm) sebanyak 3 bulan yang umumnya terjadi pada bulan Agustus - Oktober. Sedangkan bulan basah (curah hujan > 100 mm) umumnya terjadi pada bulan November – Juli, dengan rata-rata curah hujan bulanan sebesar 164.85 mm dan rata-rata curah hujan tahunan sebesar 1 921.8 mm. Curah hujan pada tahun 2008 sampai dengan bulan Mei adalah 126.2

(19)

mm/bulan dengan jumlah hari hujan perbulan adalah 10 hari. Menurut Schmidt dan Ferguson, iklim di Perkebunan GKE termasuk tipe iklim B (basah), dengan suhu tahunan berkisar rata-rata 28ºC – 32ºC dan kelembaban udara 47 % per bulan.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Kebun Gunung Kemasan Estate mempunyai luas lahan HGU (Hak Guna Usaha) 3 726 ha. Kebun ini merupakan kebun terluas dibandingkan kebun-kebun sepupu yang tergabung dalam PT Bersama Sejahtera Sakti. Dari luasan tersebut, 3 394 ha merupakan areal yang sudah ditanami dan terdiri dari 3 286 ha areal TM (Tanaman Menghasilkan) dan 108 ha tanaman TBM (Tanaman Belum Menghasilkan). Luas areal dan tata guna lahan Kebun Gunung Kemasan Estate dan kebun-kebun sepupu lainnya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Penanaman kelapa sawit di Kebun GKE pertama kali dilakukan pada tahun 1989 dan penanaman terakhir dilakukan pada tahun 2008. Areal penanaman berdasarkan tahun tanam dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3. Bibit tanaman jenis tenera didatangkan dari Kebun Pembibitan Mustika Estate, PT Sajang Heulang, Sebamban IV, Kecamatan Kali Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Benih yang digunakan merupakan benih berkecambah yang dikeluarkan oleh produsen benih Guthrie Grup, Malaysia. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m sehingga populasinya adalah 136 pokok/ha. Sumber bibit dan teknik penanaman dapat mempengaruhi produksi dan produktivitas tanaman.

Organisasi dan Ketenagakerjaan

Gunung Kemasan Estate (GKE) dipimpin oleh seorang manajer yang membawahi seorang asisten kepala, dua orang asisten, seorang pjs asisten, dan seorang kepala seksi. Asisten kepala memimpin sebuah divisi, bagian traksi, dan gudang, sementara asisten memimpin divisinya, sedangkan kepala seksi memimpin kegiatan administrasi di kantor besar.

(20)

Ketenagakerjaan di GKE, PT Minamas Plantation terdiri atas karyawan staf dan non staf. Perbedaan ini berdasarkan jenis pekerjaan dan sistem pengupahan. Karyawan staf terdiri atas estate manager, asisten kepala, asisten divisi, dan kepala seksi. Pemberian gaji berdasarkan golongan dan kebijakan yang dibuat oleh perusahaan. Karyawan non staf terdiri dari syarat kerja umum (SKU) yang terbagi menjadi SKU bulanan dan SKU harian seperti mandor, SKU kontrak, dan buruh harian lepas (BHL).

Pengelolaan Kebun Tingkat Staf

Pengelolaan kebun dilakukan oleh estate manager di bantu oleh asisten kepala, asisten divisi, dan kepala seksi. Estate manager mengelola kebun mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi dalam pelaksanaan manajemen teknis, manajemen tenaga kerja, serta manajemen keuangan kebun.

Asisten kepala mempunyai tugas untuk menggantikan tugas manajer bila tidak berada di unit usaha, serta memimpin sebuah divisi, bagian traksi, klinik, gudang, dan keamanan. Asisten kepala langsung bertanggung jawab kepada estate manager. Asisten kepala bertugas untuk memimpin, mengarahkan, dan menegur para asisten dalam melaksanakan kegiatan di lapangan.

Asisten divisi mempunyai tugas untuk membuat program kerja divisi, mengkoordinasikan pekerjaan mandor dalam menjalankan peraturan perusahaan, mengevaluasi hasil kerja mandor I, mandor perawatan tanaman, mandor panen, mandor perawatan jalan, krani panen serta membantu estate manager dalam pengawasan dan pelaksanaan teknis di lapangan. Dalam kegiatan lapangan asisten dibantu oleh seorang mandor I. Pelaksanaan administrasi asisten dibantu oleh krani divisi yang di bawahinya.

Kepala seksi bertugas memimpin kegiatan yang dilaksanakan di kantor besar. Di kantor besar, kepala seksi menyusun dan melaporkan secara tertulis kegiatan administrasi yang bersifat umum, teknis budidaya, produksi, tenaga kerja, maupun hal-hal pendukung yang berasal dari luar kebun.

(21)

Pengelolaan Kebun Tingkat Non Staf

Karyawan kebun tingkat non staf adalah kepala gudang, mandor I, mandor transport, krani divisi, mandor panen dan krani panen. Kepala gudang bertugas untuk mengatur keluar masuk barang, bahan, dan alat yang dibutuhkan kebun serta mencatat jumlah barang yang tersedia. Kepala gudang dalam melakukan aktivitasnya dibantu oleh seorang krani gudang.

Mandor I bertugas membantu asisten divisi dalam mengawasi kegiatan sehari-hari di lapangan. Setiap divisi mempunyai seorang mandor I yang membawahi beberapa mandor seperti : mandor perawatan tanaman, mandor pupuk, mandor panen, dan mandor perawatan jalan. Kegiatan yang dilakukan oleh mandor I adalah mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh mandor dan karyawan agar rencana yang telah ditetapkan berjalan dengan baik. Selain mengawasi, mandor I juga dapat menegur dan memberikan sangsi kepada mandor dan karyawan yang tidak melaksanakan pekerjaan yang tidak sesuai rencana.

Krani transport bertugas mengatur karyawan dan transportasi yang dibutuhkan untuk keperluan angkut karyawan, angkut batu, angkut kayu, angkut aplikasi janjang kosong, dan angkut pupuk. Selain itu krani transport juga mengatur kegiatan pengoprasian alat-alat berat yang digunakan kebun seperti

dozer, grader excavator, dan TLB.

Krani divisi bertugas melakukan kegiatan administrasi seperti laporan produksi, laporan penggunaan harian kerja (HK), laporan penggunaan bahan, dan laporan-laporan lainnya. Krani divisi dalam melakukan tugasnya berkoordinasi dengan mandor dan krani panen. Krani divisi juga membantu asisten untuk membagikan gaji dan jatah beras kepada karyawan.

Mandor lapangan bertugas untuk mengabsensi karyawan, memberikan instruksi pekerjaan, mengatur ancak karyawan, mengawasi pekerjaan, memberikan petunjuk teknis, dan melaporkan hasilnya dalam buku kerja mandor (BKM). Seorang mandor harus dapat meningkatkan hasil kerja karyawan agar dapat mencapai target yang diinginkan.

Krani panen bertugas dalam mencatat, menghitung jumlah TBS, brondolan yang dipanen, menyeleksi TBS di TPH, membuat premi potong buah setiap hari panennya. Laporan dimasukkan dalam buku laporan penerimaan buah setiap

(22)

divisi yang selanjutnya dilaporkan ke krani divisi. Struktur organisasi tingkat divisi dapat di lihat pada Gambar Lampiran 2.

Sistem pengupahan staf dan karyawan berdasarkan ketentuan perusahaan, sedangkan BHL ditentukan berdasarkan upah minimum regional (UMR) yang berlaku di daerah tersebut. Pemberian gaji untuk karyawan staf maupun non staf dihitung untuk 7 jam kerja, kecuali hari Jumat yaitu hanya 5 jam kerja. Jumlah karyawan staf dan non staf di Kebun GKE dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Jumlah Staf dan Non Staf di Kebun GKE

Karyawan Staff Jumlah

1. Estate Manager 1

2. Senior Asisten 1

3. Asisten 1

4. Kasie 1

Total 4

Karyawan Non Staff Jumlah

1. SKU-B Kantor 23

2. SKU-B Traksi 23

3. SKU-B Divisi 25

4. SKU Harian 351

Total 422

Sumber : Kantor Besar GKE (2008)

Kebun GKE menyediakan beberapa sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan para karyawan kebun. Sarana dan prasarana yang tersedia bagi karyawan antara lain perumahan, listrik, air bersih, jatah beras per kepala keluarga, pelayanan kesehatan, koperasi , mesjid, sekolah, mess, tempat penitipan anak, lapangan olah raga, dan balai posyandu.

Pengelolaan Tenaga Kerja Harian

Kegiatan harian di lapangan dimulai pukul 05.30 WITA yang diawali dengan lingkaran pagi pada setiap divisi dan dipimpin oleh asisten. Sementara seluruh kegiatan di lapangan dimulai pukul 06.30 WITA dan berakhir pukul 13.30 WITA, terkecuali hari Jumat kegiatan hanya diakhiri pukul 12.00 WITA.

(23)

PELAKSANAAN TEKNIS MAGANG

Aspek Teknis

Kegiatan teknis selama magang yang dilakukan di kebun mulai dari buruh harian lepas (BHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten yang dimulai pukul 05.30 WITA untuk mengikuti apel pagi. Pekerjaan di lapangan dimulai pukul 06.30 WITA sampai dengan 13.30 WITA. Waktu istirahat pada pukul 10.30 WITA sampai dengan pukul 11.00 WITA namun sebagian besar pekerjaan di lapangan dilakukan dengan sistem borongan sehingga tidak menutup kemungkinan ada beberapa pekerjaan yang selesai dari waktu yang ditentukan.

Pengelolaan tanaman kelapa sawit memiliki dua hal penting yang harus diperhatikan demi tercapainya produktivitas yang tinggi yaitu pemeliharaan dan pemungutan hasil (panen). Kegiatan pemeliharaan bertujuan untuk mengkoordinasikan areal pertanaman kelapa sawit secara optimal agar didapat pertumbuhan dan perkembangan tanaman terbaik. Kegiatan pemeliharaan yang baik juga memudahkan kegiatan pemanenan. Kegiatan panen tanaman kelapa sawit bertujuan untuk menjaga kelestarian pertanaman dengan memungut hasil berupa tandan buah segar (TBS) dan brondolan yang bernilai ekonomi tinggi.

Pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang dilakukan selama penulis melakukan magang antara lain pengendalian gulma manual yakni slashing

(tebas), pengendalian gulma chemist yang dikenal dengan block spraying system

(BSS), penunasan progresif (pruning), konsolidasi sisip, penyisipan, sensus pokok, dan pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM). Sementara kegiatan yang berkaitan dengan produksi yaitu panen (potong buah), transportasi panen, peralatan panen, angka kerapatan panen, dan sensus buah.

Tebas (Slashing)

Tebas gawangan (Slashing) adalah kegiatan menanggulangi pertumbuhan gulma di gawangan kelapa sawit dengan cara membabat. Jenis gulma yang tumbuh dominan di gawangan mati dan pasar rintis di Kebun GKE antara lain:

(24)

Nephrolepis biserata (paku harupat), Cromolaena odorata (putihan), Melastroma malabatricum (senduduk), Lantara camara (tembelekan) dan Kentosan.

Kegiatan Slashing bertujuan untuk mengendalikan gulma-gulma di gawangan mati yang dapat menghalangi kelancaran kegiatan pemeliharaan tanaman dan pemanenan. Selain itu juga bertujuan untuk memudahkan pengawasan pemanenan dan mengurangi persaingan hara. Alat yang digunakan adalah parang babat. Teknis pelaksanaan pembabatan dilakukan sampai setinggi 20 cm dari permukaan tanah. Gulma-gulma yang menempel pada batang kelapa sawit seperti kentosan dan jenis gulma berkayu juga harus dibabat. Pembabatan dilakukan oleh 1 orang setiap gawangan dengan sistem ancak giring yaitu, apabila seorang pembabat telah selesai mengerjakan satu gawangan, maka pembabat tersebut pindah ke gawangan berikutnya yang belum dikerjakan oleh pembabat lainnya. Tenaga kerja yang digunakan sebagian besar adalah perempuan dan berstatus karyawan tetap (SKU). Rotasi babat adalah 2 kali dalam setahun dengan norma kerja 0.3 ha/HK. Prestasi kerja mahasiswa untuk kegiatan ini adalah 0.3 ha/HK.

Pemupukan pada Tanaman Menghasilkan (TM)

Kegiatan pemupukan dimulai dari penguntilan pupuk kemudian dari gudang sampai diecer di depan pasar rintis sebanyak 3-4 karung until di setiap gawangan hidup, untuk kebutuhan sampai pasar tengah, setengah pasar berikutnya dilakukan dari jalan koleksi pada blok sebelahnya. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengontrolan oleh mandor, mempercepat dan memudahkan pekerjaan pemupukan.

Kegiatan pemupukan kelapa sawit pada tanaman menghasilkan (TM) di PT Bersama Sejahtera Sakti dikenal dengan istilah BMS (Block Manuring System) artinya, sistem pemupukan yang terkonsentrasi dan dikerjakan pada blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, mandor lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi. BMS ini memiliki beberapa kelebihan yaitu pekerjaan pemupukan lebih terpola, tenaga pengawas untuk penguntil dan penabur lebih sedikit sehingga dapat menekan biaya operasional, output pupuk lebih tinggi dan mutu pemupukan lebih baik. Akan tetapi dengan berkurangnya

(25)

tenaga pengawas menyebabkan pengawasan tenaga kerja pupuk menjadi berkurang. Secara teknis pelaksanaannya kegiatan pemupukan dengan sistem BMS memiliki prinsip kerja 4T (tepat waktu, tepat dosis, tepat tempat, dan tepat jenis).

 Tepat waktu artinya pemupukan dilakukan pada waktu yang tepat. Tujuannya penerapan BMS diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemupukan.

 Tepat jenis artinya pemupukan dilakukan dengan jenis pupuk yang sesuai (sifat material dasar pupuk). Tujuannya pupuk dapat diserap oleh tanaman semaksimal mungkin.

 Tepat dosis artinya pemupukan dilakukan dengan dosis yang sesuai takaran (setiap pokok mendapatkan dosis pupuk yang sama) sesuai rekomendasi. Tujuannya mendapatkan pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit seoptimal mungkin.

 Tepat tempat artinya pemupukan dilakukan pada tempat yang tepat dan dengan cara yang benar. Tujuanya agar didapatkan prestasi kerja pemupukan seoptimal mungkin.

Jenis pupuk anorganik yang diaplikasikan di Kebun GKE yaitu Urea, MOP (KCl), RP (Rock Phosphate) dan HGFB, selain pupuk anorganik juga dilakukan pemupukan organik berupa pupuk janjang kosong. Aplikasi pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM) dilakukan secara manual yaitu menggunakan tenaga kerja yang terdiri dari tenaga kerja perempuan yang telah terlatih.

BMS sangat mengedepankan organisasi, dan masing-masing organisasi saling mendukung satu sama lain sehingga tujuan diterapkannya BMS dapat tercapai. Organisasi tersebut adalah:

1. Organisasi kerja penguntilan 2. Organisasi kerja pelangsiran 3. Organisasi kerja pengeceran 4. Organisasi kerja penaburan

5. Organisasi kerja penggulungan karung untilan

Untuk menjamin ketepatan dosis pemupukan di lapangan, pemupukan perlu dilakukan dengan sistem penguntilan. Sistem untilan merupakan metode

(26)

aplikasi pupuk dari karung goni berukuran 50 kg menjadi karung goni yang diisi sesuai dengan kebutuhan dan memudahkan operasional pemupukan di lapangan (biasanya antara 12-14 kg per untilan). Persiapan until pupuk yaitu takaran (sesuai kelipatan dosis pupuk/pokok), alas tempat untilan, karung untilan, papan administrasi rencana pemupukan, tenaga penguntil pupuk. Tenaga kerja penguntil merupakan tenaga kerja borongan, sehingga jam kerja tidak mengikuti peraturan perusahaan.

Mekanisme kegiatan penguntilan yakni keluarkan pupuk dari gudang sesuai BPB (dahulukan stok lama dan atau yang karung goninya rusak, atas prinsip FIFO). Kemudian mempersiapkan alas pupuk, karung until, dan takaran untilan. Buka karung dengan cara menarik benang jahitannya. Hancurkan atau haluskan pupuk yang telah menggumpal dan membatu. Menguntil pupuk sesuai kg/until dengan takaran yang telah dipersiapkan (berat tiap untilan berkisar antara 12,5-13,5 kg). Susun untilan dengan rapi dan teratur (10 susun) agar mudah dalam perhitungan. Terakhir yaitu membersihkan dan merapikan gudang until setelah selesai.

Karung goni untuk untilan menggunakan bekas karung pupuk sebelumnya tidak boleh menggunakan karung goni yang baru dibuka. Hal ini perlu karena jumlah karung goni bukaan baru merupakan kontrol jumlah dalam kg atau zak. Pupuk yang sudah diuntil harus segera ditabur esok harinya agar tidak terjadi proses penggumpalan. Tenaga kerja penguntil merupakan tenaga kerja borongan sehingga tidak dituntut jam kerjanya, tetapi lebih diutamakan output pupuknya.

Persiapan dan Organisasi Kerja Pengeceran

Persiapan dalam kegiatan pengeceran sebelum pupuk dilangsir yaitu membuat rencana aplikasi pemupukan (hari dan tanggal pelaksanaan) yang dibuat oleh asisten divisi. Mempersiapkan tenaga kerja yang diperlukan dalam kegiatan pengeceran dan biasanya menggunakan tenaga kerja berjumlah 2-3 orang kenek buah. Mempersiapkan kendaraan untuk membawa pupuk, dan faktor cuaca merupakan hal yang paling penting, sehingga harus memperkirakan dengan tepat. Membawa parang sebagai antisipasi apabila hujan turun.

(27)

Mekanisme kerjanya yaitu kendaraan pengangkut pupuk dari gudang ke lapangan menggunakan dua unit transportasi angkut buah. Pada pukul 06.00 WITA kendaraan pertama harus sudah mulai memuat untilan pupuk dan selesai diecer di lapangan pukul 07.00 WITA. Tidak diperbolehkan memuat untilan dengan gancu karena akan merusak karung until. Pengeceran pupuk per karungnya dilakukan dari atas kendaraan kemudian diletakan di depan pasar rintis. Peletakan karung untilan harus tepat tempat dan jumlahnya sehingga memudahkan pekerjaan pelangsiran pupuk dan setiap pokok mendapatkan dosis pupuk yang sama. Mandor pupuk bertanggung jawab terhadap keamanan pupuk dari pencurian atau disembunyikan di gawangan, parit atau tempat lain. Pupuk yang telah di langsir diusahakan ditabur pada hari itu juga.

Persiapan dan Organisasi Kerja Pelangsiran

Persiapan pelangsiran yaitu mempersiapkan tenaga kerja ecer (dengan perbandingan 1 : 2 dengan tenaga kerja penabur). Memperkirakan kondisi cuaca pada saat pelangsiran. Membawa parang yang digunakan untuk kegiatan tebas apabila turun hujan.

Mekanisme kerja pelangsiran pupuk yaitu pelangsiran pupuk ke dalam barisan tanaman menggunakan tenaga kerja perempuan. Pelangsiran disesuaikan dengan rencana kerja pemupukan yang dibuat oleh asisten divisi yang dimulai dari tepi blok ke blok berikutnya. Berat dan jumlah untilan disesuaikan dengan kelipatan dosis per pokok dan untilan diletakan pada pokok no 1, 8, 17, dan 25 (atau disesuaikan dengan dosis dan kebutuhannya). Pastikan semua untilan yang ada di tempat peletakan pupuk terangkut semua ke dalam barisan tanaman pada setiap blok yang akan dipupuk.

Persiapan dan Organisasi Kerja Penabur Pupuk

Persiapan penaburan yaitu mempersiapkan tenaga kerja tabur (berjumlah 14 orang penabur yang terdiri atas tenaga kerja perempuan). Dan peralatan pupuk diantaranya takaran tabur (sesuai dengan dosis per pokok), gendongan until, sarung tangan dan rompi. Mekanisme kerjanya yaitu pertama pastikan jumlah

(28)

takaran sesuai dengan jumlah tenaga kerja tabur pupuk. Penaburan pupuk di masing-masing blok dimulai dari pokok pertama sampai dengan blok terakhir.

Untuk pupuk urea, ditabur secara melingkar dan merata di permukaan piringan, agar secara cepat dapat meresap ke tanah dan dapat segera direspon oleh tanaman, dikarenakan sifat pupuk Urea yang mudah larut dan manguap. Sementara untuk pupuk RP dan MOP ditabur di luar lingkaran piringan atau di pinggir tumpukan pelepah dan aplikasi janjang kosong dengan berbentuk “U” (termasuk di tanah kering), dikarenakan pupuk MOP dan RP bersifat tidak mudah larut ataupun menguap. Sehingga terjadinya kehilangan pupuk (losses) akibat air hujan karena tertahan oleh rumpukan pelepah. Sementara tujuan dari penaburan pemupukan dengan berbentuk seperti huruf “U” yaitu agar dapat mengurangi

losses di pasar rintis yang sering terlewati oleh pekerja.

Gambar 1. Penaburan Pupuk Urea pada Tanaman Menghasilkan

Pengaplikasian pupuk organik di Kebun GKE yaitu menggunakan pupuk janjang kosong. Janjang kosong ini diaplikasikan dengan dosis 200 kg/antar tanaman. Janjang kosong diletakkan diantara tanaman dalam barisan tanaman dan harus satu lapisan. Pemupukan dilakukan membentuk setengah lingkaran atau seperti huruf “U” dimaksudkan agar pertimbangan untuk menghindari aplikasi pupuk di pasar rintis. Mandor pupuk, mandor I, dan asisten harus mengerti penaburan yang tepat di masing-masing dosis sehingga secara visual dapat mengetahui adanya penaburan pupuk di luar piringan. Sisa untilan yang ditabur tidak boleh ditaburkan pada pokok terakhir, melainkan harus dipindahkan ke

(29)

barisan berikutnya yang jumlah pupuknya kurang. Karung bekas untilan dibawa dan disimpan dengan rapi di pinggir kaki lima ancaknya. Asisten dan mandor pupuk harus memastikan bahwa semua pokok sudah dipupuk sesuai dengan tempat dan dosisnya.

Persiapan dan Organisasi Kerja Gulung Karung Untilan

Persiapan penggulungan karung yaitu mempersiapkan tenaga kerja penggulung karung (tenaga kerja perempuan berjumlah tiga orang) dan memperkirakan kondisi cuaca pada saat penggulungan karung. Membawa parang yang digunakan untuk kegiatan tebas apabila hujan turun.

Mekanisme kerjanya yaitu tenaga kerja penggulung karung mengikuti arah kerja penabur pupuk, tetapi sebatas pada collection road saja, sehingga memudahkan kerja penggulung karung dan karung yang telah dibuka tidak tercecer ke mana-mana. Karung yang telah dibuka tersebut dirapikan dan digulung sebanyak sepuluh karung until, dengan tujuan agar memudahkan dalam penghitungan karung di gudang untilan. Selanjutnya karung dibawa dan ditumpuk di tepi collection road untuk dibawa oleh truk.

Gambar 2. Penguntilan Pupuk RP di Gudang Penguntilan

Pelaksanaan dan pengawasan pemupukan sangat diperlukan karena biaya yang dikeluarkan untuk pemupukan lebih besar dibandingkan dengan biaya perawatan lainnya. Dengan demikian diharapkan pemupukan dilaksanakan

(30)

dengan lebih efektif lagi guna memperoleh produksi yang tinggi. Pada saat pelaksanaan pemupukan diperlukan mandor yang dapat mengawasi dan mengatur pekerjaan pemupukan. Untuk mengontrol karyawan, mandor melakukan pengecekan dimulai dari pasar rintis sampai pasar tengah setelah pemberian pupuk.

Realisasi pemupukan akan dilaporkan dan digambarkan pada peta blok pemupukan guna mengetahui blok mana yang sudah terpupuk dan perencanaan program berikutnya. Sistem kerja pemupukan adalah sistem ancak giring tetap, dimana penabur pupuk memasuki barisannya secara berurutan, kemudian pindah ke ancak berikutnya sesuai nomer urut. Norma untuk pemupukan telah diatur oleh perusahaan berdasarkan dosis pupuk, apabila lebih dari basis pemupukan maka tenaga kerja berhak mendapat premi dengan nilai yang telah ditentukan. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan ini adalah 604 kg sementara norma kerja karyawan adalah 741 kg.

Contoh perhitungan premi karyawan:

1. Pemupukan dilakukan di blok T4, dengan tahun tanam 1989 seluas 31 ha dan jumlah pokok 3 743. Blok T5 dengan tahun tanam 1990 seluas 31 ha dan jumlah pokok 3 823. Blok T6 dengan tahun tanam 1990 seluas 31 ha dan jumlah pokok 3 118. Pupuk yang digunakan MOP dengan dosis 1.5 kg/pokok, basis borong pupuk MOP sebesar 600 kg.

2. Dalam sehari seorang penabur mendapatkan total pupuk MOP sebesar 736 kg. Premi karyawan pemupuk sebesar Rp. 75/kg. maka perhitungannya

 kebutuhan pupuk :

 Blok T4 (tahun tanam 1989 seluas 31 ha, jumlah pokok 3 743). Dosis 1.5 kg/pokok maka akan membutuhkan pupuk sebanyak = (5 614 kg ÷ 50 kg) = 112 karung, dan (5 614 kg ÷ 12.5 kg until) = 449 untilan.

 Blok T5 (tahun tanam 1990 seluas 31 ha dan jumlah pokok 3 823). dosis 1.5 kg/pokok maka membutuhkan pupuk sebanyak = (3 823 pokok x 1.5 kg) = 5 734 kg. (5 734 kg ÷ 50 kg) = 115 karung, dan (5 734 kg ÷ 12.5 kg until) = 459 untilan.

(31)

 Blok T6 (tahun tanam 1990 seluas 31 ha dan jumlah pokok 3 118). dosis 1.5 kg/pokok maka membutuhkan pupuk sebanyak = (3 118 pokok x 1.5 kg) = 4 677 kg. (4 677 kg ÷ 50 kg) = 93 karung, dan (4 677 kg ÷ 12.5 kg until) = 374 untilan.

 Premi karyawan = (736 kg – 600 kg) = 136 kg dan (136 kg x Rp. 75/kg) = Rp. 10 200 maka lebih borongnya adalah Rp. 1 500 sehingga premi yang didapatkan seorang penabur adalah Rp. 10 200 + Rp. 1 500 = Rp. 11 700

Penunasan Progresif (Progressive Prunning)

Penunasan adalah pekerjaan membuang pelepah daun yang tidak produktif agar menjaga standar jumlah pelepah tiap tanaman kelapa sawit berdasarkan umur tanaman, keadaan tanaman, dan keadaan lapang. Tujuan penunasan adalah memudahkan kegiatan panen, menghindari tersangkutnya brondolan, memudahkan penyerbukan oleh angin dan serangga, mengurangi pertumbuhan pakis-pakisan, mencegah hama dan penyakit, mempermudah dalam melihat buah yang matang dan memudahkan kegiatan sensus produksi dan hama penyakit.

Dalam pelaksanaan penunasan dan sanitasi pada umur 8 – 15 tahun diusahakan untuk mempertahankan jumlah pelepah optimal pada kisaran 48 – 56 pelepah per pokok atau 5 – 6 pelepah per spiral. Apabila penunasan terlalu berat (over pruning) mengakibatkan pembentukan bunga betina akan menurun dan bunga jantan akan meningkat yang berakibat jumlah tandan buah yang terbentuk juga akan menurun. Penunasan yang kurang dari standar mengakibatkan produksi berkurang.

Sistem penunasan yang dilakukan di GKE adalah sistem progressif prunning. Sistem progressif prunning adalah penunasan dilakukan secara bertahap dan terus-menerus sepanjang tahun bersamaan dengan pelaksanaan panen. Pelepah yang ditunas yaitu menggunakan sistem songgo dua, yaitu meninggalkan dua pelepah di bawah tandan buah terbawah. Pelepah ditunas secara melingkar dan serapat mungkin membentuk tapal kuda dengan tujuan agar brondolan tidak tersangkut di ketiak pelepah. Pelepah yang sudah ditunas ditata dengan rapi di gawangan mati agar pelepah yang sudah kering dapat menjadi mulsa bagi tanaman kelapa sawit. Premi penunasan didasarkan pada jumlah

(32)

pokok yang ditunas yaitu Rp 400/pokok. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan penunasan adalah 5 ha/HK, sementara norma kerja karyawan adalah 8.5 ha/HK.

Konsolidasi Sisip

Konsolidasi sisip adalah merupakan salah satu kegiatan perawatan yang sangat penting bagi tanaman sisip karena pokok sisip harus terjamin pertumbuhannya sampai pokok tersebut siap untuk berproduksi. Perawatan yang perlu dilakukan di lapangan yaitu menegakan pokok doyong yang terjadi akibat angin kencang dan hujan lebat setelah penanaman di lapangan, pembentukan piringan pokok, penunasan, sanitasi dan lain-lain. Akan tetapi selama pelaksanaannya, penulis tidak menemukan pokok sisip yang doyong ataupun roboh sehingga pekerjaan konsolidasi sisip hanya berupa penunasan dan pembersihan piringan dari brondolan yang telah busuk dan kentosan pada pokok sisipan.

Tujuan dari penunasan sisip (tunas selektif) yaitu sanitasi pelepah sesuai standar penunasan agar jumlah pelepah tetap optimal dan mempersiapkan pokok untuk dipanen. Tunas selektif dilakukan pada tanaman berumur 3 – 4 tahun. Suatu blok sudah siap ditunas selektif jika sekurang-kurangnya 40 % telah mempunyai tandan buah yang pada ketinggian ± 90 cm dari tanah (diukur dari permukaan tanah ke pangkal tandan tertua).

Mekanisme pekerjaan ini adalah jumlah pelepah dan yang harus dipertahankan pada setiap pokok adalah 56 pelepah. Dalam prakteknya di lapangan, batas tunas sering digunakan istilah 3 pelepah di bawah buah terendah atau lazim disebut songgo 3. Alat untuk tunas selektif adalah dodos besar yang dipakai juga untuk potong buah pada tanaman muda. Pelepah dipotong rapat ke pangkal dari arah samping dan membentuk tapak kuda untuk menghindari pelukaan pokok. Pelepah dirumpuk di gawangan mati dan dibentuk seperti huruf “U”.

Pembersihan piringan dari brondolan bertujuan untuk mencegah tumbuhnya kentosan dan timbulnya penyakit busuk buah akibat buah terlambat dikastrasi, sehingga buah menjadi busuk. Buah yang sudah busuk tersebut harus

(33)

dipotong dan dijauhkan dari pokok. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan ini adalah 60 pokok, sementara norma karyawan adalah 60 pokok.

Pengendalian Gulma Pada Tanaman Menghasilkan (TM)

Kegiatan pengendalian gulma secara kimia pada tanaman menghasilkan di GKE antara lain pemberantasan alang-alang, gawangan chemist, piringan dan pasar rintis chemist, dan oles anak kayu.

Pemberantasan Lalang

Pemberantasan alang-alang harus dilakukan secara rutin dan terpola untuk mengupayakan agar areal bebas dari alang-alang. Pemberantasan alang-alang di kebun GKE dilaksanakan dengan menggunakan teknik semprot lalang dan metode

spot spraying. Metode spot spraying akan lebih efektif dibandingkan dengan metode blangket spraying karena tipe pertumbuhan alang-alang yang sporadik (terpencar-pencar).

Tujuan pengendalian alang-alang yaitu untuk menghentikan perkembangan biakannya karena alasan sebagai berikut:

 Pertumbuhan populasi alang-alang sangat cepat karena bereproduksi dengan cara vegetatif (rhizome) dan generatif (bunga).

 Ditinjau dari segi penyediaan bahan organik, alang-alang tidak atau kurang memberikan kontribusi.

 Pada kondisi populasi yang sangat tinggi, alang-alang sangat berperan sebagai penyulut terjadinya kebakaran.

 Alang-alang menyerap unsur hara yang disimpan dalam rhizome. Kunci sukses pengendalian lalang yaitu rotasi yang konsisten, segmentasi areal (prioritas pengendalian dimulai dari kondisi lalang yang paling ringan menuju kondisi berat, ketepatan jenis herbisida dan dosis atau konsentrasi, penyemprotan dilakukan pada masa vegetatif aktif, monitoring dan evaluasi secara ketat untuk langkah selanjutnya. Jenis pekerjaan pengendalian alang-alang secara kimia dilakukan dengan rotasi 3 kali dalam setahun. Herbisida yang digunakan adalah Round Up atau Touchdown dengan konsentrasi 1.7 %. Alat

(34)

yang digunakan adalah knapsack sprayer jenis solo 15 liter, sementara jenis nozel yang digunakan adalah nozzle full cone (kerucut penuh) volume rendah vlv 200.

Gambar 3. Pengendalian Gulma dengan MHS pada Tanaman Menghasilkan

Mekanisme pekerjaan ini adalah tim semprot alang-alang berangkat ke lapangan bersamaan dengan MHS (micron herbi sprayer) akan tetapi semprot lalang dilakukan khusus unuk lokasi sisipan dan daerah rendahan karena lalang akan tumbuh cepat di tempat terbuka yang tidak terjangkau oleh alat MHS. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan ini adalah 1,2 ha/HK sementara norma kerja karyawan adalah 1.5 ha/HK. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja perempuan yang telah menjadi SKU.

Gawangan Chemist

Pengendalian gulma pada gawangan kelapa sawit bertujuan untuk mengurangi kompetisi hara, air, dan sinar matahari; mempermudah kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lainnya; menekan populasi hama, terutama pada TBM; dan untuk mempertahankan kondisi agar areal tetap murni

legume cover crop (LCC).

Tidak semua gulma harus diberantas, terutama jenis tanaman beneficial plant, misalnya rumput-rumput lunak, lumut, pakis Nephrolepis sp.,Tunera subulata, Casia cobanensis, dan kacangan. Tanaman tersebut dianggap

(35)

menguntungkan karena kemampuan tanaman untuk menyediakan unsur hara, menekan populasi gulma dan hama, serta dapat melembabkan tanah. Tanah yang gundul (bebas dari vegetasi) tidak diinginkan karena mendorong terjadinya erosi yang sangat merugikan.

Pemunculan gulma harus ditangani sedini mungkin, karena dengan cara ini pengendalian gulma lebih mudah, lebih murah, dan gulma tidak berkesempatan menimbulkan persaingan yang merugikan produksi buah. Menurut Semangun (2000) gulma jenis Mikania micrantha pada tanaman menghasilkan (TM) akan menurunkan produksi sebanyak 20 – 25 % karena gulma ini tumbuh secara merambat dan menyebar dengan biji dan potongan batang. Jenis gulma berkayu yang tumbuh dominan di Divisi I yaitu Chromolaena odorata, nama daerah putihan; Melastoma malabatricum, nama daerah senduduk; dan Lantara camara, nama daerah tembelekan.

Pengendalian gulma pada gawangan memiliki 6 sasaran gulma yang harus diberantas yaitu : anak kayu, pakis kawat, kentosan, gelagah, krisan dan gulma menjalar. Sementara 6 sasaran yang tidak boleh disemprot adalah : tanah, rumput lunak, Nephrolepis, kacangan, lumut dan Beneficial Plant. Alat yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah knapsack sprayer jenis inter pump volume 16 liter, dengan nozzel kuning, masker, baju rompi, bendera dan kendaraan pengangkut bahan herbisida. Bahan herbisida yang dipakai terdiri atas 2 campuran bahan herbisida yaitu gramoxon bersifat kontak artinya, membunuh gulma berdaun lebar dengan cara kontak langsung ke daun atau batang dan merusak lapisan epidermis pada daun dan batang, dengan dosis 0.2 l/ha dan konsentrasi 0.2 %. Metaprima yang bersifat sistemik artinya membunuh gulma dengan cara merusak jaringan yang berklorofil, dengan dosis 0.02 l/ha dan konsentrasi 0.02 %.

Khusus untuk divisi I dan II kegiatan penyemprotan gawangan chemist

dilakukan oleh satu tim penyemprotan. Mekanisme pekerjaan ini adalah air yang telah diisi dalam tangki dicampur dengan bahan herbisida pada pagi harinya sebelum penyemprotan dimulai dilakukan di traksi. Jumlah konsentrasi yang akan digunakan tergantung pada jumlah air yang digunakan. Sementara konsentrasi yang dipakai yaitu 0.02 % dan 0.2 % sebagai contoh, untuk kebutuhan volume semprot sebanyak 3 000 liter air, akan membutuhkan 6 liter Gramoxon dan 0.6

(36)

gram Metaprima. Seanjutnya mandor semprot akan membagi ancak kepada masing-masing tenaga kerja dengan sistem ancak tetap. Tenaga kerja yang digunakan terdiri atas perempuan yang berjumlah 18 orang dan terbagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok kecil dan kelompok besar.

Penyemprotan Piringan dan Pasar Rintis Chemist

Kegiatan penyemprotan piringan merupakan salah satu teknik pemeliharaan tanaman di sekeliling pokok atau piringan tanaman kelapa sawit. Penyemprotan piringan dilakukan setelah kegiatan oles anak kayu selesai dikerjakan, sehingga hasil pekerjaan dapat lebih optimal. Piringan, pasar rintis, dan TPH merupakan beberapa sarana yang terpenting dari produksi dan perawatan. Supaya berfungsi sebagaimana mestinya, maka sarana tersebut mutlak memerlukan pemeliharaan yang berkesinambungan. Secara umum semakin bertambahnya umur tanaman, pertumbuhan gulma semakin berkurang karena ternaungi oleh pelepah kelapa sawit yang tinggi. Oleh karena itu untuk efisiensi pengendalian biaya, maka rotasi semprot dan dosis per hektar semprot bukan merupakan harga mati namun rotasi dan dosis semprot dapat dikurangi sesuai dengan kondisi gulma di lapangan.

Herbisida yang digunakan di Kebun GKE adalah Round Up, bekerja secara sistemik, berbentuk cairan dosis Round Up adalah 0.18 l/ha dengan konsentrasi 1.7 %. Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan knapsack sprayer volume 10 liter, nozzleatomizer dengan ketinggian semprot 30 – 40 cm di atas permukaan tanah.

Mekanisme pekerjaan ini adalah pengacakan kerja pada prinsipnya sama dengan pengacakan pada penyemprotan di gawangan yaitu, menggunakan ancak tetap dan terdiri atas 2 kelompok semprot. Adapun areal yang harus disemprot adalah piringan, pasar rintis, jalan angkong, pasar tengah, TPH, dan kaki lima blok. Penyemprotan dimulai dari collection road sampai pasar tengah. Penyemprotan masuk ke dalam blok melalui pasar rintis dengan menyemprot gulma sampai basah di sepanjang pasar rintis tersebut. Dengan arah semprotan searah jarum jam dan lebar semprotan 2 meter (sesuai dengan jari-jari piringan pokok). Penyemprotan pada TPH harus disesuaikan dengan luas TPH yaitu 52

(37)

m2. Rotasi kegiatan ini adalah 3 kali setahun. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan ini adalah 3.7 ha/HK sementara norma kerja karyawan adalah 4.2 ha/HK.

Penyisipan

Penyisipan adalah penanaman kelapa sawit pada tempat yang kosong dalam satu areal pertanaman yang sebelumnya sudah ditanami. Tanaman yang harus disisip adalah tanaman mati, rusak berat, sakit, serta abnormal. Semakin cepat dilakukan penyisipan maka pertumbuhannya akan semakin baik dan menjadi tidak ketinggalan. Penyisipan sangat penting untuk menjaga agar populasi tanaman tetap dalam keadaan penuh (full stand), karena populasi tanaman yang penuh akan memberikan hasil yang maksimal dari blok tersebut.

Aturan ideal dalam menyisip adalah setiap ada 2 pohon yang mati, dilakukan penyisipan satu pokok di tengah-tengah pohon tersebut. Teknis penyisipan sama dengan penanaman awal kelapa sawit, akan tetapi perencanaan, persiapan, dan penguasaan teknisnya perlu lebih mendetail, karena pekerjaan tersebut memiliki resiko kegagalan yang fatal. Penyisiapan yang dilakukan harus menjamin kelangsungan hidup tanaman untuk berproduksi.

Kegiatan pertama tanam sisip adalah pemancangan, arah pergeseran dari pancang harus ke bagian barat atau bagian timur berdasarkan pokok yang telah ada. Hal ini dimaksudkan agar penempatan dari pokok sisip tepat. Tahap kedua yaitu pembuatan lubang tanam dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm, dengan ketentuan top soil bagian sisi barat dan sub soil bagian sisi timur. Kemudian pemberian pupuk agroblem dengan dosis 300 gram per pokok sebanyak 2 kali aplikasi. Pertama sebeluk pokok ditanam, kedua setelah pokok ditanam dengan tanah sekitar setengah dari tinggi lubang tanam. Pembukaan plastik polybag harus dilakukan hati-hati agar bola tanah tidak hancur.

Pokok yang ditanam harus berdiri tegak, tanah timbunan harus dipadatkan, dan bola tanah sama dengan permukaan tanah. Hal tersebut harus dilakukan dengan tepat agar pertumbuhan dari bibit sawit optimal. Tahap terakhir yaitu pemberian klerat dengan dosis sebanyak 2 butir kemudian plastik dari polybag

dipasang pada pancang dengan maksud sebagai tanda bahwa bibit sawit telah selesai disisip. Kegiatan penyisipan ini dilakukan oleh tenaga kerja borongan

(38)

sehingga tidak dituntut jam kerjanya. Bibit sisipan berasal dari kebun tetangga yaitu berasal dari Mustika Estate. Untuk kegiatan penyisipan ini prestasi kerja penulis yaitu 5 bibit tanaman, sementara untuk norma kerja karyawan ialah 10 bibit tanaman.

Sensus Pokok

Sensus pokok merupakan kegiatan mendata seluruh pokok yang terdapat di suatu blok. Sensus pokok yang dilakukan secara teliti dan teratur dapat memberikan gambaran mengenai keadaan blok yang sebenarnya. Sensus pokok dilakukan secara berkala menurut ketentuan dan secara umum bertujuan untuk mendapatkan data yang lengkap tentang keadaan yang sebenarnya di lapangan yang berkaitan dengan produktivitas tanaman agar diperoleh hasil yang maksimal. Manfaat hasil sensus adalah kemudahan mengelola kebun yaitu : mengetahui jumlah pokok, termasuk keperluan menyisip tanaman, pokok sakit atau abnormal, pokok mati atau kosong, data parit, pengendalian hama dan penyakit, dan kegiatan pemupukan. Data pokok normal dan abnormal yang didapatkan lebih awal akan sangat bermanfaat untuk menyusun program penyisipan, sehingga didapatkan produksi per hektar yang maksimal.

Kegiatan sensus pokok ini dilakukan hanya satu kali dalam setahun dan biasanya dilakukan pada akhir tahun. Data-data tanaman ditulis pada blanko sensus pokok, yang terdapat di dalamnya yaitu pokok normal, pokok mati, pokok sisipan, pokok kosong, pokok gajah atau non valuer, pokok tergenang, pokok ganda, parit, batas rendahan dan sungai. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan ini adalah 7.5 ha/HK, sementara norma kerja karyawan adalah 7.5 ha/HK.

Sensus Buah

Persiapan panen dimulai dari kegiatan taksasi produksi yang dapat dilakukan secara semesteran maupun harian. Tujuan utama dilakukannya sensus buah yaitu untuk mengetahui potensi produksi suatu blok untuk satu semester. Taksasi produksi secara semesteran dilakukan dengan melakukan penghitungan bunga betina yang sudah mengalami penyerbukan sehingga seludang buah telah membuka sampai buah yang siap dipanen.

(39)

Penghitungan ini dilaksanakan setiap blok tanaman. Mekanisme pelaksanaan sensus buah yaitu penentuan pokok sampel yang dimulai dari titik sensus (TS) no.1. Penentuan pokok sampel adalah dengan mengambil selang 5 barisan dan dalam tiap baris berselang 5 pokok. Pemberian nomer awal barisan sensus sampel dimulai dari arah Barat Daya (BD) blok tanaman. Pada barisan sensus sampel terdapat tapak jala yang menandakan bahwa dalam barisan tersebut terdapat titik sensus dan pokok sensus.

Pokok sensus adalah pokok yang mengelilingi titik sensus sehingga total berjumlah 6 pokok untuk satu titik sensus. Kemudian kayu disangkutkan pada salah satu janjang (sebagai tanda awal penghitungan) selanjutnya penulis menghitung semua janjang yang ada pada pokok tersebut. Janjang yang dihitung adalah mulai dari bunga betina yang sudah dibuahi atau anthesis (bunga cengkih) yang diperkirakan siap dipanen 5 – 6 bulan berikutnya. Janjang yang diperkirakan akan dipanen pada bulan Desember (untuk sensus produksi semester I) dan atau bulan Juni (untuk sensus produksi semester II) tidak dihitung. Setelah penghitungan semua buah, penulis langsung menuliskannya pada batang pokok sawit dari tiap-tiap pokok sensus. Penulisan menggunakan paku atau cat minyak berwarna putih.

Sebelum pelaksanaan sensus buah dimulai biasanya asisten divisi akan melakukan simulasi terlebih dahulu kepada pekerja, tujuannya untuk mengingatkan kembali tata cara sensus buah yang baik dan benar. Untuk luasan satu blok terdiri dari dua tim sensus, dalam satu tim berjumlah 2 – 3 orang. Pekerjaan ini biasanya menggunakan tenaga kerja perawatan yang semuanya terdiri dari tenaga kerja perempuan. Pekerjaan ini harus dilakukan oleh tenaga kerja tetap dan terspesialisasi sehingga faktor kelalaian dalam menghitung buah sedikit. Pengamatan dilakukan dengan cara mengelilingi pokok sampel sambil melihat ke bagian buah. Pekerjaan ini pada prinsipnya terdapat 3 tempat yang tidak boleh terjadi dalam penghitungan buah yaitu pokok (batang), blanko sensus buah dan jumlah buah itu sendiri.

Banyak faktor yang menyebabkan hasil sensus ini menyimpang dari hasil produksi aktual diantaranya kesalahan pekerja dalam menghitung buah, pelepah yang tidak ditunas menyebabkan buah terjepit sehingga tidak terlihat oleh mata

(40)

dan kesalahan pekerja itu sendiri dalam merekap hasil sensus buah tersebut secara keseluruhan. Kesalahan sedikit saja maka akan berakibat fatal bagi suatu kebun kaitannya dengan produksi dan budget baik dalam semesteran maupun tahunan. Asisten divisi akan membuat target kepada pekerja sensus buah untuk menyelesaikan semua blok selesai dalam waktu 15 hari. Pada kegiatan ini penulis tidak berkesempatan melakukan sensus produksi secara keseluruhan disebabkan penulis hanya mengikuti sensus produksi hanya sehari. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan ini adalah 49 titik sensus. Sementara norma kerja karyawan adalah 49 titik sensus.

Pelaksanaan Teknis Panen

Pemanen tiba di lapangan pada pukul 06.45 WITA. Mandor panen akan melakukan absensi dan pengarahan kepada pemanen sebelum pemanen memasuki ancaknya masing-masing. Pukul 07.00 WITA kegiatan panen sudah dimulai.

Pemanen memotong semua tandan buah yang telah memenuhi kriteria panen. Pelepah yang menyangga dan menghalangi pemanenan TBS dipotong sependek mungkin dan berbentk seperti tapal kuda, dengan tujuan agar brondolan tidak tersangkut pada ketiak pelepah. Pelepah yang dipotong dirumpuk di gawangan mati. Tandan buah yang telah dipotong kemudian diangkut ke TPH dengan angkong, brondolan yang tersangkut di ketiak pohon, piringan dan pasar rintis diambil dan dimasukan ke dalam karung goni kemudian diletakan di TPH. Tandan dan brondolan harus bersih dari kotoran atau sampah (batu, pasir, tanah, atau kotoran lainnya), karena hal ini dapat membahayakan pada saat proses pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Tangkai tandan buah yang panjang dipotong sependek mungkin (< 3 cm) dengan menggunakan kapak sehingga menyerupai “cangkem kodok” kemudian diberi nomer sesuai dengan nomer pemanen.

Panen

Tanaman kelapa sawit dianggap sudah menghasilkan pada tahun ketiga hingga keempat setelah ditanam. Sementara itu, buah kelapa sawit biasanya sudah dianggap matang sekitar 6 bulan setelah penyerbukan (Sunarko, 2007). Panen

(41)

adalah kegiatan memotong tandan matang, mengutip brondolan, mengumpulkan serta mengangkut hasil ke TPH dan pabrik. Tujuan kegiatan panen adalah untuk mendapatkan rendeman minyak yang tinggi dan kadar ALB yang rendah dan memelihara tanaman agar tetap dalam kondisi baik. Hal ini dapat dicapai dengan menerapkan kriteria, sistem rotasi, premi, dan denda, pengawasan, administrasi panen dengan cara dan waktu yang tepat. Cara yang tepat akan mempengaruhi kuantitas produksi minyak (rendeman). Waktu yang tepat akan mempengaruhi mutu minyak (ALB).

Persiapan Panen

Persiapan panen perlu dilakukan agar pelaksanaan panen dapat berjalan dengan baik. Kegiatan persiapan panen ini adalah perbaikan dan pengerasan jalan, perawatan TPH, pembuatan dan perawatan pasar rintis (pasar panen), pembersihan pokok piringan, pemasangan jembatan dan titi panen, dan lain-lain. Persiapan panen ini dilakukan secara bertahap sampai kegiatan panen berlangsung.

Kriteria Matang Panen

Suatu areal pertanaman kelapa sawit dinyatakan dapat dipanen jika (1) 60 % dari seluruh pohon yang hidup dalam areal tersebut sudah mencapai matang panen, (2) sebagian buah sudah membrondol secara alamiah, dan (3) bobot rata-rata tandan sudah mencapai 3 kg (Yahya, 1990).

Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong TBS pada saat yang tepat yaitu pada saat kandungan minyak dalam daging buah maksimum dan kandungan asam lemak bebas minimum. Di GKE menetapkan aturan untuk tandan buah yang layak dipanen adalah minimum terdapat 5 brondolan lepas yang bukan brondolan parthenokarpi atau brondolan muda karena serangan tikus, atau penyakit.

Angka Keraparan Panen

Angka kerapatan panen adalah angka yang menunjukan persentase jumlah buah yang matang pada suatu seksi yang akan dipanen. Angka kerapatan panen

Gambar

Gambar 1. Penaburan Pupuk Urea pada Tanaman Menghasilkan
Gambar 2. Penguntilan Pupuk RP di Gudang Penguntilan
Gambar 3. Pengendalian Gulma dengan MHS pada Tanaman  Menghasilkan
Tabel 2. Premi Siap Borong, Basis Borong, dan Lebih Borong
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tujuan observasi dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi dengan melakukan pengamatan terhadap proses tari kiamat di Sanggar Intan Desa Kuripan Kabupaten

Untuk mengetahui karakteristik antrian pada fasilitas check in counter tersebut secara mikro maka perlu dilakukan analisis dengan pendekatan teori antrian (distribusi

Berdasarkan hasil yang dicapai dalam langkah ini, dikembangkan cara perbaikan atau tindakan yang sesuai dengan kemampuan dan komitmen guru, kemampuan siswa, sarana dan

Menambah wawasan dan pengetahuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca mengenai model pembelajaran aktif dengan strategi giving questions and getting answers

Dengan menggunakan rangkaian pada Gambar 9.3, maka besar arus listrik yang mengalir melalui lampu pijar dan beda potensial antara ujung-ujung lampu pijar dapat diketahui

Dengan adanya kegiatan DISIMP II ini fungsi-fungsi fasilitas jaringan dan bangunan irigasi khususnya pada Daerah Irigasi Gadon air dapat mengalir optimal masuk ke jaringan

Studi pendahuluan yang kedua dilakukan kepada sebuah keluarga masih di kota yang sama dengan responden pertama. Keluarga ini memiliki 3 putra-putri. Anak