• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

B. Bentuk dan Asal-usul Cerita

4. Pelaksanaan Upacara Tradisional Perang Obor

UTPO dalam pelaksanaannya masih melestarikan tradisi leluhur. Upacara ini diselenggarakan erat kaitannya dengan kegiatan penduduk sehari-hari, terutama kegiatan petani dalam mengolah tanah. Upacara tersebut dilaksanakan pada hari Senin Pahing malam Selasa Pon pada bulan Dzulhijah, namun untuk pelaksanaan sekarang ini disesuaikan dengan masa panen. Dalam pola berpikir orang Jawa yang menganut tradisi warisan dari leluhur, ada keyakinan atau kepercayaan terhadap apa yang dianggap hari keramat dan suci. Warga Tegalsambi meyakini bahwa pada hari tesebut merupakan hari hilangnya wabah penyakit yang menimpa Desa Tegalsambi.

Menurut keyakinan yang ada, UTPO akan memperkuat dugaan hilangnya wabah penyakit. Tanpa upacara tersebut, warga percaya ada kemungkinan datangnya wabah penyakit dan malapetaka, sehingga akan mengakibatkan bencana bagi penduduk yang bersangkutan.

Sehubungan dengan pelaksanaan UTPO terdapat beberapa kegiatan ritual yang harus dilaksanakan oleh warga Desa Tegalsambi. Kegiatan tersebut antara lain:

a. Selamatan di punden-punden

Sebelum melaksanakan UTPO, penduduk Tegalsambi terlebih dulu mengadakan selamatan (kenduri) di punden-punden yang diyakini sebagai

commit to user

makam para leluhur dan sesepuh pendiri Desa Tegalsambi. Selamatan ini tidak terpisahkan dari kepercayaan kepada unsur-unsur kekuatan sakti maupun makhluk-makhluk halus. Sebab, hampir semua selamatan ditujukan untuk memperoleh keselamatan hidup. Selamatan ini dilaksanakan beberapa kali di tempat yang berbeda-beda dengan perincian sebagai berikut :

a.1. Senin Pahing (tiga puluh lima hari sebelum pelaksanaan UPTO), pada waktu setelah Shalat Dhuhur atau kurang lebih pukul 12.30 WIB, diadakan selamatan di punden Tegal (makam Kiai Dasuki). Kiai Dasuki merupakan tokoh paling penting di Desa Tegalsambi, karena beliau yang memberi nama Desa Tegalsambi. Kiai Dasuki adalah seorang petani yang juga mengelola Pondok Pesantren. Di samping mengajarkan ilmu agama, Kiai Dasuki juga berusaha membuka hutan untuk dijadikan sawah ataupun tegalan. Pada saat itu, daerah tersebut belum mempunyai nama, maka diambillah kehidupan masyarakat sehari-hari yang bekerja pengukir, nelayan, peternak juga mempunyai pekerjaan sambilan (samben) di tegalan (sawah) sebagai petani. Oleh karena itu nama Tegalsambi dianggap paling tepat untuk nama daerah tersebut.

Saat pelaksanaannya, Kepala desa beserta perangkatnya dan warga masyarakat datang ke punden untuk mengadakan selamatan dan doa bersama. Para perangkat desa dan warga datang ke punden sambil membawa nasi lengkap dengan lauk-pauknya. Jika semua sudah berkumpul, Kepala desa sebagai wakil desa segera membakar kemenyan. Kemudian Modin memimpin tahlilan dan diakhiri dengan doa untuk

commit to user

arwah leluhur yang dimakamkan di tempat tersebut. Setelah selesai berdoa, diadakan tukar menukar makanan dan kemudian makan bersama.

Selamatan di punden-punden dilaksanakan beberapa kali pada waktu dan tempat yang berbeda. Pelaksanaan pada punden yang satu dengan yang lain tidak jauh berbeda.

a.2. Jum’at Legi, pada waktu setelah Shalat Maghrib atau kurang lebih pukul 18.00 WIB, diadakan selamatan di perempatan Desa Tegalsambi yaitu punden prapatan, makam Ki Gemblong. Ki gemblong merupakan tokoh dalam Cerita Rakyat Perang Obor sebagai penggembala. Uniknya, punden ini hanya berupa perempatan saja, tidak ada nisannya. Untuk orang awam tidak akan ada yang tahu bahwa di perempatan tersebut adalah makam Ki Gemblong. Namun untuk warga Tegalsambi percaya dan mengetahui bahwa di perempatan tersebut adalah makam Ki Gemblong.

Pelaksanaan selamatannya, warga beserta perangkat desa berkumpul di perempatan kemudian melakukan doa bersama dan makan bersama seperti di makam sebelumnya.

a.3. Senin Wage, pada waktu setelah Shalat Dhuhur atau kurang lebih pukul 12.30 WIB, diadakan selamatan di masjid barat Desa Tegalsambi, tempat makam Kiai Rofi’i.

a.4. Jum’at Pon, setelah Shalat Dhuhur diadakan selamatan di tiga tempat sekaligus, dan warga desa yang memiliki tanah di sekitar punden akan mendatangi punden tersebut. Adapun ketiga punden tersebut adalah

commit to user

punden Doromanis (makam Kiai Surgimanis), punden Gambiran (makam Kiai Babadan), dan punden Bendo (makam Kiai Tunggul Wulung).

Kiai Surgimanis adalah seorang Kiai yang mempunyai kebiasaan bertapa atau menyepi, dan biasanya dilakukan di Doromanis. Kiai Babadan adalah tokoh dalam Cerita Rakyat Perang Obor yang memiliki banyak ternak dan meminta tolong pada Ki Gemblong untuk mengurus ternaknya. Sedangkan Kiai Tunggul Wulung adalah seorang Kiai yang sangat disukai oleh masyarakat karena sifat rendah hatinya. Meskipun memiliki kesaktian, namun Kiai Tunggul Wulung tidak mau menunjukkan kesaktiannya dihadapan murid-murid dan masyarakat. a.5. Jum’at Pahing, setelah Shalat Dhuhur diadakan selamatan di punden

Sorogaten, makam Kiai Sorogaten. Kiai Sorogaten juga merupakan leluhur di Desa Tegalsambi. Maksud dari selamatan ini adalah memohonkan ampun untuk para leluhur Desa Tegalsambi, supaya mereka mendapatkan ampunan dan mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya.

b. Penyembelihan Hewan Kurban Untuk Sesaji

Pada pukul 07.00 sampai pukul 08.00 WIB diadakan penyembelihan hewan kurban berupa kerbau jantan untuk perlengkapan sesaji. Penyembelihan kerbau dilakukan oleh modin dan dibantu oleh para perangkat desa. Saat penyembelihan, darah yang mengalir dari leher kerbau ditampung pada sebuah kuali kecil yang akan digunakan untuk perlengkapan sesaji. Hasil penyembelihan yang digunakan untuk sesaji yaitu daging dan darahnya. Khusus darah kerbau, hanya digunakan untuk sesaji di rumah Petinggi saja.

commit to user

Setelah menyembelih kerbau, kerbau dikuliti dan dibersihkan, selanjutnya dilanjutkan dengan pembuatan sesaji. Namun tidak semua sesaji menggunakan daging kerbau. Daging kerbau hanya digunakan untuk sesaji di rumah Petinggi dan makam-makam leluhur yang dianggap penting di Desa Tegalsambi.

Hewan kurban yang digunakan adalah kerbau jantan yang belum pernah dipakai untuk bekerja. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat Desa Tegalsambi dihindarkan dari segala macam kebodohan.

Sesaji diletakkan di perempatan Desa Tegalsambi, semua perbatasan Desa Tegalsambi, jembatan di Desa Tegalsambi, makam para leluhur, rumah Petinggi, ruang penyimpanan pusaka desa, serta untuk acara wayang. Warga percaya bahwa di setiap tempat tersebut terdapat penunggu Desa Tegalsambi yang dapat menjaga kelancaran acara UTPO, serta untuk menghormati para leluhur.

c. Pementasan Wayang Kulit

Pementasan wayang kulit diadakan selama sehari semalam di hari pelaksanaan UTPO. Pementasan wayang kulit bukan hanya sebagai hiburan semata, namun merupakan salah satu prosesi pelaksanaan Upacara Tradisional Perang Obor.

Pada waktu penyelenggaraan wayang kulit biasanya dimulai pukul 09.00 dengan dilantunkan gamelan “Kebo Giro”. Kemudian kurang lebih pukul 11.00 dilanjutkan dengan permainan wayang kulit. Sehubungan dengan pelaksanaan sedekah bumi, maka tema yang digunakan dalam pementasan wayang kulit tersebut adalah lakon Sri Sadana. Lakon Sri Sadana dimainkan

commit to user

pada siang hari, dan itu merupakan tema wajib yang sudah ditentukan dan merupakan tradisi warisan leluhur. Dikatakan tema wajib karena Sri Sadana melambangkan kemakmuran panen, yang memiliki tujuan untuk memuliakan Dewi Sri, yaitu Dewi Padi yang dipercaya mampu menjadikan tanah pertanian menjadi subur. Cerita wayang di siang hari selalu menyajikan kisah Sri Sadana, yang menceritakan kembalinya Dewi Sri ke tanah Jawa dan diharapkan bisa melestarikan kesuburan tanah pertanian. Maksud dari pertunjukan ini sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen dan sebagai rasa terima kasih kepada Dewi Sri (Dewi Padi) yang telah menjaga dan merawat tanaman mereka. Pada malam hari setelah perang obor selesai dilaksanakan, masyarakat kembali dihibur dengan pementasan wayang kulit dengan lakon yang baru dan biasanya menyesuaikan dengan permintaan masyarakat, karena sebagai hiburan saja. Penyelenggaraan wayang kulit ini biasanya dilaksanakan di balai desa.

d. Barikan / Selamatan di Masjid

Siang hari pada waktu ba’da dhuhur, warga Tegalsambi berkumpul di masjid desa, masjid Baituz Zakirin. Mereka membawa nasi lengkap dengan lauk pauknya utnuk menggelar kenduri dan doa bersama. Warga duduk membentuk lingkaran, dan di tengahnya tersedia berbagai macam makanan untuk disantap bersama-sama. Setelah selesai berdoa, warga memakan hidangan yang telah tersedia bersama-sama.

Selamatan ini agak berbeda sedikit dengan selamatan di punden- punden. Selamatan di sini lebih ditujukan sebagai permohonan selamat untuk para warga Desa Tegalsambi dari segala musibah dan malapetaka, serta

commit to user

supaya dalam pelaksanaan UTPO dapat berjalan lancar tanpa adanya suatu halangan apapun.

e. Acara puncak Upacara Tradisional Perang Obor

Pada malam harinya, puncak dari serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh warga dari pagi hingga malam adalah UTPO. Upacara dimulai sekitar pukul 20.00 WIB sampai selesai. Sebelum melaksanakan permainan perang obor, para peserta dikumpulkan terlebih dahulu untuk diberi pengarahan. Setelah mendapat pengarahan dari panitia, dan semuanya telah siap maka UPTO siap dimulai. Kepala desa dengan memakai pakaian adat Jawa berjalan menuju perempatan desa dengan didampingi oleh para perangkat desa dan bayan leger yang membawa pusaka desa. Sedangkan para pemain perang obor berjalan beriringan di belakang para perangkat Desa Tegalsambi menuju perempatan desa, sedangkan para perangkat desa naik ke panggung kehormatan.

Upacara dimulai dengan pembacaan doa oleh modin / pemuka agama desa, dilanjutkan acara sambutan dari Kepala Desa Tegalsambi, Camat, dan Bupati Jepara. Setelah acara sambutan, Kamitua membacakan doa-doa Jawa (mantra) pada kemenyan di perempatan desa agar acara berjalan dengan lancar. Tujuan membacakan doa di perempatan desa karena di perempatan tersebut merupakan tempat bersemayam leluhur Tegalsambi, Ki Gemblong. Selesai membacakan mantra, obor mulai dinyalakan oleh tamu kehormatan (misalnya Bupati Jepara) dengan obor kecil. Dinyalakannya obor pertama, menandakan bahwa perang obor sudah bisa dimulai. Sesaat kemudian para

commit to user

peserta menyulutkan senjata mereka masing-masing, dan dimulailah peperangan.

Peralatan obor yang dibutuhkan dalam upacara tersebut adalah pelepah daun kelapa kering (blarak). Selain itu juga dibutuhkan daun pisang kering sebagai campuran bahan pembakar daun kelapa tersebut. Campuran pelepah daun kelapa kering dengan daun pisang kemudian ditata dengan bentuk tertentu, sehingga bisa digunakan untuk memukul lawan. Peserta Perang Obor dibagi menjadi empat bagian yang menyebar di empat penjuru desa / perempatan, kemudian berlarian untuk saling menyerang.

Suasana semakin memanas ketika para peserta saling mengejar untuk memukul lawannya. Apabila obornya mati, peserta segera menyalakan obornya dan kembali menyerang sampai obornya habis.

Untuk menjaga agar tidak terlalu panas jika terkena pijaran api, para peserta mengenakan pelindung seperti jaket, caping, penutup wajah, helm, kaos tangan, dan sebagainya.

Selain sebagai penolak bahaya, adapun makna dari api obor tersebut bahwa api merupakan lambang dari semangat. Api yang menyala membakar obor adalah lambang sebuah semangat yang menyala. Diharapkan, warga Tegalsambi selalu memiliki semangat yang menyala dalam belajar untuk memberantas kebodohan, bekerja keras, tekun beribadah, serta membangun daerahnya agar maju sehingga terhindar dari bencana.

f. Penutup acara UTPO

Setelah UTPO selesai, maka selesai sudah pelaksanaan kegiatan tersebut. Para pemain dan perangkat desa berkumpul di rumah Petinggi untuk

commit to user

berdoa bersama sebagai ungkapan rasa syukur bahwa segala kegiatan yang berhubungan dengan UTPO telah selesai dilaksanakan dengan lancar. Kemudian para peserta dipersilahkan untuk mengobati luka-luka akibat terkena percikan api dengan menggunakan minyak kelapa yang diramu khusus oleh ibu petinggi. Para penonton yang mengalami luka bakar dari percikan api tersebut juga bisa mengobati lukanya. Obat tersebut sangat ampuh mengobati luka bakar akibat percikan api perang obor.

Dokumen terkait