• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

B. Bentuk dan Asal-usul Cerita

5. Pelaku dalam Upacara Tradisional Perang Obor

UTPO merupakan upacara tradisi yang harus dilaksanakan bagi warga Desa Tegalsambi. Untuk itu, warga bertanggung jawab atas segala pelaksanaan upacara tersebut. Dalam pelaksanaan upacara tradisional tersebut, warga yang terlibat yaitu Kepala Desa beserta perangkatnya, tokoh agama, serta organisasi kepemudaan (Karang Taruna). Mereka inilah yang mengadakan musyawarah desa untuk menentukan segala sesuatu yang menyangkut persiapan, seperti penentuan hari pelaksanaan, sarana dan prasarana, dan sebagainya. Yang terlibat dalam tahap Upacara Tradisional Perang Obor antara lain:

a. Pada Waktu Selamatan di Punden-punden

Selamatan yang dilaksanakan selama selapan hari sebelum acara puncak Perang Obor ini melibatkan:

1. Kepala desa dan perangkat desa sebagai sesepuh yang membakar kemenyan

2. Modin sebagai pemimpin doa

commit to user

b. Pada Waktu Penyembelihan Hewan

Penyembelihan hewan yang dilaksanakan pada pagi hari di hari pelaksanaan UTPO ini melibatkan:

1. Modin sebagai pemimpin penyembelihan

2. Para perangkat desa membantu

3. Ibu-ibu istri perangkat desa dan warga yang ikut membantu 4. Beberapa warga yang menyaksikan

c. Pada Waktu Penyelenggaraan Wayang Kulit

Pementasan wayang kulit diselenggarakan sebagai ungkapan rasa terima kasih warga kepada Dewi Sri (Dewi Padi) yang telah menjaga padi dan tanaman mereka. Yang terlibat dalam penyelenggaraan ini antara lain: 1. Kepala desa dan perangkatnya

2. Dalang beserta rombongannya 3. Beberapa warga yang menyaksikan

d. Pada Waktu Selamatan di Masjid

Selamatan yang diselenggarakan setelah Shalat Dhuhur ini melibatkan: 1. Kepala desa beserta perangkat desa yang memimpin sesaji

2. Modin sebagai pemimpin doa

3. Beberapa warga yang ikut selamatan.

e. Pada Waktu Perang Obor

Pelaksanaan perang obor merupakan acara puncak dalam Upacara Tradisional Perang Obor. Yang terlibat dalam pelaksanaan ini antara lain: 1. Kepala Desa yang memimpin upacara

commit to user 3. Bupati Jepara yang memberi sambutan

4. Para perangkat desa yang mendampingi dan membantu kepala desa 5. Modin sebagai pemimpin doa

6. Kamitua sebagai pembaca doa khusus di perempatan 7. Para pemain yang telah mendaftarkan diri

8. Para penonton yang menyaksikan dan ikut menyemarakkan UPTO.

f. Penutupan Acara UTPO

Setelah pelaksanaan perang obor selesai para pemain dan perangkat desa berkumpul di rumah kepala desa untuk melakukan doa bersama dan menyembuhkan luka bakar para pemain, serta dilanjutkan acara makan bersama. Yang terlibat dalam acara penutupan ini adalah semua warga yang terlibat dari tahap awal upacara hingga puncak acara, antara lain:

1. Kepala Desa sebagai tuan rumah 2. Para perangkat desa

3. Bupati Jepara

4. Modin

5. Para pemain perang obor

commit to user C. Fungsi Mitos

Mitos itu sendiri perwujudannya berupa cerita-cerita (gaib) yang memberikan pedoman dan arah tertentu kepada masyarakat yang bersangkutan. Cerita-cerita mitos diturunkan secara lisan dari satu generasi kepada generasi berikutnya dengan cara-cara tertentu, sehingga membentuk sebuah dunia tersendiri dan orang menjadi yakin adanya.

Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari mitos, meskipun kebenaran suatu mitos belum tentu memberikan jaminan dan bisa dipertanggungjawabkan. Warga desa Tegalsambi percaya dengan mitos-mitos yang ada, sehubungan dengan pelaksanaan UTPO. Mereka sadar bahwa ada kekuatan gaib di sekitar mereka dan masih menjalankan mitos-mitos tersebut. Warga Desa Tegalsambi percaya bahwa dengan adanya pelaksanaan UTPO, maka warga bisa terhindar dari segala mara bahaya. Mitos-mitos yang dipercaya oleh masyarakat desa Tegalsambi antara lain:

1. Mitos Auman Harimau Jika Terlambat Dalam Pemberian Sesaji

Salah satu mitos yang dipercaya warga Tegalsambi, bahwa di desa tersebut ada sejenis makhluk ghaib berupa harimau. Harimau tersebut diakui sebagai “sesepuh” Desa Tegalsambi. Menurut cerita warga, warga pernah mendengar suara seperti auman harimau yang meminta sesajen. Warga menyebutnya Macan Bumi. Jika sudah titi wancinya namun sesaji belum disiapkan, maka macan tersebut akan mengeluarkan suara auman pertanda meminta makan.

Makhluk gaib juga membutuhkan makanan seperti halnya manusia. Namun pemberian makan pada macan bumi hanya di saat ritual Perang Obor saja,

commit to user

jadi tidak setiap hari. Apabila pemberian makan pada macan bumi terlupakan, hampir bisa dipastikan ada warga yang mendengar suara aumannya.

2. Mitos Timbulnya Bencana Apabila Tidak Diselenggarakan UPTO.

Upacara Tradisional Perang Obor sudah menjadi bagian dari kegiatan Desa Tegalsambi, maka upacara tersebut tidak bisa dipisahkan dari agenda masyarakat Tegalsambi. Untuk itu siapapun yang menjadi Petinggi Desa Tegalsambi tidak boleh sekali-kali menghapus atau meniadakan UPTO. Sekitar tahun 1955 terjadi peristiwa petinggi Desa Tegalsambi yang berkuasa pada saat itu bermaksud menghapus ritual tersebut. Menurut beliau UTPO dianggap syirik, dan tidak mempercayai kepercayaan-kepercayaan yang ada. Sehingga upacara ritual yang sudah melekat dengan sengaja tidak dilaksanakan. Seketika itu, istri dari Petinggi tersebut tiba-tiba menjadi gila seperti orang kesurupan.

Setelah menelusuri sebab akibat terjadinya kejadian aneh tersebut, akhirnya setahun berikutnya atas saran para sesepuh desa, petinggi tersebut mengadakan UPTO. Seketika itu juga istri petinggi yang mendadak gila menjadi sehat kembali. Semenjak kejadian tersebut, sampai sekarang tidak ada lagi petinggi yang meninggalkan UTPO.

3. Mitos Minyak Penyembuh Luka Bakar

UTPO tidak bisa dilepaskan dengan api. Dalam ritual tersebut, kedua kubu saling menyerang dengan menggunakan obor. Tentu saja akibat yang ditimbulkan adalah luka bakar. Setelah para peserta melaksanakan perang obor, luka-luka bakar yang diderita para pemain segera diolesi dengan minyak. Minyak oles yang digunakan merupakan hasil ramuan ibu Petinggi Tegalsambi. Sudah menjadi

commit to user

ketentuan bahwa peramu minyak haruslah ibu Petinggi sendiri, tidak boleh diwakilkan oleh siapapun.

Bahan yang digunakan untuk meramu obat adalah minyak kelapa yang dicampur dengan bunga bekas doa selama satu tahun. Bunga bekas doa yang dimaksud adalah bunga layon, yaitu bunga sisa dari pusaka desa yang selalu diberi sesaji dengan membakar kemenyan dan bunga telon pada tiap-tiap malam Jum’at oleh Kepala desa, seraya memohon keselamatan untuk warga Desa Tegalsambi. Bunga tersebut dikumpulkan menjadi satu, setelah satu tahun / pada hari pelaksanaan Upacara Tradisional Perang Obor hasil kumpulan bunga yang telah layu tersebut dijadikan sebagai bahan dasar minyak penyembuh luka bakar.

4. Mitos Peserta Perang Obor Haruslah Pemuda Dari Desa Tegalsambi.

Peserta Perang Obor haruslah pemuda Tegalsambi asli. Masyarakat percaya, jika warga dari desa lain menjadi peserta, maka akan mengancam keselamatan warga dari luar tersebut. Kepercayaan warga tersebut didasarkan pada peristiwa yang pernah terjadi. Ada seorang warga luar desa Tegalsambi yang nekat ingin menjadi peserta Perang Obor. Kemudian terjadilah hal yang tak diinginkan, warga luar desa tersebut kesakitan karena terkena percikan api.

Dari beberapa mitos di atas, maka mitos memiliki nilai guna, antara lain: 1. Menyadarkan manusia tentang adanya kekuatan ghaib yang ada di dunia.

Alam dan seisinya menyimpan suatu kekuatan gaib yang secara sadar atau tidak sadar kehadirannya dapat dirasakan atau diketahui oleh manusia. Terkait dengan mitos yang ada dalam UTPO, kekuatan gaib tersebut berhubungan dengan adanya peristiwa yang terjadi dan dialami oleh masyarakat Desa Tegalsambi.

commit to user

Mitos memberikan bahan informasi mengenai kekuatan-kekuatan gaib, serta membantu manusia agar dapat menghayati daya-daya gaib sebagai suatu kekuatan yang mempengaruhi dan menguasai alam kehidupan. Masyarakat Desa Tegalsambi percaya bahwa dengan menyelenggarakan UTPO untuk sedekah bumi, maka warga Desa Tegalsambi dapat terhindar dari bencana.

Sebelum melaksanakan UTPO pada pagi hari, warga memberi sesaji di tiap perbatasan Desa yang dianggap “dihuni” oleh para leluhur Desa Tegalsambi. Warga percaya bahwa ada makhluk gaib yang menjaga keamanan Desa di tiap perbatasan. Dengan menghormati makhluk- makhluk tersebut, maka makhluk-makhluk itu tidak akan mengganggu ketenangan Desa Tegalsambi.

Selain menghormati para leluhur dengan memberikan sesaji, masyarakat juga percaya bahwa UTPO sangatlah sakral, sehingga tidak boleh sembarangan dalam mempersiapkan upacara. Keyakinan tersebut masih bersemayam di hati dan pikiran, serta menjadikan suatu pantangan bagi masyarakat untuk tidak melanggarnya.

Mitos tidak hanya memberikan semacam informasi mengenai kekuatan gaib, tetapi mitos turut menghayati daya-daya tersebut sebagai kekuatan yang berpengaruh terhadap alam atau kehidupan masyarakat. Mitos memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang fenomena- fenomena yang terjadi di alam semesta. Fenomena alam yang terjadi pada dasarnya dapat membawa pengertian kepada manusia bahwa ada

commit to user

kekuatan-kekuatan alam yang menjalankan dan mengendalikan fenomena tersebut.

Dokumen terkait