• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelanggaran Administrasi Pemilihan Umum

BAB II PENGATURAN PELANGGARAN PEMILIHAN UMUM D

B. Pelanggaran Administrasi Pemilihan Umum

Pelanggaran administrasi Pemilu adalah pelanggaran yang meliputi tata cara, prosedur, dan mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan Pemilu dalam setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu di luar tindak pidana

Pemilu dan pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu.76 Ketentuan mengenai

prosedur dan mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaaan Pemilu dapat berupa persyaratan yang diatur baik di dalam undang-undang Pemilu maupun dalam keputusan-keputusan KPU yang bersifat mengatur sebagai aturan pelaksana dari undang-undang Pemilu.

Pelaksanaan Pemilu terdiri dari tiga tahapan yang meliputi tahap

persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian. Hal tersebut berlaku untuk pelaksanaan ketiga jenis pemilu di Indonesia,yakni:

      

75 Peraturan Bersama Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu, dan Dewan

Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 13 Tahun 2012, Nomor 11 Tahun 2012, Nomor 1 Tahun 2012 tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilihan Umum Pasal 16

76 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD,

a. Pemilu anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

b. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden; dan

c. Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil

Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota.

Namun dalam hal ini pelanggaran administrasi yang disoroti ialah terhadap Pemilu anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Adapun aturan administrasi terkait tata cara pengajuan bakal calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/ kota menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR,

DPD, DPRD Pasal 52 yakni, partai politik peserta Pemilu77 melakukan seleksi

bakal calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/ kota yang dilakukan secara demokratis dan terbuka sesuai dengan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan/atau peraturan internal partai politik peserta Pemilu. Daftar bakal calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/kota diajukan kepada:

a. KPU untuk daftar bakal calon anggota DPR yang ditandatangani

oleh ketua umum atau sebutan lain dan sekretaris jenderal atau sebutan lain;

b. KPU Provinsi untuk daftar bakal calon anggota DPRD provinsi yang

ditandatangani oleh ketua atau sebutan lain dan sekretaris atau sebutan lain; dan

c. KPU Kabupaten/Kota untuk daftar bakal calon anggota DPRD

kabupaten/kota yang ditandatangani oleh ketua atau sebutan lain dan sekretaris atau sebutan lain.

      

77 Dikatakan sebagai peserta Pemilu jika telah memenuhi ketentuan peraturan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Pasal 8

Adapun tata cara pendaftaran bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Pasal 8 ayat (2) ialah:

1. Partai Politik Peserta Pemilu pada Pemilu terakhir yang memenuhi

ambang batas perolehan suara dari jumlah suara sah secara nasional ditetapkan sebagai Partai Politik Peserta Pemilu pada Pemilu berikutnya.

2. Partai politik yang tidak memenuhi ambang batas perolehan suara

pada Pemilu sebelumnya atau partai politik baru dapat menjadi Peserta Pemilu setelah memenuhi persyaratan:

a. Berstatus badan hukum sesuai dengan Undang-Undang

tentang Partai Politik;

b. Memiliki kepengurusan di seluruh provinsi;

c. Memiliki kepengurusan di 75% (tujuh puluh lima persen)

jumlah kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan;

d. Memiliki kepengurusan di 50% (lima puluh persen) jumlah

kecamatan di kabupaten/kota yang bersangkutan;

e. Memiliki anggota sekurang-kurangnya 1.000 (seribu) orang

atau 1/1.000 (satu perseribu) dari jumlah Penduduk pada kepengurusan partai politik sebagaimana dimaksud pada huruf c yang dibuktikan dengan kepemilikan kartu tanda anggota;

f. Mempunyai kantor tetap untuk kepengurusan pada tingkatan pusat, provinsi, dan kabupaten/kota sampai tahapan terakhir Pemilu;

g. Mengajukan nama, lambang, dan tanda gambar partai politik

kepada KPU; dan

h. Menyerahkan nomor rekening dana Kampanye Pemilu atas

nama partai politik kepada KPU.

i. Menyertakan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen)

keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai politik tingkat pusat;

Pengajuan daftar calon anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dilaksanakan 12 (dua belas) bulan sebelum hari pemungutan suara.78

Adapun tata cara pendaftaran bakal calon anggota DPD ialah sebagai berikut:

1) Perseorangan yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 12 dan Pasal 13 dapat mendaftarkan diri sebagai bakal calon anggota DPD kepada KPU melalui KPU Provinsi.

2) Kelengkapan administrasi bakal calon anggota DPD sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan:

a. Kartu tanda penduduk Warga Negara Indonesia;

b. Bukti kelulusan berupa fotokopi ijazah, surat tanda tamat

belajar (STTB), syahadah, sertifikat, atau surat keterangan lain yang dilegalisasi oleh satuan pendidikan atau program pendidikan menengah;

      

78 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan

c. Surat pernyataan di atas meterai bagi calon anggota DPD yang tidak pernah dipidana dengan ancaman hukuman 5 (lima) tahun atau lebih atau surat keterangan dari lembaga pemasyarakatan bagi calon yang pernah dijatuhi pidana;

d. Surat keterangan sehat jasmani dan rohani;

e. Surat tanda bukti telah terdaftar sebagai pemilih;

f. Surat pernyataan tentang kesediaan untuk bekerja penuh

waktu yang ditandatangani di atas kertas bermeterai cukup;

g. Surat pernyataan kesediaan untuk tidak berpraktik sebagai

akuntan publik, advokat/pengacara, notaris, pejabat pembuat akta tanah (PPAT), dan pekerjaan penyedia barang dan jasa yang berhubungan dengan keuangan negara serta pekerjaan lain yang dapat menimbulkan konflik kepentingan dengan tugas, wewenang, dan hak sebagai anggota DPD yang ditandatangani di atas kertas bermeterai cukup;

h. Surat pengunduran diri yang tidak dapat ditarik kembali

sebagai kepala daerah, pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, atau anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, direksi, komisaris, dewan pengawas dan karyawan pada badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah, pengurus pada badan lain yang anggarannya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah; dan

i. Surat pernyataan tentang kesediaan hanya mencalonkan

untuk 1 (satu) lembaga perwakilan yang ditandatangani di atas kertas bermeterai cukup.

3) Pendaftaran calon anggota DPD dilaksanakan 12 (dua belas) bulan

sebelum hari pemungutan suara.79

Untuk memudahkan pelaksanaan tiap-tiap tahapan Pemilu maka disusun jadwal secara rinci yang mengacu pada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pelaksanaan setiap Pemilu tersebut. Setiap tahapan Pemilu kemudian diatur lebih rinci secara teknis oleh KPU. Pengaturan setiap tahapan

      

79 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan

secara teknis dan rinci oleh KPU inilah yang disebut electoral regulation.80 Setiap Partai Politik Peserta Pemilu diwajibkan menyusun visi, misi, dan program partai untuk disampaikan kepada pemilih pada masa kampanye; apa saja bentuk dan media yang dapat digunakan Partai untuk menyampaikan visi, misi, dan program Partai tersebut; siapa saja yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan kampanye

Pemilu, merupakan sejumlah isu yang diatur secara teknis oleh KPU.81

Beberapa contoh pelanggaran administrasi pemilu adalah sebagai berikut: pemasangan alat peraga peserta kampanye, seperti poster, bendera, umbul- umbul,spanduk, dan lain-lain dipasang sembarangan. Undang-Undang melarang pemasangan alat peraga di tempat ibadah, tempat pendidikan, lingkungan kantor pemerintahan; Peraturan KPU melarang penempatan alat peraga kampanye di jalan-jalan utama atau protokol dan jalan bebas hambatan atau jalan tol. Arak- arakan atau konvoi menuju dan meninggalkan lokasi kampanye rapat umum dan pertemuan terbatas tidak diberitahukan sebelumnya kepada polisi sehingga tidak memiliki kesempatan untuk mengatur perjalanan konvoi. Selain itu, peserta konvoi sering keluar dari jalur yang telah ditetapkan oleh panitia. Kampanye rapat       

80 “Calon Independen dalam Pemilihan Kepala Daerah Ditinjau dari Undang-undang Pemerintahan Daerah”,

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36038/3/Chapter%20I.pdf (akses 14 Januari 2016). Sebagai suatu sistem, sistem pemilu mempunyai bagian-bagian yang merupakan sistem sekunder (subsystems). Bagian-bagian tersebut adalah electoral regulation, electoral

process, dan electoral law enforcement. Electoral regulation adalah segala ketentuan atau aturan

mengenai pemilu yang berlaku, bersifat mengingat dan menjadi pedoman bagi penyelenggara, calon dan pemilih dalam menunaikan peran dan fungsi masing-masing. Electoral process dimaksudkan seluruh kegiatan yang terkait secara langsung dengan pemilu yang merujuk pada ketentuan perundang-undangan baik yang bersifat legal maupun bersifat teknikal. Electoral law

enforcement yaitu penegakan hukum terhadap aturan-aturan pemilu baik politis, administratif, atau

pidana. 

81 Roejito dan Titik Ariyati Winahyu, “Putih Hitam Pengadilan Khusus,” Komisi Yudisial

umum dilakukan melebihi waktu yang ditentukan. Kampanye melintasi batas daerah pemilihan. Perubahan jenis kampanye, dalam hal ini KPU dan peserta pemilu sudah menetapkan bahwa parpol tertentu melakukan kampanye terbatas di tempat tertentu, namun dalam pelaksanaannya kampanye terbatas tersebut

berubah menjadi kampanye rapat umum yang pada akhirnya juga diikuti oleh

arak- arakan.82

Dokumen terkait