• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3. TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA

3.4 Pelanggaran dan Sanksi

Semua perizinan Sarana Kesehatan Farmakmin dalam memberikan pelayanan atau operasionalnya selalu mempunyai tujuan yaitu untuk

memberikan kesehatan jasmani dan rohani bagi konsumen yang dilayani. Oleh sebab itu, bila pengelola atau pemilik sarana kesehatan tersebut tidak menjalankan seperti apa yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan maka akan diberikan sanksi yang sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan (Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2002).

Sanksi yang akan diberikan bagi pengelola atau pemilik yang tidak menjalankan peraturan perundang-undangan atau pelanggaran dalam mengelola sarana kesehatan Farmakmin dapat dibagi menjadi beberapa kriteria, yaitu:

1. Sanksi administratif berupa: a. Peringatan.

b. Penghentian sementara kegiatan. c. Pencabutan izin.

4.1 Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara

Suku Dinas Kesehatan di Provinsi DKI Jakarta merupakan organisasi yang bertanggung jawab kepada Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 10 Tahun 2008. Dengan adanya Undang-Undang No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom, sebagian kewenangan dan tugas pemerintah pusat dilimpahkan ke daerah termasuk masalah pelayanan kesehatan. Untuk wilayah provinsi DKI Jakarta, pemerintah mengeluarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. 58 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta yang mengawali berdirinya Suku Dinas Kesehatan.

Dinas Kesehatan berfungsi sebagai penyusun kebijakan di bidang kesehatan untuk wilayah Provinsi, sedangkan Suku Dinas Kesehatan berperan dalam pengawasan pelaksanaan kebijakan tersebut di wilayah kota administratif oleh fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara merupakan unit kerja dinas kesehatan pada kota administrasi Jakarta Utara dalam Pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah Jakarta Utara. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara terdiri dari 4 seksi, yaitu Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi Sumber Daya Kesehatan, dan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan. Apoteker banyak berperan dalam Seksi Sumber Daya Kesehatan terutama pada Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman (Farmakmin).

Koordinator Farmakmin pada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara berperan dalam pelaksanaan perizinan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian (binwasdal) serta penilaian efektivitas pelayanan kesehatan dalam bidang farmasi, makanan, dan minuman. Perizinan terhadap apotek, toko obat, dan UMOT dilakukan dengan alur yang telah diatur menurut ketentuan yang berlaku. Koordinator Farmakmin juga bertanggung jawab dalam memberikan perizinan terhadap sarana kesehatan seperti apotek, toko obat, dan Usaha Mikro Obat

Tradisional (UMOT), serta pemberian rekomendasi Sub Penyalur Alat Kesehatan (SubPAK) yang didirikan di wilayah Jakarta Utara. Selain itu, Farmakmin juga memberikan perizinan terhadap surat izin tenaga kesehatan (SIKA, SIPA, dan SIKTTK).

Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara, memiliki sistem satu atap dan satu pintu dalam hal perizinan sarana kesehatan. Sistem tersebut mempunyai kebijakan yang sama dimana seluruh berkas perizinan diserahkan dan diterima di tempat yang sama melalui front line officer (FLO) di pelayanan prima. Pemohon izin menyerahkan berkas permohonan yang sudah lengkap kepada FLO (Front Line Officer) di Pelayanan Prima. FLO akan menerima dan memeriksa kelengkapan berkas serta mengisi check list sesuai dengan persyaratan permohonan izin. Jika berkas tidak lengkap, kekurangan akan diberitahukan kepada pemohon dan berkas akan langsung dikembalikan.

Checklist hasil pemeriksaan berkas disimpan oleh FLO. Jika berkas permohonan

lengkap dan benar, FLO akan membuat tanda terima (rangkap 2, asli untuk pemohon dan fotocopy untuk arsip), mencatat pada buku register, dan menginput data pemohon melalui software. Selanjutnya berkas permohonan akan diserahkan ke bagian Tata Usaha (TU). Oleh bagian TU, berkas akan dicatat dan diberi penomoran pada buku agenda masuk. Kemudian data akan diteruskan ke seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) melalui software dengan menulis tanggal penerimaan di buku agenda keluar dan paraf penerima di Status Kendali Mutu. Seksi SDK menerima berkas permohonan dari TU dan mencatatnya pada register seksi. Kepala Seksi SDK akan melakukan verifikasi kebenaran dan keabsahan berkas permohonan. Jika hasil verifikasi tidak memenuhi persyaratan, Seksi SDK akan membuat surat penolakan yang ditandatangani oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Berkas permohonan dan surat penolakan akan diserahkan kembali ke FLO. Jika hasil verifikasi memenuhi persyaratan, Seksi SDK akan membuat perjanjian waktu pemeriksaan lapangan, membuat surat tugas yang ditanda tangani oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, dan mempersiapkan berkas pemeriksaan lapangan. Setelah pemeriksaan lapangan dilaksanakan, BAP lapangan akan dikaji dan hasil pemeriksaan lapangan

Kesehatan Jakarta Utara. Bila memenuhi persyaratan di lapangan, pembuatan Surat Izin/SK/Sertifikat akan dilakukan.Selanjutnyadilakukan pemberian nomor Surat Izin/Sertifikat Sarana dan Nomor Agenda Surat Keluar TU.

Surat Izin/SK/Sertifikat akan dicetak dan ditempelkan foto lalu diteruskan ke Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara untuk ditandatangani. Selanjutnya, Surat Izin/SK/Sertifikat akan digandakan dan dibubuhkan stempel Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Sebagai arsip, foto ditempelkan di buku register perizinan dan fotokopi Surat Izin/SK/Sertifikat didokumentasikan pada berkas permohonan. Seksi SDK menyerahkan Surat Izin/SK/Sertifikat asli ke FLO dengan berita acara serah terima dan menginformasikan kepada pemohon untuk mengambil Surat Izin/SK/Sertifikat tersebut. FLO mengisi blangko retribusi pembayaran dan menyerahkannya ke pemohon untuk segera membayar ke Kas Daerah. FLO akan memberikan Surat Izin/SK/Sertifikat asli kepada pemohon dengan menerima surat tanda terima dan Surat Ketetapan Restribusi Daerah (SKRD) dari pemohon. Untuk bukti, SKRD warna putih dipegang pemohon dan yang berwarna merah disimpan FLO sebagai arsip. Selajutnya, pemohon menandatangani buku register FLO sebagai bukti Surat Izin/SK/Sertifikat telah diambil. Keseluruhan proses ini harus dilakukan dan selesai dalam waktu tidak lebih dari 16 hari kerja.

Pelaksanaan perizinan selanjutnya dilaksanakan oleh petugas sudinkes di bidang Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin). Berbeda dengan perizinan tenaga kerja kefarmasian, pengeluaran izin bagi sarana kesehatan kefarmasian dilakukan setelah pemeriksaan fisik terhadap sarana tersebut. Khusus UMOT, perizinannya terdiri dari 2 jenis yaitu izin prinsip dan izin usaha, sedangkan izin edar produk menjadi wewenang BPOM.

Pada saat pemeriksaan lapangan apotek, dilakukan pemeriksaan meliputi bangunan, perlengkapan apotek, dan personalia (terutama Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian). Pada saat pemeriksaan juga dilakukan penyuluhan mengenai pentingnya pelaporan narkotika, kelengkapan sarana apotek seperti kartu stok, penaraan timbangan, dan pentingnya kehadiran Apoteker di apotek, serta keharusan apotek untuk membeli obat pada Pedagang Besar Farmasi. Penanggung jawab toko obat adalah Tenaga Teknis Kefarmasian dan daftar obat

yang dapat dijual di toko obat hanya obat bebas dan obat bebas terbatas. Toko Obat tidak boleh melayani resep atau memberikan obat yang termasuk dalam daftar obat keras maupun DOWA (Daftar Obat Wajib Apotek). Pada saat pemeriksaan UMOT, dilakukan pemeriksaan terhadap peralatan untuk pengolahan serta pengemasan produk, peralatan pengendalian pencemaran sarana produksi, serta sumber daya/energi yang digunakan.

Pada kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara dengan cara kunjungan langsung ke Apotek, Toko Obat, UMOT, dan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) kunjungan itu dilakukan dalam bentuk pemeriksaan kelengkapan administrasi seperti blanko kartu stok, blanko pesanan obat, salinan resep, faktur, buku penjualan, buku pesanan narkotik psikotropik dan alat pemadam kebakaran ada atau tidak serta melakukan pembekuan atau pencabutan izin jika ada apotek yang melanggar peraturan misalnya pemesanan narkotik yang berlebihan. Kemudian pengendalian yang dilakukan di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara salah satunya adalah pengendalian Sistem Pelaporan Narkotik dan Psikotropik (SIPNAP). Semua apotek yang diberikan izin apotek oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara melaporkan narkotik dan psikotropik kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara bagian koordinator Farmakmin. Kemudian bagian koordinator Farmakmin mengirimkan ke Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.

Binwasdal yang dilakukan di apotek meliputi pemeriksaan terhadap harga obat, sumber obat, data penjualan obat, personalia, dan sarana apotek. Harga obat yang dijual di apotek baik obat paten maupun obat paten tidak boleh melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET). Pelanggaran apotek yang sering dijumpai di lapangan saat Binwasdal adalah ketidakhadiran Apoteker di apotek dan administrasi perbekalan farmasi yang kurang baik. Pelaporan Narkotika oleh apotek kepada Suku Dinas Kesehatan juga sering mengalami keterlambatan, Suku Dinas Kesehatan menetapkan batas akhir pelaporan bulanan Narkotika pada tanggal 10 di setiap bulan. Apotek dan toko obat memiliki perbedaan yang mendasar, dimana penanggung jawab apotek adalah seorang Apoteker sedangkan penanggung jawab toko obat adalah asisten apoteker. Pekerjaan kefarmasian

Namun, bila di toko obat pekerjaan kefarmasian dilakukan secara mandiri oleh asisten apoteker sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelayanan yang diberikan antara apotek dan toko obat juga berbeda, dimana toko obat tidak boleh melakukan peracikan atau penerimaan resep dan tidak melayani obat keras, serta narkotika dan psikitropika.

Selain apotek, Binwasdal juga dilakukan pada toko obat, UMOT ,dan PIRT. Binwasdal toko obat dilakukan dengan memeriksa obat yang dijual di toko obat. Pelaksanaan Binwasdal toko obat juga dapat merupakan penindak lanjutan dari temuan pelanggaran oleh BPOM. Binwasdal terhadap UMOT dan PIRT minimal dilakukan pada 5-10 sarana setiap bulan atau tergantung anggaran, pemilihan sarana dilakukan secara acak.

Penanggung jawab pada sarana UMOT adalah seorang Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK). Suku Dinas Kesehatan hanya berwewenang untuk memberikan izin sarana produksi. Untuk memperoleh izin UMOT ini juga harus dilakukan pemeriksaan lapangan. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi alur produksi mulai dari bahan baku, proses produksi, pengemasan sampai pada penyimpanan produk jadi. Jika ada beberapa hal yang tidak sesuai maka Suku Dinas Kesehatan akan merekomendasikan agar segera diperbaiki atau izin tidak akan diberikan. UMOT mengikuti Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB).

Untuk PIRT, Koordinator Farmakmin juga menyelenggarakan Penyuluhan Keamanan Pangan agar PIRT dapat memahami dan menerapkan Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB), sanitasi dan higiene, serta Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang diizinkan. Farmakmin juga memberikan perizinan bagi produk pangan yang diproduksi oleh PIRT dan akan diedarkan. Perizinan yang diberikan berupa Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT). SPP-IRT hanya diberikan untuk satu jenis produk pangan industri rumah tangga. PIRT yang menjual makanan yang tahan lebih dari 7 hari harus didaftarkan, makanan yang tahan kurang dari 7 hari tidak wajib didaftarkan.

Jika diketahui terjadi pelanggaran atau penyimpangan, Koordinator Farmakmin dapat memberikan peringatan dan pembinaan agar sarana tersebut

dapat memperbaiki kesalahannya. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kembali untuk mengetahui apakah perbaikan telah dilakukan atau belum. Jika suatu sarana tidak juga memperbaiki kesalahannya atau tetap melanggar peraturan, Koordinator Farmakmin berwenang untuk mencabut izin sarana tersebut.

Apabila apoteker penanggung jawab apotek meninggal maka ahli waris dan PSA melapor pada Suku Dinas Kesehatan dan membuat supervisi selama menunggu adanya apoteker baru. PSA wajib melaporkan jumlah narkotik dan psikotropik yang ada di apotek. Apabila telah di temukan apoteker penggantinya maka dibuat Surat izin apotek yang baru dengan menggunakan nomor SIPA apoteker yang baru tersebut.

4.2 Puskesmas Kecamatan di Jakarta Utara

Wilayah Jakarta Utara memiliki 6 Puskesmas Kecamatan dan 43 Puskesmas Kelurahan. Puskesmas Kecamatan yang ada di wilayah Jakarta Utara, diantaranya yaitu Puskesmas Koja, Puskesmas Tanjung Priok, Puskesmas Kelapa Gading, Puskesmas Penjaringan, Puskesmas Pademangan dan Puskesmas Cilincing.

4.2.1 Puskesmas Kelapa Gading

Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading merupakan puskesmas kecamatan yang membawahi 4 (empat) puskesmas kelurahan yaitu Puskesmas Kelurahan Kelapa Gadig Timur I, Puskesmas Kelurahan Kelapa Gading Timur II, Puskesmas Kelurahan Pegangsaan IIA, dan Puskesmas Kelurahan Pegangsaan IIB.

Pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading yaitu Unit Pelayanan Kesehatan UGD 24 jam, klinik umum, klinik gigi, klinik keluarga berencana/klinik ibu dan anak, klinik gizi, klinik jiwa, klinik mata, klinik bedah sederhana, klinik akupuntur, klinik TB paru, klinik infeksi menular seksual, rumah bersalin, dan penunjang kesehatan seperti EKG, laboratorium, rontgen, optik, dan USG.

Puskesmas Kelapa Gading mempunyai visi untuk mewujudkan puskesmas yang menjadi andalan masyarakat dalam pelaksanaan kesehatan yang profesional

1. Meningkatkan sistem pelayanan kesehatan klinis dan kesehatan masyarakat yang responsive, merata, dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat; 2. Mengembangkan sistem informasi sosial kesehatan mutakhir dan tepat guna; 3. Mengembangkan upaya kemandirian masyarakat dalam pembangunan

kesehatan ;

4. Menembangkan profesionalisme sumber daya manusia kesehatan;

5. Mengembangkan sistem manjemen mutu pelayanan kesehatan sesuai standar internasional;

6. Mengembangkan sistem pembiayaan pelayanan kesehatan melalui jalinan kemitraan.

Apoteker Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading bertanggung jawab terhadap pelayanan kefarmasian dengan melaksanakan pengelolaan obat dengan baik dan benar sehingga kebutuhan perbekalan farmasi puskesmas se-kecamatan Kelapa Gading terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti kekurangan stok obat atau kehabisan stok obat dan terdapatnya obat-obat yang sudah daluarsa sehingga tidak dapat lagi digunakan. Sedangkan asisten apoteker bertugas membantu pekerjaan apoteker dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian tersebut terutama dalam pelayanan farmasi klinik di instalasi farmasi seperti penerimaan resep, peracikan obat, hingga penyerahan obat.

Pengadaan perbekalan farmasi di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading dilakukan dengan cara penunjukan langsung, pelelangan dan subsidi dari Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara. Sarana perbekalan farmasi yang terdapat di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading antara lain yaitu gudang obat yang digunakan untuk menyimpan sediaan obat, ruang penyimpanan vaksin, gudang alkes yang digunakan untuk menyimpan alat-alat kesehatan dan instalasi farmasi. Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan oleh tim perencanaan obat dan perbekalan kesehatan terpadu. Perencanaan obat dan alat kesehatan dilakukan dengan metode kombinasi yakni dilakukan dengan melihat pemakaian dari tahun sebelumnya dan melihat morbiditas (jenis penyakit) yang ada pada masyarakat di lingkungan Kecamatan Kelapa Gading.

Penyimpanan perbekalan farmasi di gudang Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading dilakukan berdasarkan FIFO (First In First Out), artinya obat yang datang

pertama kali harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang datang kemudian. Sedangkan penyusunan obatnya dilakukan berdasarkan jenis bentuk sediaan obat dan efek farmakologisnya. Penyimpanan tersendiri dilakukan untuk obat-obat narkotika dan psikotropika di dalam lemari khusus yang memenuhi standar dan telah ditetapkan oleh pemerintah.

Untuk pendistribusian Apoteker Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading merencanakan dan melaksanakan pendistribusian obat-obatan dari unit gudang farmasi ke unit pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya, yaitu puskesmas kecamatan dan kelurahan. Pendistribusian ini disertai berita acara penyerahan perbekalan farmasi dari apoteker kepada pihak penerima yang berasal dari puskesmas kelurahan. Berita acara tersebut mencantumkan apakah perbekalan farmasi yang dikirim dan didistribusikan oleh apoteker sesuai dengan spesifikasi yang diminta oleh pihak puskesmas kelurahan.

Pendistribusian tersebut dilakukan berdasarkan permintan laporan obat atau LPLPO yang dibuat oleh masing-masing penanggung jawab instalasi farmasi di puskesmas kelurahan. Pendistribusian dilakukan sesuai dengan kebutuhan obat di apotek masing-masing kelurahan sedangkan untuk alat-alat kesehatan, pendistribusiannya dilakukan ke masing-masing unit/klinik di puskesmas kecamatan itu sendiri dan di puskesmas-puskesmas kelurahan. Pendistibusian alat-alat kesehatan ke puskesmas kelurahan dilakukan secara periodik setiap satu tahun sekali disertakan dengan berita acara serah terima barang. Tiap-tiap unit/klinik di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading yang membutuhkan alat kesehatan harus mengisi formulir permintaan barang. Permintaan ini ditulis di dalam Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) yang ditandatangani oleh penerima barang. Kemudian data pemakaian tiap bulan tersebut dimasukkan ke dalam buku induk sesuai dengan keterangan per unit/klinik. Sisa stok barang tiap bulan dihitung dengan mengurangi jumlah persediaan barang dengan jumlah barang yang keluar.

Sarana lain yang ada di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading selain gudang obat dan gudang alat kesehatan adalah instalasi farmasi. Instalasi Farmasi Puskesmas Kelapa Gading menerima resep dari pasien umum, pasien dengan

Kelapa Gading yaitu resep internal dan resep eksternal yang memenuhi persyaratan kelengkapan resep. Resep internal dapat ditebus di instalasi farmasi Puskesmas Kelapa Gading, sedangkan resep eksternal yaitu resep yang harus ditebus oleh pasien di apotek luar karena obat tersebut tidak disediakan di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading.

Instalasi Puskesmas Kelapa Gading Melayani 100-150 lembar resep per harinya, sehingga pelayanan di apotek harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Sebagai salah satu caranya yaitu dengan melakukan pengemasan obat-obat yang sering diresepkan setiap harinya kedalam kantong-kantong plastik obat dan sudah diberi etiket. Hal tersebut bertujuan untuk mempercepat proses pelayanan obat dan mengurangi waktu tunggu pasien dalam menerima obat sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasien yang berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading. Resep dikumpulkan perhari dan masing-masing dikelompokkan berdasarkan jenis pasien (umum, jamsostek atau alkes) juga dikelompokkan berdasarkan umur. Kemudian data-data ini dicatat dalam buku kunjungan resep. Untuk resep yang mengandung narkotik dan psikotropika dipisahkan dan pemakaiannya tiap bulan harus dicatat dalam buku pengeluaran narkotik dan psikotropika.

Semua proses keluar masuknya obat di Puskesmas Kelapa Gading dicatat dan dilaporkan ke Sudinkes Jakarta Utara. Pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Kelapa Gading meliputi kartu stok, buku induk, buku bantu gudang, buku jumlah kunjungan resep harian, buku pengeluaran obat harian, dan buku penerimaan 1 tahun serta LPLPO (Lembar Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat). Kartu stok digunakan untuk mencatat jumlah masing-masing obat yaitu satu jenis obat memiliki kartu stok masing-masing. Data dari kartu stok akan digabung semuanya ke dalam buku induk.

4.2.2 Puskesmas Tanjung Priok

Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok memiliki layanan kesehatan seperti; Unit Gawat Darurat, Poli Umum, Poli Mata, Poli Gigi, Poli TB & MH, Ruang Bersalin, KIA/KB (Kesehatan Ibu dan Anak/Keluarga Berencana), Akupuntur, MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) serta layanan penunjang

seperti Laboratorium, Radiologi, USG, EKG dan Gizi. Puskesmas ini membawahi 13 puskesmas kelurahan. Kegiatan kefarmasi yang dilakukan di puskesmas tersebut antara lain perencanaan dan pengadaan obat, penerimaan obat di gudang, penyimpanan obat, pendistribusian obat ke pasien dan pelaporan obat. Apotek tersebut memiliki 2 orang apoteker dan 4 tenaga teknis kefarmasian yang terdiri dari 3 orang asisten apoteker dan 1 orang ahli madya farmasi. Ada 2 jenis resep yang berlaku di Puskesmas Tanjung Priok, yaitu resep internal dan resep eksternal. Resep internal hanya dilengkapi dengan nama poli, jenis obat, aturan pakai serta nama dan umur pasien. Resep internal ditebus oleh pasien di apotek puskesmas sedangkan resep eksternal ditebus oleh pasien di apotek diluar puskesmas. Resep eksternal ini diberikan untuk menebus obat di apotek lain yang tidak terdapat di apotek puskesmas.

Alur pelayanan kesehatan puskesmas Kecamatan Tanjung Priok dimulai dari pasien datang dan mengambil nomor antrian kemudian bagian loket pendaftaran mendata kelengkapan administrasi pasien kemudian pasien membayar retribusi dan diberikan karcis. Pasien menuju poli pelayanan.Ada pula pemeriksaan penunjang seperti radiologi, laboratorium, USG, EKG dan gizi. Setelah didapat hasil maka dokter akan menuliskan reaep untuk ditebus di apotek.

Sarana farmasi yang terdapat di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok antara lain: depo obat puskesmas (apotek) dan unit gudang obat (gudang farmasi). Depo Obat Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok hanya melayani resep internal dari dokter di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok dan memasok perbekalan farmasi untuk setiap poli dalam Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok.

Depo Obat Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok melayani ± 150 resep setiap hari atau sekitar 4500 resep dalam 1 bulan, sehingga pelayanan harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Jumlah ini dapat berubah sesuai dengan pola penyakit di masyarakat atau bila terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa). Untuk mengurangi waktu pelayanan resep, maka obat-obat yang sering diresepkan seperti CTM, Paracetamol, Vitamin B1, B6 dan B12 t e l a h dikemas dalam kantung-kantung plastik (7x12cm) sesuai dengan jumlah yang sering diresepkan.

tersebut sesuai dengan urutan kedatangan resep dan memberikan nomor urut resep. Setelah itu resep diskrining apakah terdapat masalah seperti skrining kelengkapan adminstratif, farmasetis, dan klinis. Bila resep tidak jelas atau terdapat permasalahan (seperti obat habis), Apoteker akan melakukan konfirmasi ke poli terkait yaitu tempat dokter yang memberikan resep. Bila resep telah jelas, resep akan dikerjakan sesuai dengan urutan nomor yang sudah ditulis.

Setelah selesai disiapkan, pasien akan dipanggil nama dan usianya berurut berdasarkan nomor yang sudah dibuat, lalu obat akan diserahkan. Apoteker juga akan mengkonfirmasi pasien dengan penyakit yang dideritanya karena ada kemungkinan ada pasien dengan nama dan umur yang sama atau terdapat kesalahan penulisan nama. Penyerahan obat dilakukan dengan pemberian penjelasan atau informasi obat kepada pasien. Informasi meliputi cara pemberian obat, waktu dan frekuensi pemberian obat serta informasi lain yang penting

Dokumen terkait