• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : PELANGGARAN TERHADAP PRINSIP KEHATI-HATIAN

2. Pelanggaran Privat

seperti Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Transaksi Elektronik danPeraturan Bank Indonesia No. 14/2/PBI/2012 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu. Di dalam praktik Perbankan setiap bank wajib mematuhi semua ketentuan yang terdapat pada peraturan perundang- undangan tersebut. Apabila terjadi pelanggaran sebagai akibat dari lemahnya pengendalian intern dari pihak penerbit maupun pengelola kartu kredit karena penyalahgunaan kartuu kredit bias juga dilakukan oleh “orang dalam” dari pihak penerbit dan pengelola kartu maka harus menerima sanksi hukum yang ditetapkan oleh Undang-undang.

Hubungan hukum merupakan merupakan hubungan antara dua pihak atau lebih (subyek hukum) yang mempunyai akibat hukum (menimbulkan hak dan kewajiban) dan diatur oleh hukum. Dalam hal ini hak merupakan kewenangan atau peranan yang

ada pada seseorang (pemegangnya) untuk berbuat atas sesuatu yang menjadi obyek dari haknya itu terhadap orang lain. Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang harus dipenuhi atau dilaksanakan oleh seseorang untuk memperoleh haknya atau karena telah mendapatkan haknya dalam suatu hubungan hukum. Obyek hukum adalah sesuatu yang berguna, bernilai, berharga bagi subyek hukum dan dapat digunakan sebagai pokok hubungan hukum. Sedangkan subyek hukum adalah segala sesuatu yang dapat menjadi pendukung hak dan kewajibannya atau memiliki kewenangan hukum (rechtsbevoegdheid).

Dalam lingkup privat, hubungan hukum tersebut akan mencakup hubungan antar individu, sedangkan dalam lingkup public, hubungan hukum tersebut akan mencakup hubungan antar warga negara dengan pemerintah maupun hubungan antar sesama anggota masyarakat yang tidak dimaksud untuk tujuan-tujuan perniagaan, yang antara lain berupa pelayanan publik dan transaksi informasi antar organisasi Pemerintahan

Dalam penerbitan kartu kredit hubungan antara pihak bank dan nasabah tidak terlepas dari perikatan yang telah dibuat kedua belah pihak, yaitu bersumber dari perjanjian, kontrak atau perjanjian merupakan salah satu dari dua dasar hukum yang ada selain Undang-undang yang bersifat publik. Perikatan itu adalah suatu hubungan hukum yang mengikat satu atau lebih subjek hukum dengan kewajiban-kewajiaban satu sama lain. Para pihak juga harus mematuhi setiap apa yang disepakati dalam perjanjian. Jika terdapat pelanggaran maka pihak yang melakukan pelanggaran harus bertanggung jawab.

f. Hubungan hukum bank dengan nasabah

Secara etis, data dan informasi yang diberikan oleh nasabah atau masyarakat kepada perusahaan yang meminta data pribadi hanya untuk keperluan perusahaan yang bersangkutan dan hanya untuk kepentingan tertentu seperti yang diinginkan pemberi data. Biasanya untuk authentikasi atau billing. Dan, perusahaan penerima data tidak boleh mempublikasikan atau menjual data pribadi nasabah atau konsumen ke pihak ketiga.

Perlindungan nasabah kartu kredit ditinjau dari Undang – Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, hubungan hukum anatara bank sebagai pemberi jasa kartu kredit erhadap nasabahnya, serta faktor – faktor penghambat dalam perlindungan nasabah kartu kredit.

Berdasarkan pada hasil penelitian Perlindungan hukum terhadap nasabah kartukredit belum berjalan sebagaimana mestinya. Pemberian informasi melalui media cetak maupun elekronik tersebut ternyata tidak menguntungkan nasabah kartu kredit khususnya pada saat penandatangan aplikasi, hubungan hukum yang timbul tidak seimbang, demikian juga terhadap faktor – faktor penghambat terhadap Perlindungan hukum terhadap nasabah kartu kredit ternyata lebih mengunungkan pihak Bank.

Upaya Perlindungan hukum terhadap nasabah kartu kredit hanya dapat terwujud dengan adanya partisipasi dari berbagai pihak. Pihak nasabah harus bersikap lebih proaktif untuk mengetahui hak dan kewajibannya dan juga pihak Bank hendaknya lebih bersikap terbuka dan memperbaiki kinerjanya. Dengan adanya

kondisi yang seimbang baik bank maupun nasabah maka perlindungan akan berjalan sebagaimana diharapkan.

Meskipun sekarang ini Pemerintah telah mensyahkan Undang – undang No. 11 Tahun 2003 tentang Informasi dan Transaksi Elekronik namun pada kenyataannya peran dari UU tersebut dirasakan belum efisien. Hal ini dirasakan belum cukup untuk melindungi masayarakat dan pihak – pihak yang berkepentingan, masih diperlukan perumusan yang lebih representatif yang dapat menjangkau semua benuk kejahatan dengan menggunakan kartu kredit.

g. Pelanggaran Terhadap Prinsip Kehati-hatian Kartu Kredit

Terkait dengan pelaksanaan prinsip kehati-hatian di PT.BNI Sentra Bisnis Kartu Medan dapat ditemukan beberapa pelanggaran terhadap pelaksaan prinsip kehati-hatian tersebut, yaitu kurang ahlinya tim verifikasi dalam memeriksa aplikasi yang diajukan calon pemegang kartu kredit, pemeriksaan tersebut tidak benar-benar memeriksa kebenaran slip gaji atau informasi penghasilan calon pemegang kartu kredit sehingga terdapat calon pemegang kartu kredit yang memanipulasi data informasi keuangannya tetapi lolos verifikasi, selanjutnya data tanggal lahir dan alamat tidak sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) tidak diperiksa secara baik sehingga dapat lolos proses verifikasi. Kemudian nasabah yang tidak memiliki telepon rumah atau kantor serta tidak mencantumkan nomor telepon saudara yang tidak serumah yang dapat dihubungi (emergency call) dapat lolos proses verifikasi, sehingga nasabah tersebut apabila menghilang (skip) akan susah ditelusuri. Pelanggaran lainnya kurang adanya sikap indepedensi dari tim verifikasi sehingga

dapat dengan mudah meloloskan verifikasi calon pemegang kartu kredit yang memiliki hubungan kekerabatan dengan pihak intern bank. Tekanan dari atasan mengenai target yang harus dicapai juga merupakan faktor yang sangat mendukung untuk terjadinya pelanggaran prinsip kehati-hatian karena adanya tekanan target, tim verifikasi akan mudah meloloskan verifikasi calon pemegang kartu kredit meskipun dokumennya kurang lengkap. Selanjutnya pemberian kelas kartu kredit yang tidak sesuai dengan penghasilan sehingga pemegang kartu kredit yang penghasilannya tidak sesuai dapat diberikan limit yang tinggi.

Selain itu dapat juga ditemukan beberapa pelanggaran terhadap prinsip kehati- hatian kartu kredit yaitu:86

1) Bertukar informasi tentang data atau identitas pemegang kartu kredit dengan card center lainnya.

2) Mengungkapkan informasi termasuk transaksi yang berhubungan dengan pemegang kartu kredit kepada pihak ketiga.

3) Menetapkan klausul mengenai perhitungan bunga dan biaya-biaya lain yang dapat berubah sesuai dengan kebijakan bank tanpa diperlukan pemberitahuan terlebih dahulu kepada pemegang kartu.

4) Mengubah/ menambah persyaratan dan ketentuan, dan perubahan/ penambahan yang mengikat sejak saat diakannya perubahan tanpa harus pemberitahuan terlebih dahulu kepada pemegang kartu.

5) Atas kebijaksanaannya sendiri tanpa harus memberitahu pemegang kartu dan tanpa memberi alasan, berhak melarang atau merubah batas kredit pemegang kartu atau menolak dengan cara lainnya, baik untuk selamanya ataupun sementara atau mengakhiri keanggotaan dan mencabut semua hak baik yang melekat pada penggunaan dari kartu kredit ataupun hak lainnya dan selanjutnya berhak untuk menyampaikan pemberitahuan kepada semua

86Loc.Cit, diakses 1

pedagang dan setiap orang yang berkepentingan mengenai pencabutan hak tersebut.

Terlepas dari itu pada Bab III Pasal 9 Peraturan Bank Indonesia No. 7/6/PBI/ 2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah secara tegas – tegas menyatakan

“(1) Bank wajib meminta persetujuan tertulis dari Nasabah dalam hal Bank akan memberikan dan atau menyebarluaskan Data Pribadi Nasabah kepada Pihak lain untuk tujuan komersial, kecuali ditetapkan lain oleh peraturan perundang-undangan lain yang berlaku.

(2) Dalam permintaan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank wajib terlebih dahulu menjelaskan tujuan dan konsekuensi dari pemberian dan atau penyebarluasan Data Pribadi Nasabah kepada Pihak Lain”. Bahwasanya pada awal penawaran kartu kredit, dalam form aplikasi kartu kredit, Bank tidak pernah mencantumkan klausul atau setidak-tidaknya menjelaskan mengenai pertukaran informasi data atau identitas anda sebagai nasabahnya kelak. Yang dilakukan Bank penerbit kartu kredit hanyalah menerbitkan buku tentang petunjuk penggunaan kartu kredit dimana dalam buku petunjuk tersebut telah tercantum tentang hak (yang ditetapkan secara sepihak) bank penerbit untuk memberikan dan menyebarluaskan data pribadi nasabah. Anda sebagai nasabah telah terpasung, dibutakan oleh ketentuan-ketentuan yang dibuat Bank secara sepihak. Apapun alasannya, secara Hukum Perbankan, tanpa adanya jaminan tertulis dari yang bersangkutan Bank tidak boleh memberikan dan atau menyebarluaskan data pribadi nasabahnya kepada pihak lain, terlebih-lebih dengan tujuan komersil untuk meningkatkan potensi pasar kartu kredit yang diterbitkan. Hal ini sebagaimana

ditegaskan dalam Pasal 11 Peraturan Bank Indonesia No. 7/6/PBI/ 2005.

BAB IV

PERTANGGUNGJAWABAN PT. BNI SENTRA BISNIS KARTU MEDAN TERKAIT DENGAN BISNIS KARTU KREDIT DAN PENYELESAIAN

KREDIT BERMASALAH

A. Pertanggungjawaban Korporasi

Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum. Pengertian korporasi diambil dari istilah dalam bahasa Inggris "Corporation" yang berarti badan hukum atau sekelompok orang yang oleh Undang-undang diperbolehkan untuk melakukan perbuatan sebagaimana seorang individu sebagai subjek hukum, berbeda dengan para pemegang sahamnya.87

Seseorang yang melakukan perbuatan yang merugikan subjek hukum harus bertanggungjawab terhadap akibat yang timbul, tanpa harus dibuktikan adanya kesalahan atau kelalaiannya. Hal ini sesuai dengan bunyi Pasal 1366 KUH Perdata menyebutkan “setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan Perbankan saat ini merupakan korporasi yang memiliki peran dalam aspek kehidupan masyarakat. Melihat tujuan korporasi untuk terus meningkatkan keuntungan yang

diperolehnya mengakibatkan sering terjadinya tindakan pelanggaran hukum. Korporasi baik itu berupa suatu badan hukum maupun bukan memiliki kekuasaan yang besar dalam menjalankan aktvitasnya sehingga sering melakukan aktivitas yang bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku, bahkan memunculkan korban yang menderita kerugian.

87

perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-hatinya”.

Dan pada Pasal 1367 disebutkan bahwa “seorang tidak saja bertanggungjawab untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang yang berada dibawah pengawasannya”.

Melihat dari isi pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa para pengendali perbankan korporasi seperti direktur dan manajer korporasi dianggap bertanggungjawab atas perbuatan yang secara fisik dilakukan oleh pemegang saham, pengurus, agen, wakil atau pegawainya.

B. Penanganan Kredit Bermasalah

1. Pemantauan Tagihan Kartu Kredit Nasabah Yang Menunggak

Jumlah kartu kredit yang diterbitkan dan kredit yang bermasalah di PT.BNI Sentra Bisnis Kartu Medan dari tahun 2011 dan 2012 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.

Data Penerbitan Kartu Kredit dan Kredit Bermasalah di PT.BNI Sentra Bisnis Kartu Medan

Tahun

Jumlah Kartu Kredit Yang Diterbitkan

Jumlah NPL (Non Ferforming Loan)

Jumlah Kartu Kredit Yang Macet 2011 15.388 kartu 3,2 % (tiga koma dua persen) sekitar 496 kartu 2012 16.577 kartu 4,15% (empat koma lima belas persen) sekitar 667 kartu

Sumber : Data Analis BNI Sentra Bisnis Kartu Medan.

Setiap account kartu kredit nasabah setiap hari nya dipantau oleh unit colection (penagihan). Colection adalah sebuah kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan kembali ases perusahaan yang berpeluang untuk hilang dikarenakan muculnya pembayaran yang tertunggak yang telah melewati batas jatuh tempo. Tujuan mempertahankan hubungan semakin lama waktu tunggakan tujuannnya yaitu melindungi aset perusahaan . Colection dapat diumpamakan seperti sebuah pabrik daur ulang, dengan delequent account sebagai sebagai bahan bakunya lalu masuk ke cool factory (penagihan) kemudian menjadi normal account atau write off account. Dalam menjalankan tugas penagihan unit colection memiliki strategi. Strategi penagihan adalah beberapa cara penanganan yang terbentuk dari formulasi kontrol dan proses dimana cara tersebut digunakan untuk mendapatkan hasil yang optimal dan untuk mencapai tingkat keefektifan dan keefisienan yang tinggi . Strategi ini bertujuan untuk mengelola pertumbuhan bisnis. Mendengarkan, menggunakan gaya komunikasi tegas, keterampilan negosiasi, menciptakan urgensi dan pemecahan masalah. Nasabah yang harus dikontak tidak dapat membayar, tidak mau membayar , menghilang (skipped). Posisi nasabah yang harus dikontak : saat posisi fpd/early payment default, dalam keadaan pemakaian yang tinggi (high balance), tidak bisa dikontak, ingkar janji (broken promise), kartu baru tapi sudah melakukan pemakaian melebihi batas kredit (new account over limit /gaspol), Menentukan alasan tidak bayar,seberapa serius situasinya, membantu mencarikan solusi

bersama. Menghubungi nasabah jika contact tersambung ada dua kemungkinan pertama janji bayar (promise to pay) atau tidak ada kemungkinan bayar (no promise to pay) disebabkan oleh unable to pay, refuse pay, dan dispute. Jika dispute maka langkah selanjutnya adalah refer for investigasi.

2. Pelaporan Kredit Bermasalah Ke Unit Yang Terkait

Jika di unit colection (penagihan) terlihat adanya indikasi dispute maka unit colection atau bagian penagihan melaporkan/menginformasikan kepada Risk Management Unit (RMU) dan langkah selanjutnya adalah refer for investigasi. Setiap adanya permasalahan yang terjadi dalam kartu kredit harus dapat diselesaikan sesuai dengan sstem dan prosedur yang berlaku.

3. Penanganan Kredit Bermasalah Oleh Risk Managemen Unit ( RMU )

Kasus-kasus nasabah yang dispute yaitu nasabah yang tidak membayar (menunggak) karena mengakui transaksi tersebut tidak dilakukan olehnya. Lalu petugas RMU menghubungi pemegang kartu mengenai transaksi yang janggal berupa transaksi diluar kebiasaan pemegang kartu dilihat dari segi jumlah transaksi, lokasi transaksi dan juga tempat tinggal nasabah dengan terjadinya transaksi, sekaligus memastikan apakah kartu masih dipegang oleh si nasabah. Kalau memang pemegang kartu tidak melakukan transaksi maka langsung dimintai surat keterangan sanggahan transaksi oleh pemegang kartu. Pengecekan sales draft Lalu pemblokiran kartu. Pemberhentian bunga dan denda. Lalu petugas RMU memeriksa keterlibatan petugas intern, direct sales (pemasaran), keterlibatan aplikan, keterlibatan agency, keterlibatan pihak ketiga.

Apabila ada kejahatan kartu kredit pada aplikasi yang melibatkan petugas intern maka pengelolaan colection menginformasikan kepada RMU tentang adanya indikasi fraud. Lalu kelompok RMU menginformasikan kepada pemegang kartu, lalu pemblokkan kartu, kartu tidak di replace, meminta IPU untuk membukukan transaksi yang terindikasi fraud tidak dikenakan denda dan bunga, lalu membukukan sejumlah transaksi fraud ke rekening penampungan tagihan fraud untuk sementara karena kasus kejahatan aplikasi. Kelompok RMU meminta aplikasi yang terindikasi kejahatan kepada kelompok OPR. Pengelompokan RMU melakukan investigasi secara langsung ataupun melalui ke agent direct sales, petugas intern dan aplikan. Jika ditemukan adanya keterlibatan petugas intern, maka hasil investigasi akan ditindaklanjuti oleh kelompok unit terkait, dalam hal ini Quality Assurance (pengelolaan pengawasan) dan petugas PHU (pengelolaan SDM Hukum dan Umum) meminta pertanggungjawaban dari petugas tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.88

C. Sanksi Terhadap Pelanggaran Prinsip Kehati-hatian

1.Pertanggungjawaban Marketing Terkait Dengan Pelanggaran Prinsip Kehati- hatian

Melihat dari ruang lingkup pekerjaan marketing kartu kredit yaitu memasarkan kartu kredit BNI kepada masyarakat agar bersedia untuk mengajukan aplikasi untuk memperoleh kartu kredit BNI. Dalam memasarkan kartu kredit BNI diperlukan

88

pemasar yang tanggap atau pemasar yang kreatif yaitu marketing yang bisa memperkenalkan produk kartu kredit BNI yang berhasil di respon baik oleh nasabah. Pekerjaan yang dilakukan oleh marketing adalah pekerjaan yang dijanjikan dalam perjanjian kerja. Biasanya marketing memasarkan produk kartu kredit dengan cara personal selling (penjualan pribadi) yaitu kegitan promosi yang dilakukan dengan melakukan penjualan pribadi kepada pelanggan (calon nasabah). Channel penawaran aplikasi kartu kredit Sales counter di mal2, lounge, etc. Online melalui website Telesales melalui telepon.

Melakukan pekerjaan adalah kewajiban untuk melakukan pekerjaan karena adanya perjanjian kerja. Perlu diketahui kewajiban marketing untuk melakukan perkerjaan karena adanya perjanjian kerja , menaati tata tertib yang tertera di dalam kontrak perjanjian kerja, menaati tata tertib PT. BNI Sentra Bisnis Kartu, memiliki etika marketing yang baik. Etika adalah norma, nilai, kaidah, ukuran bagi tingkah laku yang baik. Etika merupakan dasar moral, termasuk ilmu mengenai kebaikan dan sifat-sifat tentang hak. Etika berisi tuntunan tentang perilaku, sikap dan tindakan yang diakui, sehubungan dengan suatu jenis kegiatan manusia. Pembicaran mengenai etika dalam bisnis menjadi muncul kembali dapat disebabkan oleh pertama, adanya pihak- pihak yang dirugikan oleh karena perilaku pihak lain. Kedua, para pengamat melihat bahwa, perkembangan praktis bisnis/perbankan yang ada sekarang ini cenderung akan berakibat yang tidak diinginkan. Etika dalam bisnis dan perbankan ini terkait dengan moralitas, perbuatan moral yang diartikan sebagai perbuatan baik dan

perbuatan buruk dalam kegiatan bisnis perbankan. 89

89

Sentot Imam Wahjono, Op. Cit, hal. 195

Komunikasi yang baik, komunikasi lisan yang hangat dan bersahabat, dan apa-apa yang diinginkan nasabah adalah faktor kunci yang mempengaruhi harapan nasabah. Komunikasi pemasaran produk bank tidak seperti komunikasi biasa. Komunikasi pemasaran bank interaktif saat marketing bank memelihara janji-janji yang telah dibuat bank ke konsumen. Pada titik ini terjadi komunikasi pemasaran bank interaktif atau disebut realtime marketing.

Pada saat melakukan promosi penjualan kartu kredit marketing dapat langsung melakukan komunikasi dengan pelanggan. Beberapa informasi secara timbal balik dapat terjadi. Bank dapat mengetahui produk-produk kartu kredit yang disukai dan fitur-fitur yang dicari. Dalam melakukan promosi penjualan kartu kredit bank juga dapat menerima atau merangsang timbulnya kritik membangun untuk perbaikan produk.

Selain personal direct selling yaitu bertatap muka langsung dengan nasabah yang ingin mengajukan aplikasi kartu kredit BNI, untuk meningkatkan prinsip kehati- hatian pada pemasaran kartu kredit BNI, marketing dilarang menitipkan aplikasi dan dilarang memanipulasi data nasabah.

2. Sanksi Yang Diberikan Kepada Karyawan Yang Melanggar Prinsip Kehati-hatian

Jika setelah dilakukan nya investigasi terhadap pelanggaran prinsip kehati-hatian yang mengakibatkan terjadinya kejahatan kartu kredit yang melibatkan petugas intern, maka hasil investigasi akan ditindak lanjuti oleh kelompok terkait yaitu PHU (Pengelolaan Hukum) dilengkapi dengan pendapat Yuridis atau Legal. Dalam hal ini untuk meminta pertanggungjawaban petugas yang terkait. Pertanggungjawaban tersebut berupa klaim penggantian dana sesuai dengan kerugian, sanksi pemecatan, dan pelaporan ke pihak kepolisian. Penanganan kasus melalui kepolisian perlu dimintakan persetujuan dari Direksi atau pejabat yang berwenang.90

90

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari uraian-uraian bab-bab di muka maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Prinsip kehati-hatian yang diterapkan oleh PT.BNI Sentra Bisnis Kartu adalah sebagai berikut : pertama prinsip kehati-hatian mulai diterapkan melalui proses permohonan kartu kredit. Setiap aplikasi yang diajukan oleh calon nasabah diperiksa kebenaran kelengkapan dan juga kebenaran data-data yang telah diisi oleh calon nasabah. Data-data tersebut diperiksa kebenarannya melalui proses verifikasi. Team verifikasi menghubungi calon nasabah, rumah, dan kantor/tempat ia bekerja. Setelah data tersebut lolos verifikasi maka selanjutnya pemeriksaan Sistem Informasi Debitur (SID) dari Bank Indonesia (BI). Kemudian setelah lolos pemeriksaan SID, analys akan menganalisa apakah aplikasi tersebut layak disetujui atau ditolak. Apabila disetujui selanjutnya akan ditentukan limit sesuai data-data pendukung seperti data pekerjaan dan jumlah penghasilan. Setelah ada keputusan dari analys maka kartu akan di cetak dan diantarkan oleh kurir. Untuk keamanan pada saat penerimaan kartu kredit tersebut harus diterima oleh nasabah langsung dan juga pada saat dikirim kartu belum aktif dan PIN dikirim terpisah dari kartu kredit.

2) Bentuk-bentuk pelanggaran terhadap prinsip kehati-hatian dalam kegiatan bisnis kartu kredit terjadi pada saat pemeriksaan kelengkapan dokumen tidak benar-

benar memeriksa kebenaran slip gaji atau informasi penghasilan nasabah sehingga terdapat nasabah yang memanipulasi data informasi keuangannya tetapi lolos verifikasi. Selanjutnya data tanggal lahir dan alamat tidak sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) tidak ditelusuri secara baik sehingga dapat lolos proses verifikasi serta memudahkan proses verifikasi apabila calon nasabah tersebut memiliki kekerabatan dengan pihak intern bank. Kemudian nasabah yang tidak memiliki telepon rumah atau kantor serta tidak mencantumkan nomor telepon saudara yang tidak serumah yang dapat dihubungi (emergency call) dapat lolos proses verifikasi, sehingga nasabah tersebut apabila menghilang (skip) akan susah ditelusuri. Tekanan dari atasan mengenai target yang harus dicapai juga merupakan faktor yang sangat mendukung untuk terjadinya pelanggaran prinsip kehati-hatian karena adanya tekanan target, tim verifikasi akan mudah meloloskan verifikasi calon pemegang kartu kredit meskipun dokumennya kurang lengkap. Selanjutnya pemberian kelas kartu kredit yang tidak sesuai dengan penghasilan sehingga pemegang kartu kredit yang penghasilannya tidak sesuai dapat diberikan limit yang tinggi.

3) Pertanggungjawaban PT.BNI terkait dengan pelanggaran prinsip kehati-hatian yaitu dari awal penerbitan kartu kredit setiap tim harus melakukan tugasnya dengan baik dan mengutamakan prinsip kehati-hatian apabila terdapat pelanggaran terhadap prinsip kehati-hatian tersebut yang mengakibatkan kerugian maka setiap pelaku harus dikenakan sanksi yang tegas dan dimintai

pertanggungjawabannya. Pertanggungjawaban tersebut tidak hanya oleh petugas yang melakukan pelanggaran melainkan juga pertanggungjawaban dari atasan sebagai wujud dari pertanggungjawaban korporasi karena seorang tidak saja bertanggungjawab untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya. Dalam hal ini untuk meminta pertanggungjawaban petugas yang terkait. Pertanggungjawaban tersebut berupa klaim penggantian dana sesuai dengan kerugian, sanksi pemecatan, dan pelaporan ke pihak kepolisian.

B. Saran

1. Perlu diadakan pelatihan serta penekanan kepada pegawai agar lebih teliti untuk menghindari adanya kesalahan atau kelalaian, serta indepedensi dalam proses penerbitan kartu kredit BNI, untuk itu penting bagi pegawai PT.BNI