• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA DALAM DUNIA DIGITAL

C. HAK CIPTA DALAM DUNIA DIGITAL

1. PELANGGARAN TERHADAP RIGHTS OF REPRODUCTION

DIGITAL

Di masa sekarang ini, dalam konteks perkembangan dunia digital, hak cipta dihadapkan pada tantangan besar yaitu kemudahan hak cipta untuk dilanggar di dunia digital.

Teknologi digital menjadikan reproduction dan distribution sangat mudah untuk dilakukan dengan biaya yang sangat kecil.57 Dan yang lebih penting lagi adalah tidak terjadi pengurangan kualitas sama sekali.58

Kemudahan berkas digital untuk dipindahtangankan memegang peranan sangat besar dalam membantu terjadinya pelanggaran terhadap rights of reproduction dan rights of

57Paul Torremans, “Moral Rights in the Digital Age”, Copyright in the New Digital Environment: The Need to Redesign Copyright editor Irini Stamatoudi and Paul L.C. Torremans, (London: Sweet & maxwell, 2000), hlm. 99.

58Ibid.

distribution. Misalnya, seseorang dapat dengan mudah melakukan penggandaan berkas digital suatu karya yang dilindungi dari satu komputer ke komputer lainnya dengan memindahkannya menggunakan flashdisk.

Selain itu, masalah lain yang muncul adalah berkas-berkas yang berbentuk digital dapat digandakan dan didistribusikan ke tempat yang sangat jauh sekalipun dari tempat aslinya pada saat yang bersamaan.

Misalnya, Budi di Indonesia mengirimkan sebuah lagu dari komputernya melalui E-Mail kepada Tono, teman Budi yang berada di Belanda. Tono kemudian mengunduh dan menyimpan lagu tersebut ke dalam komputernya. Berkas lagu yang tadinya hanya ada satu dan terdapat di komputer Budi di Indonesia juga menjadi dapat ditemukan di komputer Tono di Belanda. Berkas yang ada di komputer Tono tersebut merupakan berkas yang benar-benar identik dengan yang ada di komputer Budi.

Disini telah terjadi penggandaan yang disertai dengan pendistribusian. Berkas lagu yang awalnya hanya ada satu tersebut, melalui proses pengiriman melalui E-Mail dan pengunduhan, menjadi tergandakan dan menjadi ada dua.

Melalui proses pengiriman melalui E-Mail dan pengunduhan

yang sama pula berkas tersebut yang tadinya hanya ada satu di komputer Budi di Indonesia menjadi terdistribusikan ke komputer Tono di Belanda.

Contoh lainnya adalah Taufik yang berada di Indonesia meletakkan sebuah buku yang telah diubah ke format digital dengan menggunakan scanner di alamat situs internet pribadinya untuk dapat diunduh oleh siapapun di internet.

Kemudian tiga orang tak dikenal dari Jerman, Brazil, dan Jepang mengunduh buku dalam bentuk digital tersebut dan menyimpannya di komputer mereka masing-masing.

Dalam hal ini terjadi tiga kali penggandaan yang disertai oleh pendistribusian. Berkas buku digital yang tadinya hanya ada satu dan berada di komputer Taufik menjadi tergandakan dan sekaligus terdistribusikan ke ketiga negara tersebut. Kedua contoh ini merupakan salah satu contoh pelanggaran hak cipta dengan fasilitator pihak ketiga, yaitu penyedia jasa E-Mail dan penyedia jasa situs internet.

Berkas lagu dan buku yang terdapat di kedua contoh tersebut tentu merupakan obyek yang dilindungi oleh hak cipta. Oleh karena itu penggandaan dan pendistribusian yang

terjadi, jika tanpa sepengetahuan dan seizin penciptanya, merupakan pelanggaran terhadap hak cipta.

Selain itu, dari contoh tersebut dapat kita lihat bahwa pelanggaran hak cipta di dunia digital telah memasuki tahap yang lebih serius dari sebelumnya. Dengan bantuan internet sebuah karya ciptaan dapat terdistribusi hingga ke berbagai belahan dunia dengan sangat mudah. Para pengunduhnya tidak perlu lagi mengeluarkan uang untuk membeli buku agar dapat membacanya atau membeli kaset atau cakram padat dari sebuah album untuk menikmatinya. Hal ini, terutama oleh pihak industri rekaman, dipersalahkan sebagai penyebab utama menurunnya angka pejualan album musik.59 Para pendengar musik akan lebih memilih untuk mengunduhnya saja secara gratis melalui internet daripada harus mengeluarkan uang untuk membayar.

Pelanggaran semacam ini menimbulkan permasalahan hak cipta di dunia internasional karena, seperti yang telah kita lihat pada contoh di atas, pelaku pelanggaran hak cipta di dunia digital kini telah melintasi batas negara.

59Yuval Feldman and Janice Nadler, op. cit., hlm. 583.

Perbedaan yang signifikan terdapat pada teknologi analog, dimana penggandaan yang terjadi sangat kecil kemungkinannya untuk sekaligus menjadi aksi pendistribusian. Misalnya, seseorang dengan mesin fotokopi menggandakan sebuah buku. Hasil penggandaannya tidak serta merta terdistribusikan ke pihak-pihak lainnya. Misalnya jika kemudian ia menjualnya sebagai buku bajakan, agar buku bajakan tersebut dapat terdistribusikan ke tangan pembeli dibutuhkan dua kali kerja. Yaitu pertama penggandaannya dengan mesin fotokopi dan kedua proses penjualannya.

Dalam hal proses kerja, tentu jauh lebih melelahkan pada sistem analog dibandingkan dengan sistem digital yang tinggal klik melalui komputer saja. Hal ini menunjukkan bahwa betapa kemajuan teknologi dapat dengan mudah digunakan untuk melanggar hak cipta.

Namun dewasa ini di antara orang-orang yang beraktivitas dunia digital muncul kecenderungan dari pihak pemegang hak cipta untuk mengesampingkan hak-hak eksklusifnya. Hal ini dapat kita lihat dari munculnya rezim baru yaitu copyleft.

Copyleft merupakan permainan kata dari copyright (istilah inggris untuk hak cipta), yaitu kebalikan dari

copyright.60 Istilah ini digunakan untuk menunjuk aktivitas pembebasan sebagian atau seluruh hak eksklusif dalam konteks hak cipta atas suatu karya oleh penciptanya sendiri dengan syarat hasil adaptasi dan modifikasi dari karya tersebut oleh orang lain juga dibebani lisensi yang identik dengan lisensi yang dibebankan pada karya aslinya.61 Hal ini karena lisensi copyleft dapat berbeda-beda antara satu dengan yang lain, tergantung pada kehendak pemegang hak cipta atas karya tersebut akan mengsampingkan hak eksklusif yang mana saja.

Selain itu di dunia digital juga umum ditemui apa yang disebut dengan shareware dan freeware. Shareware adalah versi minimalis dari sebuah program komputer lengkap (full version) yang dilindugi oleh hak cipta.62 Versi minimalis ini memiliki beberapa pembatasan dibandingkan dengan versi lengkapnya (full version) yang mana untuk menggunakan versi lengkapnya seseorang harus membayar atau membelinya terlebih dahulu. Pembatasan yang dimaksud misalnya antara

60Dalam bahasa Inggris, Right = kanan, left = kiri.

61Copyleft, <http://en.wikipedia.org/wiki/Copyleft>, paragaraf 1, diakses tanggal 22 Juni 2008.

62Shareware, <http://en.wikipedia.org/wiki/Shareware>, paragraf 1, diakses tanggal 2 Juni 2008.

lain adalah fitur yang kurang lengkap atau hanya dapat digunakan untuk jangka waktu beberapa hari saja. Walaupun begitu program komputer tersebut masih tetap dapat berfungsi dengan baik minus fitur-fitur yang tidak lengkap tersebut dan selama jangka waktu yang ditentukan tersebut.

Selanjutnya jika seseorang ingin menggunakan seluruh fitur yang ada di dalam program tersebut atau jangka waktu penggunaannya habis63 maka ia harus membeli versi lengkapnya (full version). Dengan kata lain, melalui shareware calon konsumen dapat ”mencoba sebelum membeli”. Dengan mencoba terlebih dahulu program komputer tersebut, konsumen dapat mempertimbangkan baik-buruknya kinerja program tersebut dan apakah program tersebut sesuai dengan kebutuhannya atau tidak.

Program komputer shareware dapat dengan mudah didapatkan baik dengan melalui internet atau terkadang diberikan sebagai bonus di berbagai majalah tentang komputer. Siapa pun boleh menggandakan dan mendistribusikannya kepada siapa pun juga.

63Jika jangka waktu program komputer shareware habis maka sistem dari program tersebut akan dengan sendirinya mengunci diri sehingga tidak dapat digunakan lagi pengguna komputer.

Sedangkan freeware adalah program komputer yang benar-benar sepenuhnya gratis64 dan berfungsi penuh tanpa adanya pembatasan apa pun seperti halnya shareware. Program freeware juga dapat dengan mudah didappatkan melalui cara yang sama dengan shareware dan juga diperbolehkan untuk menggandakan dan mendistribusikannya oleh siapa pun dan kepada siapa pun juga.

Penulis menganggap bahwa copyleft, shareware, dan freeware tidak termasuk dalam konteks hak cipta, karena hak eksklusif dalam konteks hak cipta pada ketiga macam aktivitas tersebut telah dikesampingkan oleh penciptanya sendiri. Oleh karena itu dalam skripsi ini penulis tidak membahas ketiga macam aktivitas tersebut terlalu detil.

2. BEBERAPA ALASAN MASYARAKAT UNTUK MENJUSTIFIKASI

Dokumen terkait