BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelayanan Hemodialisis
Pada pasien penyakit ginjal dengan faal ginjal yang menurun atau yang masih tersisa sudah sangat sedikit sehingga usaha-usaha pengobatan biasa yang berupa diet, pembatasan minum, obat-obatan dan lain-lain tidak memberi pertolongan yang diharapkan lagi, maka pasien perlu mendapat pengobatan atau terapi pengganti. Keadaan pasien di mana faal ginjal sudah menurun, diukur dengan klirens kreatinin (KK) yang tidak lebih dari 15 ml/menit. Keadaan ini disebut Gagal Ginjal Terminal (GGT).
Penderita GGT, apapun etiologi penyakit ginjalnya, memerlukan pengobatan khusus yang disebut pengobatan atau terapi pengganti. Pada Tabel 2.1 di bawah ini dapat dilihat beberapa terapi pengganti yang lazim dilaksanakan dewasa ini.
Tabel 2.1. Berbagai Jenis Terapi Pengganti No Berbagai Jenis Terapi Pengganti
A Dialisis 1. Dialisis peritoneal (DP) 1.1. DP Intermiten (DPI) 1.2. DP Mandiri Berkesinambungan (DPMB) 1.3. DP Dialirkan Berkesinambungan (DPDB) 1.4. DP Nokturnal (DPN) 2. Hemoperfusi 3. Hemofiltrasi 4. Hemodialisis (HD) B Transplantasi Ginjal (TG) 1. TG Donor Hidup (TGDH) 2. TG Donor Jenazah (TGDJ) Sumber: Soeparman, 1990.
Dari beberapa terapi pengganti di atas, hemodialisis sampai sekarang masih merupakan pilihan utama (Soeparman, 1990).
Hemodialisis (cuci darah) diperlukan jika fungsi ginjal sudah sangat menurun atau pada keadaan GGT. Pada keadaan ini ginjal tidak dapat lagi menyaring/ membuang racun, sisa pembakaran/metabolisme, mengatur keseimbangan garam maupun cairan di dalam tubuh pasien. Dengan hemodialisis darah dibersihkan melalui mesin dengan menggunakan dialyzer (ginjal buatan) dan cairan pembersih khusus. Sewaktu “cuci darah”, sisa-sisa racun, sisa metabolisme dibuang dari tubuh, garam dan cairan diseimbangkan sehingga tubuh menjadi normal kembali. Pasien dengan gagal ginjal terminal perlu “cuci darah” 2-3 kali per minggu. Setiap kali cuci darah butuh waktu rata-rata 4 jam. Pengobatan dengan proses hemodialisis tersebut akan terus dibutuhkan jika pasien tidak menempuh proses pengobatan dengan cangkok ginjal.
Dalam melaksanakan pelayanan hemodialisis dibutuhkan beberapa prasarana dan sarana antara lain:
a. Fasilitas ruangan
1). Ruang Hemodialisis dengan segala perlengkapannya antara lain tempat tidur pasien, mesin hemodialisis, trolley, timbangan berat badan, meja makan pasien (overbad table), meja pasien (nakhas), meja perawat, kursi, kulkas obat, lampu tindakan, tiang infus, lemari obat, kursi, tempat sampah, tempat linen kotor dan lain sebagainya.
Demi kenyamanan pasien dan untuk mengusir kebosanan selama berlangsungnya terapi hemodialisis, umumnya ruang hemodialisis dilengkapi dengan alat pengatur suhu ruangan (AC) dan perangkat televisi.
2). Ruang Konsultasi Dokter. 3). Ruang Perawat.
4). Ruang Gudang Penyimpanan Consumable Goods.
5). Ruang Water Treatment di mana sistem pemurni air yang dipakai adalah Reverse Osmosis (RO) dengan perangkat seperti tangki air, pompa air,
multimedia-filter, activated carbon, softener, tabung reverse osmosis, ultra-violet filter, bacteria filter dan lain sebagainya. Air yang dihasilkan adalah air
murni yang bebas logam berat maupun bakteri yang sangat penting untuk dipakai dalam proses hemodialisis di mana pada umumnya rata-rata diperkirakan dibutuhkan sekitar 30 liter per jam.
6). Ruang reuse dialyzer di mana dialyzer yang sudah dipakai dibersihkan atau diproses untuk dapat dipakai kembali pada pasien yang sama pada terapi hemodialisis berikutnya.
7). Ruang Kamar Mandi (Pasien dan Perawat).
b. Bahan Habis Pakai (Consumable Goods) yang terdiri dari antara lain: 1). Dialyzer (ginjal buatan) dan blood-lines (selang darah).
2). Pada pasien GGT, hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah melalui selang darah kedalam dialyzer atau ginjal buatan yang terdiri dari dua
kompartemen. Kompartemen pertama adalah kompartemen darah yang di dalamnya mengalir darah dibatasi oleh selaput semipermeable buatan dengan kompartemen kedua berisi cairan untuk hemodialisis atau dialisat. Melalui membrane inilah proses pembersihan darah pasien berlangsung. 3). Cairan dialisat merupakan cairan dengan komposisi khusus yang dipakai
dalam proses hemodialisis, yang terdiri dari cairan acetate dan bicarbonate. Saat ini yang lebih banyak dipakai adalah bicarbonate dialysis, hemodialisis dengan menggunakan cairan bicarbonate karena efek samping pasca hemodialisis yang lebih minimal.
4). Bahan medis lain yang dibutuhkan seperti set infus, cairan infus, spuit, kapas alkohol, kassa steril, cairan antiseptik (seperti bethadine solution), powder
antibiotic, plester micropore, band-aid (pelekat), verban gulung, sarung
tangan dan lain sebagainya.
c. Peralatan medis yang dapat dipakai ulang antara lain: klem, gunting, piala ginjal (nierbeken), thermometer, alas perlak, senter, tourniquet, steteskop, mangkok, gelas ukur, tensimeter, ECG monitor, tabung oksigen, kertas observasi, status pasien, apron, masker, bantalan pasir berbagai ukuran dan lain sebagainya.
d. Untuk bahan linen dibutuhkan antara lain: selimut, sprei, sarung bantal, waslap, handuk kecil, serbet tangan, dan sebagainya lainnya.
e. Untuk perawatan mesin diperlukan cairan desinfectant seperti Sodium hypochloride 2.5%, Havox/Bayclin 5,25%, Citrosteril 3%, Puristeril 3%, Actril 0,7%, Citic Acid 50% (Fresenius Medical Care, 2001).
Proses hemodialisis merupakan proses pelayanan kesehatan yang cukup rumit sehingga diperlukan tenaga perawat khusus untuk melaksanakan pelayanan ini.
Di samping itu pelayanan hemodialisis (cuci darah) merupakan salah satu pelayanan yang cukup mahal, karena sangat dipengaruhi harga medical supply, obat dan bahan habis pakai, yang sangat dipengaruhi oleh krisis moneter yang terjadi saat ini. Salah satu cara untuk mengurangi cost dalam pelayanan hemodialisis ini adalah dengan cara reuse di mana dialyzer yang harganya cukup mahal tersebut dipakai berulang kali. Ada juga pusat-pusat dialisis tertentu selain reuse dialyzer juga melakukan reuse blood-lines. Reuse jelas dapat memberikan keuntungan secara ekonomis (Brown, 2001).
Cara reuse dipakai dilebih dari 80% pusat-pusat dialysis di Amerika Serikat. Proses pemakaian berulang dialyzer untuk pasien terbukti aman dan clearance
characteristics dialiyzer reuse tidak berubah jika proses pembersihan dializer
dilaksanakan dengan benar. Reuse selain menghemat biaya, juga dapat meningkatkan
biocompatibility dan mengurangi frekwensi first-use-syndrome pada pasien
hemodialisis (Pasten dan Bailey, 1998).
Ariono dalam penelitiannya: Analisis Biaya dan Alternatif Tarif Hemodialisis di Unit Renal RSPAD Gatot Soebroto selama Tahun Anggaran 1997/1998 mendapatkan bahwa biaya satuan hemodialisis yang didapat dari analisis biaya lebih tinggi dari tarif yang berlaku, sehingga diketahui selama Tahun Anggaran 1997/1998 sebenarnya terjadi defisit yang merupakan subsidi rumah sakit kepada pasien swasta.