• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSENTASE DESA/KEL MENURUT KECAMATAN DENGAN GARAM BERYODIUM BAIK DI

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR

Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pelayanan kesehatan dasar secara tepat dancepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K1 dan K4)

Masa kehamilan merupakan masa rawan kesehatan, baik kesehatan ibuyang mengandung maupun janin yang dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur. Hal ini dilakukan guna menghindari gangguan sedini mungkin dari segala sesuatu yang membahayakan terhadap kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya.

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Sedangkan tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan palayanan antenatal

37 kepada ibu hamil antara lain dokter spesialis, kebidanan, dokter, bidan, dan perawat. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4.

Cakupan K1 atau disebut juga akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan cakupan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil.

Secara nasional cakupan K1 selama tahun 2004-2009 terus mengalami peningkatan dari 88,09% menjadi 94,51%. Sedangkan cakupan K4 pada 2004–2008 cenderung meningkat, namun pada tahun 2009 sedikit menurun dari 86,04% pada tahun 2008 menjadi 85,45% pada tahun 2009.

Sementara itu, pada tahun 2009 cakupan K1 di Propinsi Sulawesi Selatan dilaporkan sebesar 90,21% dan cakupan K4 sebesar 78,95%. Terjadi penurunan dari tahun sebelumnya yang tercatat Cakupan K1 dan K4 masing-masing sebesar 93,55% dan 93,45%.

Bidang Pelayanan dan Peningkatan Kesehatan Kabupaten Bulukumba melaporkan cakupan K1 dan K4 pada tahun 2011 masing-masing sebesar 97,3% dan 89,1% (lihat lampiran tabel 28). Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara cakupan K1 dan K4. Kesenjangan tersebut menunjukkan angka drop-out K1-K4; artinya jika kesenjangan K1 dan K4 kecil maka hampir semua ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama pelayanan antenatal meneruskan hingga kunjungan keempat pada trimester ketiga, sehingga kehamilannya dapat terus dipantau oleh petugas kesehatan. 2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi

Kebidanan (Pn)

Periode persalinan merupakan salah satu periode yang berkontribusi besar terhadap Angka Kematian Ibu di Indonesia. Kematian saat bersalin dan satu minggu pertama diperkirakan 60% dari seluruh kematian ibu. Hal ini antara laian disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (profesional).

Secara nasional cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sejak tahun 2004 sampai tahun 2010 cenderung meningkat. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn) di Indonesia pada tahun 2009 telah mencapai 84,38%. Sementara itu, di tingkat Propinsi Sulawesi Selatan gambaran cakupan persalinan oleh tenaga

38 kesehatan tahun 2004 sampai tahun 2008 terjadi fluktuasi rata-rata mengalami peningkatan dari tahun 2004-2006, tetapi turun pada tahun 2007 (72,68%) kemudian meningkat lagi di tahun 2008 (82,55%), dan menurun lagi pada tahun 2009 (72,06%). Bidang Pelayanan dan Peningkatan Kesehatan Kabupaten Bulukumba melaporkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2011 sebesar 86,1% (lihat lampiran tabel 28). Terjadi peningkatan sejak tahun 2009 dan tahun 2010 masing-masing 76,7% dan 84,7%.

3. Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas (KF3)

Pelayanan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sam 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan distribusi waktu : (1) kunjungan nifas pertama (KF1) pada 6 jam setelah persalinan sampai 3 hari; (2) kunjungan nifas ke-2 (KF2) dilakukan pada minggu ke-2 setelah persalinan; (3) kunjungan nifas ke-3 (KF3) dilakukan minggu ke-6 setelah persalinan. Diupayakan kunjungan nifas ini dilakukan pada saat dilaksanakannya kegiatan di posyandu dan dilakukan bersamaan pada kunjungan bayi.

Pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi : (1) pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu; (2) pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya; (3) pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan; (4) pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak 2 kali (2 x 24 jam); dan (5) pelayanan KB pasca persalinan.

Secara nasional cakupan kunjungan ibu nifas rata-rata pada tahun 2009 adalah 71,54%. Sulawesi Selatan baru mencapai 51,29% di tahun yang sama. Sementara itu, di Kabupaten Bulukumba dilaporkan pada tahun 2011 cakupan kunjungan ibu nifas sebesar 88,6% (lihat lampiran tabel 28).

4. Penanganan Komplikasi Obstetri dan Neonatal

Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan puskesmas, ibu hamil yang memiliki risiko tinggi (risti) dan memerlukan pelayanan kesehatan, karena terbatasnya kemampuan dalam memberikan pelayanan, maka kasus tersebut perlu dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang memadai.

Risti/Komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.Risti/komplikasi kebidanan meliputi Hb < 8 g%, tekanan darah tinggi (sistole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg), oedema nyata, eklampsia, perdarahan per vaginam,ketuban pecah dini, letak

39 lintang pada usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, dan persalinan prematur.

Cakupan penanganan komplikasi kebidanan secara nasional pada tahun 2009 baru mencapai 42,50%, masih sangat jauh dari 80% target yang ditetapkan. Di Sulawesi Selatan dilaporkan sebanyak 21.438 ibu hamil risti/komplikasi (11,86% dari ibu hamil) dan hanya 49,12% yang tertangani. Pada tahun 2011 di Kabupaten Bulukumba tercatat cakupan penanganan komplikasi kebidanan sudah mencapai 51,8% (lihat lampiran tabel 31).

Neonatus risti/komplikasi meliputi asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR (Berat Badan Lahir < 2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan dan kelainan neonatal. Neonatus risti/komplikasi yang ditangani adalah neonatus risti/komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih yaitu dokter dan bidan di polindes, puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit.

Secara nasional cakupan penanganan neonatal komplikasi pada tahun 2009 dilaporkan sebesar 23,8%. Di Sulawesi Selatan dilaporkan sebanyak 4.509 orang neonatal risti/komplikasi (3,14% dari jumlah neonatal) dan tertangani sebanyak 78,51%. Pada tahun 2011 di Kabupaten Bulukumba tercatat cakupan penanganan neonatal komplikasi sebesar 36,4% (lihat lampiran tabel 31).

5. Kunjungan Neonatal

Bayi sampai umur 28 hari merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal tiga kali, yaitu pada 6 jam – 48 jam setelah lahir; pada hari ke- 3 – 7 hari, dan hari ke- 8 – 28 hari.

Dalam melaksanakan pelayanan neonatal, petugas kesehatan di samping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit, dan pemberian imunisasi); pemberian Vitamin K; Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM); dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA.

Pencapaian target pelayanan kesehatan bayi di Kabupaten Bulukumba berdasarkan laporan rutin tahun 2011 , yaitu cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) sebesar 100%, sementara cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN3) sebesar 87,7% (lihat lampiran tabel 36).

40 6. Pelayanan Kesehatan pada Bayi

Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan kunjungan bayi umur 29 hari – 11 bulan di sarana pelayanan kesehatan (polindes, pustu, puskesmas, rumah sakit dan rumah bersalin) maupun di rumah, posyandu, tempat penitipan anak, panti asuhan dan sebagainya melalui kunjungan petugas kesehatan. Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali dalam setahun, yaitu satu kali pada umur 29 hari – 3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan, dan 1 kali pada umur 9-11 bulan.

Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio 1-4, dan campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi, dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIAdalam melindungi bayi sehingga kesehatannya terjamin melalui penyediaan pelayanan kesehatan.

Bidang Pelayanan dan Peningkatan Kesehatan Masyarakat mencatat pada tahun 2011 cakupan pelayanan kesehatan bayi sebesar 95,7%. (Data selengkapnya di lampiran tabel 37). Ini menunjukkan peningkatan cakupan dari tahun 2010 yang dicapai sebesar 90,0%.

7. Pelayanan Kesehatan pada Balita

Pelayanan kesehatan pada balita dilakukan melalui pemantauan/deteksi dini tumbuh kembang. Pada tahun 2009 cakupan pelayanan kesehatan anak balita (1-4 tahun) sebesar 52,05%, sementara target yang harus dicapai 70%. Sementara di Sulawesi Selatan pada tahun yang sama cakupan deteksi tumbuh kembang dilaporkan sebesar 41,02%.

Bidang Pelayanan dan Peningkatan Kesehatan Masyarakat Kabupaten Bulukumba mencatat pada tahun 2011 cakupan pelayanan kesehatan anak balita sebesar 63,8%. Angka ini mengalami peningkatan dari tahun 2010 yang hanya 31.41%. 8. Pelayanan Kesehatan pada Siswa SD dan Setingkat

Berbagai data menunjukkan bahwa masalah kesehatan anak usia sekolah semakin kompleks. Pada anak usia sekolah dasar biasanya berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik dan benar, mencuci tangan dengan menggunakan sabun. Beberapa masalah kesehatan yang sering dialami anak usia sekolah adalah karies gigi, kecacingan, kelainan refraksi/ketajaman penglihatan dan masalah gizi.

Berdasarkan hasil Riskesdes 2007 disebutkan bahwa untuk masalah kesehatan mata, sebesar 1,1% anak usia 6-14 tahun mengalami kelainan refraksi dan 0,2% mengalami kebutaan. Untuk proporsi masalah kesehatan gigi dan mulut, sebesar

41 21,6% terjadi pada anak usia 5-9 tahun dan 20,6% pada anak usia 10-14 tahun. Sementara karies gigi aktif yang terjadi pada anak usia 12 tahun adalah 29,8% dan anak di atas usia 12 tahun adalah 43,9%. Sedangkan anak usia 12 tahun dengan karies gigi sebanyak 36,1% dan anak di atas usia 12 tahun sebanyak 72,1%. Sementara Ditjen P2Pl menyebutkan hasil survei kecacingan 2009 sebanyak 31,8% siswa SD menderita kecacingan.

Di Kabupaten Bulukumba, cakupan penjaringan anak sekolah dilakukan utamanya pada murid kelas I-III tingkat sekolah dasar. Pada tahun 2010, dari berbagai sumber data yang dikumpulkan dilaporkan cakupan pelayanan kesehatan pada siswa kelas I SD/MI sebanyak 87,0% dan untuk keseluruhan siswa SD/MI baru mencapai 57,7%. Hal ini karena yang dijaring hanya murid kelas I-III SD/MI. Adapun jenis pelayanan yang diberikan adalah pelayanan imunisasi dan UKG/UKGS. Untuk data cakupan penjaringan anak sekolah pada tahun 2011 selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran tabel 46, 47, dan 53.

9. Pelayanan Keluarga Berencana

Masa subur seorang wanita memiliki peranan bagi terjadinya kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi. Menurut hasil penelitian, usia subur seorang wanita biasanya antara 15-49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/pasangan ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat/cara KB.

Proporsi pasangan usia subur di Kabupaten Bulukumba yang aktif sebagai peserta KB pada tahun 2011 sebesar 25,8 % dari jumlah PUS seluruhnya menurut Kantor BPPKB Kab.Bulukumba sebanyak 73.424 PUS. Rincian persentase PUS sebagai peserta KB aktif dan peserta KB baru di Kab.Bulukumba tahun 2011 dapat dilihat pada lampiran tabel 35.

Persentase tertinggi alat/cara KB yang dipakai peserta KB aktif adalah suntikan (52,2%), pil (34,1%), implant (5,8%), dan kondom (5,5%). Rincian persentase alat/cara KB yang dipakai peserta KB aktif di Kab.Bulukumba tahun 2011 dapat dilihat pada lampiran tabel 33.

Menurut data dari Kantor BPPKB Kab.Bulukumba, metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan pasangan usia subur (PUS) pada peserta KB baru pada tahun 2011 adalah suntikan (53,3%), pil (32,6%), kondom (8,5%) dan implant (4,0%). Data dapat dilihat pada lampiran tabel 34.

42 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 HERLANG BT.BAHARI BT.TIRO KINDANG RILAU ALE UJUNG BULU UJUNG LOE KAJANG BULUKUMPA GANTARANG

HERLANG BT.BAHARI BT.TIRO KINDANG RILAU ALE UJUNG BULU UJUNG LOE KAJANG BULUKUMP A GANTARAN G KB AKTIF 3857 3683 2351 5019 6632 7123 6822 7180 8850 11355 KB BARU 1213 949 1245 1446 1415 2069 2140 2308 2329 3813 PUS 4482 4454 4237 5538 7023 8940 7343 8746 9443 13218 KB AKTIF KB BARU PUS GAMBAR IV. 1

JUMLAH PUS, PESERTA KB BARU & AKTIF

Dokumen terkait