• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis Pelayanan Kesehatan yang Diberikan dan Persyaratan Pemberian Pelayanan Kesehatan Kepada Pasien Kurang Mampu

BAB V : Kesimpulan dan Saran

PRAKTEK PELAYANAN KESEHATAN KEPADA PASIEN KURANG MAMPU PADA RUMAH SAKIT IMELDA MEDAN

A. Jenis Pelayanan Kesehatan yang Diberikan dan Persyaratan Pemberian Pelayanan Kesehatan Kepada Pasien Kurang Mampu

RSU Imelda Pekerja Indonesia ( selanjutnya disebut RSU IPI) merupakan salah satu RSU yang ada di kota Medan yang melaksanakan tugas memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, RSU IPI melayani pasien tanpa membedakan status ataupun golongan mereka. RSU IPI juga melayani pasien kurang mampu yang mana merupakan fokus dari riset penulis disana.

Penulis akan membahas terlebih dahulu mengenai kebijakan pemerintah dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat sebelum menguraikan mengenai jenis pelayanan dan persyaratan pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien kurang mampu. Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.155

155

Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 34 ,Ayat (2).

Program jaminan sosial telah dikenal di Indonesia sejak zaman Pemerintahan Hindia Belanda. Sejak tahun 1936, Pemerintah Hindia Belanda telah memberikan jaminan kesehatan kepada seluruh pegawai pemerintahan Hindia Belanda. Kemudian setelah merdeka tahun 1945, Pemerintah tetap melanjutkan sistem jaminan sosial ini sehingga muncul berbagai

jenis jaminan sosial, seperti tahun 1968 berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 230/1968 tentang program Askes, pendirian PT Taspen (bagi pegawai negeri) dan PT Asabri (bagi anggota TNI/Kepolisian) sebagai badan penyelenggaraan program jaminan pensiun dan hari tua, dan PT Jamsostek untuk penyelenggaraan jaminan ketenagakerjaan terhadap tenaga kerja swasta.156

Pemerintah menyelenggarakan berbagai jaminan sosial tersebut, hanya saja jumlah peserta jaminan sosial di Indonesia masih terlalu sedikit (sekitar 20%) dan manfaat yang diperoleh peserta tersebut juga masih sangat terbatas.157

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dikatakan bahwa SJSN adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin, agar setiap peserta dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang minimal layak menuju terwujudnya kesejahteraan sosial yang berkeadilan bagi seluruh rakyat. Dengan demikian, SJSN merupakan program pemerintah dan masyarakat. SJSN merupakan program negara (pemerintah dan masyarakat) untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat dengan pendekatan sistem.

Oleh karena itu, pemerintah bersama DPR memprakarsai pembentukan suatu perundang-undangan mengenai penyelenggaraan jaminan sosial yang dikenal dengan sebagai Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Badan yang bertugas menyelenggarakan program jaminan sosial menurut UU No. 40 Tahun 2004 adalah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang sudah ada (PT Jamsostek, PT Askes, PT Taspen dan PT Asabri) dengan tidak

156

Sulastomo, Sistem Jaminan Sosial Nasional Sebuah Introduksi, Ed. 1 (Rajawali Pers, Jakarta, 2008), hlm. 16-17.

157

menutup kemungkinan pembentukan badan penyelenggara lain, yang dibentuk dengan UU. BPJS yang dimaksud telah terbentuk pada 1 Januari 2014 dimana PT Askes berubah nama menjadi BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan ini yang menyelenggarakan jaminan sosial di bidang kesehatan kepada masyarakat. Dalam UU No. 40 Tahun 2004, jenis program jaminan sosial yang diselenggarakan meliputi:

1. Jaminan kesehatan; 2. Jaminan kecelakaan kerja; 3. Jaminan hari tua;

4. Jaminan pensiun; 5. Jaminan kematian.

Kepesertaan program jaminan sosial dibagi atas dua, yaitu peserta bukan penerima bantuan iuran dan peserta penerima bantuan iuran. Peserta bukan penerima bantuan iuran adalah peserta yang membayar iuran secara mandiri baik oleh dirinya sendiri maupun oleh pemberi kerja sedangkan peserta penerima bantuan iuran (PBI) adalah peserta yang menerima bantuan iuran dari pemerintah dimana peserta ini tidak membayar iuran sendiri tetapi dibayari oleh pemerintah. Masyarakat yang menjadi peserta penerima bantuan iuran ini adalah masyarakat miskin atau masyarakat kurang mampu.

Program jaminan kesehatan diselenggarakan pemerintah secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan ekuitas.158

158

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Bab VI, Penjelasan Pasal 19, Ayat 1.

Manfaat jaminan kesehatan

diberikan peserta dengan jumlah keluarga lima orang (suami istri dengan jumlah anak maksimal tiga orang). Apabila memiliki keluarga lebih dari lima orang, dapat mengikutsertakannya dengan membayaran iuran tambahan, yang jumlahnya ditetapkan oleh Peraturan Presiden.159

RSU IPI menerima pasien jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), jaminan asuransi kesehatan (Askes), pasien jaminan kesehatan daerah (Jamkesda), Jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek), jaminan kecelakaan kerja (JKK) dan jaminan perusahaan asuransi swasta yang menjalin kerjasama dengan RSU IPI serta jaminan kesehatan tenaga kerja yang bekerja di perusahaan-perusahaan yang menjalin kerjasama dengan RSU IPI.

Manfaat jaminan kesehatan bersifat pelayanan perseorangan berupa pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan.

RSU IPI melayani ± 100 sampai 200 pasien setiap harinya baik pasien rawat jalan, rawat inap maupun rawat gawat darurat.160

a. kegotong-royongan antara yang kaya dan miskin, yang sehat dan sakit, yang tua dan muda, dan yang berisiko tinggi dan rendah;

Setiap harinya, RSU IPI melayani pasien mampu maupun pasien kurang mampu. Berdasarkan data per januari 2014, RSU IPI melayani pasien kurang mampu yang menggunakan jaminan kesehatan daerah (Jamkesda)/Medan Sehat sebanyak 49 orang (untuk

b. kepesertaan yang bersifat wajib dan tidak selektif; c. iuran berdasarkan persentase upah/penghasilan; d. bersifat nirlaba.

Prinsip ekuitas yaitu kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan kebutuhan medisnya yang tidak terikat dengan besaran iuran yang telah dibayarkannya.

159

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Bab VI, Pasal 28 Ayat (1) dan Ayat (2).

160

Data yang diperoleh dari Yupi Andriani M, S.Kom (Kepala Administrasi Bagian Personalia).

rawat inap) dan 209 orang (untuk rawat jalan). Sedangkan pasien kurang mampu yang menggunakan jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) sebanyak 231 orang (untuk rawat inap) dan 336 orang (untuk rawat jalan).161

RSU IPI memberikan layanan rawat inap kepada pasien kurang mampu dimana pasien kurang mampu diberikan fasilitas kamar rawat kelas III. Fasilitas kamar rawat kelas III di RSU IPI memiliki kapasitas 5 tempat tidur, TV, kipas angin dan kamar mandi.

162

Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2013 juga mengatur mengenai jenis pelayanan kesehatan yang dijamin oleh program jaminan kesehatan. Jenis pelayanan kesehatan yang dijamin ini merupakan jenis pelayanan kesehatan yang diterima pasien kurang mampu yang berobat ke RSU IPI. Jenis pelayanan kesehatan tersebut, antara lain:

Kondisi kamar rawat kelas III juga bersih dan nyaman serta mempunyai sirkulasi udara yang sehat. Pemberian kamar kelas III ini telah sesuai dengan pengaturan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Pasal 23 Huruf a bahwa penerima bantuan iuran (PBI) jaminan kesehatan mendapatkan akomodasi layanan rawat inap kelas III.

163

1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan kesehatan non spesialistik yang mencakup:

a. administrasi pelayanan;

b. pelayanan promotif dan preventif;

c. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;

161

Hasil wawancara diberikan oleh narasumber dari RSU IPI, Yupi Andriani M, S.Kom (Kepala Administrasi Bagian Personalia) pada tanggal 25 Februari 2014.

162

Lihat foto pada daftar foto Fasilitas Rawat Inap.

163

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, Bab V, Pasal 22, Ayat (1).

d. tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif; e. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

f. transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis;

g. pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama; dan h. rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi.

2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, meliputi pelayanan kesehatan yang mencakup:

a. rawat jalan yang meliputi: 1) administrasi pelayanan;

2) pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan subspesialis;

3) tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis; 4) pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

5) pelayanan alat kesehatan implan;

6) pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis;

7) rehabilitasi medis; 8) pelayanan darah;

9) pelayanan kedokteran forensik; dan 10) pelayanan jenazah di Fasilitas Kesehatan. b. rawat inap yang meliputi:

1) perawatan inap non intensif; dan 2) perawatan inap di ruang intensif.

3. Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri.

Selain itu, RSU IPI juga memberikan pelayanan kesehatan berupa pemberian alat bantu kesehatan164

Mengenai pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan, RSU IPI mempunyai fasilitas kamar jenazah. Namun, kamar jenazah di RSU IPI hanya tempat untuk menyimpan jenazah pasien yang telah meninggal sementara. Jenazah yang ada di RSU IPI tersebut kemudian akan dirujuk ke RSU Pringadi Medan dengan surat pengantar dari Kepolisian. Di RSU Pringadi Medan, jenazah mendapatkan pemeriksaan forensik sebelum jenazah disemayamkan di rumah duka. Pemeriksaan forensik tidak seketika itu dilakukan oleh RSU Pringadi Medan. RSU Pringadi melakukan pemeriksaan forensik terhadap jenazah tersebut setelah memperoleh persetujuan tindakan forensik dari keluarga.

, misalnya alat bantu pendengaran (hearing aids) untuk pasien yang mengalami gangguan pendengaran.

RSU IPI juga memberikan pengecualian untuk pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien kurang mampu. Misalnya ada seseorang dari golongan masyarakat kurang mampu yang melakukan percobaan bunuh diri, kemudian dibawa ke RS untuk mendapatkan perawatan, maka perawatan yang diterimanya nanti tidak menjadi tanggungan program jaminan kesehatan. sehingga biaya perawatannya ditanggung oleh pihak pasien sendiri ataupun oleh keluarganya.165

164

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, Bab V, Pasal 23, Ayat (3.

165

Hasil wawancara diberikan oleh narasumber dari RSU IPI, Yupi Andriani M, S.Kom (Kepala Administrasi Bagian Personalia) tanggal 25 Februari 2014.

Pelayanan kesehatan tersebut juga tidak dijamin dalam program jaminan kesehatan. Jenis pelayanan kesehatan yang tidak diberikan ini meliputi:166

1. pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku;

2. pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat darurat; 3. pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan

kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja;

4. pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri; 5. pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;

6. pelayanan untuk mengatasi infertilitas; 7. pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);

8. gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol; 9. gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat

melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri;

10. pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur, shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment);

11. pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan (eksperimen);

12. alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;

166

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, Bab V, Pasal 25.

13. perbekalan kesehatan rumah tangga;

14. pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar biasa/wabah; dan

15. biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan Manfaat Jaminan Kesehatan yang diberikan.

Pasien kurang mampu harus memenuhi persyaratan tertentu agar dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang telah diuraikan diatas. Pasien kurang mampu yang hendak menggunakan kartu jaminan kesehatan harus dapat menunjukkan kartu peserta jaminan kesehatan yang ia miliki sebelum berobat kepada petugas RSU IPI yang kemudian akan mendata pasien tersebut untuk diarsipkan di rumah sakit. Pasien juga harus menunjukkan kartu keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) kepada petugas RSU IPI. Setelah pendataan selesai, maka pasien kurang mampu tersebut akan diberi nomor antrian dan dipersilakan duduk di tempat duduk yang telah tersedia di lobby rumah sakit. Akan tetapi, untuk pasien kurang mampu yang sedang dalam keadaan gawat darurat, pasien akan ditangani terlebih dahulu oleh dokter di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD). Setelah kondisi pasien stabil, petugas rumah sakit baru mendata identitas pasien dan meminta kartu peserta jaminan kesehatan milik pasien tersebut.

Saat pendaftaran, pasien yang tidak memiliki kartu peserta jaminan kesehatan akan diberikan waktu untuk mengurus pembuatan kartu peserta jaminan kesehatan kepada pasien atau pihak keluarganya. Khusus untuk pengurusan dokumen administrasi Jamkesda Provinsi Sumatera Utara, waktu yang diberikan

adalah 3x24 jam untuk pengurusan dokumen administrasinya.167

Untuk pasien kurang mampu yang hidup sendiri/tidak mempunyai sanak keluarga, maka RSU IPI akan melaporkan pasien kepada Dinas Sosial setempat. Kemudian Dinas Sosial yang akan menanggung biaya perawatan pasien tersebut.

Jika pasien masuk pada hari libur, maka penghitungan waktu 3x24 jam dimulai sejak hari pertama kerja. Apabila pengurusan dokumen adminstrasi melebih batas waktu yang telah ditetapkan maka pasien tersebut tidak akan mendapatkan layanan melalui Jamkesda Provinsi Sumatera Utara. Peraturan ini mulai berlaku untuk seluruh RS yang menjadi provider Jamkesda Provinsi Sumatera Utara sejak tanggal 2 September 2013.

Pasien kurang mampu yang mempunyai kartu peserta Jamkesmas dari daerah di luar Kota Medan dapat memperoleh pelayanan kesehatan di RSU IPI. Pasien tersebut harus menunjukkan surat rujukan dari rumah sakit yang merawatnya di daerah asalnya.

B. Hak-Hak Pasien Kurang Mampu Dalam Memperoleh Layanan