• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelayanan Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi Dasar

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN

IV.9 Pelayanan Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi Dasar

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga. Rumah dikategorikan sehat jika memenuhi syarat kesehatan yaitu memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, pembuangan air limbah, ventilasi baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah.

Jumlah rumah sehat di Kota Pasuruan tahun 2015 sebanyak 29.971 rumah (66,43%). Capaian pada tahun 2015 meningkat 2,43% bila dibandingkan dengan tahun 2014. Persentase rumah sehat tahun 2011 s/d 2015 belum memenuhi target 70%. Adapun tren/fluktuasi persentase rumah tangga sehat dalam kurun waktu 5 tahun dibanding target provinsi tersaji dalam gambar 4.38.

Gambar 4.38 Persentase Rumah Sehat dibanding Target Provinsi Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%)

Sumber: Data Kesehatan Lingkungan Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015

Capaian rumah sehat masih harus ditindaklanjuti dengan upaya pembinaan yang lebih intensif kepada masyarakat agar memperhatikan kesehatan rumahnya karena rumah yang sehat dan nyaman akanberdampak bagi penghuninya dalam meningkatkan produktivitasnya. Selain PHBS sebagai kunci pemberdayaan masyarakat, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) juga merupakan pendekatan terbaru dalam upaya pemberdayaan masyarakat yang berfungsi untuk menekan angka kesakitan akibat penyakit berbasis lingkungan. STBM mempunyai 5 pilar yakni: 1. Bebas Buang Air Besar Sembarangan atau Open Defecation Free (ODF); 2. Cuci Tangan dengan Sabun; 3. Pengelolaan Air Minum; 4. Pengelolaan Air Limbah dan 5. Pengelolaan Sampah. Apabila STBM diterapkan dalam sebuah rumah, maka akan didapatkan gambaran sebuah rumah sehat, karena rumah sehat bukan hanya rumah yang selalu dijaga kebersihannya tetapi kondisi fisik bangunan rumah seperti luas ruangan, penerangan, ventilasinya harus memenuhi standar; juga harus mempunyai sarana sanitasi dasar. Apabila dikaji lebih lanjut, pencapaian yang lebih baik pada indikator ini membutuhkan koordinasi lintas program dan lintas sektor terkait selain upaya pemberdayaan yang harus dilakukan lebih intensif.

Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Capaian (%) 68.4 61.67 64.64 64 66.43 Target nas (%) 70 70 70 70 70 56 58 60 62 64 66 68 70 72

IV.9.2 RUMAH/BANGUNAN BEBAS JENTIK NYAMUK AEDES

Rumah/bangunan yang diperiksa jentik nyamuk aedes berarti

rumah/bangunan di suatu wilayah yang dijadikan sasaran pemeriksaan jentik berkala yang diperiksa jentik nyamuknya sesuai jadwal yang ditetapkan. Sedangkan rumah/bangunan bebas jentik aedes berarti rumah/bangunan di suatu wilayah yang dijadikan sasaran pemeriksaan jentik berkala yang diperiksa jentik nyamuknya sesuai jadwal yang ditetapkan dan dinyatakan bebas jentik nyamuk. Jumlah rumah/bangunan bebas jentik aedes selanjutnya menunjukkan Angka Bebas Jentik (ABJ). Perkembangan ABJ di Kota Pasuruan selama 5 tahun terakhir dibanding target tersaji dalam gambar dibawah ini.

Gambar 4.39 ABJ (Angka Bebas Jentik) Dibanding Target Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%)

Sumber : Data Seksi Pemberantasan Penyakit Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015

Angka bebas jentik di Kota Pasuruan tahun 2015 sebesar 92,2%. Angka ini meningkat bila dibandingkan dengan capaian pada tahun-tahun sebelumnya.Kendati demikian, angka ini masih kurang dari target ABJ nasional yang ≥ 95%. ABJ merupakan indikator keberhasilan PSN DBD. Apabila lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi karena jentik nyamuk aedes

aegypti sudah terberantas sehingga vektor penular DBD dapat diputuskan daur

hidupnya. Untuk menjaga suatu daerah pemukiman aman dari ancaman penyakit DBD, maka ABJ harus dipertahankan terus sampai waktu tak tertentu. Apabila nilai ABJ kurang dari itu, berarti virus dengue masih mempunyai peluang menular.

Angka kesakitan DBD di Kota Pasuruan belum dapat ditekan dan program penanggulangan DBD belum berhasil karena alasan faktual bahwa sebagian masyarakat Kota Pasuruan masih beranggapan bahwa fogging adalah upaya utama

Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 ABJ (%) 74.79 81.82 81.41 84.64 92.2 Target (%) 95 95 95 95 95 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

dalam penanggulangan DBD. Fogging memang harus tetap dilakukan setiap ada kasus DBD terutama di daerah endemis seperti Kota Pasuruan. Namun yang harus tetap diingat di sini, PSN (Pemberantasan SarangNyamuk dengan 3M Plus) yang intensif didukung abatisasi dan PJB (Pemeriksaan Jentik Berkala) adalah solusi utama penanggulangan DBD terutama bila dilakukan serentak dan intensif. Oleh karena itu, Dinas Kesehatan dan jaringannya akan terus berupaya meningkatkan penyuluhan, pemberdayaan masyarakat serta kerja sama lintas program dan lintas sektor untuk penanggulangan DBD agar angka kesakitan DBD dapat ditekan menjadi jauh lebih rendah.

IV.9.3 PENDUDUK YANG MEMILIKI AKSES TERHADAP AIR MINUM LAYAK

Berdasarkan Permenkes No. 492/MENKES/PES/IV/2010, ada empat syarat air bersih yang layak untuk dimunum antara lain syarat fisika, mirkobiologis, kimiawi dan radioaktif. Syarat fisika, yakni air minum harus tidak boleh berbau, tidak berasa, mengandung TDS500 mg/l atau total zat padat yang terlarut, berwarna maksimal 15 TCU dan suhu udara 3 derajat Celsius. Sedangkan syarat kimia adalah berkaitan dengan zat kimia yang terlarut dalam air dan tercantun dalam undang-undang. Selanjutnya syarat mikrobiologi adalah dalam 100 ml air, total koliform tinja harus nol dan bebas dari bakteri E-Coli. Terakhir syarat radioaktif yakni air minum harus bebas dari zat-zat radioaktif.

Air minum yang berkualitas (layak) adalah air minum yang terlindung meliputi air ledeng (keran), keran umum, hydrant umum, terminal air, penampungan air hujan (PAH) atau mata air dan sumur terlindung, sumur bor atau sumur pompa, yang jaraknya minimal 10 meter dari pembuangan kotoran, penampungan limbah, dan pembuangan sampah. Tidak termasuk air kemasan, air dari penjual keliling, air yang dijual melalui tanki, air sumur dan mata air tidak terlindung

Pada tahun 2015 di Kota Pasuruan, jumlah penduduk dengan akses air minum layak sebanyak 173.990 jiwa dari total proyeksi penduduk Kota Pasuruan sebanyak 194.815 jiwa atau sebesar 89,31%. Angka ini merupakan penjumlahan dari penduduk Kota Pasuruan dengan akses air minum yang bersumber dari sumur gali terlindung, sumur bor dengan pompa dan PDAM (lampiran data profil kesehatan tabel

59). Dari 48 penyelenggara air minum di Kota Pasuruan, semuanya telah diperiksa dan

yang telah memenuhi syarat kesehatan (fisik, bakteriologi dan kimia) sebanyak 7 penyelenggara (14,58%) lampiran data profil kesehatan tabel 60.

Akses air minum layak menjadi sangat penting dalam upaya penyelenggaraan kesehatan lingkungan terutama untuk mencegah penularan penyakit

yang ditularkan melalui air (water born disease). Hal tersebut menjadi sangat penting, karena masih banyak masyarakat Kota Pasuruan yang menggunakan Sumur Gali (SGL) sebagai sumber air bersih, sedangkan kondisi air SGL dan SPT harus selalu dilakukan pengawasan baik dari sisi bakteriologis ataupun kimia apabila dipakai sebagai sumber air bersih. Untuk itu, Dinas Kesehatan dan jaringannya akan lebih mengoptimalkan kegiatan pengawasan sarana Sumber Air Bersih di masyarakat baik air PDAM maupun SGL dan SPT untuk mengendalikan prevalensi penyakit yang

ditularkan melalui air (water born disease).

IV.9.4 PENDUDUK DENGAN AKSES SANITASI LAYAK (JAMBAN SEHAT)

Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit penyakit seperti diare, typys, muntaber, disentri dan cacingan. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika. Adapun syarat jamban yang sehat sesuai kaidah-kaidah kesehatan antara lain:

1. Tidak mencemari sumber air minum;

2. Tidak berbau tinja dan bebas dari serangga maupun tikus; 3. Tidak mencemari tanah disekitarnya;

4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya; 5. Dilengkapi dengan dinding dan penutup; 6. Cukup penerangan dan sirkulasi udara; 7. Luas ruangan yang cukup;

8. Tersedia air dan alat pembersih.

Pada tahun 2015, Jumlah penduduk dengan akses sanitasi layak (jamban sehat) sebanyak 141.698 jiwa dari total populasi 194.815 jiwa atau sebesar 72,73%. Penduduk di Kota Pasuruan paling banyak menggunakan jenis sarana jamban leher angsa. Jumlah sarana jamban leher angsa di Kota Pasuruan sebanyak 34.885 sarana dan 100% telah memenuhi syarat. Adapun jumlah penduduk yang menggunakan jenis sarana jamban leher angsa sebanyak 119.737 jiwa. Sedangkan untuk jenis sarana jamban komunal (suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu/bersama) di Kota Pasuruan sebanyak 42 unit dan semuanya telah memenuhi syarat. Adapun jumlah penduduk yang menggunakan jenis sarana jamban komunal sebanyak 21.961 jiwa (lampiran data profil kesehatan tabel 61).

Untuk kemajuan dan pencapaian yang lebih baik pada program di masa yang akan datang, maka Dinas Kesehatan dan jaringannya berupaya lebih meningkatkan pemeriksaan sarana sanitasi jamban, dengan melakukan optimalisasi penyuluhan, pemberdayaan masyarakat serta kerja sama lintas program dan lintas sektor terkait disertai monitoring dan evaluasi internal. Hal ini diharapkan agar semakin banyak penduduk di Kota Pasuruan yang memiliki akses terhadap jamban yang sehat.

IV.9.5 KELURAHAN YANG MELAKSANAKAN STBM

STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) merupakan pendekatan untuk merubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Program STBM memiliki indicator outcome yakni menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. Dan untuk mencapai outcome tersebut diperkuat dengan landasan hukum Permenkes No. 3 tahun 2014 tentang sanitasi total berbasis masyarakat. STBM menekankan pada 5 pilar yakni

1. Stop buang air sembarangan (Stop BABS); 2. Cuci tangan pakai sabun (CTPS);

3. Pengelolaan air minum-makanan rumah tangga (PAMM RT); 4. Pengelolaan sampah rumah tangga (PS RT);

5. Pengelolaan limbah cair rumah tangga (PLC RT).

Pada tahun 2015 di Kota Pasuruan yang telah melaksanakan STBM sebanyak 34 kelurahan dari total 34 kelurahan yang ada (100%) sedangkan ada 6 kelurahan (17,65%) di Kota Pasuruan yang telah stop BAB/SBS (100% penduduk di kelurahan tersebut telah menggunakan jamban).Kelurahan di Kota Pasuruan yang telah memenuhi 5 pilar STBM tersebut yakni kelurahan Kandangsapi (lampiran data profil

kesehatan tabel 62).

IV.9.6 TEMPAT-TEMPAT UMUM YANG MEMENUHI SYARAT

KESEHATAN

Tempat-tempat umum adalah tempat atau sarana yang diselenggarakan Pemerintah/Swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat yang meliputi: sarana kesehatan (Rumah Sakit&Puskesmas), sarana sekolah (SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA) dan hotel (bintang dan non bintang). Pada tahun 2015, di Kota Pasuruan jumlah TTU yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 116 TTU dari total 154 TTU yang ada (75,32%) lampiran data profil kesehatan tabel 63.

Gambar 4.40 Persentase Tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015

Sumber: Data Seksi Kesehatan Lingkungan Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015

Adapun indikator dalam pemeriksaan tempat-tempat umum (TTU) adalah adanya jamban sehat, sarana air bersih, tempat sampah sehat dan lingkungan bersih. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, maka persentase TTU yang memenuhi syarat pada tahun 2014 menurun dibanding tahun 2012& 2014 tetapi masih lebih tinggi dibanding capaian di tahun 2011 & 2013. Bila ditinjau dari jenis sarana, maka untuk sarana pendidikan SD yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 70,93%, SLTP73,33% dan SLTA79,17%. Sedangkan untuk sarana kesehatan semuanya telah memenuhi syarat kesehatan. Untuk sarana hotel juga 100% telah memenuhi syarat kesehatan lampiran data profil kesehatan tabel 63.

Gambar 4.41 Persentase TTU yang memenuhi syarat berdasakan jenis sarana Kota Pasuraun Th 2015

Sumber : Data Seksi Kesehatan Lingkungan Dinkes Kota Pasuruan, 2015 45.07 85.92 73.5 79.75 75.32 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th.2015 0 20 40 60 80 100 SD SMP SMA Puskesmas RS Hotel 70.93 73.33 79.17 100 100 100

IV.9.7 TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN (TPM) MENURUT STATUS HIGIENE SANITASI

Tempat-tempat umum adalah usaha pengelolaan makanan yang meliputi jasa

boga atau katering, rumah makan, restoran, depot air minum, kantin, dan makanan jajanan. TPM memenuhi syarat higiene sanitasi adalah TPM yang memenuhi persyaratan higiene sanitasi dengan bukti dikeluarkannya sertifikan laik higiene sanitasi. Adapun indikator dalam pemeriksaan TPM adalah adanya tempat air bersih, tempat penyimpanan bahan makanan, tempat penyimpanan bahan siap saji, tempat penyimpanan peralatan bebas pencemaran, ada tempat cuci tangan, ada tempat sampah, bebas lalat, tikus dan binatang lainnya, ada SPAL dan lingkungan bersih. Pada tahun 2015, dari 310 TPM di Kota Pasuruan yang telah memenuhi syarat kesehatan sebanyak 203 TPM (65,48%) sedangkan sisanya 107 TPM masih belum memenihi syarat kesehatan (34,52%) lampiran data profil kesehatan tabel 64 .

IV.9.8 TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN (TPM) DIBINA DAN DIUJI PETIK

Berdasarkan lampiran data profil kesehatan tabel 65 maka persentase TPM (tempat pengelolaan makanan) di Kota Pasuruan yang dibina tahun 2015 sebesar 58,88%. Adapun jumlah TPM yang dibina sebanyak 63 TPM dengan rincian 3 jasa boga, 23 RM/Restoran, 9 depot air minum (DAM)& 79 makanan jajanan. Sedangkan TPM yang diuji petik sebesar 24,63% atau sebanyak 50 TPM dari total 203 TPM yang memenuhi syarat kesehatan.

Dokumen terkait