• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyakit Menular Langsung

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN

III.2 Angka Kesakitan

III.2.1 Penyakit Menular Langsung

A. ANGKA INSIDENS TB BTA+

Angka insidens TB BTA+ Kota Pasuruan tahun 2015 sebesar 169,90 per 100.000 penduduk, angka tersebut mempunyai arti bahwa di Kota Pasuruan (per 100.000 penduduknya) didiagnosis kasus baru TB BTA+ sebanyak 169 kasus. Angka ini meningkat dibanding capaian tahun 2011, 2012 & 2014 tetapi menurun dibanding tahun 2013 (lampiran data profil kesehatan tabel 7). Adapun tren angka insidens TB BTA+ dalam kurun waktu 5 tahun terakhir tersaji dalam gambar 3.5.

6.5 10.23 7.14 8.93 11.14 0 2 4 6 8 10 12 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015

Gambar 3.5 Angka Insidens TB per 100.000 Penduduk Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015

Sumber : Data Seksi PemberantasanPenyakit Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015

B. ANGKA KEMATIAN AKIBAT TB PARU

Angka kematian TB Paru tahun 2015 adalah jumlah kematian akibat TB Paru pada tahun 2014 oleh karena proses evaluasi dan lama pengobatan TB Paru. Angka kematian akibat TB Paru tahun 2015 sebesar 9,24 per 100.000 penduduk artinya setiap 100.000 penduduk Kota Pasuruan ada yang meninggal akibat TB Paru sebanyak 9 orang. Dibandingkan dengan angka kematian akibat TB paru tahun-tahun sebelumnya, maka angka kematian akibat TB Paru tahun 2015 ini meningkat

(lampiran data profil kesehatan tabel 9). Adapun angka kematian akibat TB Kota

Pasuruan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir tersaji dalam gambar 3.6. Gambar 3.6 Angka Kematian Akibat TB Paru per 100.000 penduduk

Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015

Sumber : Data Seksi Pemberantasan Penyakit Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015

110 156 217.97 146.79 169.39 0 50 100 150 200 250 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 3.2 1.6 2.6 5.2 9.2 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015

C. ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU (CDR) BTA POSITIF

Adapun definisi operasional dari cakupan penemuan dan penanganan pasien baru TB BTA (+) adalah jumlah penderita baru TB BTA (+) yang ditemukan dan diobati dibandingkan dengan jumlah perkiraan kasus baru TB BTA (+) dalam wilayah tertentu dalam waktu 1 tahun. Angka penemuan kasus TB Paru (CDR) BTA (+) tahun 2015 sebesar 158,79% atau sebanyak 331 kasus TB BTA (+) lampiran data profil

kesehatan tabel 8. Bila dibandingkan dengan target SPM, maka capaian tahun 2015

telah melampaui target SPM sebesar 100%. Adapun perbandingan capaian angka penemuan kasus TB paru BTA positif/CDR (Case Detection Rate) dengan target di SPM pada kurun waktu tahun 2011 s/d 2015 terlihat dalam gambar berikut:

Gambar 3.7 Cakupan Penemuan dan Penanganan Pasien Baru TB BTA Positif Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%)

Sumber : Data Seksi Pemberantasan Penyakit Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015

Untuk variabel cakupan penemuan dan penanganan pasien baru BTA (+) menunjukan tren meningkat dari tahun 2011 s/d 2015. Pada tahun 2011 s/d 2015 telah memenuhi target SPM. Peningkatan cakupan penemuan pasien baru TB BTA (+) di tahun 2015 (melebihi target) dikarenakan pemakaian data proyeksi sasaran program kesehatan dan data TB khususnya DPS YPP masih mencakup data luar wilayah, namun tingginya cakupan tersebut juga menandakan bahwa survailens TB semakin optimal namun harus diimbangi dengan penanganan kasus perorangan yang terus-menerus secara berkelanjutan selama 6-18 bulan ke depan, karena hal ini akan berdampak pada evaluasi tinggi rendahnya success rate di tahun mendatang.

Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Cakupan (%) 72 95 130 137.2 158.79 Target (%) 70 70 80 100 100 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

D. SUCCESS RATETB PARU DAN ANGKA KESEMBUHAN PENDERITA TB PARU BTA POSITIF

Success Rate (SR) dapat diartikan sebagai angka keberhasilan pengobatan

pasien TB paru BTA (+) yang telah diobati pada tahun 2014. SR tahun 2015 di Kota Pasuruan sebesar 96,13%. SR merupakan pertambahan dari angka kesembuhan (95,77%) dan angka pengobatan lengkap/PL (0,35%) lampiran data profil kesehatan

tabel 9. Berikut ini adalah tren angka SR (Succes Rate) TB Paru dari tahun 2011 s/d

2015.

Gambar 3.8 Success Rate (SR) TB Paru Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%)

Sumber : Data Seksi Pemberantasan Penyakit Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015

SR pada tahun 2015 meningkat kembali bila dibandingkan dengan SR tahun-tahun sebelumnya. Pencapaian angka-angka tersebut cukup tinggi, secara logis berkaitan dengan ketepatan penerapan strategi pemberantasan DOTS (Directly

Observed Treatment Shortcourse) dengan unsur-unsur komitmen politis, diagnosis

berdasarkan mikroskopis, ketersediaan OAT/Obat Anti TB, Pengawas Menelan Obat/PMO dan pencatatan pelaporan.

95.38 92.41 85.34 91.39 96.13 78 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015

Gambar 3.9 Angka kesembuhan TB Paru BTA (+) Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%)

Sumber : Data Seksi Pemberantasan Penyakit Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015

Angka kesembuhan penderita TB Paru BTA (+) tahun 2015 merupakan persentase cakupan penderita TB paru BTA (+) yang ditemukan, diobati dan pada akhir pengobatan dinyatakan sembuh dibandingkan dengan cakupan penderita TB paru BTA (+) yang ditemukan dan diobati di Kota Pasuruan selama periode 1 tahun yang lalu (tahun 2014). Angka kesembuhan penderita TB Paru BTA positif (cure rate) pada tahun 2015 sebesar 95,77% meningkat bila dibandingkan dengan angka kesembuhan penderita TB paru BTA (+) tahun-tahun sebelumnya (lampiran data profil kesehatan

tabel 9).

III.2.1.2 KUSTA

A. JUMLAH KASUS BARU KUSTA PB, MB DAN ANGKA PENEMUAN KASUS BARU KUSTA (NDR)

Penyakit kusta diklasifikasikan menjadi 2 yakni kusta tipe PB (Pause

Baciller) atau tipe kering dan MB (Multi Baciller) atau tipe basah. Tipe PB

mempunyai gejala macula/kelainan kulit antara 1-5 buah, kerusakan syaraf tepi 1 buah, pemeriksaan BTA negatif, tidak menular dan membutuhkan pengobatan tepat waktu 6 dosis dalam waktu 6-9 bulan. Sedangkan tipe MB mempunyai gejala macula/ kelainan kulit > 5 buah, kerusakan syaraf tepi >1 buah, pemeriksaan BTA positif, menular dan membutuhkan pengobatan tepat waktu 12 dosis dalam waktu 12-18 bulan. Berikut ini adalah perkembangan kasus kusta di Kota Pasuruan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (Gambar 3.10). 90.77 86.21 75.39 87.27 95.77 0 20 40 60 80 100 120 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015

Gambar 3.10 Perkembangan Kasus Kusta Baru Kota Pasuruan Tahun2011-2015

Sumber: Data Seksi Pemberantasan Penyakit Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015

Di Kota Pasuruan tahun 2015 ditemukan 19 kasus baru kusta (Laki-laki sebanyak 12 orang & perempuan sebanyak 7 orang), dengan rincian MB kusta sebanyak 16 kasus dan PB kusta sebanyak 3 kasus. Jumlah penderita kusta pada usia 0-14 tahun sebanyak 1 kasus. NCDR/New Case Detection Rate (Angka Penemuan Kasus Baru) Kusta sebesar 9,75 per 100.000 penduduk, hal ini menandakan bahwa di antara 100.000 penduduk Kota Pasuruan ditemukan kasus kusta baru sebanyak 9 kasus (lampiran data profil kesehatan tabel 14).

Bila dilihat dari perkembangan kasus baru kusta di Kota Pasuruan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, maka jumlah kasus kusta pada tahun 2015 cenderung meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2013 & 2014; walaupun lebih sedikit dibanding tahun 2012. Pada tahun 2015 jumlah tingkat kecacatan tingkat 2 sebanyak 2 kasus (lampiran data profil kesehatan tabel 15).

B. ANGKA PREVALENSI KUSTA

Angka prevalensi kusta (kasus baru & lama) Kota Pasuruan tahun 2015 sebesar 1,44 per 10.000 penduduk (28 kasus). Hal ini mengindikasikan bahwa setiap 10.000 penduduk Kota Pasuruan, terdapat penderita kusta sebanyak 1 orang (lampiran

data profil kesehatan tabel 16)

Th.2011 Th.2012 Th.2013 Th.2014 Th.2015 PB 1 0 0 0 3 MB 18 21 14 14 16 Cacat 5 3 1 0 2 NCDR 10.09 11.05 7.03 7.24 9.75 0 5 10 15 20 25

C. PENDERITA KUSTA PB DAN MB SELESAI BEROBAT (RFT/RELEASE FROM TREATMENT)

Pada tahun 2015 di Kota Pasuruan seluruh penderita kusta telah menyelesaikan pengobatan atau RFT (Release from Treatment) dengan jumlah penderita sebagai berikut (lampiran data profil kesehatan tabel 17).

a) Persentase RFT Kusta PB sebesar 0%

Angka RFT Kusta PB tahun 2015 sebesar 0% dikarenakan tidak ditemukannya kasus PB di tahun 2014

b) Persentase RFT Kusta MB sebesar 77,78%

Angka ini berasal dari kohort ditemukannya 9 orang penderita kusta MB pada tahun dan 7 orang diantaranya telah diberi pengobatan tepat waktu dengan dosis 12-18 bulan. Sehingga persentase penderita kusta selesai berobat (release from

treatment/RFT) tahun 2014 sebesar 77,78%.

III.2.1.3 HIV-AIDS& SYPHILIS

Pada tahun 2015di Kota Pasuruan ditemukan 33 ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Angka tersebut merupakan sumbangsih 10 kasus HIV dan 23 kasus AIDS, sedangkan jumlah kematian akibat HIVAIDS tahun 2015 sejumlah 7 orang (lampiran data profil kesehatan tabel 11). Jika melihat tren, maka kejadian HIV-AIDS semakin meningkat dari ke tahun ke tahun. Jumlah kasus HIV-AIDS yang terdeteksi di Kota Pasuruan pada tahun 2011 sebanyak 8 kasus, pada tahun 2012 sebanyak 16 kasus, pada tahun 2013 sebanyak 22 kasus, pada tahun 2014 sebanyak 32 kasus dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 33 kasus.

Gambar 3.11 Jumlah Kasus HIV-AIDS Kota Pasuruan Tahun 2011-2015

Sumber : Data Seksi Pemberantasan Penyakit Dinkes Kota Pasuruan,2011 s/d 2015 8 16 22 32 33 0 5 10 15 20 25 30 35 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015

Pada tahun 2015, jumlah kasus HIV-AIDS di Kota Pasuruan (33 kasus) bila ditinjau dari rentang usia penderita maka 29 kasus penderita HIV-AIDS berada pada rentang usia 25-49 tahun, 4 kasus pada rentang usia 20-24 tahun. Apabila dilihat dari proporsi jenis kelamin maka kasus HIV-AIDS di Kota Pasuruan tahun 2015 mayoritas adalah lak-laki seperti tergambar pada gambar 3.12 berikut (lampiran data profil

kesehatan tabel 11).

Gambar 3.12 Proporsi jenis kelamin Kasus HIV AIDS Kota Pasuruan tahun 2015

Sumber : Data Seksi Pemberantasan Penyakit Dinkes Kota Pasuruan,2015

Pendekatan yang dilakukan Dinkes Kota Pasuruan dalam pelaksanaan surveilans HIV adalah dengan cara unlinked anonymous (tanpa identitas/tidak dapat ditelusuri) sehingga faktor confidentiality atau kerahasiaan ODHA dapat terjaga. Adanya komitmen Dinas Kesehatan dan jaringannya dalam membangun klinik VCT HIV/AIDS, melakukan deteksi dini pada kelompok berisiko tinggi melalui pemeriksaan darah/serosurvey dan pendampingan bagi ODHA serta mengupayakan adanya pengobatan ART (Anti Retroviral Treatment) merupakan suatu bentuk perhatian yang didapatkan ODHA di Kota Pasuruan. Selain itu, untuk mengurangi resiko penularan HIV AIDS melalui donor darah maka PMI Kota Pasuruan sebagai unit transfusi darah di Kota Pasuruan menyelenggarakan skreening terhadap sampel darah pendonor. Dari 3.313 sampel darah pendonor, semuanya telah diskreening

terhadap HIV (lampiran data profil kesehatan tabel 12). Jumlah penderita syphilis di

Kota Pasuruan tahun 2015 sebanyak 9 kasus (lampiran data profil kesehatan tabel 11).

64% 36%

Lak-laki Perempuan

III.2.1.4 PNEUMONIA

Cakupan balita pneumonia ditangani adalah persentase balita dengan pneumonia yang ditemukan dan diberikan tatalaksana sesuai standar dibandingkan dengan jumlah pneumonia balita di satu wilayah dalam waktu satu tahun. Cakupan balita pneumonia ditemukan dan ditangani tahun 2015 sebesar 235,71% (lampiran

data profil kesehatan tabel 10). Capaian pada tahun 2015 meningkat bila dibandingkan

dengan tahun-tahun sebelumnya dan melebihi target 100%. Hal ini dikarenakan pada tahun 2015 angka perhitungan sasaran program pengendalian pneumonia berubah, yang awalnya angka insiden pneumonia 10% x total balita menurun menjadi 4,45% x total balita. Perubahan angka insiden pneumonia 4,45% mengacu pada hasil Riskesdes 2013, yang memberikan informasi bahwa insiden pneumonia balita bervariasi masing-masing Provinsi. Adapun tren cakupan balita pneumonia ditangani tahun 2011 s/d 2015 tersaji dalam gambar 3.13.

Gambar 3.13 Cakupan balita pneumonia ditangani dibanding target Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%)

Sumber : Data Seksi Pemberantasan Penyakit Dinkes Kota Pasuruan,2011 s/d 2015

Bila dibandingkan dengan target SPM, cakupan balita pneumonia ditangani di Kota Pasuruan tahun 2015 telah memenuhi target SPM yang telah ditetapkan yaitu sebesar 100%. Hal ini mengindikasikan upaya Dinas Kesehatan dan jaringannya dalam tatalaksana penemuan dan penanganan penderita pneumonia sesuai standar pelayanan semakin optimal. Bila dibandingkan dengan capaian tahun-tahun sebelumnya, maka capaian penemuan pneumonia pada balita pada tahun 2015 meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Cakupan balita pneumonia yang ditangani pada tahun 2012, 2013, 2014 masih belum memenuhi target SPM sedangkan pada tahun 2011 & 2015 telah memenuhi target SPM.

Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Capaian (%) 76.93 69.6 52.8 63.93 235.7 Target (%) 70 80 90 100 100 0 50 100 150 200 250

III.2.1.5 DIARE

Angka kesakitan diare menggambarkan jumlah penderita kasus diare di suatu wilayah tertentu selama 1 tahun diantara jumlah penduduk di wilayah dan pada kurun waktu yang sama. Pada tahun 2015 ditemukan 7.616 kasus diare diantara 194.815 jiwa penduduk Kota Pasuruan (lampiran data profil kesehatan tabel 13).

Indikator kinerja SPM cakupan penanganan diare adalah penanganan penderita diare selama 1 tahun2015, dengan perkiraan kasus yang dihitung dari 10% x Angka kesakitan diare nasional (214/1.000) x jumlah penduduk. Perkiraan kasus diare untuk Kota Pasuruan tahun 2015 sebesar 4.169 kasus diare, sehingga cakupan penanganan diare Kota Pasuruan tahun 2015 adalah sebesar 182,68%. Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, maka cakupan penanganan diare pada tahun 2015 menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Gambar 3.14 Cakupan penanganan diare dibanding target Kota Pasuruan Tahun 2011 s/d 2015 (%)

Sumber : Data Seksi Pemberantasan Penyakit Dinkes Kota Pasuruan, 2011 s/d 2015

Pencapaian tersebut melampaui target SPM sebesar 100%. Bila dikaji lebih lanjut, angka tersebut terlalu besar untuk pencapaian kasus diare. Ada beberapa faktor yang menyebabkan cakupan penanganan diare tinggi antara lain pemakaian data proyeksi data sasaran program kesehatan dan perhitungan perkiraan kasus diare. Diperlukan telaah lebih lanjut dalam mengindentifikasi penyebab permasalahan peningkatan cakupan kasus diare. Beberapa evaluasi telah dilakukan dalam sistem surveilans yang dijalankan di Dinas Kesehatan, Puskesmas dan jaringannya (posyandu maupun kelurahan siaga). Hasilnya, form pelaporan yang digunakan Puskesmas masih tidak mengakomodir kewilayahan (PWS/Pemantauan Wilayah Setempat) sehingga

Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Capaian (%) 241 253 229 252 182 Target (%) 100 100 100 100 100 0 50 100 150 200 250 300

sejumlah besar angka diare dari masyarakat daerah berbatasan (Kabupaten Pasuruan) tercover dalam pelaporan. Disamping itu memang kasus diare cukup tinggi di Kota Pasuruan. Untuk keberhasilan program yang akan datang Dinas Kesehatan dan jaringannya berupaya terus meningkatkan sistem surveilans agar penemuan dan penanganan penderita diare sesuai standar dapat memenuhi target SPM dengan baik.

III.2.2 PENYAKIT MENULAR BERSUMBER BINATANG

Dokumen terkait