• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.3 Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

PKPR adalah suatu program yang dikembangakan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sebagai upaya untuk meningkatkan status kesehatan remaja yang menekankan kepada Puskesmas. Pengertian PKPR sendiri adalah suatu pelayanan yang ditujukan dan dapat di jangkau oleh remaja, peka akan kebutuhan terkait kesehatannya, dapat menjaga rahasia, efektif dan efisien dalam memnuhi kebutuhan tersebut. Singkatnya, PKPR adalah pelayanan

kesehatan yang ditujukan untuk remaja, dimana pelayanannya dapat diakses oleh semua golongan remaja, dapat diterima, sesuai, komprehensif, efektif dan efisien. Program ini dalam pelaksanaannya, diharapkan petugas Puskesmas mempunyai kepedulian yang tinggi, mau menerima remaja dengan permasalahnnya dan dapat menciptakan suasana konseling yang menyenangkan tanpa adanya stigma dan diskriminasi terhadap remaja tersebut. Lokasi pelayanan PKPR harus mudah dijangkau, nyaman, aman, kerahasiaan remaja dijaga tanpa ada diskriminasi dan stigma (Kemenkes RI, 2011).

Dasar hukum yang menunjang prorgam PKPR diantaranya adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan yang tercantum dalam beberapa pasal dibawah ini.

a. Pasal 131

Pasal 131 Ayat (1) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas dan berkualitas serta menurunkan angka kematian bayi dan anak. (2) Upaya pemeliharaan kesehatan anak dimulai sejak anak masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan dan sampai berusia 19 tahun. (3) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak sebagai mana dimaksud pada ayat (1) dan (2) menjadi tanggung jawab dan kewajiban bersama bagi orang tua, keluarga, masyarakat, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

b. Pasal 136

Pasal 136 Ayat (1) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja harus ditujukan untuk mempersiapkan menjadi orang dewasa yang sehat dan

produktif baik sosial maupun ekonomi, (2) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) termasuk untuk reproduksi remaja dilakukan agar terbebas dari berbagai gangguan kesehatan yang dapat menghambat kemampuan menjalani kehidupan reproduksi secara sehat, (3) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat.

c. Pasal 137

Pasal 137 Ayat (1) Pemerintah berkewajiban menjamin agar remaja dapat memperoleh edukasi, informasi dan layanan mengenai kesehaatan remaja agar mampu hidup sehat dan bertanggung jawab, (2) Ketentuan mengenai kewajiban Pemerintah dalam menjamin agar remaja memperoleh edukasi, informasi dan layanan mengenai kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai pertimbangan moral nilai agama dan berdasarkan ketentuan dan peraturan perundang - undangan.

Puskesmas yang mampu melaksanakan program PKPR mempunyai kriteria diantaranya mempunyai petugas yang dilatih oleh Dinas Kesehatan untuk program PKPR, melatih kader atau konselor sebaya minimal 10 % dari jumlah murid di sekolah binaan, melakukan konseling informasi dan edukasi (KIE) di sekolah binaan 2x setahun, melayani konseling pada semua remaja yang membutuhkan. Menurut Fadhlina (2012), beberapa manfaat dari PKPR dapat diuraikan seperti di bawah ini.

1. Meningkatkan dan menambah wawasan dari petugas kesehatan maupun konselor sebaya melalui kegiatan - kegiatan penyuluhan, dialog interaktif, jambore, Focus Group Discussion (FGD), seminar, dan lain sebagainya. 2. Menjamin kerahasiaan remaja dengan permasalahannya dan memberikan

solusi atas masalahnya

3. Meningkatkan peran remaja dalam membantu mengatasi masalah temannya dan menyebarkan informasi dengan menjadi konselor sebaya.

Program PKPR mempunyai sasaran yaitu semua remaja usia 10 - 19 tahun dan belum menikah, remaja yang dimaksud disini adalah remaja baik sekolah maupun tidak, sehingga bisa melalui karang taruna, remaja masjid, dan lain-lain. Bentuk kegiatan PKPR diantaranya adalah memberikan edukasi dan informasi, layanan medis dan klinik seperti pemeriksaan penunjang jika dibutuhkan, pendidikan keterampilan hidup sehat (PKHS), pelatihan konselor sebaya, konseling, penyuluhan kesehatan, dan pelayanan rujukan baik medis maupun sosial. Kegiatan PKPR di sekolah meliputi penyuluhan, konseling, pelatihan konselor sebaya, pemeriksaan kesehatan, penemuan kasus-kasus dini serta rujukan jika diperlukan. Upaya untuk keberhasilan mengembangkan pemanfaatan PKPR digunakan berbagai strategi yang dapat diuraikan seperti dibawah ini.

1. Pemenuhan sarana dan prasarana yang dilaksanakan secara bertahap 2. Penyertaan remaja secara aktif.

3. Penentuan biaya pelayanan serendah mungkin, bahkan kalau memungkinkan gratis.

4. Dilaksanakannya kegiatan minimal yaitu memberikan konseling, pelayanana klinis medis dan melaksanakan rujukan.

5. Ketepatan penentuan prioritas sasaran.

6. Ketepatan pengembangan jenis kegiatan, missal memperluas kegiatan konseling sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang terjadi di wilayah setempat serta disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas.

7. Melaksanakan monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan berkala oleh dinas kesehatan dan tim Puskesmas (Kemenkes RI, 2011).

Berdasarkan penelitian Arsani, dkk, pada tahun 2013 di Kecamatan Buleleng menunjukkan bahwa ; 1) Peranan Puskesmas dalam program PKPR adalah sebagai ujung tombak pemberi pelayanan kesehatan di masyarakat termasuk remaja; 2) Program PKPR yang dicanangkan Puskesmas Buleleng 1 sebagian besar sudah terlaksana dengan baik, namun masih terdapat 1 sasaran yang belum tercapai yaitu pembentukan konselor sebaya serta belum maksimalnya sosialisasi kepada remaja secara luas; 3) PKPR dirasakan memiliki peranan yang sangat penting bagi remaja.

Hadiningsih (2010), dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pelaksanaan program PKPR di Puskesmas Kabupaten Tegal belum memenuhi kriteria pelayanan remaja seperti yang ditetapkan Depkes RI. Ada beberapa faktor penghambat diantaranya Semua Puskesmas belum melaksanakan semua kegiatan puskesmas PKPR diantaranya pelatihan pendidik sebaya dan konselor sebaya, alur dan pelaksanaan pelayanan PKPR

kurang sesuai, kurangnya cakupan layanan kepada remaja, dan kurangnya dukungan dari instansi – instansi lain yang terkait dengan program PKPR. Faktor penyebabnya adalah kurangnya sosialisasi program PKPR kepada remaja, pelaksana program PKPR dan kurang konsistennya Kabupaten Tegal dalam pelaksanaan program PKPR, petugas yang terlibat dalam pelaksanaan PKPR belum semuanya terlatih, serta kurangnya dukungan dana dan sarana prasarana. Beberapa faktor pendukung diantaranya adalah sikap pelaksana program, remaja dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal terhadap program sangat positif, namun tidak tersedia dana guna memotivasi pelaksana program dalam melaksanakan program PKPR di Puskesmas. Dalam pelaksanaan program PKPR kurang adanya kerjasama yang baik antara berbagai pihak yang terkait program PKPR, disamping itu belum ada stadart operasional prosedur (SOP) pelaksanaan program PKPR di Puskesmas dan di Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal.

Lola & Erwinda (2009), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa pengetahuan mempengaruhi sikap responden terhadap pemanfaatan PKPR di SMPN 01 Sitiung Kabupaten Dharmasraya.

Cutia (2012), dalam penelitiannya menyebutkan bahwa banyak sekali faktor penghambat dalam pelaksanaan PKPR diantaranya kegiatan PKPR masih terbatas pada penyuluhan di sekolah dengan materi Kesehatan Reproduksi Remaja. Remaja yang datang ke Puskesmas belum mendapatkan pelayanan seperti alur model pelayanan PKPR Dinas Kesehatan. Akses remaja ke Puskesmas terbentur dengan jam sekolah. Puskesmas belum melakukan pelatihan

konselor sebaya. Belum ada alokasi dana yang cukup untuk kegiatan PKPR. Bahan-bahan penyuluhan masih kurang, belum ada form pelayanan, panduan konseling dan pedoman pelaksanaan, alat bantu pembelajaran edukatif dan transportasi serta ruangan pelayanan. Pemahaman petugas tentang program masih kurang, tidak semua petugas bersikap youth friendly dan memiliki sikap yang positif terhadap pencapaian tujuan, beban kerja petugas tinggi, pengawasan hanya berupa pemeriksaan laporan, kualitas laporan masih rendah, forum kerjasama lintas sektoral belum digunakan untuk menggalang dukungan bagi terselenggaranya PKPR dan standar operasional prosedur dan standar pelayanan minimal belum tersedia.