• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI REMAJA TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA DI WILAYAH PUSKESMAS KUTA SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI REMAJA TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA DI WILAYAH PUSKESMAS KUTA SELATAN"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

PERSEPSI REMAJA TERHADAP PELAYANAN

KESEHATAN PEDULI REMAJA DI WILAYAH

PUSKESMAS KUTA SELATAN

RINI WINANGSIH NIM 1392161003

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

PERSEPSI REMAJA TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA DI WILAYAH PUSKESMAS KUTA SELATAN

Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Program Pasca Sarjana Universitas Udayana

RINI WINANGSIH NIM 1392161003

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

2015

(3)

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 27 April 2015

Pembimbing I,

Dr. dr Dyah Pradnyaparamita Duarsa, Msi NIP 195807041987032001

Pembimbing II,

dr. Desak Putu Yuli Kurniati, MKM NIP 198307232008012007

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Mayarakat Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof.dr. D.N Wirawan, MPH NIP 194810101977021001 Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. A.A.Raka Sudewi,Sp.S (K) NIP 195902151985102001

(4)

Tesis Ini Telah Di Uji Pada Tanggal 27 April 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No 1230/ UN14.4/ HK/2015 Tanggal 27 April 2015

Ketua : Dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, Msi. Anggota :

1. dr. Desak Putu Yuli Kurniati, M.KM.

2. Prof. DR. dr. Mangku Karmaya, M.Repro, PA (K) 3. Dr. Luh Seriani, SKM, M.Kes.

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan anugerah-Nya tesis ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr.dr Dyah Pradnyaparamita Duarsa, Msi, pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberikan semangat, bimbingan dan saran selama penulis menempuh pendidikan magister khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya kepada dr. Desak Putu Yuli Kurniati, MKM, Pembimbing II yang selalu sabar dan penuh perhatian memberikan semangat, bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Ucapan yang sama ditujukan juga kepada Prof.dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH, ketua program studi magister ilmu kesehatan masyarakat dan pembimbing akademik penulis yang dengan penuh perhatian memberikan semangat, bimbingan serta saran selama penulis menempuh pendidikan magister ini. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana, Prof.Dr.dr. I ketut Suastika, SP.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi, SPS(K) atas kesempatan yang diberikan kepada

(6)

penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof.DR.dr. I Putu Astawa, SPOT(K)M.Kes, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program magister. Pada Kesempatan ini, penulis juga mengucapkan rasa terima kasih kepada para penguji tesis yaitu Prof.DR.dr.Mangku karmaya, M. Repro, PA(K). DR. Luh Seriani, SKM .M.Kes dan DR. dr Arya Utami , yang telah memberikan saran, masukan, sanggahan dan koreksi sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

Ucapan terima kasih juga peneliti ucapkan kepada kepala Puskesmas Kuta Selatan, Kepala Sekolah SMPN 3 Kuta Selatan dan Kepala Sekolah SMP Dwijendara yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada wakil kepala sekolah SMP Dwijendra, Guru BK SMPN 3 Kuta Selatan, siswa OSIS SMPN 3 Kuta Selatan dan siswa OSIS SMP Dwijendra yang telah bersedia menjadi informan dan membantu penulis dalam menyelesaikan teris ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada para guru dan dosen yang telah membimbing penulis dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ayah dan Bunda yang selalu memberikan motivasi, Do’a dan memberikan kasih sayangnya hingga saat ini. Ahkirnya penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada Suami tercinta H.Nur Sodiq, SH, yang selalu memberikan dukungan moral dan materiil untuk menyelesaikan studi ini, serta anak-anakku tersayang

(7)

Rafael A.A.I dan Abiel A.S yang selalu menjadi penyemangat dalam setiap langkahhidup penulis.

Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.

(8)

ABSTRAK

PERSEPSI REMAJA TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA DI WILAYAH PUSKESMAS KUTA SELATAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi remaja tentang keberadaan, faktor pendukung dan penghamba, bentuk kegiatan, materi dan penyampaian PKPR, serta harapan remaja terhadap program PKPR.

Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dengan focus group discussion (FGD) dan wawancara mendalam. FGD dilakukan sebanyak empat kali, pada 27 siswa yang tergabung dalam organisasi siswa intra sekolah (OSIS) . Wawancara mendalam dilaksanakan pada empat informan yaitu guru bimbingan konseling (BK), wakil kepala sekolah, konselor sebaya dan pemegang program PKPR.

Penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi dan harapan remaja terhadap program PKPR ini positif, akan tetapi ada beberapa faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi kunjungan ke puskesmas rendah dan kurang maksimalnya pemanfaatan PKPR. Menurut persepsi remaja, yang menjadi faktor pendukung diantaranya dukungan sekolah, materi dan penyampaian dalam penyuluhan serta peran konselor sebaya. Untuk faktor penghambatnya yaitu tidak adanya ruang konseling, minimnya pengetahuan dan sosisialisasi tentang PKPR dan kurang lengkapnya sarana dan prasarana kegiatan PKPR, minimnya tenaga kesehatan, kurangnya dana serta sikap petugas kesehatan yang kurang ramah. Siswa beranggapan keberadaan PKPR bermanfaat bagi siswa dan berharap tetap berlanjut serta lebih sering lagi diadakan sosialisasi. Bentuk kegiatannya menarik akan tetapi perlu di adakan inovasi. Materi dan penyampaiannya menarik akan tetapi bahassanya perlu diperjelas. Faktor pendukung diantaranya dukungan sekolah, materi, peran konselor sebaya, sedangkan faktor penghambatnya adalah sarana dan prasarana, minimnya tenaga kesehatan, dana serta sikap petugas. Kata Kunci : Persepsi, Remaja, PKPR, Kuta Selatan.

(9)

Abstract

PERCEPTION OF ADOLESCENT ABOUT ADOLESENCE HEALTH CARE SERVICES IN THE SOUTH KUTA COMMUNITY

HEALTH CENTRE

This study aimed to determine the adolescent’s perception about the existence, supporting and inhibiting factors, forms of activities, materials, and delivery PKPR, as well as expectation of adolescents about the PKPR program.

This study used qualitative design with phenomenology approach. The number of samples in this study was twenty seven students council where data was collected by focus group discussion and indepth interviews on four informans namely counseling teachers, deputy principal, peer counselors and holder of the PKPR program.

The results showed that the perceptions and expectations of adolescents to adolescent care health service program was positive, but the were some factors supporting and influencing the lack of visits the clinic and maximal utilization of PKPR program. According to the perseption of adolescent, supporting factors include school support, material and delivery in education and the role of peer counselors, while the inhibiting factor was the lack of counseling space, minimum number of health personnel, lack of funds and the attitude of health workers who were less friendly.

Based on the research promotion is needed and dissemination of the PKPR program, these activities need equalization at each school, peer counselors need cadre formation, complete infastructure, improve coordination, promotion through the media, as well as the provision of spesialized personnel of PKPR, and additional allocation of funds for PKPR activities.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM... PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERSETUJUAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK……… ABSTRACT……… DAFTAR ISI……… DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR SINGKATAN………... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang... 1.2 Rumusan Masalah... 1.3 Tujuan Penelitian... 1.3.1 Tujuan Umum... 1.3.2 Tujuan Khusus... 1.4 Manfaat Penelitian... i ii iii iv v vi ix x xi xv xvi xvii xix 1 1 6 7 7 7 7

(11)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, TEORI DAN MODEL PENELITIAN... 2.1 Kajian Pustaka... 2.1.1 RemajadanPermasalahannya... 2.1.2 Kesehatan Reproduksi Remaja... 2.1.3 Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja... 2.2 Konsep Penelitian... 2.2.1 Remaja... 2.2.2 PKPR... 2.2.3 Persepsi tentang PKPR ... 2.2.4 Pengetahuan... 2.2.5 Sarana danPrasarana... 2.2.6 SumberInformasi………. 2.2.7 KebijakandanDukungan………. 2.2.8 KonselorSebaya……… 2.3 Landasan Teori... 2.3.1 Teori Lawrence Green... 2.3.2 Teori Kurt Lewin... BAB III METODE PENELITIAN... 3.1 Pendekatan Penelitian... 3.1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian...

3.1.2 Subjek Penelitian... 9 9 9 14 16 23 23 23 24 25 26 27 27 28 28 28 30 33 33 33 34

(12)

3.1.3 Jenis dan Sumber Data... 3.1.4 Instrumen Penelitian...

3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data... 3.3 Metode dan Teknik Analisa Data... 3.3.1 Penyajian Hasil Analisa Data... 3.3.2 Keabsahan Data... 3.4 Etika Penelitian... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………

4.1 GambaranUmumLokasiPenelitian……….. 4.1.1 GambaranUmumKecamatanKuta Selatan……….. 4.1.2 GambaranUmumPuskesmasKuta Selatan……….. 4.1.3 GambaranUmum SMPN 3 Kuta Selatan ……... 4.1.4 GambaranUmum SMP Dwijendra……….. 4.2 KarakteristikInforman……….. 4.3 HasilPenelitian……… 4.3.1Persepsi Remaja terhadap Keberadaan, Faktor Pendukung dan

Faktor Penghambat PKPR……… 4.3.2 PersepsiRemajatentangBentukKegiatan PKPR………... 4.3.3 PersepsiRemajatentangMateridanPenyampaian PKPR…… 4.3.4 PersepsiRemajatentangPeranKonselorSebaya………. 4.3.5 HarapanRemajaTerhadap PKPR……… 4.4 Temuan Lain Penelitian……… 4.5 KeterbatasanPenelitian……… 35 36 36 39 39 40 40 43 43 43 44 46 47 48 52 52 68 74 80 86 89 92

(13)

4.6 Refleksi………. BAB V SIMPULAN DAN SARAN………

5.1 Simpulan……… 5.2 Saran……….. DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN-LAMPIRAN... 93 95 95 100 102 105 106

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Model Teori Lawrence Green... 2.2 Model Teori Kurt Lewin...

29 30

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman 3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data... 4.1 KarakterisktikInforman FGD OSIS Perempuan……….… 4.2 KarakterisktikInforman FGD OSIS Laki-laki………. 4.3KarakteristikInformanWawancaraMendalam………

38 49 49 50

(16)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

SINGKATAN

AKI : Angka Kematian Ibu

AIDS :Acquired Immune Deficiency Syndrome BB : BeratBadan

BNN : Badan Narkotika Nasional BK : Bimbingan Konseling FGD : Focus Group Discussion

HIV :Human Immunodeficiency Virus IPA : IlmuPengetahuanAlam

IPTEK : IlmuPengetahuandanTekhnologi IMS : InfeksiMenularSeksual

KEK : KekuranganEnergiKronis KESPRO : KesehatanReproduksi

KIE : Konseling Informasi Edukasi KKR : KelompokKerjaRemaja KMS : KartuMenujuSehat

KTD : KehamilanTidakDiinginkan. KRR : Kelas Reproduksi Remaja LAB : Laboratorium

LCD :Liquid Crystal Display LILA : LingkarLenganAtas MOS : MasaOrientasiSiswa

NARKOBA : NarkotikdanObat-obatTerlarang OSIS : OrganisasiSiswa Intra Sekolah P3K : PertolonganPertamaPadaKecelakaan

(17)

PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja PMR : PalangMerahRemaja

PKHS : PelatihanKetrampilanHidupSehat PSK : PekerjaSeksKomersil

PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Msyarakat RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar SD : SekolahDasar

SDKI : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMPN : Sekolah Menengah Pertama Negeri SOP : Standar Operasional Prosedur TB : TinggiBadan

UGD : Unit GawatDarurat UKS : Usaha KesehatanSekolah

UNICEF : United Nations International Children’s Emergency Fund VCT : Voluntary Counseling Testing

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Lampiran 2 : Panduan Focus Group Discussion Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 4 : Lembar Observasi Sarana dan Prasarana PKPR

Lampiran 5 : Pedoman Pertanyaan Wawancara untuk Petugas Puskesmas Lampiran6 : Pedoman Pertanyaan Wawancara untuk Kepala Sekolah /

GuruBK

Lampiran 7 : Pedoman Pertanyaan Wawancara untuk Konselor Sebaya Lampiran 8 : Matrix AnalisisTesis

Lampiran9 : Dokumentasi

(19)

`BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Remaja merupakan investasi masa depan bangsa karena mereka merupakan generasi penerus yang produktif dan sangat berharga bagi kelangsungan pembangunan di masa mendatang, akan tetapi teknologi informasi serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) yang mengalami perkembangan pesat, membawa dampak timbulnya permasalahan remaja yang semakin meningkat. Fenomena ini berpengaruh terhadap status kesehatan reproduksi remaja dan kualitas remaja di masa mendatang. United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) menyatakan terjadi trend yang menghawatirkan karena terjadi peningkatan jumlah kematian remaja yang berusia 10-19 tahun akibat Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) di seluruh dunia yaitu 71.000 remaja pada tahun 2005 meningkat menjadi 110.000 jiwa pada tahun 2012( Herman, 2013).

Data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi umur perkawinan yang terjadi pada umur kurang dari 15 tahun yaitu sebesar 2,6 % dan usia 15-19 tahun sebanyak 23,9 %. Fenomena inilah yang menyebabkan terjadinya ibu yang melahirkan pada usia terlalu muda (<20 tahun), bahkan ada yang melahirkan pada usia kurang dari 15 tahun. Data lainnya dari badan kesehatan keluarga berencana nasional (BKKBN) pada tahun 2013, menyebutkan bahwa sebanyak 4,38 % remaja usia 10-14 tahun telah melakukan

(20)

aktivitas seks bebas, sedang remaja usia 14-19 tahun sebanyak 41,8 %. Kejadian aborsi menurut catatan komisi nasional perlindungan anak terjadi peningkatan, yaitu dari 86 kasus pada tahun 2011 menjadi 121 kasus pada tahun 2012. Kasus tersebut mengakibatkan delapan orang meninggal. Berdasarkan data tersebut, kejadian ini cukup memprihatinkan karena kehamilan dan persalinan remaja di bawah umur 20 tahun sangat berisiko apalagi ditunjang dengan perilaku seks yang berisiko pula sehingga menambah deret permasalahan remaja khususnya yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi. Permasalahan lain yang erat kaitannya dengan remaja dan berhubungan dengan kesehatan reproduksi adalah masalah gizi, merokok serta narkotik dan zat adiktif (napza). Data Riskesdas 2013, menyebutkan bahwa remaja pendek (stunting) menurut prevalensi nasional sebanyak 30,7 %, remaja kurus sebanyak 11,2 %, remaja yang merokok pada usia 10-19 tahun sebanyak 19,7 %, dan menurut badan narkotika nasional (BNN) terjadi peningkatan pengguna narkoba yaitu pada tahun 2012 dari 3,6 juta orang menjadi 3,8 juta orang pada tahun 2013 dan 22 % diantaranya adalah remaja ( Rohan & Siyoto, 2013)

Di Bali permasalahan yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja juga menunjukkan angka yang memprihatinkan, Berdasarkan penelitian, menyebutkan bahwa dari tiga ratus dua puluh tujuh remaja di Badung, 5 % (enam belas orang) diantaranya pernah berhubungan sex pada usia 14-19 tahun, dari enam belas orang tersebut, satu pernah terkena penyakit kelamin dan dua pernah hamil hingga berakhir dengan aborsi. Pada tahun 2013, penelitian lain menyebutkan bahwa dari enam ratus tiga puluh tiga pelajar, 10-31 % remaja yang

(21)

belum menikah pernah punya pengalaman berhubungan sex. Untuk pengguna narkoba Bali menyumbangkan angka 1,8 % atau lima ribu lima ratus lima puluh tiga orang . Berdasarkan data diatas, menunjukkan bahwa di Bali terjadi peningkatan yang signifikan terkait dengan masalah kesehatan reproduksi dan masalah lain yang terkait dengan remaja ( Faturrohman, 2009).

Di Indonesia, Pemerintah mengadakan beberapa strategi untuk menyelesaikan permasalahan terkait kesehatan reproduksi remaja dan permasalahan remaja lainnya. Salah satu strateginya adalah program pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR). PKPR adalah suatu program yang dikembangakan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sebagai upaya untuk meningkatkan status kesehatan remaja yang menekankan kepada Puskesmas. Pengertian PKPR sendiri adalah suatu pelayanan yang ditujukan dan dapat di jangkau oleh remaja, peka akan kebutuhan terkait kesehatannya, dapat menjaga rahasia, efektif dan efisien dalam memnuhi kebutuhan tersebut. Singkatnya, PKPR adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk remaja, dimana pelayanannya dapat diakses oleh semua golongan remaja. Secara khusus, tujuan dari PKPR adalah meningkatkan pemanfaatan puskesmas oleh remaja untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, meningkatan penyediaan pelayanan kesehatan remja yang berkualitas, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan remaja dalam pencegahan masalah kesehatan, meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan remaja. Sasaran program ini adalah laki-laki dan perempuan usia 10-19 tahun dan belum menikah, baik yang sekolah maupun tidak sekolah. Program ini dibentuk sejak

(22)

tahun 2003 dan kegiatan yang rutin dilakukan salah satunya adalah penjaringan ke sekolah- sekolah SMP, SMA maupun perkumpulan remaja seperti karang taruna dan remaja masjid untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi remaja (Kemenkes RI, 2011).

Menurut wawancara dengan Dinas Kesehatan Provinsi Bali, PKPR merupakan salah satu program remaja yang masih aktif sampai saat ini. Program ini dijalankan melalui Puskesmas untuk memfasilitasi kasus-kasus kesehatan reproduksi dan permasalahan remaja lainnya di wilayah Puskesmas. Di Puskesmas Kuta Selatan program PKPR ini sudah berjalan sejak tahun 2007, Puskesmas sebagai home based telah melaksanakan kegiatan rutin dan sosialisasi ke sekolah- sekolah akan tetapi selama ini pemanfaatannya di Puskesmas sangat sedikit. Permasalahan remaja di wilayah Puskesmas masih kompleks, berbagai kasus ditemukan oleh darbin dan informasi dari berbagai sumber, akan tetapi kasus-kasus remaja tersebut tidak tercatat sehingga tidak ada data tentang besaran masalahnya. Data di Puskesmas Kuta Selatan untuk bulan Agustus 2014 ada satu remaja dengan merokok, satu remaja putri anemia dan satu remaja hamil di usia enam belas tahun. Karena cakupan di Puskesmas sangat sedikit maka Puskesmas melakukan penjaringan ke sekolah-sekolah untuk memberikan materi terkait kesehatan reproduksi dan masalah remaja lainnya. Peneliti memilih wilayah Puskesmas Kuta Selatan karena Puskesmas Kuta Selatan merupakan salah satu Puskesmas yang cakupan remaja dan sekolahnya paling banyak diantara Puskesmas lain di Provinsi Bali, yaitu 9161 remaja dan dua puluh sekolah.

(23)

Hal lain yang mendasari pemilihan Kuta Selatan karena wilayah Kuta Selatan merupakan kawasan wisata. Menurut penelitian Ida Ayu Alit Laksmini (2003), menyebutkan bahwa pembangunan daerah wisata membawa dampak negatif terhadap perkembangan perilaku reproduksi/ perilaku sex remaja, selain itu juga berdampak terhadap meluasnya masalah remaja lainnya seperti peredaran narkoba. Di Bali, pelaksanaan PKPR lebih ditujukan ke sekolah menengah pertama (SMP), karena mengingat upaya pencegahan sebaiknya dimulai sejak dini. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemegang program di Puskesmas, didapatkan informasi bahwa diantara dua puluh sekolah tersebut, yang pelasksanaan PKPRnya belum berjalan dengan baik yaitu SMP Dwijendra dan SMP yang program PKPRnya sudah berjalan dengan baik yaitu sekolah menengah pertama negeri (SMPN) 3 Kuta Selatan, dimana di SMP tersebut sudah mempunyai konselor sebaya di sekolah.

Beranjak dari data dan permasalahan di atas , Peneliti bermaksud melakukan penelitian tentang “Persepsi Remaja Terhadap Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Wilayah Puskesmas Kuta Selatan”. Penelitian ini penting untuk dilakukan, agar dapat memberi masukan kepada instansi terkait mengenai bagaimana persepsi remaja saat ini. Diharapkan pendidikan pendidikan kespro remaja dapat memiliki kurikulum tersendiri di sekolah dan pada akhirnya penelitian ini dapat bermanfaat dalam melengkapi fasilitas pelayanan kesehatan peduli remaja baik di Puskesmas maupun di sekolah, meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dan tenaga pendukung untuk program ini, mengembangkan informasi sehingga remaja tahu dan mau

(24)

memanfaatkan program ini dan diharapkan lingkungan sosial tidak menstigma remaja yang mengalami permasalahan.

1.2 Rumusan Masalah

Program PKPR yang merupakan salah satu strategi dalam mencegah masalah remaja sudah dilaksanakan di Puskesmas Kuta Selatan sejak tahun 2007, program tersebut sudah rutin dilaksanakan baik di Puskesmas maupun sosialisasi dan kunjungan ke sekolah, bahkan disekolah juga sudah dibetuk konselor sebaya, akan tetapi rata-rata kunjungan remaja ke puskesmas dengan permasalahan kespro dan permasalahan remaja lainnya di Puskesmas Kuta Selatan < 5 remaja perbulan. Kunjungan remaja pada konselor sebaya di sekolah juga sangat minim, padahal sebenarnya permasalahan remaja di wilayah Puskesmas Kuta Selatan sangat kompleks. Berdasarkan data tersebut, peneliti ingin mengetahui apa saja yang menjadi faktor penghambat dan pendukung program PKPR ini di wilayah puskesmas Kuta Selatan. Berdasarkan fakta tersebut, maka pertanyaan penelitian diuraikan seperti di bawah ini.

1. Bagaimana persepsi remaja terhadap keberadaan, faktor pendukung dan faktor penghambat PKPR?

2. Bagaimana persepsi remaja tentang bentuk kegiatan PKPR?

3. Bagaimana persepsi remaja tentang materi dan cara penyampaiannya PKPR?

(25)

5. Bagaimana harapan remaja terhadap PKPR?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui persepsi remaja di wilayah Puskesmas Selatan terhadap pelayanan kesehatan peduli remaja.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui persepsi remaja seperti yang diuraikan berikut ini.

1. Persepsi remaja tentang keberadaan, faktor pendukung dan faktor penghambat PKPR.

2. Persepsi remaja tentang bentuk kegiatan PKPR.

3. Persepsi remaja tentang materi dan cara penyampaian PKPR 4. Persepsi siswa tentang peran konselor sebaya

5. Harapan remaja terhadap PKPR 1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran ilmiah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan dijadikan sebagai masukan serta tambahan informasi serta pengembangan untuk penelitian selanjutnya, mungkin untuk mencari proporsi dari faktor-faktor yang berkaitan dengan program PKPR.

(26)

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi tenaga kesehatan dan penyelenggaran PKPR yaitu Puskesmas Kuta Selatan diharapkan dengan penelitian ini mampu memberikan masukan untuk mengembangkan program PKPR.

2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai tambahan informasi kepada masyarakat pada umumnya, orang tua dan guru pada khususnya bahwa pendidikan kespro remaja penting bagi anak. Dengan tambahan informasi tersebut diharapkan masyarakat dapat turut serta menyukseskan program PKPR ini sehingga dapat mengurangi deret permasalahan remaja di masyarakat dan menjadikan lingkungan masyrakat yang aman dan kondusif.

3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberi masukan kepada pihak sekolah untuk menentukan kebijakan terkait pendidikan kesehatan reproduksi remaja dan permasalahan remaja lainnya di sekolah. Sekolah memiliki kurikulum tersendiri tentang peningkatan status kesehatan remaja dan pada akhirnya penelitian ini dapat bermanfaat dalam melengkapi fasilitas pelayanan kesehatan peduli remaja di sekolah.

4. Bagi remaja, pengembangan dan perbaikan program PKPR diharapkan menjadikan remaja lebih antusias mengikuti kegiatan terkait pelayanan kesehatan peduli remaja dan bisa mencegah permasalahan terkait kesehatan reproduksi dan masalah remaja lainnya

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Remaja dan Permasalahannya

UNICEF menyatakan terjadi trend yang menghawatirkan karena terjadi peningkatan jumlah kematian remaja yang berusia 10-19 tahun akibat HIV/AIDS di seluruh dunia yaitu 71.000 remaja pada tahun 2005 meningkat menjadi 110.000 jiwa pada tahun 2012(Herman, 2013). Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi umur perkawinan yang terjadi pada umur kurang dari 15 tahun yaitu sebesar 2,6 % dan usia 15-19 tahun sebanyak 23,9 %. Fenomena inilah yang menyebabkan terjadinya ibu yang melahirkan pada usia terlalu muda (<20 tahun), bahkan ada yang melahirkan pada usia kurang dari 15 tahun. Data lainnya dari BKKBN pada tahun 2013, menyebutkan bahwa sebanyak 4,38 % remaja usia 10-14 tahun telah melakukan aktivitas seks bebas, sedangkan remaja pada usia 10-14-19 tahun sebanyak 41,8 %. Kejadian aborsi menurut catatan Komisi Nasional Perlindungan Anak terjadi peningkatan, yaitu dari 86 pada tahun 2011 menjadi 121 kasus pada tahun 2012, dan dari kasus tersebut mengakibatkan delapan orang meninggal. Berdasarkan data tersebut, hal ini cukup memprihatinkan karena kehamilan dan persalinan remaja di bawah umur 20 tahun sangat beresiko apalagi ditunjang dengan perilaku seks yang beresiko pula sehingga menambah permasalahan remaja khususnya yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi.

(28)

Permasalahan lain yang erat kaitannya dengan remaja dan berhubungan dengan kesehatan reproduksi adalah masalah gizi, merokok dan napza. Data Riskesdas 2013 menyebutkan bahwa remaja pendek menurut prevalensi nasional sebanyak 30,7 %, remaja kurus 11,2 %, remaja yang merokok pada usia 10-19 tahun sebanyak 19,7 %. Menurut BNN terjadi peningkatan pengguna narkoba pada tahun 2012, dari 3,6 juta orang menjadi 3,8 juta orang pada tahun 2013 dan 22 % diantaranya adalah remaja ( Rohan & Siyoto, 2013).

Di Bali permasalahan yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja juga menunjukkan angka yang memprihatinkan, Faturohman tahun 2009 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dari tiga ratus dua puluh tujuh remaja di Kabupaten Badung, 5 % (enam belas orang) diantaranya pernah berhubungan sex pada usia 14-19 tahun, dari enam belas orang tersebut, satu pernah terkena penyakit kelamin dan dua pernah hamil hingga berakhir dengan aborsi. Pada tahun 2013, penelitian lain menyebutkan bahwa dari enam ratus tiga puluh tiga pelajar, 10-31 % remaja yang belum menikah pernah punya pengalaman berhubungan sex. Kasus narkoba di Bali menyumbangkan angka 1,8 % atau 55.553 orang dengan permasalahan narkoba. Berdasarkan data diatas, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan terkait dengan masalah kesehatan reproduksi dan permasalahan remaja lainnya di Bali ( Faturrahman, 2009).

Berdasarkan data diatas, permasalahan kesehatan reproduksi remaja yang menjadi prioritas dapat dikelompokkan seperti di bawah ini.

(29)

a. Aborsi tidak aman yang diakibatkan sebagian besar dari kehamilan tidak diinginkan.

b. Kehamilan dan persalinan dini (terjadi pada usia terlalu muda). c. Penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS.

d. Kekerasan seksual termasuk pemerkosaan, pelecehan dan perdagangan perempuan (Rohan dan Siyoto, 2013).

2.1.1.2 Batasan Usia Remaja

Masa remaja adalah masa terjadinya peralihan terhadap perubahan secara fisik dan psikologis dari masa anak-anak ke masa dewasa (Hurlock, 2003). Perubahan psikologis yang terjadi pada remaja meliputi intelektual, kehidupan emosi, dan kehidupan sosial. Perubahan fisik mencakup organ seksual yaitu alat-alat reproduksi sudah mencapai kematangan dan mulai berfungsi dengan baik (Sarwono, 2005).

Remaja adalah fase peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa, dimana mulai timbul ciri-ciri seks skunder, terjadi pacu tumbuh, tercapainya fertilitas dan terjadinya perubahan-perubahan kognitif dan psikologik. Remaja sebenarnya berada diantara masa anak-anak dan masa dewasa sehingga berada dalam tempat yang tidak jelas, oleh karena itu masa remaja sering disebut masa pencarian jati diri (Rohan & Siyoto, 2013).

Remaja dapat diartikan sebagai masa peralihan dari perkembangan antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perkembangan biologis, kognitif, sosial dan mental-emosional (Santrock, 2003).

(30)

WHO ( 2009 ) menyebutkan, yang dimaksud dengan usia remaja yaitu antara usia 12 sampai usia 24 tahun. Menurut Menteri Kesehatan RI (2010), batasan usia remaja adalah antara usia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin.

Remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu masa remaja awal (usia 10-13 tahun), masa remaja tengah yaitu (usia 14-16 tahun) dan remaja akhir (usia 17-19 tahun) (Rohan & Sayito, 2013). Masa remaja menurut Santrock (2003), yaitu usia 10-13 tahun dan berakhir saat menginjak usia 18-22 tahun.

2.1.1.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja

Saat memasuki masa remaja akan diawali dengan perubahan fisik dulu kemudian diikuti perubahan psikis pada remaja. Perubahan yang mencolok pada remaja laki-laki dan perempuan umumnya terjadi saat usia 9-19 tahun. Perubahan yang terjadi bukan hanya bertambah tinggi dan besar saja, tetapi juga terjadi perubahan organ reproduksi sehingga mereka bisa menghasilkan keturunan. Perubahan tersebut dikenal dengan istilah pubertas yaitu perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja perempuan ditandai dengan datangnya menstruasi, sedangkan pada remaja laki-laki ditandai dengan mimpi basah. Remaja laki-laki juga mengalami ejakulasi yaitu keluarnya sperma melalui penis, dan kejadian ini dapat disengaja maupun tidak disengaja yaitu melalui mimpi basah.

Proses menstruasi terjadi kerena luruhnya lapisan pada dinding rahim yang mengandung pembulu darah tempat sel telur yang tidak dibuahi menempel, biasanya terjadi antara tiga sampai tujuh hari. Siklus haid masing-masing remaja berbeda, yaitu dua puluh tujuh hari atau tiga puluh lima hari. Perubahan Alat

(31)

reproduksi pada perempuan terjadi pada labia minora atau bibir luar, clitoris atau kelentit, rambut kemaluan, lubang vagina, uterus, servik, sel telur, indung telur. Perubahan alat reproduksi laki-laki terjadi pada zakar, buah zakar, saluran kencing (uretra), saluran sperma, skrotum, kelenjar prostat, kandung kencing (Rohan &Siyoto, 2013).

Perkembangan secara psikis juga melewati beberapa tahap yang mungkin dipengaruhi oleh kontak dengan lingkungan sekitarnya. Fase remaja di bagi dalam beberapa tahap perkembangan remaja diantaranya :

a. Fase remaja awal (usia 10-13 tahun)

Pada fase ini remaja merasa dan tampak lebih dekat dengan teman sebaya, menginginkan kebebasan, mulai tampak berfikir khayal terhadap bentuk tubuh.

b. Fase remaja tengah (usia 14-16 tahun)

Pada masa ini remaja mulai mencari jati diri, ada ketertarikan terhadap lawan jenis, ingin berkencan, mulai merasakan cinta yang mendalam kemampuan berfikir abstraknya semakin berkembang, dan berimajinasi tentang seksual.

c. Fase remaja akhir (usia 17-19 tahun)

Remaja pada fase ini mulai menampakkan kebebasan dirinya, lebih selektif dalam mencari teman, mulai memiliki citra diri ( gambaran, keadaan dan peran ) terhadap dirinya, mampu untuk mengungkapkan perasaan cintanya, mempunyai kemampuan yang baik untuk berfikir abstrak atau khayal.

(32)

Remaja seharusnya mengetahui informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi dan hal-hal lain yang menyebabkan permaslahan remaja, supaya remaja mempunyai sikap dan perilaku yang baik terhadap hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi mereka sehingga bisa terhindar dari permasalahan remaja (Rohan & Siyoto, 2013).

2.1.2 Kesehatan Reproduksi Remaja 2.1.2.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi

WHO mengartikan kesehatan reproduksi bukan karena tidak adanya penyakit dan kecacatan tentang sistem, fungsi dan proses reproduksi tetapi juga adanya kesejahteraan secara fisik, mental dan sosial (Saparinah Sadli, dkk. 2006).

Menurut BKKBN (2009), Kesehatan reproduksi selain mengedepankan kesejahteraan sosial secara menyeluruh terhadap hal yang berkaitan dengan sistem dan fungsi reproduksi, juga mengedepankan kesehatan secara fisik, jadi tidak hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan.

2.1.2.3 Upaya Pencegahan Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja Pencegahan permasalahan remaja bisa dilakukan melalui upaya memberikan pengetahuan dasar pada remaja tentang kesehatan reproduksi remaja, pengetahuan dasar tersebut dapat diuraikan seperti dibawah ini.

1. Pengetahuan mengenai sistem reproduksi, proses reproduksi dan fungsi alat reproduksi beserta hak-hak reproduksi.

2. Informasi mengenai usia kawin dan perencanaan dalam membentuk keluarga berencana.

(33)

3. Permasalahan pre menstruasi syndrome (PMS), HIV/AIDS dan berbagai dampaknya.

4. Pengaruh napza dan minuman keras terhadap kesehatan reproduksi.

5. Pengaruh sosial media dan interaksi sosial terhadap sikap dan perilaku seksual.

6. Bentuk-bentuk kekerasan seksual dan berbagai upaya menghindarinya. 7. Komunikasi yang baik dan harus percaya diri agar mampu menghindari

berbagai hal negatif.

Peran bidan dalam penanggulangan masalah remaja yaitu sebagai fasilitator dan konselor. Sebagai media konseling bagi remaja untuk memecahkan masalahnya, bidan harus memiliki pengetahuan dan wawasan yang baik dan benar tentang kesehatan reproduksi remaja dan berbagai permasalahannya. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan kebijakan untuk menanggulangi berbagai permasalahan remaja melalui berbagai prorgam remaja, salah program tersebut yaitu program PKPR dimana program ini menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan yang pelaksanaanya dilakukan oleh Puskesmas.

2.1.3 Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

PKPR adalah suatu program yang dikembangakan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sebagai upaya untuk meningkatkan status kesehatan remaja yang menekankan kepada Puskesmas. Pengertian PKPR sendiri adalah suatu pelayanan yang ditujukan dan dapat di jangkau oleh remaja, peka akan kebutuhan terkait kesehatannya, dapat menjaga rahasia, efektif dan efisien dalam memnuhi kebutuhan tersebut. Singkatnya, PKPR adalah pelayanan

(34)

kesehatan yang ditujukan untuk remaja, dimana pelayanannya dapat diakses oleh semua golongan remaja, dapat diterima, sesuai, komprehensif, efektif dan efisien. Program ini dalam pelaksanaannya, diharapkan petugas Puskesmas mempunyai kepedulian yang tinggi, mau menerima remaja dengan permasalahnnya dan dapat menciptakan suasana konseling yang menyenangkan tanpa adanya stigma dan diskriminasi terhadap remaja tersebut. Lokasi pelayanan PKPR harus mudah dijangkau, nyaman, aman, kerahasiaan remaja dijaga tanpa ada diskriminasi dan stigma (Kemenkes RI, 2011).

Dasar hukum yang menunjang prorgam PKPR diantaranya adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan yang tercantum dalam beberapa pasal dibawah ini.

a. Pasal 131

Pasal 131 Ayat (1) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas dan berkualitas serta menurunkan angka kematian bayi dan anak. (2) Upaya pemeliharaan kesehatan anak dimulai sejak anak masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan dan sampai berusia 19 tahun. (3) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak sebagai mana dimaksud pada ayat (1) dan (2) menjadi tanggung jawab dan kewajiban bersama bagi orang tua, keluarga, masyarakat, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

b. Pasal 136

Pasal 136 Ayat (1) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja harus ditujukan untuk mempersiapkan menjadi orang dewasa yang sehat dan

(35)

produktif baik sosial maupun ekonomi, (2) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) termasuk untuk reproduksi remaja dilakukan agar terbebas dari berbagai gangguan kesehatan yang dapat menghambat kemampuan menjalani kehidupan reproduksi secara sehat, (3) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat.

c. Pasal 137

Pasal 137 Ayat (1) Pemerintah berkewajiban menjamin agar remaja dapat memperoleh edukasi, informasi dan layanan mengenai kesehaatan remaja agar mampu hidup sehat dan bertanggung jawab, (2) Ketentuan mengenai kewajiban Pemerintah dalam menjamin agar remaja memperoleh edukasi, informasi dan layanan mengenai kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai pertimbangan moral nilai agama dan berdasarkan ketentuan dan peraturan perundang - undangan.

Puskesmas yang mampu melaksanakan program PKPR mempunyai kriteria diantaranya mempunyai petugas yang dilatih oleh Dinas Kesehatan untuk program PKPR, melatih kader atau konselor sebaya minimal 10 % dari jumlah murid di sekolah binaan, melakukan konseling informasi dan edukasi (KIE) di sekolah binaan 2x setahun, melayani konseling pada semua remaja yang membutuhkan. Menurut Fadhlina (2012), beberapa manfaat dari PKPR dapat diuraikan seperti di bawah ini.

(36)

1. Meningkatkan dan menambah wawasan dari petugas kesehatan maupun konselor sebaya melalui kegiatan - kegiatan penyuluhan, dialog interaktif, jambore, Focus Group Discussion (FGD), seminar, dan lain sebagainya. 2. Menjamin kerahasiaan remaja dengan permasalahannya dan memberikan

solusi atas masalahnya

3. Meningkatkan peran remaja dalam membantu mengatasi masalah temannya dan menyebarkan informasi dengan menjadi konselor sebaya.

Program PKPR mempunyai sasaran yaitu semua remaja usia 10 - 19 tahun dan belum menikah, remaja yang dimaksud disini adalah remaja baik sekolah maupun tidak, sehingga bisa melalui karang taruna, remaja masjid, dan lain-lain. Bentuk kegiatan PKPR diantaranya adalah memberikan edukasi dan informasi, layanan medis dan klinik seperti pemeriksaan penunjang jika dibutuhkan, pendidikan keterampilan hidup sehat (PKHS), pelatihan konselor sebaya, konseling, penyuluhan kesehatan, dan pelayanan rujukan baik medis maupun sosial. Kegiatan PKPR di sekolah meliputi penyuluhan, konseling, pelatihan konselor sebaya, pemeriksaan kesehatan, penemuan kasus-kasus dini serta rujukan jika diperlukan. Upaya untuk keberhasilan mengembangkan pemanfaatan PKPR digunakan berbagai strategi yang dapat diuraikan seperti dibawah ini.

1. Pemenuhan sarana dan prasarana yang dilaksanakan secara bertahap 2. Penyertaan remaja secara aktif.

3. Penentuan biaya pelayanan serendah mungkin, bahkan kalau memungkinkan gratis.

(37)

4. Dilaksanakannya kegiatan minimal yaitu memberikan konseling, pelayanana klinis medis dan melaksanakan rujukan.

5. Ketepatan penentuan prioritas sasaran.

6. Ketepatan pengembangan jenis kegiatan, missal memperluas kegiatan konseling sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang terjadi di wilayah setempat serta disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas.

7. Melaksanakan monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan berkala oleh dinas kesehatan dan tim Puskesmas (Kemenkes RI, 2011).

Berdasarkan penelitian Arsani, dkk, pada tahun 2013 di Kecamatan Buleleng menunjukkan bahwa ; 1) Peranan Puskesmas dalam program PKPR adalah sebagai ujung tombak pemberi pelayanan kesehatan di masyarakat termasuk remaja; 2) Program PKPR yang dicanangkan Puskesmas Buleleng 1 sebagian besar sudah terlaksana dengan baik, namun masih terdapat 1 sasaran yang belum tercapai yaitu pembentukan konselor sebaya serta belum maksimalnya sosialisasi kepada remaja secara luas; 3) PKPR dirasakan memiliki peranan yang sangat penting bagi remaja.

Hadiningsih (2010), dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pelaksanaan program PKPR di Puskesmas Kabupaten Tegal belum memenuhi kriteria pelayanan remaja seperti yang ditetapkan Depkes RI. Ada beberapa faktor penghambat diantaranya Semua Puskesmas belum melaksanakan semua kegiatan puskesmas PKPR diantaranya pelatihan pendidik sebaya dan konselor sebaya, alur dan pelaksanaan pelayanan PKPR

(38)

kurang sesuai, kurangnya cakupan layanan kepada remaja, dan kurangnya dukungan dari instansi – instansi lain yang terkait dengan program PKPR. Faktor penyebabnya adalah kurangnya sosialisasi program PKPR kepada remaja, pelaksana program PKPR dan kurang konsistennya Kabupaten Tegal dalam pelaksanaan program PKPR, petugas yang terlibat dalam pelaksanaan PKPR belum semuanya terlatih, serta kurangnya dukungan dana dan sarana prasarana. Beberapa faktor pendukung diantaranya adalah sikap pelaksana program, remaja dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal terhadap program sangat positif, namun tidak tersedia dana guna memotivasi pelaksana program dalam melaksanakan program PKPR di Puskesmas. Dalam pelaksanaan program PKPR kurang adanya kerjasama yang baik antara berbagai pihak yang terkait program PKPR, disamping itu belum ada stadart operasional prosedur (SOP) pelaksanaan program PKPR di Puskesmas dan di Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal.

Lola & Erwinda (2009), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa pengetahuan mempengaruhi sikap responden terhadap pemanfaatan PKPR di SMPN 01 Sitiung Kabupaten Dharmasraya.

Cutia (2012), dalam penelitiannya menyebutkan bahwa banyak sekali faktor penghambat dalam pelaksanaan PKPR diantaranya kegiatan PKPR masih terbatas pada penyuluhan di sekolah dengan materi Kesehatan Reproduksi Remaja. Remaja yang datang ke Puskesmas belum mendapatkan pelayanan seperti alur model pelayanan PKPR Dinas Kesehatan. Akses remaja ke Puskesmas terbentur dengan jam sekolah. Puskesmas belum melakukan pelatihan

(39)

konselor sebaya. Belum ada alokasi dana yang cukup untuk kegiatan PKPR. Bahan-bahan penyuluhan masih kurang, belum ada form pelayanan, panduan konseling dan pedoman pelaksanaan, alat bantu pembelajaran edukatif dan transportasi serta ruangan pelayanan. Pemahaman petugas tentang program masih kurang, tidak semua petugas bersikap youth friendly dan memiliki sikap yang positif terhadap pencapaian tujuan, beban kerja petugas tinggi, pengawasan hanya berupa pemeriksaan laporan, kualitas laporan masih rendah, forum kerjasama lintas sektoral belum digunakan untuk menggalang dukungan bagi terselenggaranya PKPR dan standar operasional prosedur dan standar pelayanan minimal belum tersedia.

2.2 Konsep Penelitian

Konsep penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep remaja, konsep PKPR, konsep sarana dan prasarana, konsep kebijakan dan dukungan, konsep persepsi, konsep pengetahuan serta konsep konselor sebaya. Berbagai uraian mengenai konsep penelitian dapat dilihat seperti di bawah ini.

2.2.1 Konsep Remaja

Remaja adalah fase peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa, dimana mulai timbul ciri-ciri seks skunder, terjadi pacu tumbuh, tercapainya fertilitas dan terjadinya perubahan-perubahan kognitif dan psikologik. Remaja sebenarnya berada diantara masa anak-anak dan masa dewasa sehingga berada dalam tempat yang tidak jelas, oleh karena itu remaja sering disebut masa pencarian jati diri.

(40)

Pengertian remaja dalam penelitian ini adalah siswa SMP di wilayah puskesmas Kuta Selatan yang berusia antara 10-19 tahun dan belum menikah. 2.2.2 Konsep PKPR

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) dalam penelitian ini adalah suatu program yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan remaja SMP di wilayah Puskesmas Kuta Selatan. Kegiatan PKPR mencakup pelayanan klinik dan konseling di Puskesmas dan kegiatan di luar Puskesmas yaitu di sekolah yang meliputi penyuluhan, pembinaan, penjaringan dan pembentukan konselor sebaya. 2.2.3 Konsep Persepsi

Mangkunegara mengatakan bahwa persepsi merupakan proses memberi arti dan makna terhadap lingkungan. Proses dalam persepsi dimulai dengan menafsirkan obyek lalu menerima stimulus (Input), mengorganisasikan stimulus, dan menafsirkan stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara membentuk sikap sehingga mempengaruhi perilaku dan menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti.

Persepsi dalam penelitian ini adalah pendapat atau suatu proses pemberian arti oleh siswa SMP terhadap program pelayanan kesehatan reproduksi remaja (PKPR) di sekolah dan di Puskesmas, yang dipengaruhi oleh faktor internal diantaranya pengetahuan, informasi baru, harapan, motivasi, sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi diantaranya dukungan sekolah, sosial budaya, kebijakan, sarana dan prasarana serta kelompok sebaya.

(41)

2.2.4 Konsep Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek menggunakan panca indara yaitu indra pendengaran, penglihatan, indra perasa, peraba, penciuman sehingga menghasilkan tahu. Penginderaan yang sangat berpengaruh yaitu indra penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan sangat mempengaruhi sikap seseorang yang nantinya berpengaruh juga terhadap perilaku seseorang. Berbagai penelitian menyatakan bahwa perilaku yang didasari dengan pengetahuan lebih konsisten dibandingkan dengan tanpa adanya pengetahuan.

Pengetahuan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang diketahui remaja tentang program pelayanan kesehatan reproduksi remaja dan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja itu sendiri, meliputi pengetahuan tentang HIV/AIDS, infeksi melular seksual (IMS), narkotik dan zat adiktif (NAPZA), anemia dan lain sebagiainya. Pengetahuan siswa tersebut dipengaruhi oleh informasi, daya ingat, salah penafsiran, kognitif, minat, dan sumber informasi.

2.2.5 Konsep Sarana dan Prasarana

Sarana adalah perangkat atau peralatan yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan prasarana adalah faktor penunjang yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut atau terselenggaranya suatu kegiatan.

(42)

Sarana dalam penelitian ini adalah leaflet, buku panduan dan kelengkapan alat-alat yang digunakan dalam pelayanan kesehatan perduli remaja, sedangkan prasarananya adalah ruangan khusus di sekolah dan puskesmas untuk pelayanan remaja.

2.2.6 Konsep Sumber Informasi

Sumber informasi adalah segala hal yang dapat digunakan oleh seseorang sehingga mengetahui tentang hal yang baru, dan mempunyai cirri-ciri yaitu, 1) dapat dilihat, dibaca dan dipelajari; 2) diteliti, dikaji dan dianalisis; 3) dimanfaatkan dan dikembangkan didalam kegiatan-kegiatan pendidikan, penelitian, laboratorium; 4) ditransformasikan kepada orang lain.

Sumber Informasi dalam penelitian ini adalah segala hal yang dapat digunakan siswa untuk mendapatkan informasi tentang PKPR, dapat berupa leaflet, media elektronik, penyuluhan oleh petugas puskesmas, guru, orang tua dan lain sebagainya.

2.2.7 Konsep Kebijakan dan Dukungan

Kebijakan adalah keputusan suatu organisasi yang dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan tertentu sebagai keputusan atau untuk mencapai tujuan tertentu, berisikan ketentuan-ketentuan yang dapat dijadikan pedoman perilaku dalam 1) pengambilan keputusan lebih lanjut, yang harus dilakukan baik kelompok sasaran ataupun (unit) organisasi pelaksana kebijakan; 2) penerapan atau pelaksanaan dari suatu kebijakan yang telah ditetapkan baik dalam hubungan

(43)

dengan (unit) organisasi pelaksana maupun dengan kelompok sasaran yang dimaksud.

Kebijakan dan dukungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kebijakan dan dukungan dari sekolah serta Puskesmas terkait penyelenggaraan program PKPR.

2.2.8 Konsep Konselor Sebaya

Konselor sebaya adalah pendidik sebaya yang punya komitmen dan motivasi yang tinggi untuk memberikan konseling dalam program PKPR bagi kelompok siswa di sekolahnya. Konselor sebaya dalam penelitian ini adalah siswa SMP yang terpilih menjadi konselor sebaya dalam program PKPR di sekolah. 2.3 Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan modifikasi antara teori Lawrence Green dan Kurt Lewin. Uraian tentang kedua teori tersebut dapat diuraiakan sebagai berikut.

2.3.1 Teori Lawrence Green

Lawrence Green melakukan analisis perilaku manusia terkait kesehtaan. Kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh faktor diluar perilaku dan faktor perilaku, sedangkan perilaku itu sendiri dibentuk melalui beberapa faktor, diantaranya seperti dibawah ini.

(44)

a. Faktor-faktor predesposisi (predisposing faktor) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nila-nilai sosial budaya, dan sebagainya.

b. Faktor- faktor pendukung (enabling factors), berkaitan dengan keadaan fisik, seperti sarana dan prasarana, fasilitas puskesmas, keberadaan jamban, dan lain sebagainya.

c. Faktor-faktor pendorong ( reinforcing faktor), yaitu berhubungan dengan kebijakan, petugas kesehatan, atau petugas lain yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat.

Model teori Lawrence Green dapat digambarkan sebagai seperti gambar di bawah ini.

Kerangka Teori

Gambar 2.1 Skema Teori Lawrence Green

Sumber : Teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2003

Faktor Predisposisi : -Pengetahuan -Sikap -Kepercayaan Faktor Pendukung : -Lingkungan

-Sarana dan Prasarana Faktor Pendorong : Sikap dan perilaku petugas kesehatan

(45)

Berdasarkan teori diatas disimpulkan bahwa perilaku kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kepercayaan, sikap dan nilai-nilai dalam masyarakat, disamping itu fasilitas yang tersedia, kelengkapan alat, kenyamanan tempat, sikap petugas kesehatan serta kebijakan pemerintah dapat memperkuat prilaku dalam kesehatan (Notoatmodjo, 2012).

2.3.2 Teori Kurt Lewin

Kurt Lewin (1970) mengemukakan bahwa suatu keseimbangan antara berbagai kekuatan pendorong ( driving forces) dan berbagai kekuatan penahan (restraining force) membentuk perilaku seseorang. Model teori Kurt Lewin dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini.

Gambar 2.2 Skema Teori Kurt Lewin

(46)

Adanya ketidakseimbangan antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan tersebutdi dalam diri seseorang menyebabkan perubahan perilaku, sehingga kemungkinan tiga perubahan perilaku pada diri seseorang adalah sebagai berikut.

a. Meningkatnya kekuatan-kekuatan pendorong. Keadaan ini dapat terjadi karena adanya rangsangan-rangsangan yang mendorong untuk terjadinya perubahan perilaku. rangsangan ini berupa konseling, penyuluhan, pemberian informasi tentang hal yang berkaitan dengan perilaku tersebut.

b. Menurunnya kekuatan penahan. Keadaan ini disebabkan oleh melemahnya stimulus yang menyebabkan menurunnya kekuatan penahan.

c. Meningkatnya kekuatan pendorong dan menurunnya kekuatan penahan sehingga menyebabkan perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2012).

(47)

2.4 Model Penelitian

Berdasarkan teori Lawrence Green dan Kurt Lewin, maka peneliti menggambarkan model penelitian dalam kerangka di bawah ini.

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir dan Konsep Penelitian

Sumber : Teori Kurt Lewin dan Lawrence Green

Dalam penelitian ini menggunakan modifiaksi antara teori Kurt Lewin dan Lawrence Green, dimana untuk teori Lawrence Green bahwa perilaku remaja (pemanfaatan PKPR) dibentuk oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pendorong dan faktor pendukun. faktor predisposisi yaitu berupa persepsi. Persepsi itu sendiri dibentuk oleh faktor internal dan juga faktor eksternal. Faktor internal antara lain adalah pengetahuan, harapan dan motivasi, sedangkan untuk

Pendorong Enabling factors :

Sarana & Prasarana Predisposing Factor : Persepsi : - Pengetahuan -Harapan -Motivasi Reinforcing Factors : Kebijakan Sumber Informasi Dukungan Sekolah Penghambat Pemanfaatan PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja)

(48)

faktor eksternalnya adalah sosial budaya dan lingkungan. Selain faktor predesposisi, perilaku juga dibentuk oleh faktor pendukung yaitu adanya sarana prasarana dan sumber informasi program PKPR. Faktor pendorongnya yaitu kebijakan/dukungan sekolah, peran konselor sebaya dan juga peran petugas Puskesmas. Dari ketiga faktor tersebut bisa menjadi faktor pendorong dan juga faktor penghambat dalam pemanfaatan program PKPR ini. Oleh karena itu peneliti menggabungkan kedua teori ini yaitu Lawrence Green dan Kurt Lewin sehingga dapat menjawab tujuan penelitian.

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini mengenai persepsi remaja tentang PKPR. Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pendekatan ini dipilih agar persepsi remaja dapat dieksplorasi lebih dalam sehingga gambaran persepsi remaja tentang PKPR dapat tergambar secara nyata.

Fenomenologi adalah suatu ilmu yang bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena, gambaran dari sesuatu yang khusus, misalnya pengalaman hidup. Fokus utama pendekatan fenomenologi yaitu pengalaman nyata yang digunakan untuk membantu peneliti memasuki persepsi orang lain dan berupaya memahami kehidupan sebagaimana dilihat oleh orang-orang tersebut. Fenomenologi memungkinkan peneliti untuk melihat fenomena pengalaman remaja yang bercerita tentang PKPR dengan sebebas mungkin dari intuisi yang tidak bisa diukur secara langsung (Saryono & Dwi , 2013).

3.1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di SMP yang menjadi binaan wilayah Puskesmas Kuta Selatan, adapun sekolah menengah pertama (SMP) tersebut adalah sekolah menengah pertama negeri (SMPN) 3 Kuta Selatan dan SMP Dwijendra serta Puskesmas Kuta Selatan. Lokasi penelian ini dipilih karena

(50)

program PKPR di Kuta Selatan lebih menitikberatkan pada SMP untuk mencegah permasalahan remaja sejak dini.

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan Januari- Maret 2015

3.1.2 Subjek Penelitian

Menurut Faisal (1990), pemilihan sampel dalam penelitian kualitatif harus sesuai konsep pemilihan sampel yaitu memilih informan atau situasi sosial tertentu yang dapat memberikan informasi adekuat dan terpercaya mengenai hal-hal yang ingin digali dalam penelitian. Pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif biasanya menggunakan purposive sampling dengan berbagai pendekatan yang representatif untuk penelitian kualitatif. Pada penelitian fenomenologi sampel yang diambil adalah sampel yang pernah mengalami substansi yang akan diteliti (Cresswell, 1998).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan purposive sampling, cara pemilihan partisipan dalam penelitian ini tidak diarahkan pada jumlah tetapi berdasarkan pada asas kesesuaian dan kecukupan sampai mencapai saturasi data. Oleh karena itu, pemilihan partisipan pada penelitian ini berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penelitian. Hal ini dilakukan agar partisipan benar-benar menggambarkan terhadap fenomena yang diteliti (Poerwandari, 2005).

(51)

Informan dalam penelitian ini mengacu pada prinsip kesesuaian dan tidak ada informsi lain yang dapat digali. Informan dalam penelitian ini dipilih untuk melihat persepsi remaja di sekolah SMP. Masing-masing sekolah diadakan dua focus group discussion (FGD). Dari dua FGD tersebut dibagi lagi menjadi satu FGD untuk siswa yang tergabung dalam organisasi siswa intra sekolah (OSIS ) laki-laki dan satu FGD untuk siswa OSIS perempuan. Kriteria inklusi partisipan dalam penelitian ini adalah siswa yang duduk di kelas VIII, siswa yang bersedia menjadi responden dan disetujui oleh orang tua, siswa yang tergabung di OSIS, siswa pernah mengikuti kegiatan PKPR di sekolah. Jumlah Informan dalam penelitian ini adalah 27 informan FGD dan 4 informan wawancara mendalam.

3.1.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini diperoleh dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer di dapatkan dari FGD dengan informan yaitu remaja SMP, selain itu data primer juga didapatkan dari wawancara mendalam dengan pemegang program PKPR Puskesmas , konselor sebaya, wakil kepala sekolah dan guru bimbingan konseling (BK) serta dari hasil observasi oleh peneliti . Jenis informasi yang diinginkan dari data primer yaitu persepsi, pengetahuan, harapan, bentuk kegiatan, dukungan , masalah remaja, pelaksanaan PKPR, kelengkapan sarana dan prasarana. Data sekunder diperoleh dari data kunjungan remaja ke Puskesmas dan data hasil kunjungan konseling ke konselor sebaya di sekolah. Data sekunder dalam penelitian ini digunakan untuk membantu dalam melakukan analisis data.

(52)

3.1.4 Instrumen Penelitian

Dalam proses pengumpulan data penelitian kualitatif, peneliti berfungsi sebagai instrumen utama penelitian. Pada pelaksanaanya peneliti dibantu oleh pedoman pengumpulan data ( misalnya pedoman wawancara, pedoman FGD dan pedoman observasi terbuka. Pedoman ini membantu peneliti melakukan pengumpulan data secara efisien (Bungin, 2003).

Penelitian ini menggunakan peneliti sendiri sebagai instrumen dan dibantu asisten dilengkapi dengan pedoman wawancara, pedoman FGD dan lembar observasi.

3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan data

Penelitian kualitatif memiliki banyak cara yang dapat dipakai untuk mengumpulkan data, namum yang paling sering digunakan adalah wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah dan observasi. Wawancara mendalam adalah proses tanya jawab secara bertatap muka antara informan dan pewawancara untuk memperoleh keterangan untuk tujuan, dapat menggunakan pedoman wawancara atau tidak. FGD mempunyai tujuan untuk memperoleh makna dari tema penelitian menurut pemahaman kelompok (Saryono & Dwi , 2013).

Persiapan yang dilakukan adalah menyiapkan pedoman wawancara, sarana dan prasarana yang digunakan untuk FGD diantaranya adalah ruangan, alat perekam, alat tulis. Saat FGD peneliti dibantu oleh asisten sebagai notulen. Dalam pelaksanaannya, pertama melaksanakan FGD di SMP pertama, selain itu juga

(53)

melakukan observasi sarana dan prasarana dan laporan terkait prorgam PKPR di SMP tersebut , lalu dilanjutkan dengan wawancara mendalam kepada kepala sekolah, guru BK, dan konselor sebaya. Selanjutnya FGD di laksanakan di SMP kedua, dilanjutkan wawancara mendalam kepada kepala sekolah, Guru BK dan konselor sebaya. Selain kedua tekhnik terebut, peneliti juga melakukan observasi sarana dan prasarana serta laporan terkait prorgam PKPR. Langkah selanjutnya adalah melakukan wawancara mendalam kepada pemegang program PKPR di Puskesmas, mengobservasi sarana dan prasarana dan laporan terkait program PKPR. Metode dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.1

Metode dan tekhnik pengumpulan data

Jenis data Sumber data Tekhnik Jumlah

Primer - Siswa yang sesuai dengan kriteria inklusi. - Konselor Sebaya - Kepala sekolah - Petugas Puskesmas (Petugas PKPR) - Sarana & Prasarana - FGD - Wawancara mendalam - Wawancara mendalam - Wawancara mendalam - Observasi - Dua FGD (enam- dua belas) orang / sekolah

- Satu orang/sekolah - Satu orang/sekolah - Satu orang

Sekunder - Data laporan puskesmas - Data konselor

sebaya di sekolah - Data kegiatan

(54)

3.3 Metode dan Teknik Analisis Data

Proses analisis data dilakukan secara simultan dengan proses pengumpulan data. Proses analisis data menggunakan analisa data tematik, analisis tematik adalah cara mengidentifikasi tema-tema yang terpola dalam suatu fenomena. Tema-tema ini dapat diidentifikasi, dikodekan secara induktif (data driven) dari data kualitatif mentah (transkrip wawancara, rekaman video, biografi, dan sebagainya) maupun secara deduktif (theory driven) berdasarkan hasil penelitian terdahulu maupun teori (1978, dalam Steubert & Carpenter, 1999). langkah-langkah dalam analisis tematik dapat di uraikan seperti di bawah ini.

a. Membaca transkrip secara berulang-ulang b. Mengelompokkan kata-kata kunci

c. Menbuat kategori-kategori

d. Mengelompokkan kategori dalam subtema e. Merumuskan tema

f. Mengintegrasikan hasil analisis kedalam bentuk deskriptif

3.3.1 Penyajian Hasil Analisis Data

Metode dan tekhik penyajian hasil analisa data dalam penelitian ini dengan narasi dan uraian kata-kata dan juga penyajian menggunakan tabel-tabel.

3.3.2 Keabsahan Data

Kehandalan dan kredibilitas data penelitian ini didapatkan dengan triangulasi data. Sutopo (2006), mengatakan bahwa untuk meningkatkan validitas

(55)

data dalam penelitian kualitatif dapat menggunakan triangulasi. Terdapat empat macam triangulasi yaitu (1) triangulasi sumber/ data, (2) triangulasi peneliti, (3) triangulasi metodologis dan (4) triangulasi teoritis. Dalam menarik kesimpulan yang mantap, diperlukan tidak hanya dari satu sudut pandang saja, oleh karena itu triangulasi merupakan tekhnik yang didasari oleh pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi data/sumber yaitu dengan menggunakan informan yaitu remaja SMP dari dua sekolah yang berbeda dan jenis kelamin yang berbeda yaitu laki-laki dan perempuan serta kriteria yang berbeda yaitu yang ikut OSIS serta di konfirmasi dengan melakukan wawancara mendalam kepada informan kunci yaitu pemegang program PKPR dan guru BK/ kepala sekolah dan konselor sebaya. Selain itu peneliti juga menggunakan triangulasi metode yaitu dengan metode melakukan dua kali FGD/ sekolah dan wawancara mendalam.

3.4 Etika Penelitian

Peneliti telah mendapatkan ijin penelitian dari Kesbangpolinmas, Puskesmas Kuta Selatan dan kedua SMP. Karena responden yang digunakan adalah masyarakat, maka peneliti juga mendapatkan persetujuan dari Ethical Clearence pada komisi etik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Peneliti juga menggunakan informed consent untuk informan yang disetujui oleh orang tua. Menurut Moleong (2007), agar studi alamiah benar-benar dapat terjadi dan

(56)

peneliti tidak mendapat persoalan masalah etik, maka ada beberapa yang harus dipersiapkan diantaranya dapat di uraikan pada halaman selanjutnya.

a. Meminta ijin pada penguasa setempat dimana penelitian akan dilaksanakan sekaligus memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian.

b. Menempatkan orang-orang yang diteliti sama dengan peneliti bukan sebagai “objek”.

c. Menghargai, menghormati, dan patuh semua norma, peraturan, nilai masyarakat, adat-istiadat, kepercayaan dan kebudayaan yang hidup di dalam masyarakat tempat penelitian dilakukan.

d. Memegang segala rahasia yang berkaitan dengan informasi yang diberikan.

e. Informasi tentang subjek tidak dipublikasikan bila subjek tidak menghendaki, termasuk nama subjek tidak akan dicantumkan dalam laporan penelitian.

f. Peneliti dalam merekrut informan terlebih dahulu, memberikan informed consent, yaitu memberi tahu secara jujur maksud dan tujuan penelitian pada sampel dengan sejelas-jelasnya.

g. Selama dan sesudah penelitian privasi tetap dijaga, semua informan diperlakukan sama, nama partisipan di ganti dengan nomor (anonimity), peneliti akan menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan dn hanya digunakan untuk kegiatan penelitian serta tidak akan di publikasikan tanpa izin paartisipan.

(57)

h. Selama pengambilan data peneliti memberi kenyamanan pada partisipan dengan mengambil tempat wawancara sesuai dengan keinginan partisipan. Sehingga partisipan dapat leluasa tanpa ada pengaruh lingkungan untuk mengunkapkan masalah yang dialami.

(58)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini pada tiga tempat, yaitu Puskesmas Kuta Selatan, SMPN 3 Kuta Selatan dan SMP Dwijendra. Gambaran umum lokasi penelitian mencakup letak geografis, program kerja, jumlah siswa dan jumlah pegawai. Adapun gambaran umum ketiga lokasi penelitian dapat dilihat dalam uraian dibawah ini.

4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Kuta Selatan

Kecamatan Kuta Selatan merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Badung. Kecamatan Kuta Selatan merupakan kecamatan yang memiliki \wisata di enam Desanya. Desa Kutuh mempunyai objek wisata pantai pandawa, Desa Pecatu mempunyai objek wisata pantai nyang-nyang, pantai dreamland, pantai bingin, pantai suluban dan Pura uluwatu. Desa Ungasan mempunyai objek wisata pantai melasti ungasan, pantai bali cliff ungasan dan garuda wisnu kencana. Kelurahan Benoa mempunyai objek wisata pantai nusa dua dan pantai geger sawangan. Kelurahan jimbaran mempunyai objek wisata pantai balangan dan pantai jimbaran. Kelurahan Tanjung Benoa mempunyai objek wisata tirta tanjung benoa.

Sarana dan prasarana kesehatan yang berada di Puskesmas Kuta Selatan antara lain satu Puskesmas, enam pustu, enam puluh lima posyandu, tujuh

Gambar

Gambar 2.1 Skema Teori Lawrence Green
Gambar 2.2 Skema Teori Kurt Lewin  Sumber : Teori Kurt Lewin dalam Notoatmodjo, 2003.
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir dan Konsep Penelitian  Sumber : Teori Kurt Lewin dan Lawrence Green

Referensi

Dokumen terkait

Bercak berwarna kuning yang muncul setelah disemprot penampak bercak sitroborat ini menunjukkan bahwa kemungkinan di dalam Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz mengandung senyawa

Bagi individu yang menjadi cabe- cabean, Peneliti memberikan saran kepada individu yang menjadi cabe- cabean agar dalam bertidak lebih memperhatikan dampak yang akan

Bila kanker hati ini ditemukan pada pasien yang sudah ada sirrhosis hati dan ditemukan kerusakan hati yang berkelanjutan atau sudah hampir seluruh hati terkena

Skripsi dengan judul STRATEGI KREATIF BIRO IKLAN PETAKUMPET DALAM MENGAHADAPI PERSAINGAN IKLAN DAERAH (Studi Deskriptif Petakumpet dalam menciptakan iklan cetak Kedaulatan Rakyat

Menimbang, bahwa berdasarkan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Berkas Perkara (Inzage) Nomor 142/Pdt.G/2012/PN.PBR yang dibuat oleh Jurusita Pengadilan Negeri

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh pemberian pupuk kandang kambing terhadap pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, lingkar batang tunas primer)

Tugas akhir ini ditulis untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Komunikasi pada Program Ilmu Komunikasi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Bakrie..

Namun demikian, pendidikan Islam masih sangat diminati oleh ibu bapa untuk menghantar anak-anak mereka, hal ini ada hubungkaitnya dengan masyarakat di pulau tersebut yang