• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEOR

3. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 1948

tertulis bahwa “Health Is A Fundamental Human Right” yang mengandung suatu kewajiban untuk menyehatkan yang sakit dan mempertahankan yang sehat. Hal ini melandasi suatu pemikiran, bahwa “Sehat sebagai hak asasi manusia dan Sehat sebagai investasi”. Di Indonesia Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan melalui pasal 28 H ayat (1) : “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mandapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.

Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Nomor 262 tahun 2009 pasal 1 ayat 3 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Fisikawan Medis dan Angka

Kreditnya, “Fasilitas kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk

commit to user

Pelayanan Kesehatan tingkat Pertama (Primary Health Care) menurut Notoatmodjo (2003 : 90) merupakan pelayanan kesehatan yang diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Oleh karena jumlah kelompok ini di dalam suatu populasi sangat besar (lebih kurang 85%), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan primer atau utama (Primary Health Care). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Praktek Dokter dan PKD/Polindes. Sedangkan Pelayanan Kesehatn Tingkat Pertama berdasarkan Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Pasal 30 Ayat 2 adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan dasar.

Fasilitas kesehatan yang akan diteliti termasuk dalam Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama yang dikhususkan menjadi Puskesmas dan Puskesmas Pembantu. Adapun alasan menggunakan kedua fasilitas kesehatan tersebut dikarenakan pada kedua fasilitas tersebut merupakan fasilitas yang pasti ada di setiap kecamatan, selain itu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu merupakan salah satu dari Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama yang menjadi basic health bagi masyarakat. Puskesmas dan Puskesmas Pembantu selalu dituju pertama kali oleh masyarakat karena pasti ada di setiap kecamatan.

Adapun penjelasan dari masing-masing fasilitas kesehatan dalam penelitian ini adalah :

a. Puskesmas

Puskesmas menurut pedoman kerja Puskesmas tahun 1991/1992

didefinisikan sebagai berikut “Puskesmas adalah seuatu kesatuan organisasi kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terintegrasi kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu dalam usaha-

usaha kesehatan pokok”.

Pada tahun 1968 dalam rapat kerja nasional dicetuskan bahwa Puskesmas merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah (Departemen Kesehatan) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai

commit to user

suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kota madya atau kabupaten (Notoatmojo, 2003 :9).

b. Puskesmas Pembantu

Puskesmas dalam mencapai cakupan pelayanan yang merata maka ia ditunjang oleh fasilitas kesehatan lain termasuk Puskesmas Pembantu. Secara teknis Puskesmas Pembantu berada di bawah pengawasan dan peraturan Puskesmas, wilayah kerja Puskesmas Pembantu adalah kelurahan.

Penelitian ini hanya ditujukan untuk Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama yang berupa Puskesmas dan Puskesmas Pembantu. Dalam membahas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama dalam penelitian ini akan dikaji mengenai persebaran dengan metode grafitasi, kualitas, tingkat kunjungan pasien, aksesibilitas dan kecukupan fasilitas kesehatan.

a. Persebaran

Persebaran Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama menggunakan sebuah pendekatan keruangan dengan penerapan metode model grafitasi. Penerapan metode dengan menggunakan model grafitasi ini pada umumnya digunakan di daerah yang memiliki topografi yang tidak datar.

b. Kualitas

Kualitas dari Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama menjadi perhatian bagi masyarakat dalam memilih fasilitas kesehatan yang akan di datangi. Kualitas pelayanan adalah kegiatan pelayanan yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan publik yang mampu memenuhi harapan, keinginan, dan kebutuhan serta mampu memberikan kepuasan kepada masyarakat luas. Semakin kritisnya masyarakat saat ini terhadap pelayanan kesehatan yang diterima dan semakin ketatnya persaingan diera pasar bebas, menuntut banyak hal dalam pelayanan kesehatan.

Tjiptono (2004) dalam Puspita (2009 : 15) menyatakan bahwa kualitas pelayanan harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi

commit to user

pelanggan. Hal ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi pihak penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut pandang atau persepsi pelanggan. Pelangganlah yang megkonsumsi dan menikmati jasa perusahaan, sehingga merekalah yang seharusnya menentukan kualitas jasa.

Kualitas pelayanan kesehatan menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, disatu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan pada setiap pasien dan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta dipihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode profesi yang telah ditetapkan. Kualitas dalam pelayanan kesehatan bukan hanya ditinjau dari sudut pandang aspek teknis medis yang berhubungan langsung antara pelayanan medis dan pasien saja tetapi juga sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan, termasuk menajemen administrasi, keuangan, peralatan dan tenaga kesehatan lainnya.

Gronroos (2000) dalam Puspita ( 2009 : 18-20) memaparkan tiga dimensi utama atau faktor yang dipergunakan konsumen dalam menilai kualitas yaitu outcome-related (technical quality), process-related (functional quality), dan image-related dimensions. Ketiga dimensi ini kemudian dijabarkan yaitu sebagai berikut:

1) Professionalism and Skills, yaitu merupakan outcome related, dimana pelanggan menganggap bahwa penyedia jasa, para karyawan, sistem operasional, dan sumber daya fisiknya memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah pelanggan secara profesional.

2) Attitudes and Behavior yaitu merupakan process related. Pelanggan merasa bahwa karyawan dalam memberikan pelayanan selalu memperhatikan mereka dan berusaha membantu memecahkan masalah pelanggan secara spontan dan dengan senang hati

commit to user

3) Accessibility and Flexibility merupakan process related. Pelanggan merasa bahwa penyediaan jasa, lokasi, jam kerja, karyawan dan sistem operasionalnya dirancang dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pelanggan dapat mengaksesnya dengan mudah. Selain itu juga dirancang dengan maksud agar dapat bersifat fleksibel dalam menyesuaikan permintaan dan keinginan pelanggan.

4) Reliability and Trustworthiness merupakan process related. Pelanggan meyakini bahwa apapun yang terjadi atau telah disepakati, mereka bisa mengandalkan penyedia jasa, karyawan dan sistemnya dalam memenuhi janji-janjinya dan bertindak demi kepentingan pelanggan.

5) Service recovery merupakan process related. Pelanggan meyakini bahwa bila ada kesalahan atau bila terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, penyedia jasa akan segera dan secara aktif mengambil tindakan untuk mengendalikan situasi dan menemukan solusi yang tepat.

6) Serviscape merupakan process related. Pelanggan merasa bahwa kondisi fisik dan aspek lingkungan service encounter lainnya mendukung pengalaman positif atas proses jasa.

7) Reputation and Credibility merupakan image related. Pelanggan meyakini bahwa bisnis penyedia jasa dapat dipercaya.

Berdasarkan pada penjabaran di atas dapat diketahui bahwa terdapat 7 indikator dalam menilai kualitas fasilitas kesehatan khususnya dalam penelitian ini adalah Pelayanan Kesehatan tingkat Pertama yang berupa Puskesmas dan Puskesmas Pembantu.

c. Tingkat Kunjungan

Tingkat kunjungan pelayanan kesehatan yang dimaksud dalam penenitian ini adalah tingkat (jumlah) kunjungan penduduk yang berkunjung di fasilitas kesehatan dengan tujuan untuk berobat atau memeriksakan kesehatan. Tingkat kunjungan pasien antara satu fasilitas kesehatan dengan fasilitas kesehatan yang lain berbeda-beda. Hal ini pada umumnya dipengaruhi oleh kualitas dari masing-masing fasilitas kesehatan.

commit to user

Tingkat kunjungan pasien dapat dilihat dari jumlah pasien yang berobat dalam kurun waktu satu tahun. Tingkat kunjungan pasien dapat diketahui melalui administrasi dalam suatu fasilitas kesehatan. Pada umumnya apabila suatu fasilitas kesehatan itu memiliki predikat yang baik maka otomatis pada fasilitas tersebut memiliki tigkat kunjungan pasien yang tinggi. Berbeda dengan fasilitas kesehatan yang memiliki predikat kualitas kesehatan yang buruk, pada umumnya fasilitas kesehatan yang memiliki predikat kualitas yang buruk maka tingkat kunjungan pasien pada fasilitas kesehatan tersebut akan rendah.

d. Aksesibilitas

Aksesibilitas merupakan faktor utama dalam memilih fasilitas kesehatan yang akan didatangi. Untuk memperoleh kemudahan dalam melakukan pergerakan, diperlukan jaringan jalan dan transportasi yang baik. Konsep yang mendasari tataguna lahan dan transportasi adalah aksesibilitas. Dalam konteks yang lebih jelas ditetapkan lahan oleh Khisty dan Lall (2005 :

88) bahwa “aksesibilitas adalah kemudahan melakukan pergerakan dari

tempat yang satu ke tempat yang lain”.

Tingkat aksesibilitas adalah kemudahan mencapai kota tersebut dari kota atau wilayah lain yang berdekatan, atau bisa juga dilihat dari sudut kemudahan mencapai wilayah lain yang berdekatan bagi masyarakat yang tinggal di kota tersebut. Ada berbagai unsur yang mempengaruhi tingkat aksesibilitas, misalnya: kondisi jalan, jenis alat angkutan yang tersedia, frekuensi keberangkatan dan jarak. (Tarigan, 2009 : 140). Untuk menyederhanakan penelitian, maka unsur yang dipakai dibatasi yaitu jarak, jalan dan angkutan umum.

1) Jarak

Keterkaitan antar kota sebagai pusat penyedia jasa pelayanan terhadap wilayah sekitarnya atau wilayah pelayanannya dapat diukur dari seberapa jauh jaraknya terhadap wilayah sekitar pusat pelayanan tersebut (Adisasmita, 2003 : 9). Pada penelitian ini jasa pelayanan yang dimaksud

commit to user

adalah pelayanan kesehatan. Jadi akan diteliti seberapa jauh pusat pelayanan menjangkau daerah di sekitarnya.

Jarak dianggap sebagai faktor penghambat dalam mencapai suatu tempat. Orang perlu mengorbankan waktu, tenaga, dan biaya untuk mengatasi hambatan jarak. Semakin dekat suatu tempat dengan lokasi fasilitas kesehatan, maka semakin mudah orang untuk menjangkaunya. 2) Jalan

Jaringan transportasi yang dominan berupa jaringan transportasi jalan. Berdasarkan Undang-Undang No 38 tahun 2004 pasal I ayat 4,

“Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.

Jalan dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa faktor. Pada penelitian ini akan digunakan kelas jalan umum berdasarkan fungsinya. Berdasarkan Undang-Undang No 38 tahun 2004 pasal 6 ayat 1, “Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. Jalan umum dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status dan kelas.

Berdasarkan Undang-Undang No 38 tahun 2008 pasal 8, jalan umum menurut fungsi peranannya dapat dibedakan menjadi:

a) Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien

b) Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi c) Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi

commit to user

d) Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dengan dan kecepatan rata-rata rendah

3) Angkutan Umum

Menurut Munawar (2005 : 45) Angkutan dapat didefinisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan, sedangkan kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang digunakan untuk umum dengan dipungut bayaran.

Kendaraan umum dapat berupa mobil penumpang, bus kecil, bus sedang dan bus besar. Mobil penumpang yang digunakan untuk mengangkut penumpang umum disebut dengan mobil penumpang umum (MPU). (Munawar, 2005 : 45)

Tingkat aksesibilitas masing-masing kecamatan dapat diketahui dengan mengetahui indeks aksesibilitasnya. Secara umum, menurut Tarigan (2010 : 156) indeks aksesibilitas adalah adanya unsur daya tarik yang terdapat di suatu sub wilayah dan kemudahan untuk mencapai wilayah tersebut. Daya tarik suatu wilayah adalah jumlah fasilitas kesehatan, sedangkan kemudahan untuk mencapai wilayah tersebut dipengaruhi oleh jarak, kondisi jalan dan angkutan umum. Angkutan umum dipilih sebagai salah satu faktor dalam aksesibilitas karena dengan adanya angkutan umum yang melintas di fasilitas kesehatan dapat menandakan bahwa fasilitas tersebut mudah dijangkau oleh masyarakat tanpa perlu menggunakan kendaraan pribadi, dengan demikian dalam penelitian ini mengabaikan kepemilikan kendaraan pribadi. Accesibility indeks dihitung dengan rumus (Lee, 1993 : 72), yaitu:

Keterangan :

𝐴𝑖𝑗 = Accesebility Indeks daerah I terhadap daerah j

𝐸𝑗 = Total lapangan kerja (Employment) di daerah j

𝑑𝑖𝑗 = Jarak antara i dan j

𝑏 = Pangkat dari 𝑑𝑖𝑗

𝐴𝑖𝑗 = 𝑑𝐸𝑗 𝑖𝑗𝑏

commit to user

Penelitian ini mengkaji fasilitas kesehatan, sehingga unsur daya tariknya bukanlah total lapangan pekerjaan di daerah j melainkan total fasilitas kesehatan di daerah j. Rumus di atas diubah menjadi :

Rumus tersebut, hanya memperhatikan jarak, padahal pada kenyataannya masih terdapat beberapa unsur lain yang tidak bisa diabaikan, diantaranya: jaringan jalan dan jenis angkutan yang digunakan. Oleh sebab itu, rumus diatas perlu ditambah menjadi:

Indeks yang diperoleh pada rumus tersebut adalah daya tarik satu sub wilayah j ditinjau dari sub wilayah i. Apabila daya tarik seluruh wilayah diperhitungkan atau digabungkan maka rumusnya menjadi:

Rumus di atas akan diketahui jumlah mayarakat yang mengunjungi masing-masing kecamatan di Kabupaten Sukoharjo berdasarkan fasilitas kesehatan yang ada.

e. Tingkat Kecukupan

Parameter dalam mengukur kecukupan layanan kesehatan dasar berkaitan erat pada ketersediaan fasilitas pelayanan dengan kepadatan penduduk dan aksesibilitas. Semakin padat penduduk di suatu wilayah maka semakin banyak pula fasilitas kesehatan yang harus disediakan. Hal ini dikarenakan masing-masing fasilitas kesehatan memiliki daya kecukupan yang berbeda-beda

Parameter dalam mengukur kecukupan fasilitas kesehatan dikaitkan dengan ketersediaan fasilitas kesehatan dengan kebutuhan masyarakat. Kebutuhan masyarakat akan terpenuhi secara keseluruhan berdasarkan jumlah fasilitas kesehatan yang ada.

𝐴

𝑖𝑗

=

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎𝑟𝑎𝑛𝑎 𝐾𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑗 𝑏 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎 ℎ𝑗

𝐴

𝑖𝑗

=

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙(𝑑𝑖𝑗+𝑆𝑎𝑟𝑎𝑛𝑎𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛+𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡𝑎𝑛𝐾𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛𝑢𝑚𝑢𝑚𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎 ℎ) 𝑏𝑗

Dokumen terkait