commit to user
PERSEBARAN
PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
DI KABUPATEN SUKOHARJO
TAHUN 2011
Oleh :
Lintang Ronggowulan
K5408008
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
PERSEBARAN
PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
DI KABUPATEN SUKOHARJO
TAHUN 2011
Oleh :
Lintang Ronggowulan
K5408008
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
v
ABSTRAK
Lintang Ronggowulan, Persebaran Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011.Skripsi.Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta, Desember 2012.
Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengetahui persebaran Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (PKTP) di Kabupaten Sukoharjo tahun 2011, (2) Mengetahui kualitas PKTP di Kabupaten Sukoharjo tahun 2011, (3) Mengetahui tingkat kunjungan PKTP di Kabupaten Sukoharjo tahun 2011, (4) Mengetahui tingkat aksesibilitas PKTP di Kabupaten Sukoharjo tahun 2011, (5) Mengetahui tingkat kecukupan PKTP di Kabupaten Sukoharjo tahun 2011.
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan spasial. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling. Purposive Sampling digunakan untuk memilih sampel responden yang akan diwawancarai mengenai kualitas dari Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan adalah analisi data primer, data sekunder dan tabel silang.
commit to user
vi ABSTRACT
Lintang Ronggowulan, Distribution of Primary Health Care at Sukoharjo Regency in 2011.Skripsi: The Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University, Surakarta. 2012.
The objective of this research are : (1) to find out distribution of Primary Health Care (PHC) at Sukoharjo regency in 2011, (2) to investigate quality of of PHC at Sukoharjo regency in 2011, (3) to identify visitor quantity of PHC at Sukoharjo regency in 2011, (4) to investigate accessibility of PHC at Sukoharjo regency in 2011 (5) to investigate sufficiency of PHC at Sukoharjo regency in 2011.
In accordance with the objectives of the research, the research uses descriptive qualitative research methods with a spatial approach. This research used the judgement sampling.Judgement sampling is used to select a sample of respondents to be interviewed about the quality of service of Primary Health Care. Data collection techniques using observation, interview and documentation. The analysis technique used is the analysis of primary data, secondary data and cross tables.
commit to user
vii
MOTTO
Salah satu penghargaan terhadap hidup kita adalah
dengan menghargai hidup orang lain
(Penulis)
Hidup bukan tentang seberapa besar kesalahanmu di masa lalu
tetapi bagaimana kamu memperbaiki diri dan kuat menjalani hari
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT
Karya ini saya persembahkan untuk:
Ayah dan Ibu atas segala doa dan kasih sayangnya
Mbak Dedet, Mas Wi dan Dek Lintang yang memberikan semangat
Yunus Aris Wibowo yang memberikan dorongan, bantuan dan motivasi
Seluruh Sahabat Geografi 08
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh,
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
karunia, rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
lancar.
Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah
memberikan ijin penelitian
2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret yang telah memberikan ijin penelitian
3. Bapak Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
sekaligus Pembimbing Akademis
4. Bapak Drs. Djoko Subandriyo, M. Pd selaku Pelaksana Tugas Ketua
Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
5. Bapak Setya Nugraha, S.Si, M. Si, selaku Pembaimbing I yang telah
membimbing, mengarahkan dan memberikan motivasi kepada penulis
6. Ibu Rita Noviani, S.Si, M.Sc, selaku Pembimbing II yang dengan sabar
membimbing dan memberikan motivasi serta mengarahkan pemikiran
penulis
7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan
ilmu selama menempuh studi
8. BAPEDA Kabupaten Sukoharjo, Kesbanglinmas, Dinas Kesehatan, BPS
Kabupaten Sukoharjo, Puskesmas dan Puskesmas Pembantu atas ijin dan
commit to user
x
9. Yunus Aris Wibowo dan Probo Cahyono yang telah membantu dalam
penelitian
10.Rekan-rekan Geografi 08, teman-teman kost Puspa Asri, teman-teman kost
Green House, jama’ah masjid Baiturridho selaku Pembimbing Spiritual
11.Semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini
Menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, maka dengan segala kerendahan hati mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
Surakarta, Desember 2012 Penulis
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN ABSTRAK ... v
HALAMAN ABSTRACT ... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN... viii
HALAMAN KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR PETA ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka... 9
1. Pendekatan Keruangan (Spatial Analysis) ... 9
2. Persebaran Fasilitas Kesehatan ... 10
3. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama... 13
B. Penelitian yang Relevan ... 22
commit to user
xii BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian ... 28
B. Waktu Penelitian ... 28
C. Pendekatan Penelitian ... 29
D. Sumber Data Penelitian ... 29
1. Data Primer ... 29
2. Data Sekunder ... 30
E. Teknik Pengumpulan Data ... 31
1. Observasi ... 31
2. Wawancara ... 32
3. Dokumentasi ... 32
F. Populasi dan Sampel ... 33
G. Teknik Analisis Data ... 34
1. Persebaran Fasilitas Kesehatan ... 34
2. Kualitas Pelayanan Fasilitas Kesehatan ... 36
3. Tingkat Kunjungan Pasien ... 44
4. Tingkat Aksesibilitas ... 45
5. Tingkat Kecukupan Fasilitas Kesehatan ... 50
H. Prosedur Penelitian... 52
1. Persiapan dan Penyusunan Proposal ... 52
2. Penyusunan Instrumen Penelitian ... 52
3. Pengumpulan Data ... 52
4. Pengolahan dan Analisis Data ... 53
5. Penyusunan Laporan ... 53
BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Penelitian ... 55
1. Letak ... 55
2. Luas dan Batas Daerah Penelitian ... 55
3. Topografi ... 58
4. Penduduk ... 59
commit to user
xiii
B. Hasil Penelitian ... 70
1. Persebaran Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 ... 70
2. Kualitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 ... 88
3. Tingkat Kunjungan Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 ... 100
4. Tingkat Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 ... 113
5. Tingkat Kecukupan Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 ... 139
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 144
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 173
B. Implikasi ... 175
C. Saran ... 176
DAFTAR PUSTAKA ... 177
LAMPIRAN ... 179
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2010... 3
Tabel 2. Hasil Penelitian Yang Relefan ... 22
Tabel 3. Waktu Penelitian ... 28
Tabel 4. Jenis Data Primer ... 30
Tabel 5. Klasifikasi Kualitas Puskesmas ... 41
Tabel 6. Klasifikasi Kualitas Puskesmas Pembantu ... 42
Tabel 7. Pedoman Skor Aksesibilitas Menuju Fasilitas Kesehatan ... 46
Tabel 8. Jumlah Skor dan Kelas Aksesibilitas Menuju Fasilitas Kesehatan ... 47
Tabel 9. Pedoman Skoring Sarana Kesehatan... 48
Tabel 10. Kriteria Penilaian Unsure-Unsure Aksesibilitas ... 48
Tabel 11. Simbol Tingkat Aksesibilitas Fasilitas Kesehatan ... 50
Tabel 12. Jenis Fasilitas Kesehatan dan Jumlah Maksimum Penduduk ... 50
Tabel 13. Tingkat Kecukupan Fasilitas Kesehatan ... 51
Tabel 14. Administrasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 ... 56
Tabel 15. Klasifikasi Kemiringan Lereng ... 58
Tabel 16. Klasifikasi Kemiringan Lereng Kabupaten Sukoharjo ... 59
Tabel 17. Jumlah Penduduk Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 ... 60
Tabel 18. Kepadatan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011... 61
Tabel 19. Kelas Kepadatan Penduduk ... 63
Tabel 20. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 66
Tabel 21. Komposisi Penduduk Menurut Umur ... 67
Tabel 22. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 ... 69
Tabel 23. Persebaran Puskesmas di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 ... 70
commit to user
xv
Tabel 25. Jumlah Puskesmas dan Puskesmas Pembantu per
Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 ... 72
Tabel 26. Skor Aksesibilitas Per Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo ... 76
Tabel 27. Jumlah Penduduk Dan Kapasitas Primary Health Care Di Kabupeten Sukoharjo Tahun 2011 ... 77
Tabel 28. Perhitungan 𝐷𝑗𝑑𝑖𝑗−𝑏 ... 78
Tabel 29. Rekapitulasi Iterasi Primary Heath Care... 80
Tabel 30. Perhitungan Probabilitas Menuju Primary Heath Care ... 81
Tabel 31. Prediksi Gerakan Penduduk Dalam Mendatangi Primary Heath Care ... 83
Tabel 32. Rentangan Interaksi... 85
Tabel 33. Klasifikasi Interaksi Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama ... 85
Tabel 34. Rekapitulasi Hasil Tabulasi Wawancara Puskesmas ... 89
Tabel 35. Kualitas Puskesmas di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 ... 91
Tabel 36. Rekapitulasi Hasil Tabulasi Wawancara Puskesmas Pembantu . 92 Tabel 37. Kualitas Puskesmas Pembantu di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 ... 95
Tabel 38. Rekapitulasi Jumlah Kunjungan Pasien berdasarkan Golongan Jenis Pasien ... 101
Tabel 39. Jumlah Kunjungan Pasien berdasarkan Golongan Jenis Pasien di Puskesmas Kabupaten Sukoharjo ... 102
Tabel 40. Klasifikasi Tingkat Kunjungan Puskesmas... 103
Tabel 41. Klasifikasi Jumlah Kunjungan Pasien Puskesmas di Kabupaten Sukoharjo Tehun 2011 ... 104
Tabel 42. Jumlah Kunjungan Pasien berdasarkan Golongan Jenis Pasien .. 106
Tabel 43. Jumlah Kunjungan Pasien berdasarkan Golongan Jenis Pasien di Puskesmas Pembantu Kabupaten Sukoharjo ... 107
Tabel 44. Klasifikasi Tingkat Kunjungan Puskesmas Pembantu... 110
commit to user
xvi
Tabel 46. Data Jangkauan Pelayanan Puskesmas di Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2011... 114
Tabel 47. Keterjangkauan Puskesmas di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011... 117
Tabel 48. Rekapitulasi Jangkauan Puskesmas Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011... 119
Tabel 49. Data Jangkauan Pelayanan Puskesmas Pembantu Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 ... 120
Tabel 50. Keterjangkauan Puskesmas Pembantu di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 ... 123
Tabel 51. Jangkauan Puskesmas Pembantu Pembantu Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011... 125
Tabel 52. Jumlah skor Sarana Kesehatan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 ... 127
Tabel 53. Skor Aksesibilitas per Kecamatan ... 128
Tabel 54. Perhitungan Tingkat Aksesibilitas Per Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 ... 131
Tabel 55. Klasifikasi Tingkat Aksesibilitas ... 134
Tabel 56. Tingkat Aksesibilitas per Kecamatan ... 134
Tabel 57. Jenis fasilitas kesehatan dan jumlah maksimum penduduk ... 139
Tabel 58. Tingkat Kecukupan Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (Primary Health Care) Tahun 2011 ... 141
commit to user
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berfikir ... 27
Gambar 2. Diagram Alur Penelitian... 54
Gambar 3. Grafik Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kabupaten
Sukoharjo Tahun 2011... 60
Gambar 3. Grafik Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kabupaten
Sukoharjo ... 62
Gambar 4. Diagram Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Sukoharjo
commit to user
xviii
DAFTAR PETA
Peta 1. Administrasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 ... 57
Peta 2. Kepadatan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 ... 64
Peta 3. Sebaran Primary Health Care di Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2011 ... 74
Peta 4. Interaksi Primary Health Care di Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2011 ... 87
Peta 5. Kualitas Kualitas Puskesmas di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011.. 98
Peta 6. Kualitas Kualitas Puskesmas Pembantu di Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2011 ... 99
Peta 7. Tingkat Aksesibilitas Puskesmas di Kabupaten Sukoharjo Tahun
2011 ... 136
Peta 8. Tingkat Aksesibilitas Puskesmas Pembantu di Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2011 ... 137
Peta 9. Tingkat Aksesibilitas Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2011 ... 138
Peta 10. Tingkat Kecukupan Primary Health Care di Kabupaten Sukoharjo
commit to user
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Iterasai Primary Heath Care
Lampiran 2. Perhitungan Probabilitas PHC
Lampiran 3. Perhitungan Jumlah Perjalanan (trip) PH
Lampiran 4. Kualitas Primary Heath di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011
Lampiran 5. Tingkat Kunjungan Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011
Lampiran 6. Foto Persebaran Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Lampiran 7. Kuisioner
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini kesehatan menjadi sebuah kebutuhan primer. Kesembuhan dari
penyakit bukan lagi jadi hal utama dalam pelayanan kesehatan namun satu hal
yang dikehendaki masyarakat sekarang ini adalah meningkatnya kualitas hidup
bahkan untuk orang-orang yang sehat sekalipun. Berdasarkan World Health
Organization (WHO) rangking, tingkat kesehatan Indonesia berada pada rangking
92 dari 190 negara di dunia pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa
Indonesia masih jauh dari negara yang memiliki tingkat kesehatan yang tinggi, hal
ini menjadi salah satu hambatan bagi Bangsa Indonesia untuk menciptakan
sumberdaya manusia yang memiliki kualitas yang tinggi. Untuk mendukung
upaya peningkatan sumberdaya manusia yang berkualitas tinggi tersebut
diperlukan pembangunan akan fasilitas kesehatan.
Pembangunan fasilitas kesehatan diharapkan dapat merata untuk
masing-masing daerah. Adapun jenis fasilitas kesehatan beraneka ragam sesuai dengan
gradasi penyakit.
Menurut Notoatmodjo (2003 : 90), kesehatan merupakan suatu hal yang
kontinum dimulai dari sehat walafiat sampai dengan sakit parah, kesehatan
seseorang berada dalam bentangan tersebut. Demikian pula dengan sakit, sakit
juga mempunyai tingkatan atau gradasi yaitu sakit ringan (mild), sakit sedang
(moderate) dan sakit parah (servere). Tiga gradasi penyakit ini menuntut bentuk
fasilitas pelayanan kesehatan yang berbeda pula. Untuk penyakit ringan tidak
memerlukan peralatan yang canggih. Namun, sebaliknya untuk penyakit yang
sudah parah tidak cukup hanya dengan pelayanan yang sederhana, melainkan
memerlukan pelayanan yang sangat spesifik. Menurut Notoatmodjo (2003 : 90)
untuk menangani gradasi penyakit diperlukan pula pelayanan yang berbeda juga
commit to user
a. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (Primary Health Care)
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan
dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau
promosi kesehatan. Oleh karena jumlah kelompok ini di dalam suatu populasi
sangat besar (lebih kurang 85%), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok
ini bersifat pelayanan kesehatan primer atau utama (primary health care).
Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah Puskesmas, Puskesmas Pembantu,
Puskesmas Keliling, Praktek Dokter dan PKD/Polindes.
b. Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua (Secondary Health Servise)
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang
memerlukan perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan
kesehatan primer. Bentuk pelayanan ini misalnya Rumah Sakit tipe C dan D,
dan memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis.
c. Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga (Tertiary Health Services)
Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien
yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder.
Pelayanan sudah komplek dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis.
Contoh di Indonesia adalah Rumah Sakit tipe A dan B.
Jenis-jenis pelayanan kesehatan di atas sangat dibutuhkan oleh
masyarakat. Pembangunan fasililitas kesehatan perlu mendapat perhatian khusus
baik dari pemerintah maupun mayarakat dikarenakan pembangunan fasilitas
kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu
hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan Undang-Undang Dasar
1945 Pasal 28 H ayat (1) dan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
Permasalahan utama pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini antara
lain adalah masih tingginya disparitas status kesehatan antartingkat sosial
ekonomi, antarkawasan, dan antara perkotaan dengan perdesaan. Secara umum
status kesehatan penduduk dengan tingkat sosial ekonomi tinggi di kawasan barat
commit to user
kesehatan penduduk dengan sosial ekonomi rendah di kawasan timur Indonesia
dan di daerah pedesaan masih tertinggal.
Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di
Provinsi Jawa Tengah dan merupakan salah satu kabupaten di lingkungan
Karisedenan Surakartayang berbatasan langsung dengan 6 kabupaten/kota. Jumlah
penduduk di Kabupaten Sukoharjo cukup banyak pada tahun 2011 yaitu 851.157
jiwa dengan kepadatan penduduk 1.824 jiwa/Km². Kabupaten Sukoharjo
merupakan wilayah yang dekat dengan Kota Surakarta dimana Kota Surakarta
merupakan pusat dari berbagai aspek seperti kebudayaan, wisata dan industri di
Provinsi Jawa Tengah. Untuk menuju Kota Surakarta kelima kabupaten tersebut
harus melewati Kabupaten Sukoharjo. Selain itu Kabupaten Sukoharjo merupakan
kabupaten yang saat ini masih berkembang dimana Kota Surakarta menjadi
kiblatnya. Banyaknya penduduk baik yang menetap, nomaden atau bagi para
commuter sangat membutuhkan fasilitas kesehatan, namun sangat disayangkan
bahwa fasilitas kesehatan di Kabupaten Sukoharjo belum merata. Tidak
meratanya fasilitas di Kabupaten Sukoharjo dapat diketahui berdasarkan hasil
survey Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo yang terangkum dalam
Sukoharjo dalam Angka Tahun 2011.
Tabel 1. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010
No Kecamatan Rumah Sakit Puskesmas Pustu Rmh Bersalin BPS Apotek
Sumber : Sukoharjo dalam Angka Tahun 2011
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa fasilitas kesehatan di Kabupaten
Sukoharjo belum merata. Di Kecamatan Bulu yang merupakan kecamatan jauh
commit to user
Swasta dan 2 Apotik . Apabila dibandingkan dengan kecamatan yang dekat
dengan kota seperti Kecamatan Kartasura jumlah perbandingan antara fasilitas
kesehatan di Kecamatan Bulu dengan Kecamatan Kartasura cukup jauh.
Permasalah pembangunan kesehatan seperti yang disebutkan di atas terbukti pula
di Kabupaten Sukoharjo. Adanya masalah tersebut perlu adanya penelitian
mengenai persebaran fasilitas kesehatan di Kabupaten Sukoharjo.
Perbandingan antara jumlah fasilitas kesehatan terhadap jumlah penduduk
di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2011 menunjukkan bahwa kebutuhan
masyarakat di Kabupaten Sukoharjo akan fasilitas kesehatan masih jauh dari
cukup dan belum merata. Untuk mengatasi ketidak cukupan dan ketidak merataan
akan fasilitas kesehatan tersebut maka diperlukan penelitian terhadap persebaran
fasilitas kesehatan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011.
Untuk mengetahui persebaran fasilitas kesehatan di Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2011 perlu dikaji mengenai kualitas fasilitas kesehatan di Kabupaten
Sukoharjo. Hal ini dikarenakan apabila fasilitas kesehatan memiliki kualitas yang
baik dapat menjadi daya tarik untuk masyarakat Kabupaten Sukoharjo berobat di
fasilitas kesehatan yang berada di wilayahnya sendiri. Selain kualitas perlu juga
diketahui mengenai jumlah kunjungan pasien, aksesibilitas menuju fasilitas
kesehatan dan tingkat kecukupan fasilitas di Kabupaten Sukoharjo dalam
menangani masyarakat.
Dari ketiga jenis pelayanan kesehatan Menurut Notoatmodjo ( 2003 : 90 ),
penelitian ini dibatasi pada fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan diagnostik maupun terapi yang merupakan Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama (Primary Health Care). Adapun pelayanan kesehatan
dalam penelitian dikhususkan lagi dan terdiri dari Puskesmas dan Puskesmas
Pembantu. Hal ini dikarenakan pada fasilitas kesehatan ini selalu dikunjungi
masyarakat dan menjadi rujukan pertama bagi masyarakat umum apabila
mengalami sakit karena pada setiap kecamatan pasti terdapat Puskesmas dan
Puskesmas Pembantu.
Persebaran Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama di Kabupaten Sukoharjo
commit to user
Sukoharjo. Meratanya persebaran Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama tidak
diimbangi dengan tingkat aksesibilitas menuju masing-masing sarana kesehatan.
Lokasi yang strategis dan memiliki aksesibilitas yang baik akan mendukung
kinerja dan kualitas dari Pelayanan Kesehatan Tingkat di Kabupaten Sukoharjo.
Sebagian masyarakat di Kabupaten Sukoharjo beranggapan bahwa kualitas
fasilitas kesehatan di Kabupaten Sukoharjo masih rendah sehingga mereka lebih
memilih untuk berobat di Kota Surakarta yang dianggap masyarakat mampu
mengatasi segala penyakit dan memiliki kualitas yang sangat baik.
Fasilitas kesehatan yang memiliki kualitas baik akan menarik pasien untuk
berobat di fasilitas tersebut. Rendahnya kualitas di beberapa fasilitas kesehatan
Kabupaten Sukoharjo mendorong masyarakat untuk memilih fasilitas kesehatan
yang memiliki kualitas yang baik. Kualitas merupakan daya tarik yang sangat
besar bagi pasien yang akan berobat sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas
dari Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama di Kabupaten Sukohajo berpengaruh
besar terhadap tingkat kunjungan pasien.
Aksesibilitas menuju fasilitas kesehatan merupakan faktor yang sangat
penting dalam memilih fasilitas kesehatan. di Kabupaten Sukoharjo terdapat
beberapa kecamatan yang minim terdapat angkutan atau kendaraan umum. Untuk
Kecamatan Bulu, Weru dan Nguter di Kebupaten Sukoharjo aksesibilitas menuju
fasilitas kesehatan yang disediakan oleh pemerintah cukup sulit, apalagi bagi
masyarakat yang bertempat tinggal di perbatasan kota atau kabupaten. Beberapa
wilayah di Kabupaten Sukoharjo masih memiliki aksesibilitas yang buruk. Untuk
menuju pelayanan fasilitas kesehatan harus menempuh waktu yang cukup lama.
Faktor jarak, kondisi jalan dan angkutan umum yang hanya melintas di
daerah-daerah yang memiliki topografi yang datar menjadikan kendala bagi masyarakat
yang bertempat tinggal di daerah tersebut. Hal ini mengakibatkan kendala bagi
Kabupaten Sukoharjo untuk menciptakan masyarakat yang sehat.
Menciptakan masyarakat Kabupaten Sukoharjo yang sehat selain dilihat
dari aksesibilitas menuju fasilitas kesehatan juga dilihat dari tingkat ketercukupan
fasilitas-fasilitas kesehatan di Kabupaten Sukoharjo dalam melayani masyarakat.
commit to user
Sukoharjo dengan fasilitas kesehatan dapat dikatakan fasilitas tersebut belum
dapat mencukupi permintaan penduduk akan pelayanan fasilitas kesehatan
khususnya untuk Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama yang berupa Puskesmas
dan Puskesmas Pembantu yang merupakan dasar dari pelayanan kesehatan.
Penelitian tentang kesehatan yang dikaji berdasarkan aspek keruangan ini
ditujukan untuk menghasilkan informasi kesehatan untuk mendukung
pembangunan kesehatan di Kabupaten Sukoharjo. Penelitian tentang kesehatan
sangat diperlukan bagi masyarakat, dengan adanya informasi yang dihasilkan
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menambah atau mengurangi
serta memperbaiki fasilitas kesehatan agar menjadi fasilitas kesehatan yang
memiliki kualitas yang cukup baik. Terciptanya fasilitas kesehatan yang
memeiliki kualitas yang baik akan menghasilkan penduduk yang sehat sehingga
dapat terciptanya Sumberdaya Manusia (SDM) yang baik.
Menurut Bintarto dan Surastopo (1979 :55), apabila akan menyajikan data
yang menunjukkan distribusi keruangan atau lokasi dan mengenai sifat-sifat
penting maka hendaknya informasi tersebut ditunjukkan dalam bentuk peta,
karena melalui peta dapat di sampaikan informasi keruangan atau lokasi
penyebaran, macam, serta nilai data secara tepat dan jelas untuk mengetahui
perubahan bentuk penggunaan lahan juga tidak dapat lepas dari peta.
Berdasarkan konteks permasalahan tersebut dan pentingnya arti kesehatan
bagi semua masyarakat hal ini menjadi ketertarikan tersendiri bagi penulis untuk
melakukan penelitian di daerah tersebut dengan judul “PERSEBARAN
PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DI KABUPATEN
SUKOHARJO TAHUN 2011”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana persebaran Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama di Kabupaten
commit to user
2. Bagaimana kualitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama di Kabupaten
Sukoharjo tahun 2011?
3. Bagaimana tingkat kunjungan Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama di
Kabupaten Sukoharjo tahun 2011?
4. Bagaimana tingkat aksesibilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama di
Kabupaten Sukoharjo tahun 2011?
5. Bagaimana tingkat kecukupan Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama di
Kabupaten Sukoharjo tahun 2011?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dapat diketahui bahwa tujuan penelitian ini
adalah untuk:
1. Mengetahui persebaran Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama di Kabupaten
Sukoharjo tahun 2011
2. Mengetahui kualitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama di Kabupaten
Sukoharjo tahun 2011
3. Mengetahui tingkat kunjungan Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama di
Kabupaten Sukoharjo tahun 2011
4. Mengetahui tingkat aksesibilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama di
Kabupaten Sukoharjo tahun 2011
5. Mengetahui tingkat kecukupan Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama di
Kabupaten Sukoharjo tahun 2011
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat memberikan gambaran permasalahan yang nyata dalam bidang geografi
khususnya geografi sosial dan perencanaan wilayah serta ilmu pengetahuan
lain yang diperoleh di bangku kuliah yang berupa teori-teori dengan kenyataan
commit to user
b. Bagi pihak lain hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan
yang diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dan bahan
perbandingan untuk penelitian yang sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini merupakan sumbangan ilmu Geografi terhadap bidang lain yang
diharapkan dapat memberikan informasi mengenai persebaran, kualitas,
tingkat kunjungan pasien, aksesibilitas dan tingkat kecukupan Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011
b. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten
Sukoharjo dalam mengambil keputusan pennyediaan fasilitas kesehatan di
Kabupaten Sukoharjo dan tindakan lebih lanjut terhadap masalah kesehatan
baik masa sekarang maupun mendatang
c. Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam materi pembelajaran Geografi
kelas X dan pada kompetensi dasar “Menjelaskan Konsep Geografi” dan kelas XII pada kompetensi dasar “Kemampuan Menerapkan Sistem Informasi
commit to user
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pendekatan Keruangan (Spatial Analysis)
Bintarto dan Hadisumarno, dalam bukunya yang berjudul Metode Analisa
Geografi (1979 : 12) membagi pendekatan dalam geografi yang digunakan untuk
mengkaji atau mendekati masalah menjadi tiga, yaitu pendekatan analisa
keruangan (spatial analysis), analisa ekologi (ecological analysis), dan analisa
kompleks wilayah (regional complex analysis). Analisa keruangan mempelajari
perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting.
Analisis keruangan atau yang sering disebut juga analisis spasial pada
hakikatnya merupakan analisis lokasi yang menitik beratkan kepada tiga unsur
geografi yaitu jarak (distance), kaitan (interaction), dan gerakan (movement).
Analisis spasial mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting yang
merupakan suatu ciri khas dari suatu wilayah. Dalam analisa keruangan yang
harus diperhatikan adalah penyebaran penggunaan ruang yang telah ada,
penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang
dirancangkan.
Analisa keruangan ini dapat dikumpulkan data lokasi yang terdiri dari data
titik (point data) dan data bidang (areal data). Yang digolongkan ke dalam data
titik seperti data, ketinggian tempat, data sampel batuan, data sempel tanah, data
lokasi atau tempat fasilitas kesehatan dan lain sebagainya. Meskipun demikian
dari data titik dapat pula diperoleh data bidang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis keruangan dengan
menggunakan model gravitasi dan interaksi dalam ruang. Kajian mengenai
fasilitas kesehatan dapat dijadikan obyek penelitian geografi karena terdapat
hubungan pemikiran lokasi, jarak, kaitan dan gerakan penduduk dalam suatu
commit to user
2. Persebaran Fasilitas Kesehatan
Analisis keruangan merupakan analisis lokasi yang menitik beratkan pada
tiga unsur geografi yaitu jarak (distance), kaitan (interaction) dan gerakan
(movement). Analisis keruangan merupakan analisis yang mempelajari perbedaan
mengenai sifat penting atau seri sifat-sifat penting fenomena geografi. Ahli
geografi akan memikirkan faktor-faktor apakah yang menguasai pola penyebaran
dan bagaimana pola tersebut dapat diubah agar penyebarannya menjadi lebih
efisien dan lebih wajar.
Persebaran merupakan suatu proses, cara, perbuatan menyebar. Dalam
penelitian ini persebaran yang diteliti adalah persebaran mengenai fasilitas
kesehatan dimana fasilitas kesehatan yang diteliti adalah Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama (Primary Health Care) yang terdiri dari Puskesmas dan
Puskesmas Pembantu. Hasil mengenai penelitian persebaran pada umumnya akan
berkaitan dengan pola.
Pola tidak dapat dikaji secara deskriptif saja namun dapat dikaji secara
kuantitatif. Misalnya, pola pemukiman pemukiman seragam, random,
mengelompok dan lain sebagainya dapat diberi ukuran yang bersifat kuantitatif.
Dalam menganalisis pola pemukiman dapat dilakukan dari sudut keruangan.
Pendekatan tersebut dapat dapat disebut analisis tetangga-terdekat (
nearest-neighbour analysis). Analisis tetangga-terdekat memerlukan data tentang jarak
antara satu pemukiman dengan pemukiman yang paling dekat, setiap pemukiman
dianggap sebagai sebuah titik dalam ruang. Namun kelemahan menggunakan
analisis tetangga terdekat apabila analisis ini diterapkan di daerah penelitian yang
memiliki topografi yang beraneka ragam, hal ini dikarenakan analisis tetangga
terdekat hanya sesuai diterapkan pada daerah yang memeiliki topografi yang
datar, sehingga dalam penelitian mengenai Persebaran Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 tidak dapat menggunakan
metode analisis tetangga terdekat. Hal ini dikarenakan topografi di Kabupaten
Sukoharjo yang tidak datar, terdapat beberapa kecamatan yang memiliki topografi
yang bergelombang. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini menggunakan
commit to user
Model analisis gravitasi adalah model yang paling banyak digunakan
untuk melihat besarnya daya tarik dari suatu potensi yang berada pada suatu
lokasi. Model ini sering digunakan untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan
besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut. Dalam perencanaan wilayah,
model ini sering dijadikan alat untuk melihat apakah lokasi berbagai fasilitas
umum telah berada pada tempat yang benar. Selain itu, apabila kita ingin
membangun suatu fasilitas yang baru maka model ini dapat digunakan untuk
menentukan lokasi yang optimal. Pada lokasi yang optimal, fasilitas itu akan
digunakan sesuai dengan kapasitasnya. Model grafitasi berfungsi ganda, yaitu
sebagai teori lokasi dan sebagai alat dalam perencanaan. Berbeda dengan teori
lokasi lain yang diturunkan secara deduktif maka model grafitasi dikembangkan
dari hasil pengamatan di lapangan.
Pada abad ke-19, Carey dan Ravebstein dalam Tarigan (2010 : 104)
menyatakan bahwa jumlah migrasi masuk ke suatu kota sangat terkait dengan
besarnya kota tersebut dan jauhnya tempat asal migran tersebut. Barulah pada
abad ke-20, John Q.Stewart dan kelompoknya pada Scool of Sosial Physics
menerapkan secara sistematik model gravitasi untuk menganalisis interaksi sosial
dan ekonomi.
Misalnya terdapat dua kota (kota A dan kota B) yang berdekatan, hendak
diketahui berapa interaksi yang terjadi antara kedua kota tersebut. Interaksi bisa
saja diukur dari banyaknya perjalanan (trip) dari penduduk kota A ke kota B atau
sebalikanya. Faktor apakah yang menentukan besarnya interaksi tersebut? Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa interaksi itu ditentukan oleh beberapa faktor di
mana faktor pertama adalah besarnya kedua kota tersebut. Timbul persoalan apa
ukuran yang digunakan untuk menentukan besarnya sebuah kota. Sebuah kota
dapat diukur dari jumlah penduduk, banyaknya lapangan pekerjaan, total
pendapatan (nilai tambah), jumlah luas bangunan, banyaknya fasilitas kepentingan
umum dan lain-lain. Mungkin karena mudah mendapatkan datanya maka ukuran
yang sering digunakan adalah jumlah penduduk. Penggunaan jumlah penduduk
sebagai alat ukur bukanlah tanpa alasan karena jumlah penduduk sangat terkait
commit to user
yang mempengaruhi interaksi adalah jarak antara kota A dan kota B. Jarak
mempengaruhi keinginan orang untuk bepergian karena untuk menempuh jarak
tersebut diperlukan waktu, tenaga dan biaya. Makin jauh jarak yang memisahkan
kedua lokasi, makin rendah keinginan orang untuk bepergian. Selain dalam hal
jarak, orang mengamati bahwa minat orang bepergian menurun derastis apabila
jarak itu semakin jauh, artinya penurunan minat itu tidak proporsional dengan
bertambah jarak, melainkan eksponensial. Adapun rumus analisis model grafitasi
secara umum sebagai berikut :
Keterangan :
𝐼𝑖𝑗 = Jumlah trip antara kota i dengan kota j
𝑃𝑖 = Penduduk kota i
𝑃𝑗 = Penduduk kota j
𝑑𝑖𝑗 = Jarak antara kota I dengan kota j
b = Pangkat dari 𝑑𝑖𝑗, menggambarkan cepatnya jumlah trip menurun seiring dengan pertambahan jarak. Nilai b dapat dihitung tetapi apabila tidak maka yang sering digunakan b = 2
k = Sebuah bilangan konstanta berdasarkan pengalaman, juga dapat dihitung seperti b
Penerapan model grafitasi keruangan berguna untuk analisis perencanaan
bangunan fasilitas dan pelayanan sosial seperti pusat perbelanjaan, pasar, tempat
rekreasi, pelayanan kesehatan, sekolah dan sebagainya.
Esward Ullman menjelaskan 3 faktor yang mempengaruhi interaksi
keruangan, yaitu :
1) Wilayah yang saling melengkapi (regional complementary)
2) Kesempatan berintervensi (intervening opportunity)
3) Pemindahan dalam ruang (spatial transferability)
Regional complementary adalah kondisi dua wilayah yang menunjukkan
adanya kemampuan sumberdayanya yang satu surplus yang satu minus.
Intervening opportunity menunjukkan adanya kemungkinan perantara yang dapat
commit to user
menghambat terjadinya interaksi antara dua wilayah (perdagangan, kemajuan
komunikasi, kebijaksanaan khusus). Spatial transferability kemudahan transfer
dalam ruang, yaitu fungsi, jarak yang diukur dalam biaya dan waktu.
Mempelajari persebaran tidak tidak hanya pola saja yang dipelajari dan
diteliti namun juga dapat mempelajari mengenai interaksi berdasarkan pada
interpretasi peluang (probabilility), dengan asumsi bahwa berdasarkan hasil
penelitian mengenai persebaran fasilitas kesehatan seorang individu mempunyai
pilihan untuk pergi menuju fasilitas kesehatan dengan melihat jarak antara satu
fasilitas kesehatan dengan fasilitas kesehatan yang lain.
Interaksi merupakan dalam teori himpunan terdiri dari beberapa anggota
dimana msing-masing anggota memiliki daya tarik terhadap anggota yang
lainnya. Dalam interaksi terdapat unsur daya tarik yang terdapat di suatu sub
wilayah dan kemudahan mencapai wilayah tersebut. Daya tarik suatu wilayah
adalah jumlah fasilitas kesehatan, sedangkan kemudahan untuk mencapai wilayah
tersebut dipengaruhi oleh jarak, kondisi jalan dan angkutan umum.
3. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 1948
tertulis bahwa “Health Is A Fundamental Human Right” yang mengandung suatu kewajiban untuk menyehatkan yang sakit dan mempertahankan yang sehat. Hal
ini melandasi suatu pemikiran, bahwa “Sehat sebagai hak asasi manusia dan Sehat sebagai investasi”. Di Indonesia Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan melalui pasal 28 H ayat (1) : “Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mandapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Nomor 262 tahun 2009 pasal 1
ayat 3 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Fisikawan Medis dan Angka
Kreditnya, “Fasilitas kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
commit to user
Pelayanan Kesehatan tingkat Pertama (Primary Health Care) menurut
Notoatmodjo (2003 : 90) merupakan pelayanan kesehatan yang diperlukan untuk
masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan
kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Oleh karena jumlah kelompok ini di
dalam suatu populasi sangat besar (lebih kurang 85%), pelayanan yang diperlukan
oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan primer atau utama (Primary
Health Care). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah Puskesmas, Puskesmas
Pembantu, Puskesmas Keliling, Praktek Dokter dan PKD/Polindes. Sedangkan
Pelayanan Kesehatn Tingkat Pertama berdasarkan Undang-Undang No 36 Tahun
2009 Pasal 30 Ayat 2 adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas
pelayanan kesehatan dasar.
Fasilitas kesehatan yang akan diteliti termasuk dalam Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama yang dikhususkan menjadi Puskesmas dan Puskesmas
Pembantu. Adapun alasan menggunakan kedua fasilitas kesehatan tersebut
dikarenakan pada kedua fasilitas tersebut merupakan fasilitas yang pasti ada di
setiap kecamatan, selain itu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu merupakan
salah satu dari Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama yang menjadi basic health
bagi masyarakat. Puskesmas dan Puskesmas Pembantu selalu dituju pertama kali
oleh masyarakat karena pasti ada di setiap kecamatan.
Adapun penjelasan dari masing-masing fasilitas kesehatan dalam
penelitian ini adalah :
a. Puskesmas
Puskesmas menurut pedoman kerja Puskesmas tahun 1991/1992
didefinisikan sebagai berikut “Puskesmas adalah seuatu kesatuan organisasi kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh
dan terintegrasi kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu dalam
usaha-usaha kesehatan pokok”.
Pada tahun 1968 dalam rapat kerja nasional dicetuskan bahwa
Puskesmas merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu yang kemudian
dikembangkan oleh pemerintah (Departemen Kesehatan) menjadi Pusat
commit to user
suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan
preventif secara menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja
kecamatan atau sebagian kecamatan di kota madya atau kabupaten
(Notoatmojo, 2003 :9).
b. Puskesmas Pembantu
Puskesmas dalam mencapai cakupan pelayanan yang merata maka ia
ditunjang oleh fasilitas kesehatan lain termasuk Puskesmas Pembantu. Secara
teknis Puskesmas Pembantu berada di bawah pengawasan dan peraturan
Puskesmas, wilayah kerja Puskesmas Pembantu adalah kelurahan.
Penelitian ini hanya ditujukan untuk Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama yang berupa Puskesmas dan Puskesmas Pembantu. Dalam membahas
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama dalam penelitian ini akan dikaji mengenai
persebaran dengan metode grafitasi, kualitas, tingkat kunjungan pasien,
aksesibilitas dan kecukupan fasilitas kesehatan.
a. Persebaran
Persebaran Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama menggunakan
sebuah pendekatan keruangan dengan penerapan metode model grafitasi.
Penerapan metode dengan menggunakan model grafitasi ini pada umumnya
digunakan di daerah yang memiliki topografi yang tidak datar.
b. Kualitas
Kualitas dari Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama menjadi perhatian
bagi masyarakat dalam memilih fasilitas kesehatan yang akan di datangi.
Kualitas pelayanan adalah kegiatan pelayanan yang diberikan oleh
penyelenggara pelayanan publik yang mampu memenuhi harapan, keinginan,
dan kebutuhan serta mampu memberikan kepuasan kepada masyarakat luas.
Semakin kritisnya masyarakat saat ini terhadap pelayanan kesehatan yang
diterima dan semakin ketatnya persaingan diera pasar bebas, menuntut banyak
hal dalam pelayanan kesehatan.
Tjiptono (2004) dalam Puspita (2009 : 15) menyatakan bahwa kualitas
commit to user
pelanggan. Hal ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukanlah
berdasarkan sudut pandang atau persepsi pihak penyedia jasa, melainkan
berdasarkan sudut pandang atau persepsi pelanggan. Pelangganlah yang
megkonsumsi dan menikmati jasa perusahaan, sehingga merekalah yang
seharusnya menentukan kualitas jasa.
Kualitas pelayanan kesehatan menunjuk pada tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan, disatu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap
pasien sesuai dengan tingkat kepuasan pada setiap pasien dan sesuai dengan
tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta dipihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode profesi yang telah
ditetapkan. Kualitas dalam pelayanan kesehatan bukan hanya ditinjau dari
sudut pandang aspek teknis medis yang berhubungan langsung antara
pelayanan medis dan pasien saja tetapi juga sistem pelayanan kesehatan secara
keseluruhan, termasuk menajemen administrasi, keuangan, peralatan dan
tenaga kesehatan lainnya.
Gronroos (2000) dalam Puspita ( 2009 : 18-20) memaparkan tiga
dimensi utama atau faktor yang dipergunakan konsumen dalam menilai
kualitas yaitu outcome-related (technical quality), process-related (functional
quality), dan image-related dimensions. Ketiga dimensi ini kemudian
dijabarkan yaitu sebagai berikut:
1) Professionalism and Skills, yaitu merupakan outcome related, dimana
pelanggan menganggap bahwa penyedia jasa, para karyawan, sistem
operasional, dan sumber daya fisiknya memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah pelanggan
secara profesional.
2) Attitudes and Behavior yaitu merupakan process related. Pelanggan
merasa bahwa karyawan dalam memberikan pelayanan selalu
memperhatikan mereka dan berusaha membantu memecahkan masalah
commit to user
3) Accessibility and Flexibility merupakan process related. Pelanggan merasa
bahwa penyediaan jasa, lokasi, jam kerja, karyawan dan sistem
operasionalnya dirancang dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga
pelanggan dapat mengaksesnya dengan mudah. Selain itu juga dirancang
dengan maksud agar dapat bersifat fleksibel dalam menyesuaikan
permintaan dan keinginan pelanggan.
4) Reliability and Trustworthiness merupakan process related. Pelanggan
meyakini bahwa apapun yang terjadi atau telah disepakati, mereka bisa
mengandalkan penyedia jasa, karyawan dan sistemnya dalam memenuhi
janji-janjinya dan bertindak demi kepentingan pelanggan.
5) Service recovery merupakan process related. Pelanggan meyakini bahwa
bila ada kesalahan atau bila terjadi sesuatu yang tidak diharapkan,
penyedia jasa akan segera dan secara aktif mengambil tindakan untuk
mengendalikan situasi dan menemukan solusi yang tepat.
6) Serviscape merupakan process related. Pelanggan merasa bahwa kondisi
fisik dan aspek lingkungan service encounter lainnya mendukung
pengalaman positif atas proses jasa.
7) Reputation and Credibility merupakan image related. Pelanggan meyakini
bahwa bisnis penyedia jasa dapat dipercaya.
Berdasarkan pada penjabaran di atas dapat diketahui bahwa terdapat 7
indikator dalam menilai kualitas fasilitas kesehatan khususnya dalam
penelitian ini adalah Pelayanan Kesehatan tingkat Pertama yang berupa
Puskesmas dan Puskesmas Pembantu.
c. Tingkat Kunjungan
Tingkat kunjungan pelayanan kesehatan yang dimaksud dalam
penenitian ini adalah tingkat (jumlah) kunjungan penduduk yang berkunjung
di fasilitas kesehatan dengan tujuan untuk berobat atau memeriksakan
kesehatan. Tingkat kunjungan pasien antara satu fasilitas kesehatan dengan
fasilitas kesehatan yang lain berbeda-beda. Hal ini pada umumnya dipengaruhi
commit to user
Tingkat kunjungan pasien dapat dilihat dari jumlah pasien yang
berobat dalam kurun waktu satu tahun. Tingkat kunjungan pasien dapat
diketahui melalui administrasi dalam suatu fasilitas kesehatan. Pada umumnya
apabila suatu fasilitas kesehatan itu memiliki predikat yang baik maka
otomatis pada fasilitas tersebut memiliki tigkat kunjungan pasien yang tinggi.
Berbeda dengan fasilitas kesehatan yang memiliki predikat kualitas kesehatan
yang buruk, pada umumnya fasilitas kesehatan yang memiliki predikat
kualitas yang buruk maka tingkat kunjungan pasien pada fasilitas kesehatan
tersebut akan rendah.
d. Aksesibilitas
Aksesibilitas merupakan faktor utama dalam memilih fasilitas
kesehatan yang akan didatangi. Untuk memperoleh kemudahan dalam
melakukan pergerakan, diperlukan jaringan jalan dan transportasi yang baik.
Konsep yang mendasari tataguna lahan dan transportasi adalah aksesibilitas.
Dalam konteks yang lebih jelas ditetapkan lahan oleh Khisty dan Lall (2005 :
88) bahwa “aksesibilitas adalah kemudahan melakukan pergerakan dari
tempat yang satu ke tempat yang lain”.
Tingkat aksesibilitas adalah kemudahan mencapai kota tersebut dari
kota atau wilayah lain yang berdekatan, atau bisa juga dilihat dari sudut
kemudahan mencapai wilayah lain yang berdekatan bagi masyarakat yang
tinggal di kota tersebut. Ada berbagai unsur yang mempengaruhi tingkat
aksesibilitas, misalnya: kondisi jalan, jenis alat angkutan yang tersedia,
frekuensi keberangkatan dan jarak. (Tarigan, 2009 : 140). Untuk
menyederhanakan penelitian, maka unsur yang dipakai dibatasi yaitu jarak,
jalan dan angkutan umum.
1) Jarak
Keterkaitan antar kota sebagai pusat penyedia jasa pelayanan
terhadap wilayah sekitarnya atau wilayah pelayanannya dapat diukur dari
seberapa jauh jaraknya terhadap wilayah sekitar pusat pelayanan tersebut
commit to user
adalah pelayanan kesehatan. Jadi akan diteliti seberapa jauh pusat
pelayanan menjangkau daerah di sekitarnya.
Jarak dianggap sebagai faktor penghambat dalam mencapai suatu
tempat. Orang perlu mengorbankan waktu, tenaga, dan biaya untuk
mengatasi hambatan jarak. Semakin dekat suatu tempat dengan lokasi
fasilitas kesehatan, maka semakin mudah orang untuk menjangkaunya.
2) Jalan
Jaringan transportasi yang dominan berupa jaringan transportasi
jalan. Berdasarkan Undang-Undang No 38 tahun 2004 pasal I ayat 4,
“Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, diatas
permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.
Jalan dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa faktor. Pada
penelitian ini akan digunakan kelas jalan umum berdasarkan fungsinya.
Berdasarkan Undang-Undang No 38 tahun 2004 pasal 6 ayat 1, “Jalan
umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. Jalan
umum dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status dan kelas.
Berdasarkan Undang-Undang No 38 tahun 2008 pasal 8, jalan umum
menurut fungsi peranannya dapat dibedakan menjadi:
a) Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan
jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien
b) Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak
sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi
c) Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata
commit to user
d) Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dengan dan
kecepatan rata-rata rendah
3) Angkutan Umum
Menurut Munawar (2005 : 45) Angkutan dapat didefinisikan sebagai
pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan kendaraan, sedangkan kendaraan umum adalah setiap
kendaraan bermotor yang digunakan untuk umum dengan dipungut bayaran.
Kendaraan umum dapat berupa mobil penumpang, bus kecil, bus sedang
dan bus besar. Mobil penumpang yang digunakan untuk mengangkut
penumpang umum disebut dengan mobil penumpang umum (MPU).
(Munawar, 2005 : 45)
Tingkat aksesibilitas masing-masing kecamatan dapat diketahui
dengan mengetahui indeks aksesibilitasnya. Secara umum, menurut Tarigan
(2010 : 156) indeks aksesibilitas adalah adanya unsur daya tarik yang terdapat
di suatu sub wilayah dan kemudahan untuk mencapai wilayah tersebut. Daya
tarik suatu wilayah adalah jumlah fasilitas kesehatan, sedangkan kemudahan
untuk mencapai wilayah tersebut dipengaruhi oleh jarak, kondisi jalan dan
angkutan umum. Angkutan umum dipilih sebagai salah satu faktor dalam
aksesibilitas karena dengan adanya angkutan umum yang melintas di fasilitas
kesehatan dapat menandakan bahwa fasilitas tersebut mudah dijangkau oleh
masyarakat tanpa perlu menggunakan kendaraan pribadi, dengan demikian
dalam penelitian ini mengabaikan kepemilikan kendaraan pribadi. Accesibility
indeks dihitung dengan rumus (Lee, 1993 : 72), yaitu:
Keterangan :
𝐴𝑖𝑗 = Accesebility Indeks daerah I terhadap daerah j
𝐸𝑗 = Total lapangan kerja (Employment) di daerah j
𝑑𝑖𝑗 = Jarak antara i dan j
𝑏 = Pangkat dari 𝑑𝑖𝑗
commit to user
Penelitian ini mengkaji fasilitas kesehatan, sehingga unsur daya
tariknya bukanlah total lapangan pekerjaan di daerah j melainkan total fasilitas
kesehatan di daerah j. Rumus di atas diubah menjadi :
Rumus tersebut, hanya memperhatikan jarak, padahal pada
kenyataannya masih terdapat beberapa unsur lain yang tidak bisa diabaikan,
diantaranya: jaringan jalan dan jenis angkutan yang digunakan. Oleh sebab itu,
rumus diatas perlu ditambah menjadi:
Indeks yang diperoleh pada rumus tersebut adalah daya tarik satu sub
wilayah j ditinjau dari sub wilayah i. Apabila daya tarik seluruh wilayah
diperhitungkan atau digabungkan maka rumusnya menjadi:
Rumus di atas akan diketahui jumlah mayarakat yang mengunjungi
masing-masing kecamatan di Kabupaten Sukoharjo berdasarkan fasilitas
kesehatan yang ada.
e. Tingkat Kecukupan
Parameter dalam mengukur kecukupan layanan kesehatan dasar
berkaitan erat pada ketersediaan fasilitas pelayanan dengan kepadatan
penduduk dan aksesibilitas. Semakin padat penduduk di suatu wilayah maka
semakin banyak pula fasilitas kesehatan yang harus disediakan. Hal ini
dikarenakan masing-masing fasilitas kesehatan memiliki daya kecukupan
yang berbeda-beda
Parameter dalam mengukur kecukupan fasilitas kesehatan dikaitkan
dengan ketersediaan fasilitas kesehatan dengan kebutuhan masyarakat.
Kebutuhan masyarakat akan terpenuhi secara keseluruhan berdasarkan jumlah
fasilitas kesehatan yang ada.
𝐴
𝑖𝑗=
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎𝑟𝑎𝑛𝑎 𝐾𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑗 𝑏 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎 ℎ𝑗𝐴
𝑖𝑗=
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙(𝑑𝑖𝑗+𝑆𝑎𝑟𝑎𝑛𝑎𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛+𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡𝑎𝑛𝐾𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛𝑢𝑚𝑢𝑚𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎 ℎ) 𝑏𝑗B. Penelitian yang Relevan
Tabel 2. Hasil Penelitian yang Relefan
No Peneliti Judul Penelitian Tujuan Metode Penelitian Hasil Penelitian
1 Diah Erni Ekawati
Distribusi fasilitas kesehatan paling banyak di Kecamatan Gombong yaitu 38 unit (33,33%) dan yang paling sedikit di Kecamatan Rowokele sebanyak 12 unit (10,53%). Tingkat kecukupan PKD/Polindes dan Puskesmad Pembantu tertinggi di Kecamatan Rowokele yaitu 37.348 jiwa (88,53%) terlayani, dan terendah di Kecamatan Buayan yaitu 48.582 jiwa (77,89%) terlayani. Tingkat kecukupan Puskesmas tertinggi di Kecamatan Gombong yaitu semua penduduk terlayani dan terendah di Kecamatan Buayana yaitu 30.000 jiwa (48,1%) penduduk di kecamatan tersebut terlayani oleh puskesmas. Tingkat kecukupan praktek dokter tertinggi di Kecamatan Gombong yaitu semua penduduk terlayani dan terendah di Kecamatan Rokowele yaitu 5.000 jiwa (11,85%) penduduk di kecamatan tersebut terlayani oleh praktek dokter.
Tingkat aksesibilitas tertinggi di Kecamatan Gombong yaitu 36,87583 dan terendah di Kecamatan Rowokele yaitu 4,646259
Interaksi wilayah dibedakan menjadi tiga.
Pertama prediksi gerakan penduduk dalam mendatangi Puskemas yaitu hampir sama di masing-masing kecamatan. Kedua, prediksi gerakan penduduk dalam mendatangi praktek doketr, paling banyak di Kecamatan Gombong yaitu 115.190 pasien (49,83%) dan paling sedikit
No Peneliti Judul Penelitian Tujuan Metode Penelitian Hasil Penelitian
di Kecamatan Rowolele yaitu 5.007 pasien (2,17%). Ketiga prediksi gerakan penduduk dalam mendatangi Rumah Sakit di Kecamatan Gombong sebanyak 194.308 jiwa (70,75%) dan di Kecamatan Buayan sebanyak 80.329 jiwa (29,25%) teknis (professionalism) dan persepsi pasien tentang dimensi kualitas fungsional (reliability, attitudes, accessibility, service recovery dan
serviscape) dengan citra rumah sakit
Kuantitatif
Hasil analisis Chi-Square menunjukkan bahwa
ada hubungan persepsi pasien tentang kualitas pelayanan yang terdiri dari dimensi kualitas teknis (professionalism, p = 0.000) dan dimensi kualitas fungsional (reliabilitydengan p = 0.000,
attitudes dengan p = 0.000, accessibility dengan p
= 0.000, service recovery dengan p = 0.000, dan
serviscape dengan p = 0.000) dengan citra RSUD Kabupaten Aceh Tamiang
terdekat nilai T= 0,8 menunjukkan pola
persebaran Puskesmas wilayah pesisir Kabupaten Pati mengelompok
Berdasarkan parameter 1: 30.000 dalam arti satu
Puskesmas melayani 30.000 jiwa per kecamatan sebagian kecamatan masih belum tercukupi.
Berdasarkan analisis buffer pada peta skala 1:200.000 dengan menerapkan jangkauan layanan 3.000 meter, terdapat pemukiman yang
keberadaannya diluar jangkauan layanan tersebut, sedangkan keberadaan puskesmas pada masing-masing kecamatan saling overlap hal ini
menunjukkan bahwa lokasi Puskesmas cenderung berdekatan.
No Peneliti Judul Penelitian Tujuan Metode Penelitian Hasil Penelitian
4 Lintang
Ronggowulan (2012)
Evaluasi Persebaran Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011
Mengetahui persebaran Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama di
Kabupaten Sukoharjo tahun 2011
Mengetahui kualitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama di
Kabupaten Sukoharjo tahun 2011
Mengetahui tingkat kunjungan
Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama di Kabupaten Sukoharjo tahun 2011
Mengetahui tingkat aksesibilitas
Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama di Kabupaten Sukoharjo tahun 2011
Mengetahui tingkat kecukupan
Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama dengan jumlah penduduk di Kabupaten Sukoharjo tahun 2011
Metode penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan spasial
commit to user C. Kerangka Berfikir
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (Primary Health Care) merupakan
jenis pelayanan untuk masyarakat yang diperuntukkan untuk sakit ringan dan
masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi
kesehatan. Oleh karena itu jumlah kelompok ini di dalam satu populasi sangat
besar (kurang lebih 85%), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat
pelayanan kesehatan dasar (basic health services), atau juga merupakan Pelayanan
Kesehatan Primer atau utama (Primary Health Care). Bentuk pelayanan ini di
Indonesia adalah Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Praktek
Dokter dan Balkesmas. Dalam penelitian pelayanan kesehatan yang akan diteliti
sebagai Pelayanan Kesehatan Primer atau utama (Primary Health Care) adalah
Puskesmas dan Puskesmas Pembantu.
Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah
yang dikelilingi oleh Kabupaten Karanganyar, Gunung Kidul, Klaten, Boyolali
Wonogiri dan Kota Surakarta. Kabupaten Sukoharjo terdiri dari 12 kecamatan
dimana masing-masing kecamatan tersebut tersebar Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama (Primary Health Care). Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama sangat
diperlukan oleh masyarakat di Kabupaten Sukoharjo yang memili luas 466,66
km². Karena Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama ini sangat dibutuhkan oleh
masyarakat maka perlu adanya penelitian untuk mengetahui kualitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama di Kabupaten Sukoharjo. Untuk mengetahui
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama di Kabupaten Sukoharjo ini dapat dilihat
dari persebaran, kualitas, tingkat kunjungan pasien, aksesibilitas menuju fasilitas
kesehatan dan tingkat kecukupan suatu fasailitas kesehatan dalam menangani
masyarakat di Kabupaten Sukoharjo.
Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka, pemikiran ini mengarah pada
usaha untuk mengetahui tingkat pelayanan fasilitas kesehatan tingkat di
Kabupaten Sukoharjo tahun 2011 dengan melihat beberapa faktor yaitu
persebaran, kualitas, tingkat kunjungan pasien, aksesibilitas menuju fasilitas
kesehatan dan tingkat kecukupan suatu fasailitas kesehatan dalam menangani
commit to user
Penelitian ini menitik beratkan pada jenis pelayanan kesehatan tingkat
pertama dengan obyek penelitiannya adalah Puskesmas dan Puskesmas Pembantu.
Adapun alasan untuk meneliti obyek tersebut dikarenakan obyek tersebut sangat
dibutuhkan oleh masyarakat baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.
Fasilitas pelayanan kesehatan di Kabupaten Sukoharjo sudah tersebar di
12 kecamatan di Kabupaten Sukoharjo. Namun, lokasi dari fasilitas pelayanan
kesehatan di Kabupaten Sukoharjo belum strategis dan masih memiliki kualitas
yang cukup rendah. Hal ini mengakibatkan banyak masyarakat di Kabupaten
Sukoharjo lebih memilih berobat ke luar kota atau kabupaten dikarenakan jarak
dan kualitas dari pelayanan fasilitas kesehatan di Kabupaten Sukoharjo.
Kualitas dari pelayanan fasilitas kesehatan sangat berpengaruh terhadap
tingkat kunjungan pasien terhadap pelayanan kesehatan. Karena kualitas yang
rendah maka dampaknya adalah banyak masyarakat yang berasumsi bahwa lebih
baik berobat di Surakarta, dengan demikian hubungan antara kualitas dengan
tingkat kunjungan pelayanan kesehatan perlu diketahui.
Aksesibilitas menuju fasilitas kesehatan merupakan faktor yang sangat
penting dalam memilih fasilitas kesehatan. Kecamatan Bulu, Weru dan Nguter di
Kebupaten Sukoharjo untuk menuju fasilitas kesehatan yang disediakan oleh
pemerintah cukup sulit, apalagi bagi masyarakat yang bertempat tinggal di
perbatasan kota atau kabupaten. Beberapa wilayah di Kabupaten Sukoharjo masih
memiliki aksesibilitas yang buruk. Untuk menuju pelayanan fasilitas kesehatan
harus menempuh waktu yang cukup lama. Hal ini mengakibatkan kendala bagi
Kabupaten Sukoharjo untuk menciptakan masyarakat yang sehat.
Menciptakan masyarakat Kabupaten Sukoharjo yang sehat selain dilihat
dari aksesibilitas menuju fasilitas kesehatan juga dilihat dari tingkat ketercukupan
fasilitas-fasilitas kesehatan di Kabupaten Sukoharjo dalam melayani masyarakat.
Apabila dibandingkan antara jumlah penduduk per kecamatan di Kabupaten
Sukoharjo dengan fasilitas kesehatan dapat dikatakan fasilitas tersebut belum
dapat mencukupi permintaan penduduk akan pelayanan kesehatan.
Secara sederhana, kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat dijelaskan
commit to user
Gambar 1. Kerangka Berfikir
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (Primary
Health Care) Tingkat Pertama (Primary Health Care) di
commit to user
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Sukoharjo yang yang terdiri dari
12 kecamatam yaitu Kecamatan Weru, Kecamatan Bulu, Kecamatan Tawangsari,
Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Nguter, Kecamatan Bendosari, Kecamatan
Polokarto, Kecamatan Mojolaban, Kecamatan Grogol, Kecamatan Baki,
Kecamatan Gatak, dan Kecamatan Kartasura. Adapun jumlah desa di Kabupaten
Sukoharjo sebanyak 167 desa.
B. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dimulai sejak pengajuan proposal sampai dengan
laporan hasil penelitian, yakni selama 16 bulan dimulai Bulan September 2011
sampai dengan Bulan November 2012. Untuk lebih jelasnya waktu penelitian