• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN

A. Pelayanan Kesehatan

Tabel 55 : Angka Kematian Pasien Di Rumah Sakit Kabupaten Mojokerto Tahun

2016

Tabel 56 : Indikator Kinerja Pelayanan Di Rumah Sakit Kabupaten Mojokerto

Tahun 2016

Tabel 57 : Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat

(Ber-Phbs) Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 58 : Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten

Mojokerto Tahun 2016

Tabel 59 : Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum

Berkualitas (Layak) Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten Tahun 2016

Tabel 60 : Persentase Kualitas Air Minum Di Penyelenggara Air Minum Yang

Memenuhi Syarat Kesehatan Kabupaten Tahun 2016

Tabel 61 : Penduduk Dengan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Yang Layak (Jamban

Sehat) Menurut Jenis Jamban, Kecamatan, Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Mojokerto Tahun 2016

Tabel 63 : Persentase Tempat-Tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan

Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 64 : Tempat Pengelolaan Makanan (Tpm) Menurut Status Higiene Sanitasi

Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 65 : Tempat Pengelolaan Makanan Dibina Dan Diuji Petik Kabupaten

Mojokerto Tahun 2016

Tabel 66 : Persentase Ketersediaan Obat Dan Vaksin Kabupaten Mojokerto Tahun

2016

Tabel 67 : Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kepemilikan Kabupaten Mojokerto

Tahun 2016

Tabel 68 : Persentase Sarana Kesehatan (Rumah Sakit) Dengan Kemampuan

Pelayanan Gawat Darurat (Gadar) Level I Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 69 : Jumlah Posyandu Menurut Strata, Kecamatan, Dan Puskesmas

Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 70 : Jumlah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Menurut

Kecamatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 71 : Jumlah Desa Siaga Menurut Kecamatan Kabupaten Mojokerto Tahun

2016

Tabel 72 : Jumlah Tenaga Medis Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten Mojokerto

Tahun 2016

Tabel 73 : Jumlah Tenaga Keperawatan Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten

Mojokerto Tahun 2016

Tabel 74 : Jumlah Tenaga Kefarmasian Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten Mojokerto

Tahun 2016

Tabel 76 : Jumlah Tenaga Gizi Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 77 : Jumlah Tenaga Keterapian Fisik Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten

Mojokerto Tahun 2016

Tabel 78 : Jumlah Tenaga Keteknisian Medis Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten

Mojokerto Tahun 2016

Tabel 79 : Jumlah Tenaga Kesehatan Lain Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten

Mojokerto Tahun 2016

Tabel 80 : Jumlah Tenaga Penunjang/Pendukung Kesehatan Di Fasilitas Kesehatan

Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Bab

1

Pendahuluan

Perencanaan Pembangunan adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan yang melibatkan berbagai unsur didalamnya guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber-sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan, wilayah atau daerah dalam jangka waktu tertentu. Sebaliknya, perencanaan pembangunan yang buruk berpotensi menghadirkan kegagalan (inefisiensi dan inefektifitas) dalam pembangunan. Dengan demikian, rumusan perencanaan pembangunan, selain dituntut mengedepankan keterpaduan dengan komponen pembangunan lain, baik secara kewilayahan maupun sektoral, juga dikonstruksi secara transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan.

Kebijakan perencanaan pembangunan daerah diatur secara meluas, sistematis dan mengedepankan sinergitas melalui penetapan mekanisme evaluasi yang terstruktur dan berkala.Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam kerangka mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan.

Untuk mendukung keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan tersebut, salah satunya dibutuhkan adanya ketersediaan data dan informasi yang akurat bagi proses pengambilan keputusan dan perencanaan program. Selain itu, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 17 Ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pada Pasal 168 juga menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan yang dilakukan melalui

kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Profil Kesehatan adalah salah satu bentuk sistem infomasi kesehatan yang berupa gambaran umum tentang keadaan kesehatan di suatu wilayah. Profil Kesehatan Kabupaten Mojokerto merupakan salah satu media informasi Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Mojokerto yang relatif lengkap, meliputi data tentang derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumberdaya kesehatan, data umum dan data lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan di wilayah Kabupaten Mojokerto. Di samping itu profil ini merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk melaporkan pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal di bidang kesehatan di Kabupaten Mojokerto. Oleh karena itu Profil Kesehatan Kabupaten Mojokerto di susun guna untuk menyediakan data/informasi yang akurat, situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di wilayah Kabupaten Mojokerto. Selain itu akan lebih mudah dalam menentukan arah pengambilan kebijakan atau keputusan untuk pembangunan yang lebih intensif, merata dan berkesinambungan. Maka diharapkan derajat kesehatan masyarakat yang telah dicapai tersebut dapat semakin ditingkatkan serta dapat menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat.

Bab

2

Visi, Misi, Tujuan dan

Sasaran

A. Visi

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, pasal 1 ayat 12, Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Penetapan visi sebagai bagian dari proses perencanaan pembangunan merupakan suatu langkah penting dalam perjalanan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di daerah. Pada hakikatnya membentuk visi organisasi adalah menggali gambaran bersama tentang masa depan ideal yang hendak diwujudkan oleh organisasi yang bersangkutan. Visi adalah mental model masa depan, dengan demikian visi harus digali bersama, disusun bersama sekaligus diupayakan perwujudannya secara bersama, sehingga visi menjadi milik bersama yang diyakini oleh seluruh elemen organisasi dan pihak-pihak yang terkait dengan upaya mewujudkan visi tersebut. Visi yang tepat bagi masa depan suatu organisasi diharapkan akan mampu menjadi akselerator bagi upaya peningkatan kinerja organisasi.

Dengan memperhatikan arti dan makna visi serta melalui pendekatan membangun visi bersama, maka ditetapkan Visi Dinas Kesehatan tahun 2016 - 2021, yakni :

“TERWUJUDNYA MASYARAKAT KABUPATEN MOJOKERTO LEBIH MANDIRI UNTUK HIDUP SEHAT”.

Untuk dapat menangkap arti dan makna dari visi tersebut maka perlu diberikan penjelasan visi sebagai berikut :

Masyarakat yang mandiri dalam hidup sehat adalah suatu kondisi di mana masyarakat Mojokerto menyadari, mau, dan mampu untuk mengenali dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit ataupun termasuk gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan

B. Misi

Setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagai satu organisasi instansi pemerintah harus memastikan agar visi yang telah ditetapkan bersama dapat diupayakan perwujudannya. Untuk kepentingan itu harus disusun suatu tahapan yang secara umum akan terbagi kedalam dua tahapan yakni apa yang hendak dicapai dan bagaimana upaya untuk mencapainya. Salah satu unsur dalam tahapan tersebut adalah penetapan misi organisasi yang dalam hal ini adalah misi Dinas Kesehatan.

Dalam rangka mewujudkan visi-nya maka ditetapkan misi yang diemban Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2016 - 2021 sebagai berikut :

1. Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat;

2. Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau;

3. Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan;

4. Meningkatkan dan mendayagunakan sumberdaya kesehatan. C. Tujuan

Tujuan organisasi merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi organisasi yang mengandung makna :

1) Merupakan hasil akhir yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu sampai tahun terakhir renstra;

2) Menggambarkan arah strategis organisasi dan perbaikan-perbaikan yang ingin diciptakan sesuai tugas pokok dan fungsi organisasi;

3) Meletakkan kerangka prioritas untuk memfokuskan arah sasaran dan strategi organisasi berupa kebijakan, program operasional dan kegiatan pokok organisasi selama kurun waktu renstra.

Berdasarkan arahan arti dan makna penetapan tujuan organisasi tersebut maka dalam kedudukannya sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah, Dinas Kesehatan dalam mewujudkan misinya menetapkan tujuan sebagai berikut :

1) Untuk mewujudkan misi “Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat” maka ditetapkan tujuan :

a) Memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat agar mampu menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta mengembangkan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)

2) Untuk mewujudkan misi “Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau” maka ditetapkan tujuan :

a) Meningkatkan akses, pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan melalui Rumah Sakit, Puskesmas dan jaringannya

b) Meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat.

c) Menjamin ketersediaan, pemerataan, pemanfaatan, mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan serta pembinaan mutu makanan.

3) Untuk mewujudkan misi “Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan” maka ditetapkan tujuan :

a) Mencegah, menurunkan dan mengendalikan penyakit menular dan tidak menular serta masalah kesehatan lainnya.

4) Untuk mewujudkan misi “Meningkatkan dan mendayagunakan sumberdaya kesehatan” maka ditetapkan tujuan :

a) Meningkatkan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar. D. Sasaran

penyusunan program operasional dan kegiatan pokok organisasi yang bersifat spesifik, terinci, dapat diukur dan dapat dicapai.

Sasaran organisasi yang ditetapkan pada dasarnya merupakan bagian dari proses perencanaan strategis dengan fokus utama berupa tindakan pengalokasian sumber daya organisasi ke dalam strategi organisasi. Oleh karenanya penetapan sasaran harus memenuhi kriteria terinci, terukur, bertujuan, berorientasi dan tepat guna (specific, measurable, agresive

but attainable, result oriented and time bond). Guna memenuhi kriteria tersebut maka

penetapan sasaran harus disertai dengan penetapan indikator sasaran, yakni keterangan, gejala atau penanda yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan upaya pencapaian sasaran atau dengan kata lain disebut sebagai tolok ukur keberhasilan pencapaian sasaran.

Berdasarkan makna penetapan sasaran tersebut maka sampai dengan akhir tahun 2016, Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto menetapkan sasaran dengan rincian sebagai berikut :

1) Untuk mewujudkan tujuan dari Misi 1 “Memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat agar mampu menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta mengembangkan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)” maka ditetapkan sasaran :

a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta pemberdayaan masyarakat ke arah kemandirian

2) Untuk mewujudkan tujuan dari Misi 2 “Meningkatkan akses, pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan melalui Rumah Sakit, Puskesmas dan jaringannya” maka ditetapkan sasaran :

a. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan ibu, bayi, anak, remaja dan lanjut usia serta kesehatan reproduksi

b. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya serta pelayanan kesehatan penunjang

3) Untuk mewujudkan tujuan dari Misi 2 “Meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat” maka ditetapkan sasaran :

4) Untuk mewujudkan tujuan dari Misi 2 “Menjamin ketersediaan, pemerataan, pemanfaatan, mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan serta pembinaan mutu makanan” maka ditetapkan sasaran :

a. Meningkatkan pengelolaan obat, perbekalan kesehatan dan makanan

5) Untuk mewujudkan tujuan dari Misi 3 “Mencegah, menurunkan dan mengendalikan penyakit menular dan tidak menular serta masalah kesehatan lainnya” maka ditetapkan sasaran :

a. Menurunnya angka kesakitan dan kematian penyakit menular, tidak menular dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi serta pengamatan penyakit dalam rangka sistem kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB/wabah, ancaman epidemi serta bencana

6) Untuk mewujudkan tujuan dari Misi 4 “Meningkatkan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar” maka ditetapkan sasaran :

Bab

3

Gambaran Umum

Kabupaten Mojokerto

A. GEOGRAFIS 1. Letak

Kabupaten Mojokerto ditinjau dari astronomi dan geografis berada antara 7o18’ 35”

sampai dengan 7o39’ 47” Lintang Selatan dan 5 o52‘ 0” Bujur Timur, tepatnya 50 km

sebelah barat Ibukota Kabupaten Mojokerto yaitu Surabaya, dengan batas-batas :

a. Sebelah Utara : Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik

c. Sebelah Selatan : Kabupaten Malang dan Kabupaten Pasuruan

d. Sebelah Barat : Kabupaten Jombang dan Kabupaten Malang

Dengan Pusat Pemerintahan terletak didalam wilayah Kota Mojokerto. 2. Iklim

Seperti wilayah Jawa Timur pada umumnya, Kabupaten Mojokerto beriklim tropik, namun dalam tiga tahun terakhir lama musim penghujan dan musim kemarau mulai tidak seimbang. Sehingga mengakibatkan pergantian musim yang tidak tentu.

B. KEADAAN PENDUDUK

Data kependudukan sangat penting dan mempunyai arti yang sangat strategis dalam pembangunan pada umumnya dan bidang kesehatan pada khususnya. Hampir semua kegiatan pembangunan kesehatan obyek sasarannya adalah masyarakat atau penduduk.

Kondisi data Kependudukan di Kabupaten Mojokerto sebagai berikut : 1. Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Mojokerto menurut perhitungan proyeksi dari data pusdatin pada tahun 2016 sebanyak 1.090.075 jiwa.Dimana jumlah rumah tangga 343.603.

2. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Distribusi penduduk menurut jenis kelamin adalah sebagai berikut :

 Laki-laki : 544.475 jiwa

 Perempuan : 545.600 jiwa

 Sex Ratio : 99,79

Gambar 1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kelompok Umur Tahun 2016 Kab. Mojokerto

Jumlah penduduk usia (0 – 4 tahun) sebesar 84.700 jiwa, usia (5 – 9 tahun) sebesar 85.283 jiwa, usia ( 10 – 14 tahun) sebesar 84.295 jiwa, usia (15 – 19 tahun) sebesar 88.459 jiwa, usia (20 – 24) sebesar 87.064 jiwa, usia (25 – 29) sebesar 83.317 jiwa, usia (30 – 34) sebesar 81.844 jiwa, usia (35 – 39) sebesar 87.638 jiwa, usia (40 – 44) sebesar 88.404 jiwa, usia (45 – 49) sebesar 81.483 jiwa, usia (50 – 54) sebesar 70.024 jiwa, usia (55 – 59) sebesar 55.022 jiwa, usia (60 – 64) sebesar 41.274 jiwa, usia (65 – 69) sebesar 30.410 jiwa, usia (70 – 74) sebesar 20.294 jiwa dan usia (75+ tahun) sebesar 20.564 jiwa (Tabel 2).

3. Kepadatan Penduduk

Luas wilayah Kabupaten Mojokerto adalah 692.2 km2, dengan jumlah

penduduk 1.090.075 jiwa. Dimana terdapat 304 desa dan kelurahan, dengan 299 desa

dan 5 kelurahan. Kepadatan penduduk per Km2adalah 1.575,91 Km2(Tabel 1).

4. Keadaan Pendidikan

Komponen pengukuran tingkat pembangunan manusia suatu negara yang cukupberpengaruh yaitu komponen pendidikan. Perubahan yang terjadi secara terus meneruspada perilaku masyarakat disebabkan oleh semakin meningkatnya tingkat

pendidikan. Tingginya rata-rata tingkat pendidikan masyarakat sangat penting bagi kesiapan bangsa menghadapi tantangan global di masa depan. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan sesorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan.

Salah satu indikator tingkat pendidikan adalah dengan adanya penduduk yang melek huruf dan jejang tingkat pendidikan. Presentase penduduk Kabupaten Mojokerto yang berusia 10 tahun ke atas yang melek huruf yaitu laki-laki 97,53%, perempuan 94,87%. Presentase pendidikan tertinggi yang ditamatkan yaitu tidak memiliki ijazah SD laki-laki 15,02%, perempuan 23,79%. Tamat SD/MI laki-laki 23,91%, perempuan 23,46. Tamat SMP/ MTs laki 25,44%, perempuan 28,37%. Tamat SMA/ MA laki-laki 18,41%, perempuan 17,02%. Tamat sekolah menengah kejuruan laki-laki-laki-laki 12,20%, perempuan 3,83%. Tamat Diploma I/II/III/ Akademi laki-laki 1,26%, perempuan 0,72%. Tamat Universitas/ Diploma IV laki-laki 3,59%, perempuan 2,51%. Tamat S2/S3/ Master/Doktor laki-laki 0,17%, perempuan 0,30%. (Tabel 3)

5. Penduduk Sasaran Program

Penduduk sebagai determinan pembangunan perlu mendapat perhatian yang serius. Program pembangunan, termasuk pembangunan di bidang kesehatan, harus didasarkan pada dinamika kependudukan. Upaya pembangunan di bidang kesehatan tercermin dalam program kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pencapaian derajat kesehatan yang optimal bukan hanya menjadi tanggung jawab dari sektor kesehatan saja, namun sektor terkait lainnya seperti sektor pendidikan, ekonomi, sosial dan pemerintahan juga memiliki peranan yang cukup besar. Data penduduk sasaran program diperlukan bagi pengelola program terutama untuk menyusun perencanaan serta evaluasi hasil

Data penduduk sasaran program pembangunan kesehatan tahun 2016 adalah sebagai berikut :

NO SASARAN PROGRAM KELOMPOK

UMUR JENIS KELAMIN JUMLAH Laki-laki Perempuan 1 Lahir Hidup - 8,679 8,269 16,948 2 Bayi 0 Tahun 8,781 8,366 17,147

3 Baduta (Bawah 2 Tahun) 0 - 1 Tahun 17,450 16,640 34,090

4 Batita (Bawah 3 Tahun) 0 - 2 Tahun 26,067 24,887 50,954

5 Anak Balita 1 - 4 Tahun 34,482 33,071 67,553

6 Balita 0 - 4 Tahun 43,263 41,437 84,700

7 Apras (Anak Pra Sekolah) 5 - 6 Tahun 17,353 16,688 34,041

8 Anak Kelas 1 SD 7 Tahun 8,692 8,343 17,035

9

Remaja 10 - 14 Tahun 43,160 41,135 84,295

10 15 - 19 Tahun 45,179 43,280 88,459

11 Penduduk Usia Muda < 15 Tahun 129,951 124,327 254,278

12 Lansia ≧60 Tahun 52,795 59,747 112,542

13 Wanita Usia Subur (WUS) 15 - 39 Tahun - 213,196 213,196

14 Pasangan Usia Subur - - 185,313 185,313

15 Ibu Hamil (Bumil) - - 18,643 18,643

16 Ibu Bersalin/Nifas - - 17,795 17,795

Bab

4

SITUASI DERAJAT

KESEHATAN

Situasi derajat kesehatan masyarakat dapat diukur dari indikator-indikator yang digunakan antara lain angka kematian, angka kesakitan serta status gizi. Indikator tersebut dapat diperoleh melalui laporan dari fasilitas kesehatan (fasility based) dan dari masyarakat

(community based).

Perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dan kesakitan dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya.

A. ANGKA KEMATIAN

1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Kematian bayi yang dimaksud adalah kematian yang terjadi pada bayi sebelum

mencapai usia satu tahun. Angka kematian bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate adalah

banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab dari kematian bayi di Kabupaten Mojokerto paling banyak diakibatkan oleh BBLR (berat bayi lahir rendah), asfiksia, kongenital, aspirasi, dan lain-lain.

Selama tahun 2016 dilaporkan terjadi 15.698 kelahiran. Dari seluruh kelahiran, tercatat lahir hidup 15.618 dan 80 kasus lahir mati. Kasus kematian bayi sebesar 190, diantaranya laki-laki sebanyak 113 bayi dan sebanyak 77 bayi perempuan (Tabel 5). Jumlah kematian tertinggi ada pada Kecamatan Sooko yaitu 16 bayi. Kasus kematian bayi tahun 2015 sama dengan kasus kematian bayi tahun 2016. Dengan angka kematian bayi di tahun 2016 adalah 12,17 per 1.000 kelahiran hidup. Terjadi peningkatan angka kematian bayi dari tahun 2015 yaitu sebesar 11,13 per 1.000 kelahiran hidup.

Gambar 3. Penyebab Kematian Bayi Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Berbagai upaya telah dilakukan dalam menurunkan angka kematian bayi, mulai dengan diadakannya kelas ibu hamil, pertemuan bidan dengan narasumber yang berkompeten, pelatihan fasilitator kelas Ibu Balita.

Kematian balita yang dimaksud adalah Kematian yang terjadi pada balita sebelum usia 5 (lima) tahun (bayi + anak balita). Angka kematian balita adalah jumlah anak yang meninggal sebelum usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah kematian balita tahun 2016 sebanyak 211 anak, dengan jumlah laki-laki 125 anak dan perempuan 86 anak. Jumlah kematian anak balita tahun 2016 sebanyak 21 anak, dimana jumlah laki-laki 12 anak dan perempuan 9 anak (Tabel 5).

Kasus kematian bayi yang terjadi selama 5 tahun berturut-turut dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016, dapat dilihat pada diagram di bawah ini :

2. Angka Kematian Ibu (AKI)

Kematian ibu yang dimaksud adalah kematian perempuan pada saat hamil dan atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dll. Angka kematian ibu dihitung per 100.000 kelahiran hidup.

Jumlah kematian ibu di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2016 sebanyak 22 kasus yang terdiri dari 3 kasus pada Kematian Ibu Hamil, 7 kasus pada kematian pada Ibu Bersalin dan 12 kasus pada Kematian ibu Nifas. Jika dirinci menurut kelompok umur kesemua kasus kematian ibu tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut, kematian pada Ibu Hamil 2 orang meninggal pada usia 20-34 tahun dan usia ≧35 tahun sebanyak 1 orang. Kematian Ibu bersalin usia 20-34 tahun sebanyak 6 kasus, dan usia ≧35 tahun sebanyak 1 kasus. Pada kematian Ibu Nifas terdapat 9 orang yang meninggal pada usia 20-34 tahun, dan 3 orang pada usia ≧ 35 tahun (Tabel 6).

Kendala yang dihadapi oleh Kabupaten Mojokerto terkait kasus kematian Ibu diantaranya :

a) Belum adanya tim Penakib (Tim Penanggulangan Angka Kematian Ibu Pelaksanaan AMP belum efektif karena kesulitan berkoordinasi dengan SpOG dan SpA,

b) Perubahan perilaku masyarakat khususnya pada pemeriksaan ibu hamil yang bersifat spesifik masih kurang, misalnya USG, kontak dengan spesialis,

c) Belum adanya sinkronisasi Definisi Operasional kasus yang bisa dirujuk di Rumah Sakit antara Bidan dengan Rumah Sakit,

d) Masih ada 4 Terlambat (terlambat deteksi dini, terlambat ambil keputusan, terlambat merujuk, terlambat penanganan adekuat)

Kasus kematian maternal yang terjadi selama 5 tahun berturut-turut dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016, dapat dilihat pada diagram dibawah ini (gambar 4).

Gambar 5. Jumlah Kematian Ibu Kabupaten Mojokerto Tahun 2012 - 2016 Upaya Dinas Kesehatan untuk menurunkan AKI dan AKB :

1. Pendewasaan usia kawin dan Penyuluhan kesehatan reproduksi untuk siswa SMP dan SMA 2. Meningkatkan cakupan KB aktif

3. Pelayanan antenatal care terpadu (pelayanan sebelum melahirkan) yang berkualitas 4. KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) pada Bumil untuk KB pasca salin

5. Pemberdayaan masyarakat melalui P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) Desa Siaga

6. GEBRAK (Gerakan Bersama Amankan Kehamilan dan Persalinan) di wilayah Puskesmas Puri dan Gayaman bekerjasama dengan 4 Institusi Pendidikan (UNIM, PPNI, Poltekes Mojopahit, Dian Husada)

7. Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita

8. Pengkajian kasus kematian ibu dan bayi oleh Tim Pengkaji (Dokter Spesialis Terkait) 9. Persalinan 4 tangan

10. Pendampingan Bumil oleh kakek nenek melalui Program Kakek Nenek Asuh 11. Penggalakkan kelas Bapak

B. Morbiditas/ Angka Kesakitan

Morbiditas diartikan sebagai angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu

penyakit. Angka kesakitan (Morbiditas) pada penduduk berasal dari community based data

yang diperoleh melalui pengamatan (surveilans), terutama yang diperoleh dari fasilitas

Sementara untuk kondisi penyakit menular, berikut ini akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular yang perlu mendapatkan perhatian, termasuk penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan penyakit yang memiliki potensi untuk menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB).

1. Tuberkulosis (TB)

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Kasus baru TB BTA+ merupakan Pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu). TB BTA + yaitu penemuan pasien TB melalui pemeriksaan dahak sewaktu- pagi- sewaktu (SPS) dengan hasil pemeriksaan mikroskopis :

a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif

Dokumen terkait