• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jln. RA Basuni No. 04, Sooko, Mojokerto Telp. (0321) Fax.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jln. RA Basuni No. 04, Sooko, Mojokerto Telp. (0321) Fax."

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan Rahmat dan Hidayah-Nya penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2016 ini dapat diterbitkan. Walapun melalui proses yang tidak mudah, dikarenakan dalam pengumpulan data dan informasinya masih banyak kendala, salah satunya masih adanya sistem manual yang belum berbasis teknologi informasi.

Profil merupakan gambaran kinerja sektor kesehatan baik pemerintah maupun swasta selama satu tahun dan juga membandingkan pencapaian tahun-tahun sebelumnya. Profil Kesehatan juga merupakan salah satu indikator dari Renstra yaitu tersedianya buku Profil di tingkat Kabupaten.

Dengan tersusunnya Profil Kesehatan ini, diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi pengelola program dalam melaksanakan evaluasi dan perencanaan program kesehatan dimasa mendatang, maupun bagi petugas kesehatan pada umumnya dan instansi terkait. Di tahun selanjutnya semoga dapat segera kami terbitkan lebih awal dengan memuat data dan informasi yang berkualitas, serta juga dapat memperhatikan konsistensi data dan analisa, sehingga buku profil ini dapat menjadi rujukan penting bagi setiap pengambil keputusan dan pembangunan kesehatan. Pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu produk dari penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan adalah Profil Kesehatan Kabupaten yang diharapkan dapat digunakan salah satu sarana untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian program. Sejalan dengan penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten di tingkat Puskesmas juga disusun Profil Kesehatan sebagai salah satu paket penyajian data dan informasi kesehatan yang lengkap. Sehingga dengan kata lain penyusunan profil ini dimulai dari Kemeterian Kesehatan, tingkat Provinsi, tingkat Kabupaten/Kota dan Puskesmas. Dengan begitu masyarakat dalam mendapatkan informasi akan lebih muda jika membutuhkan data dalam tingkat Desa, Kabupaten/Kota, tingkat Provinsi dan se-Indonesia.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Mojokerto ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu untuk meningkatkan mutu penyajian kami

(3)

Profil Kesehatan Kabupaten Mojokerto tahun 2016 ini dapat mmebrikan manfaat bagi semua pihak, baik di lingkungan pemerintahan, akademisi, organisasi profesi, swasta serta masyarakat umum. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan fikiran dan tenaganya dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2016 ini, kami mengucapkan terima kasih.

Mojokerto, Mei 2017 KEPALA DINAS KESEHATAN

KABUPATEN MOJOKERTO

DR. DIDIK CHUSNUL YAKIN, S.Sos, MSi Pembina Utama Muda

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………. I

DAFTAR ISI ……… II

BAB I : PENDAHULUAN……… 1

BAB II : VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN ... A. Visi ... B. Misi ... C. Tujuan ... D. Sasaran ... 3 3 4 4 5

BAB III : GAMBARAN UMUM KABUPATEN MOJOKERTO ...

A. Geografis ... B. Keadaan Penduduk ...

8 8 9 BAB IV : SITUASI DERAJAT KESEHATAN ...

A. Angka Kematian ... B. Morbiditas/ Angka Kesakitan ...

13 13 16 BAB V : UPAYA KESEHATAN ...

A. Pelayanan Kesehatan ... B. Akses Dan Mutu Pelayanan Kesehatan ... C. Perilaku Hidup Masyarakat ... D. Keadaan Lingkungan ... 30 30 40 42 43 BAB VI : SUMBER DAYA KESEHATAN ... 49

(5)

B. Tenaga Kesehatan ... C. Pembiayaan Kesehatan ...

53 53 BAB VII : PENUTUP ... 55

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kelompok Umur Tahun

2016 Kab. Mojokerto

Gambar 2 : Sasaran Program Pembangunan Kesehatan Tahun 2016 Kabupaten

Mojokerto

Gambar 3 : Penyebab Kemtian Bayi Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Gambar 4 : Jumlah Kematian Bayi Kabupaten Mojokerto Tahun 2012- 2016

Gambar 5 : Jumlah Kematian Ibu Kabupaten Mojokerto Tahun 2012 - 2016

Gambar 6 : Penderita TB Paru BTA+ Di Kab. Mojokerto Tahun 2012 – 2016

Gambar 7 : Penderita Pnemonia ditangani di Kabupaten Mojokerto Tahun 2012 –

2016

Gambar 8 : Penderita HIV/AIDS di Kabupaten Mojokerto Tahun 2012 – 2016

Gambar 9 : Penderita Diare ditangani di Kabupaten Mojokerto Tahun 2012 – 2016

Gambar 10 : Kasus AFP di Kabupaten Mojokerto Tahun 2012 – 2016

Gambar 11 : Penderita DBD ditangani di Kabupaten Mojokerto Tahun 2012 – 2016

Gambar 12 : Jumlah Kunjungan K4 di Kabupaten Mojokerto Tahun 2012 – 2016

Gambar 13 : Pemberian Fe 1 dan Fe 3 Bumil di Kab. Mojokerto Tahun 2012-2016

Gambar 14 : Jumlah bayi yang diberi ASI Ekslusif Kab. Mojokerto Tahun 2012 –

2016

Gambar 15 : Jumlah Desa UCI Kab. Mojokerto Tahun 2012 – 2016

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah

Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan, Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 2 : Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur,

Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 3 : Presentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas yang Melek Huruf dan

Ijazah Tertinggi yang Diperoleh Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 4 : Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin Kecamatan dan Puskesmas,

Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 5 : Jumlah Kematian Neonatal, Bayi dan Balita Menurut Jenis Kelamin,

Kecamatan dan Puskesmas Kabuaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 6 : Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur, Kecamatan dan

Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 7 : Jumlah Kasus Kasus Baru TB BTA+, Seluruh Kasus Tb pada Anak dan

Case Notification Rate (CNR) Per 100.000 Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 8 : Jumlah Kasus Dan Angka Penemuan Kasus Tb Paru Bta+ Menurut Jenis

Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 9 : Angka Kesembuhan Dan Pengobatan Lengkap Tb Paru Bta+ Serta

Keberhasilan Pengobatan Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 10 : Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan,

Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 11 : Jumlah Kasus Hiv, Aids, Dan Syphilis Menurut Jenis Kelamin Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

(8)

Tabel 12 : Persentase Donor Darah Diskrining Terhadap Hiv Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 13 : Kasus Diare Yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan

Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 14 : Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin, Menurut Jenis Kelamin,

Kecamatan, dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 15 : Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun Dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis

Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016 Tabel 16 : Jumlah Kasus Dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta Menurut Tipe/Jenis,

Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 17 : Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat (Release From Treatment/RFT) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 18 : Jumlah Kasus AFP (Non Polio) Menurut Kecamatan Dan Puskesmas

Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 19 : Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 20 : Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 21 : Jumlah Kasus DBD Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 22 : Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin,

Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 23 : Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

(9)

Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 25 : Pemeriksaan Obesitas Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan

Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 26 : Cakupan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dengan Metode Iva Dan

Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Klinis (CBE) Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 27 : Jumlah Penderita Dan Kematian Pada Klb Menurut Jenis Kejadian Luar Biasa (KLB) Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 28 : Kejadian Luar Biasa (KLB) Di Desa/Kelurahan Yang Ditangani < 24 Jam Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 29 : Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan, Dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 30 : Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil Menurut Jenis

Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 31 : Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Wanita Usia Subur Menurut

Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 32 : Jumlah Ibu Hamil yang Mendapatkan Tabelt FE1 dan FE3 Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 33 : Jumlah Dan Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan Dan

Komplikasi Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan

Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 34 : Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan, Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 35 : Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan, Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 36 : Jumlah Peserta KB Baru Dan KB Aktif Menurut Kecamatan Dan

Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 37 : Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Menurut Jenis Kelamin,

(10)

Tabel 38 : Cakupan Kunjungan Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 39 : Jumlah Bayi Yang Diberi Asi Eksklusif Menurut Jenis Kelamin,

Kecamatan, Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 40 : Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 41 : Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Menurut

Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 42 : Cakupan Imunisasi Hepatitis B < 7 Hari Dan Bcg Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 43 : Cakupan Imunisasi Dpt-Hb/Dpt-Hb-Hib, Polio, Campak, Dan Imunisasi

Dasar Lengkap Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 44 : Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi Dan Anak Balita Menurut

Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 45 : Jumlah Anak 0-23 Bulan Ditimbang Menurut Jenis Kelamin,

Kecamatan, Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 46 : Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan,

Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 47 : Jumlah Balita Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan

Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 48 : Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan Menurut

Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 49 : Cakupan Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Siswa SD & Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas Kabupaten

(11)

Tabel 50 : Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 51 : Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Anak SD Dan Setingkat

Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 52 : Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin,

Kecamatan, Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 53 : Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk Menurut Jenis Jaminan Dan

Jenis Kelamin Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 54 : Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap, Dan Kunjungan Gangguan

Jiwa Di Sarana Pelayanan Kesehatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 55 : Angka Kematian Pasien Di Rumah Sakit Kabupaten Mojokerto Tahun

2016

Tabel 56 : Indikator Kinerja Pelayanan Di Rumah Sakit Kabupaten Mojokerto

Tahun 2016

Tabel 57 : Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat

(Ber-Phbs) Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 58 : Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten

Mojokerto Tahun 2016

Tabel 59 : Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum

Berkualitas (Layak) Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten Tahun 2016

Tabel 60 : Persentase Kualitas Air Minum Di Penyelenggara Air Minum Yang

Memenuhi Syarat Kesehatan Kabupaten Tahun 2016

Tabel 61 : Penduduk Dengan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Yang Layak (Jamban Sehat) Menurut Jenis Jamban, Kecamatan, Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

(12)

Mojokerto Tahun 2016

Tabel 63 : Persentase Tempat-Tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan

Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 64 : Tempat Pengelolaan Makanan (Tpm) Menurut Status Higiene Sanitasi

Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 65 : Tempat Pengelolaan Makanan Dibina Dan Diuji Petik Kabupaten

Mojokerto Tahun 2016

Tabel 66 : Persentase Ketersediaan Obat Dan Vaksin Kabupaten Mojokerto Tahun

2016

Tabel 67 : Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kepemilikan Kabupaten Mojokerto

Tahun 2016

Tabel 68 : Persentase Sarana Kesehatan (Rumah Sakit) Dengan Kemampuan

Pelayanan Gawat Darurat (Gadar) Level I Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 69 : Jumlah Posyandu Menurut Strata, Kecamatan, Dan Puskesmas

Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 70 : Jumlah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Menurut

Kecamatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 71 : Jumlah Desa Siaga Menurut Kecamatan Kabupaten Mojokerto Tahun

2016

Tabel 72 : Jumlah Tenaga Medis Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten Mojokerto

Tahun 2016

Tabel 73 : Jumlah Tenaga Keperawatan Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten

Mojokerto Tahun 2016

Tabel 74 : Jumlah Tenaga Kefarmasian Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

(13)

Tabel 76 : Jumlah Tenaga Gizi Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Tabel 77 : Jumlah Tenaga Keterapian Fisik Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten

Mojokerto Tahun 2016

Tabel 78 : Jumlah Tenaga Keteknisian Medis Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten

Mojokerto Tahun 2016

Tabel 79 : Jumlah Tenaga Kesehatan Lain Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten

Mojokerto Tahun 2016

Tabel 80 : Jumlah Tenaga Penunjang/Pendukung Kesehatan Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

(14)

Bab

1

Pendahuluan

Perencanaan Pembangunan adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan yang melibatkan berbagai unsur didalamnya guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber-sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan, wilayah atau daerah dalam jangka waktu tertentu. Sebaliknya, perencanaan pembangunan yang buruk berpotensi menghadirkan kegagalan (inefisiensi dan inefektifitas) dalam pembangunan. Dengan demikian, rumusan perencanaan pembangunan, selain dituntut mengedepankan keterpaduan dengan komponen pembangunan lain, baik secara kewilayahan maupun sektoral, juga dikonstruksi secara transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan.

Kebijakan perencanaan pembangunan daerah diatur secara meluas, sistematis dan mengedepankan sinergitas melalui penetapan mekanisme evaluasi yang terstruktur dan berkala.Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam kerangka mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan.

Untuk mendukung keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan tersebut, salah satunya dibutuhkan adanya ketersediaan data dan informasi yang akurat bagi proses pengambilan keputusan dan perencanaan program. Selain itu, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 17 Ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pada Pasal 168 juga menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan yang dilakukan melalui

(15)

kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Profil Kesehatan adalah salah satu bentuk sistem infomasi kesehatan yang berupa gambaran umum tentang keadaan kesehatan di suatu wilayah. Profil Kesehatan Kabupaten Mojokerto merupakan salah satu media informasi Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Mojokerto yang relatif lengkap, meliputi data tentang derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumberdaya kesehatan, data umum dan data lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan di wilayah Kabupaten Mojokerto. Di samping itu profil ini merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk melaporkan pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal di bidang kesehatan di Kabupaten Mojokerto. Oleh karena itu Profil Kesehatan Kabupaten Mojokerto di susun guna untuk menyediakan data/informasi yang akurat, situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di wilayah Kabupaten Mojokerto. Selain itu akan lebih mudah dalam menentukan arah pengambilan kebijakan atau keputusan untuk pembangunan yang lebih intensif, merata dan berkesinambungan. Maka diharapkan derajat kesehatan masyarakat yang telah dicapai tersebut dapat semakin ditingkatkan serta dapat menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat.

(16)

Bab

2

Visi, Misi, Tujuan dan

Sasaran

A. Visi

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, pasal 1 ayat 12, Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Penetapan visi sebagai bagian dari proses perencanaan pembangunan merupakan suatu langkah penting dalam perjalanan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di daerah. Pada hakikatnya membentuk visi organisasi adalah menggali gambaran bersama tentang masa depan ideal yang hendak diwujudkan oleh organisasi yang bersangkutan. Visi adalah mental model masa depan, dengan demikian visi harus digali bersama, disusun bersama sekaligus diupayakan perwujudannya secara bersama, sehingga visi menjadi milik bersama yang diyakini oleh seluruh elemen organisasi dan pihak-pihak yang terkait dengan upaya mewujudkan visi tersebut. Visi yang tepat bagi masa depan suatu organisasi diharapkan akan mampu menjadi akselerator bagi upaya peningkatan kinerja organisasi.

Dengan memperhatikan arti dan makna visi serta melalui pendekatan membangun visi bersama, maka ditetapkan Visi Dinas Kesehatan tahun 2016 - 2021, yakni :

“TERWUJUDNYA MASYARAKAT KABUPATEN MOJOKERTO LEBIH MANDIRI UNTUK HIDUP SEHAT”.

Untuk dapat menangkap arti dan makna dari visi tersebut maka perlu diberikan penjelasan visi sebagai berikut :

Masyarakat yang mandiri dalam hidup sehat adalah suatu kondisi di mana masyarakat Mojokerto menyadari, mau, dan mampu untuk mengenali dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit ataupun termasuk gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan

(17)

B. Misi

Setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagai satu organisasi instansi pemerintah harus memastikan agar visi yang telah ditetapkan bersama dapat diupayakan perwujudannya. Untuk kepentingan itu harus disusun suatu tahapan yang secara umum akan terbagi kedalam dua tahapan yakni apa yang hendak dicapai dan bagaimana upaya untuk mencapainya. Salah satu unsur dalam tahapan tersebut adalah penetapan misi organisasi yang dalam hal ini adalah misi Dinas Kesehatan.

Dalam rangka mewujudkan visi-nya maka ditetapkan misi yang diemban Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2016 - 2021 sebagai berikut :

1. Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat;

2. Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau;

3. Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan;

4. Meningkatkan dan mendayagunakan sumberdaya kesehatan. C. Tujuan

Tujuan organisasi merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi organisasi yang mengandung makna :

1) Merupakan hasil akhir yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu sampai tahun terakhir renstra;

2) Menggambarkan arah strategis organisasi dan perbaikan-perbaikan yang ingin diciptakan sesuai tugas pokok dan fungsi organisasi;

3) Meletakkan kerangka prioritas untuk memfokuskan arah sasaran dan strategi organisasi berupa kebijakan, program operasional dan kegiatan pokok organisasi selama kurun waktu renstra.

(18)

Berdasarkan arahan arti dan makna penetapan tujuan organisasi tersebut maka dalam kedudukannya sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah, Dinas Kesehatan dalam mewujudkan misinya menetapkan tujuan sebagai berikut :

1) Untuk mewujudkan misi “Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat” maka ditetapkan tujuan :

a) Memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat agar mampu menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta mengembangkan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)

2) Untuk mewujudkan misi “Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau” maka ditetapkan tujuan :

a) Meningkatkan akses, pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan melalui Rumah Sakit, Puskesmas dan jaringannya

b) Meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat.

c) Menjamin ketersediaan, pemerataan, pemanfaatan, mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan serta pembinaan mutu makanan.

3) Untuk mewujudkan misi “Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan” maka ditetapkan tujuan :

a) Mencegah, menurunkan dan mengendalikan penyakit menular dan tidak menular serta masalah kesehatan lainnya.

4) Untuk mewujudkan misi “Meningkatkan dan mendayagunakan sumberdaya kesehatan” maka ditetapkan tujuan :

a) Meningkatkan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar. D. Sasaran

(19)

penyusunan program operasional dan kegiatan pokok organisasi yang bersifat spesifik, terinci, dapat diukur dan dapat dicapai.

Sasaran organisasi yang ditetapkan pada dasarnya merupakan bagian dari proses perencanaan strategis dengan fokus utama berupa tindakan pengalokasian sumber daya organisasi ke dalam strategi organisasi. Oleh karenanya penetapan sasaran harus memenuhi kriteria terinci, terukur, bertujuan, berorientasi dan tepat guna (specific, measurable, agresive but attainable, result oriented and time bond). Guna memenuhi kriteria tersebut maka penetapan sasaran harus disertai dengan penetapan indikator sasaran, yakni keterangan, gejala atau penanda yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan upaya pencapaian sasaran atau dengan kata lain disebut sebagai tolok ukur keberhasilan pencapaian sasaran.

Berdasarkan makna penetapan sasaran tersebut maka sampai dengan akhir tahun 2016, Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto menetapkan sasaran dengan rincian sebagai berikut :

1) Untuk mewujudkan tujuan dari Misi 1 “Memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat agar mampu menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta mengembangkan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)” maka ditetapkan sasaran :

a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta pemberdayaan masyarakat ke arah kemandirian

2) Untuk mewujudkan tujuan dari Misi 2 “Meningkatkan akses, pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan melalui Rumah Sakit, Puskesmas dan jaringannya” maka ditetapkan sasaran :

a. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan ibu, bayi, anak, remaja dan lanjut usia serta kesehatan reproduksi

b. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya serta pelayanan kesehatan penunjang

3) Untuk mewujudkan tujuan dari Misi 2 “Meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat” maka ditetapkan sasaran :

(20)

4) Untuk mewujudkan tujuan dari Misi 2 “Menjamin ketersediaan, pemerataan, pemanfaatan, mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan serta pembinaan mutu makanan” maka ditetapkan sasaran :

a. Meningkatkan pengelolaan obat, perbekalan kesehatan dan makanan

5) Untuk mewujudkan tujuan dari Misi 3 “Mencegah, menurunkan dan mengendalikan penyakit menular dan tidak menular serta masalah kesehatan lainnya” maka ditetapkan sasaran :

a. Menurunnya angka kesakitan dan kematian penyakit menular, tidak menular dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi serta pengamatan penyakit dalam rangka sistem kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB/wabah, ancaman epidemi serta bencana

6) Untuk mewujudkan tujuan dari Misi 4 “Meningkatkan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar” maka ditetapkan sasaran :

(21)

Bab

3

Gambaran Umum

Kabupaten Mojokerto

A. GEOGRAFIS 1. Letak

Kabupaten Mojokerto ditinjau dari astronomi dan geografis berada antara 7o18’ 35” sampai dengan 7o39’ 47” Lintang Selatan dan 5 o52‘ 0” Bujur Timur, tepatnya 50 km sebelah barat Ibukota Kabupaten Mojokerto yaitu Surabaya, dengan batas-batas :

a. Sebelah Utara : Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik

(22)

c. Sebelah Selatan : Kabupaten Malang dan Kabupaten Pasuruan

d. Sebelah Barat : Kabupaten Jombang dan Kabupaten Malang

Dengan Pusat Pemerintahan terletak didalam wilayah Kota Mojokerto. 2. Iklim

Seperti wilayah Jawa Timur pada umumnya, Kabupaten Mojokerto beriklim tropik, namun dalam tiga tahun terakhir lama musim penghujan dan musim kemarau mulai tidak seimbang. Sehingga mengakibatkan pergantian musim yang tidak tentu.

B. KEADAAN PENDUDUK

Data kependudukan sangat penting dan mempunyai arti yang sangat strategis dalam pembangunan pada umumnya dan bidang kesehatan pada khususnya. Hampir semua kegiatan pembangunan kesehatan obyek sasarannya adalah masyarakat atau penduduk.

Kondisi data Kependudukan di Kabupaten Mojokerto sebagai berikut : 1. Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Mojokerto menurut perhitungan proyeksi dari data pusdatin pada tahun 2016 sebanyak 1.090.075 jiwa.Dimana jumlah rumah tangga 343.603.

2. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Distribusi penduduk menurut jenis kelamin adalah sebagai berikut :

 Laki-laki : 544.475 jiwa

 Perempuan : 545.600 jiwa

 Sex Ratio : 99,79

(23)

Gambar 1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kelompok Umur Tahun 2016 Kab. Mojokerto

Jumlah penduduk usia (0 – 4 tahun) sebesar 84.700 jiwa, usia (5 – 9 tahun) sebesar 85.283 jiwa, usia ( 10 – 14 tahun) sebesar 84.295 jiwa, usia (15 – 19 tahun) sebesar 88.459 jiwa, usia (20 – 24) sebesar 87.064 jiwa, usia (25 – 29) sebesar 83.317 jiwa, usia (30 – 34) sebesar 81.844 jiwa, usia (35 – 39) sebesar 87.638 jiwa, usia (40 – 44) sebesar 88.404 jiwa, usia (45 – 49) sebesar 81.483 jiwa, usia (50 – 54) sebesar 70.024 jiwa, usia (55 – 59) sebesar 55.022 jiwa, usia (60 – 64) sebesar 41.274 jiwa, usia (65 – 69) sebesar 30.410 jiwa, usia (70 – 74) sebesar 20.294 jiwa dan usia (75+ tahun) sebesar 20.564 jiwa (Tabel 2).

3. Kepadatan Penduduk

Luas wilayah Kabupaten Mojokerto adalah 692.2 km2, dengan jumlah

penduduk 1.090.075 jiwa. Dimana terdapat 304 desa dan kelurahan, dengan 299 desa dan 5 kelurahan. Kepadatan penduduk per Km2adalah 1.575,91 Km2(Tabel 1).

4. Keadaan Pendidikan

Komponen pengukuran tingkat pembangunan manusia suatu negara yang cukupberpengaruh yaitu komponen pendidikan. Perubahan yang terjadi secara terus meneruspada perilaku masyarakat disebabkan oleh semakin meningkatnya tingkat

(24)

pendidikan. Tingginya rata-rata tingkat pendidikan masyarakat sangat penting bagi kesiapan bangsa menghadapi tantangan global di masa depan. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan sesorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan.

Salah satu indikator tingkat pendidikan adalah dengan adanya penduduk yang melek huruf dan jejang tingkat pendidikan. Presentase penduduk Kabupaten Mojokerto yang berusia 10 tahun ke atas yang melek huruf yaitu laki-laki 97,53%, perempuan 94,87%. Presentase pendidikan tertinggi yang ditamatkan yaitu tidak memiliki ijazah SD laki-laki 15,02%, perempuan 23,79%. Tamat SD/MI laki-laki 23,91%, perempuan 23,46. Tamat SMP/ MTs laki 25,44%, perempuan 28,37%. Tamat SMA/ MA laki-laki 18,41%, perempuan 17,02%. Tamat sekolah menengah kejuruan laki-laki-laki-laki 12,20%, perempuan 3,83%. Tamat Diploma I/II/III/ Akademi laki-laki 1,26%, perempuan 0,72%. Tamat Universitas/ Diploma IV laki-laki 3,59%, perempuan 2,51%. Tamat S2/S3/ Master/Doktor laki-laki 0,17%, perempuan 0,30%. (Tabel 3)

5. Penduduk Sasaran Program

Penduduk sebagai determinan pembangunan perlu mendapat perhatian yang serius. Program pembangunan, termasuk pembangunan di bidang kesehatan, harus didasarkan pada dinamika kependudukan. Upaya pembangunan di bidang kesehatan tercermin dalam program kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pencapaian derajat kesehatan yang optimal bukan hanya menjadi tanggung jawab dari sektor kesehatan saja, namun sektor terkait lainnya seperti sektor pendidikan, ekonomi, sosial dan pemerintahan juga memiliki peranan yang cukup besar. Data penduduk sasaran program diperlukan bagi pengelola program terutama untuk menyusun perencanaan serta evaluasi hasil

(25)

Data penduduk sasaran program pembangunan kesehatan tahun 2016 adalah sebagai berikut :

NO SASARAN PROGRAM KELOMPOK

UMUR JENIS KELAMIN JUMLAH Laki-laki Perempuan 1 Lahir Hidup - 8,679 8,269 16,948 2 Bayi 0 Tahun 8,781 8,366 17,147

3 Baduta (Bawah 2 Tahun) 0 - 1 Tahun 17,450 16,640 34,090

4 Batita (Bawah 3 Tahun) 0 - 2 Tahun 26,067 24,887 50,954

5 Anak Balita 1 - 4 Tahun 34,482 33,071 67,553

6 Balita 0 - 4 Tahun 43,263 41,437 84,700

7 Apras (Anak Pra Sekolah) 5 - 6 Tahun 17,353 16,688 34,041

8 Anak Kelas 1 SD 7 Tahun 8,692 8,343 17,035

9

Remaja 10 - 14 Tahun 43,160 41,135 84,295

10 15 - 19 Tahun 45,179 43,280 88,459

11 Penduduk Usia Muda < 15 Tahun 129,951 124,327 254,278

12 Lansia ≧60 Tahun 52,795 59,747 112,542

13 Wanita Usia Subur (WUS) 15 - 39 Tahun - 213,196 213,196

14 Pasangan Usia Subur - - 185,313 185,313

15 Ibu Hamil (Bumil) - - 18,643 18,643

16 Ibu Bersalin/Nifas - - 17,795 17,795

(26)

Bab

4

SITUASI DERAJAT

KESEHATAN

Situasi derajat kesehatan masyarakat dapat diukur dari indikator-indikator yang digunakan antara lain angka kematian, angka kesakitan serta status gizi. Indikator tersebut dapat diperoleh melalui laporan dari fasilitas kesehatan (fasility based) dan dari masyarakat (community based).

Perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dan kesakitan dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya.

A. ANGKA KEMATIAN

1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Kematian bayi yang dimaksud adalah kematian yang terjadi pada bayi sebelum mencapai usia satu tahun. Angka kematian bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab dari kematian bayi di Kabupaten Mojokerto paling banyak diakibatkan oleh BBLR (berat bayi lahir rendah), asfiksia, kongenital, aspirasi, dan lain-lain.

Selama tahun 2016 dilaporkan terjadi 15.698 kelahiran. Dari seluruh kelahiran, tercatat lahir hidup 15.618 dan 80 kasus lahir mati. Kasus kematian bayi sebesar 190, diantaranya laki-laki sebanyak 113 bayi dan sebanyak 77 bayi perempuan (Tabel 5). Jumlah kematian tertinggi ada pada Kecamatan Sooko yaitu 16 bayi. Kasus kematian bayi tahun 2015 sama dengan kasus kematian bayi tahun 2016. Dengan angka kematian bayi di tahun 2016 adalah 12,17 per 1.000 kelahiran hidup. Terjadi peningkatan angka kematian bayi dari tahun 2015 yaitu sebesar 11,13 per 1.000 kelahiran hidup.

(27)

Gambar 3. Penyebab Kematian Bayi Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Berbagai upaya telah dilakukan dalam menurunkan angka kematian bayi, mulai dengan diadakannya kelas ibu hamil, pertemuan bidan dengan narasumber yang berkompeten, pelatihan fasilitator kelas Ibu Balita.

Kematian balita yang dimaksud adalah Kematian yang terjadi pada balita sebelum usia 5 (lima) tahun (bayi + anak balita). Angka kematian balita adalah jumlah anak yang meninggal sebelum usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah kematian balita tahun 2016 sebanyak 211 anak, dengan jumlah laki-laki 125 anak dan perempuan 86 anak. Jumlah kematian anak balita tahun 2016 sebanyak 21 anak, dimana jumlah laki-laki 12 anak dan perempuan 9 anak (Tabel 5).

Kasus kematian bayi yang terjadi selama 5 tahun berturut-turut dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016, dapat dilihat pada diagram di bawah ini :

(28)

2. Angka Kematian Ibu (AKI)

Kematian ibu yang dimaksud adalah kematian perempuan pada saat hamil dan atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dll. Angka kematian ibu dihitung per 100.000 kelahiran hidup.

Jumlah kematian ibu di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2016 sebanyak 22 kasus yang terdiri dari 3 kasus pada Kematian Ibu Hamil, 7 kasus pada kematian pada Ibu Bersalin dan 12 kasus pada Kematian ibu Nifas. Jika dirinci menurut kelompok umur kesemua kasus kematian ibu tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut, kematian pada Ibu Hamil 2 orang meninggal pada usia 20-34 tahun dan usia ≧35 tahun sebanyak 1 orang. Kematian Ibu

bersalin usia 20-34 tahun sebanyak 6 kasus, dan usia ≧35 tahun sebanyak 1 kasus. Pada

kematian Ibu Nifas terdapat 9 orang yang meninggal pada usia 20-34 tahun, dan 3 orang pada usia≧35 tahun (Tabel 6).

Kendala yang dihadapi oleh Kabupaten Mojokerto terkait kasus kematian Ibu diantaranya :

a) Belum adanya tim Penakib (Tim Penanggulangan Angka Kematian Ibu Pelaksanaan AMP belum efektif karena kesulitan berkoordinasi dengan SpOG dan SpA,

b) Perubahan perilaku masyarakat khususnya pada pemeriksaan ibu hamil yang bersifat spesifik masih kurang, misalnya USG, kontak dengan spesialis,

c) Belum adanya sinkronisasi Definisi Operasional kasus yang bisa dirujuk di Rumah Sakit antara Bidan dengan Rumah Sakit,

d) Masih ada 4 Terlambat (terlambat deteksi dini, terlambat ambil keputusan, terlambat merujuk, terlambat penanganan adekuat)

Kasus kematian maternal yang terjadi selama 5 tahun berturut-turut dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016, dapat dilihat pada diagram dibawah ini (gambar 4).

(29)

Gambar 5. Jumlah Kematian Ibu Kabupaten Mojokerto Tahun 2012 - 2016 Upaya Dinas Kesehatan untuk menurunkan AKI dan AKB :

1. Pendewasaan usia kawin dan Penyuluhan kesehatan reproduksi untuk siswa SMP dan SMA 2. Meningkatkan cakupan KB aktif

3. Pelayanan antenatal care terpadu (pelayanan sebelum melahirkan) yang berkualitas 4. KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) pada Bumil untuk KB pasca salin

5. Pemberdayaan masyarakat melalui P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) Desa Siaga

6. GEBRAK (Gerakan Bersama Amankan Kehamilan dan Persalinan) di wilayah Puskesmas Puri dan Gayaman bekerjasama dengan 4 Institusi Pendidikan (UNIM, PPNI, Poltekes Mojopahit, Dian Husada)

7. Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita

8. Pengkajian kasus kematian ibu dan bayi oleh Tim Pengkaji (Dokter Spesialis Terkait) 9. Persalinan 4 tangan

10. Pendampingan Bumil oleh kakek nenek melalui Program Kakek Nenek Asuh 11. Penggalakkan kelas Bapak

B. Morbiditas/ Angka Kesakitan

Morbiditas diartikan sebagai angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit. Angka kesakitan (Morbiditas) pada penduduk berasal dari community based data yang diperoleh melalui pengamatan (surveilans), terutama yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan melalui sistem pencatatan dan pelaporan rutin serta insidentil.

(30)

Sementara untuk kondisi penyakit menular, berikut ini akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular yang perlu mendapatkan perhatian, termasuk penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan penyakit yang memiliki potensi untuk menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB).

1. Tuberkulosis (TB)

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Kasus baru TB BTA+ merupakan Pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu). TB BTA + yaitu penemuan pasien TB melalui pemeriksaan dahak sewaktu- pagi- sewaktu (SPS) dengan hasil pemeriksaan mikroskopis :

a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif

b. Terdapat 1 spesimen dahak SPS dengan hasil BTA positif dan foto toraks dada menunjukan gambaran tuberculosis

c. Terdapat 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya dengan hasil BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

Pengendalian TB di Kabupaten Mojokerto memakai strategi Directly Observed

Treatment Shortcourse (DOTS). Dengan program ini kita berusaha mencapai target penemuan penderita sebesar 70% dari perkiraan penderita TB BTA+ kasus baru dengan tingkat kesembuhan sebesar 90 %. Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah

Case Detection Rate(CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut.

Jumlah Penderita TB BTA+ Paru Baru Kab. Mojokerto tahun 2012 sampai dengan tahun 2016, dapat dilihat dari diagram dibawah ini :

(31)

Gambar 6. Penderita TB Paru BTA+ Di Kab. Mojokerto Tahun 2012 – 2016

Jumlah kasus TB BTA+ sebesar 607dengan angka kematian selama pengobatan per 100.000 penduduk sebesar 0,55 dengan jumlah kematian sebesar 6 jiwa (Tabel 9). Angka keberhasilan pengobatan sebesar 95,85%. Terjadi peningkatan penemuan kasus TB hal ini dikarenakan terjadi peningkatan layanan TB DOTS selain di Puskesmas dan Rumah Sakit Pemerintah, RS Swasta juga mulai melaksanakan MOU Program TB DOTS, sehingga akses layanan TB DOTS lebih mudah di dapatkan oleh masyarakat. Dalam rangka mewujudkan Target Nasional untuk mencapai eliminasi TB Tahun 2035 dibutuhkan peran dari pemberi layanan (termasuk Dokter Praktek Swasta) dan masyarakat dalam penerapan strategi penanggulangan TB DOTS yang handal.

Angka Kesembuhan pada tahun 2016 adalah 91,89% dengan jumlah BTA+ diobati sebanyak 530 (Tabel 9) dan yang mendapat pengobatan lengkap sebanyak 21 jiwa.

2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Pneumonia merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian balita yang utama, selain diare. Penyakit ini merupakan bagian dari penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Penemuan penderita pneumoni balita yaitu Balita dengan pneumonia yang ditemukan dan diberikan tatalaksana sesuai standar di sarana kesehatan di satu wilayah dalam waktu satu tahun. Upaya pemberantasan penyakit ISPA dilaksanakan dengan fokus penemuan dini dan

(32)

tata laksana kasus secara cepat dan tepat. Upaya ini dikembangkan melalui Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).

Kasus penderita Pnemonia yang ada di Kabupaten Mojokerto tahun 2012 – 2016, dapat dilihat dari diagram dibawah ini :

Gambar 7. Penderita Pnemonia ditangani di Kabupaten Mojokerto Tahun 2012 - 2016 Jumlah balita penderita pnemonia yang dilaporkan dan dapat ditangani di Kabupaten Mojokerto tahun 2016 sebanyak 5.758 penderita, terjadi penurunan dibandingkan pada tahun 2014 sebesar 5.879. Tahun 2016 dari 3.795 perkiraan penderita yang mendapatkan penanganan sebesar 5.708 penderita (150,41%) (Tabel 13). Persentase penanganan melebihi 100% dibanding jumlah perkiraan balita dikarenakan rumus perhitungan perkiraan penderita mengalami perubahan, yang semula 0,5 menjadi 4,45, sehingga target melebihi 100%.

3. HIV/AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS)

HIV merupakanHuman Immunodeficiency Virusadalah virus penyebab AIDS. Virus ini menyerang dan menghancurkan sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh tidak mampu melindungi diri dari penyakit lain. Sedangkan AIDS adalah Acquired Immune Deficiency Syndrome merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh HIV. Perkembangan penyakit HIV-AIDS terus menunjukkan peningkatan, meskipun berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan.

(33)

Gambar 8. Penderita HIV/AIDS di Kabupaten Mojokerto Tahun 2012 – 2016

Jumlah kasus HIV/AIDS tahun 2016 sudah dapat dilihat secara terpisah, jumlah kasus HIV sama dengan kasus AIDS dimana terdapat 79 kasus. Hal ini disebabkan karena sebagian penderita terdeteksi pada saat sudah terinfeksi AIDS, maka otomatis dapat dikatakan HIV. Tidak ada kasus kematian penderita AIDS pada tahun 2016. (Tabel 11).

Terjadi penurunan kasus dari tahun 2014 ke tahun 2015, tetapi meningkat pada tahun 2016, hal ini menunjukkan bahwa adanya kesadaran dari masyarakat untuk memeriksakan diri ke sarana kesehatan, selain itu pesatnya jumlah kasus juga didasarkan dengan adanya mobil layanan keliling untuk tes darah secara sukarela, sehingga penemuan penderita HIV cepat terdeteksi dan segera tertangani. Untuk penanganan kasus HIV/AIDS bekerjasama dengan klinik VCT RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojosari dan UPIPI RS Dr. Soetomo Surabaya.

Namun sangat disadari bahwa kasus AIDS tersebut masih jauh lebih sedikit dibandingkan kasus yang sesungguhnya mengingat tidak seluruh kasus AIDS yang ada atau baru sebagian kecil yang dilaporkan (under reported).

Hasil skrining yang dilakukan di unit transfusi darah PMI Kabupaten Mojokerto selama tahun 2016 menunjukkan jumlah pendonor sebesar 11.558 diantaranya 6.753 laki-laki dan 4.805 perempuan, dan sampel darah yang diperiksa 100%, dan yang positif HIV sebanyak 79. (Tabel 12)

4. Diare

Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita Diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih. Perkiraan Jumlah Kasus

(34)

Diare adalah perkiraan jumlah penderita diare yang datang ke sarana kesehatan dan kader adalah 10% dari angka kesakitan dikali jumlah penduduk di suatu wilayah kerja dalam waktu satu tahun.

Penderita diare yang ditangani adalah Jumlah penderita yang datang dan dilayani di sarana kesehatan dan kader di suatu wilayah tertentu dalam waktu satu tahun. Jumlah penderita diare yang ditangani di Kabupaten Mojokerto tahun 2016 sebesar 20.358 penderita, dengan jumlah target penemuan sebesar 58.864 penderita merupakan 10% dari jumlah penduduk tahun 2016 (Tabel 13). Jumlah kasus pada tahun 2016 menurun dari tahun 2015, hal ini dikarenakan sudah meningkatnya kesadaran masyarakat untuk segera mengatasi gejala yang ditimbulkan oleh diare tersebut, serta segera untuk berobat ke sarana kesehatan atau Puskesmas. Selain itu pengobatan dapat dilakukan sendiri dengan meminum oralit.

Kasus penderita Diare pada balita yang ada di Kabupaten Mojokerto tahun 2012 – 2016 dapat dilihat dari diagram dibawah ini :

Gambar 9. Penderita Diare ditangani di Kabupaten Mojokerto Tahun 2012 – 2016 5. AFP (Acute Flaccid Paralysis)

AFP merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas kemudian berakibat pada kelumpuhan. Sedangkan Non Polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus Polio sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus Polio. AFP Rate Non Polio dihitung berdasarkan per

(35)

Kejadian AFP pada saat ini diproyeksikan sebagai indikator untuk menilai program eradikasi polio (erapo). Upaya memantau keberhasilan erapo adalah dengan melaksanakan surveilans secara aktif untuk menemukan kasus AFP sebagai upaya mendeteksi secara dini munculnya virus polio liar yang mungkin ada di masyarakat agar dapat segera dilakukan penanggulangan, cakupan vaksinasi polio rutin yang tinggi dan sanitasi lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan. Jumlah kasus AFP (non polio) di Kabupaten Mojokerto tahun 2016 sebanyak 4 kasus dari 254.278 jumlah penduduk < 15 tahun (Tabel 18). Terjadi penurunan kasus yang drastis dari tahun 2015 yang terdapat 20 kasus AFP. Angka AFP Rate pada tahun 2016 ini telah mencapai target nasional yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI sebesar minimal 2/100.000.

Kasus penderita AFP yang ada di Kabupaten Mojokerto tahun 2012 – 2016, dapat dilihat pada diagram dibawah ini :

Gambar 10. Kasus AFP di Kabupaten Mojokerto Tahun 2012 – 2016 6. Penyakit Kusta

Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri

Mycobacterium leprae. Jumlah penderita baru penyakit Kusta tahun 2016 yang dilaporkan sebanyak 35 orang dimana kasus MB+PB laki-laki sebesar 24 orang dan perempuan sebesar 11 orang (Tabel 14). Yang mengalami cacat tingkat 2 sebanyak 3 orang (Tabel 15). Jumlah kasus kusta yang tercatat sebanyak 61 orang, kesemuanya adalah kasus kusta MB dengan angka prevalensi per 10.000 penduduk sebesar 0,56. (Tabel 16)

(36)

Penderita kusta yang selesai berobat atau menjalani pengobatan RFT sebanyak 72 orang. Dimana seluruhnya adalah pengobatan RFT MB (100%) (Tabel 17). Kasus Penderita Kusta belum bisa mencapai eliminasi. Tetapi ada kecenderungan menurun, dikarenakan upaya pencarian lebih intensif. Upaya yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto adalah penyuluhan kesehatan, penemuan penderita dan pengobatan penderita. Setelah kasus yang ditemukan semakin banyak dan diobati, maka diharapkan pada tahun – tahun berikutnya prevalensi kusta akan menurun sampai terjadi eliminasi.

7. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virusDenguedan ditularkan oleh nyamukAedes aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur < 15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa. Kabupaten Mojokerto termasuk Kabupaten endemis DBD. Pada tahun 2016 penderita di Kabupaten Mojokerto 434 penderita, dengan rincian laki-laki sebanyak 169 penderita dan perempuan sebanyak 265 penderita. Penderita meninggal dunia sebanyak 10 orang (Tabel 21). Pada tahun 2015 penderita DBD sebanyak 318 penderita. Terjadi peningkatan kasus DBD dari tahun 2015 ke tahun 2016. Meningkatnya kasus DBD begitu signifikan karena terjadi KLB DBD pada awal tahun 2016, dikarenakan musim hujan yang intensitasnya mulai meningkat tanpa diimbangi oleh kebersihan lingkungan. Program DBD yang diterapkan di Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto adalah dengan melakukan Fogging dan dengan dibentuknya Bumatik (Ibu Pemantau Jentik) yang mana ibu rumah tangga melakukan pemantauan jentik di lingkungan rumahnya. Program ini merupakan program unggulan Dinkes Kabupaten Mojokerto.

Kasus penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terjadi selama 5 Tahun berturut-turut dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016, dapat dilihat pada diagram berikut :

(37)

Gambar 11. Penderita DBD ditangani di Kabupaten Mojokerto Tahun 2012 – 2016 Insiden rate (Incidence Rate) Kabupaten Mojokerto tahun 2016 sebesar 39,8 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Namun hal ini masih dibawah target nasional 51 per

100.000 penduduk. Angka kematian pada tahun 2016 yakni

mencapai 2,3 %. Ini menunjukkan bahwa perlu peningkatan diagnosa dini dan tata laksana kasus DBD di rumah sakit serta sosialisasi tentang penyakit DBD. Wilayah denganCase Fatality Rate melebihi 1 % mencapai 8 Puskesmas, diantaranya Puskesmas Puri, Puskesmas Bangsal, Puskesmas Gedeg, Puskesmas Lespadangan, Puskesmas Jetis, Puskesmas Mojosari, Puskesmas Modopuro, Puskesmas Jatirejo.

8. Malaria

Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut. Kasus malaria di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2016 tidak ditemukan/nihil.

Penyakit malaria yang positif dengan pemeriksaan darah pada tahun 2015 sebanyak 5 orang dan tidak ada yang meningggal dunia. Pada tahun 2016 tidak ada kasus malaria yang ditemukan/ nihil.

9. Penyakit Filariasis

Filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di wilayah tropika seluruh dunia. Penyebabnya adalah sekelompok cacing parasit nematoda yang menyebabkan infeksi sehingga berakibat munculnya edema. Jumlah kasus Filariasis di Kabupaten Mojokerto

(38)

pada tahun 2016 adalah sebanyak 5 orang yaitu di 5 wilayah Puskesmas (Tabel 23). Tercatat laki - laki sebanyak 1 orang dan perempuan sebanyak 4 orang. Jumlah ini adalah data kasus pasien lama.

10. Hipertensi/tekanan darah tinggi

Hipertensi/ tekanan darah tinggi adalah adalah Peningkatan tekanan darah yaitu keadaaan dimana tekanan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg (Joint National Committee on Prevention Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure VII/JNC-VII, 2003). Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah. Tekanan darah melibatkan dua pengukuran, sistolik dan diastolik, tergantung apakah otot jantung berkontraksi (sistole) atau berelaksasi di antara denyut (diastole).

Pengukuran tekanan darah adalah Penduduk yang berusia ≧18 tahun yang dilakukan

pengukuran tekanan darah minimal satu tahun sekali di suatu wilayah. Pengukuran dapat dilakukan di dalam unit pelayanan kesehatan primer, pemerintah maupun swasta, di dalam

maupun di luar gedung. Jumlah penduduk usia ≧ 18 di Kabupaten Mojokerto sebanyak

783.157 jiwa. Cakupan pemeriksaan tekanan darah tinggi di Kabupaten Mojokerto sebanyak 152.902, dan yang mengalami hipertensi sebanyak 34.958 (22,86%).

11. Obesitas

Obesitas adalah Terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan pada tubuh yang dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan. Dikatakan obesitas apabila hasil pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) > 25. Pemeriksaan obesitas adalah Persentase pengunjung Puskesmas dan jaringannya berusia > 15 tahun yang dilakukan pemeriksaan obesitas dalam kurun waktu satu tahun. Cakupan pemeriksaan obesitas di Kabupaten Mojokerto tahun 2016 sebanyak 95.346,

dari jumlah pengunjung Puskesmas usia ≥ 15 tahun sebanyak 392.988. Dimana jumlah

(39)

12. IVA positif pada perempuan usia 30-50 tahun

IVA (Inspeksi Visual dengan asam asetat) adalah Pemeriksaan dengan cara mengamati dengan menggunakan spekulum, melihat leher rahim yang telah dipulas dengan asam asetat atau asam cuka (3-5%). Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut acetowhite epithelium. Deteksi dini yang dimaksud dapat dilakukan di puskesmas dan jaringannya, di dalam maupun di luar gedung. Jumlah perempuan yang berusia 30-50 tahun sebanyak 178.657. Cakupan pemeriksaan leher rahim dan payudara di Puskesmas Kabupaten Mojokerto tahun 2016 sebanyak 1.986 (1,1%), jumlah IVA Positif sebanyak 52 terbanyak di Gayaman dan Jatirejo dengan jumlah pemeriksanaan Puskesmas Gayaman 45 yang positif 1 orang (13,33%). Dan Puskesmas Jatirejo yang diperiksa 431, positif 6 (5,34%). Jumlah yang mengalami tumor/benjolan sebanyak 11 orang (0,55%). Masih sedikitnya perempuan yang mau datang untuk memeriksakan diri ke Puskesmas dikarenakan masih ada rasa takut dalam pemeriksanaannya dan jika positif IVA. Dengan pemeriksaan sedini mungkin maka akan lebih mudah dalam pengobatannya.

13. Kejadian Luar Biasa (KLB)

Kejadian Luar Biasa (KLB) yang dimaksud adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu desa /kelurahan dalam waktu tertentu. Kejadian luar biasa di Kabupaten Mojokerto tahun 2016 terjadi di 8 desa/kelurahan dari total 304 desa/kelurahan, dimana sudah ditangani 100% <24 jam (Tabel 28). Telah dilaksanakan SKD – KLB 1 sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa pada semester 1.

Jumlah penderita dan kematian pada KLB menurut jenis KLB di Kabupaten Mojokerto Tahun 2016 dengan jenis KLB yaitu Difteri. Kejadian Difteri di 3 kecamatan dan 5 desa, diantaranya laki-laki sebanyak 4 orang dan perempuan sebanyak 4 orang (Tabel 27). Paling tinggi terjadi di Puskesmas Sooko sebanyak 5 kasus.

14. Penyakit Menular Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) adalah penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus non neonatorum, Tetanus neonatorum, Campak, Polio dan Hepatitis B. PD3I

(40)

merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi, pada profil kesehatan ini akan dibahas penyakit difteri, pertusis, tetanus, campak, polio dan hepatitis.

a) Difteri

Difteri adalah Infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae, yang ditandai dengan pembentukan membran di kerongkongan dan aliran udara lainnya yang menyebabkan sulit bernafas. Termasuk Difteri pada mata, kulit, telinga, hidung dan vagina. Difteri termasuk penyakit menular yang jumlah kasusnya relatif rendah. Rendahnya kasus difteri sangat dipengaruhi adanya program imunisasi. Jumlah kasus penyakit difteri di Kabupaten Mojokerto tahun 2016 yaitu sebanyak 8 kasus. Dimana difteri ini menjadi kasus KLB di Kabupaten Mojokerto (Tabel 19).

b) Pertusis

Pertusis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bardetella Pertusis dengan gejala batuk beruntun disertai tarikan nafas hup (whoop) yang khas dan mengalami muntah. Gejala pertusis demam ringan, bersin, hidung berair dan batuk kering. Disebut juga batuk rejan atau batuk seratus hari. Di Kabupaten Mojokerto tahun 2016 tidak ditemukan penderita pertusis (Tabel 19). Upaya pencegahan kasus pertusis dilakukan melalui imunisasi DPT+HB sebanyak 3 kali yaitu saat usia 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan atau usia yang lebih dari itu tetapi masih di bawah 1 tahun (usia sampai dengan 11 bulan).

c) Tetanus

Tetanus adalah penyakit infeksi akut dan sering fatal yang mengenai sistem saraf yang disebabkan infeksi bakteri dari luka terbuka. Ditandai dengan kontraksi otot Tetanik dan Hiperrefleksi, yang mengakibatkan Trismus (rahang terkunci), Spasme Glotis, Spasme otot umum, Opistotonus, Spasme Respiratoris, serangan kejang dan Paralisis. Tetanus dibedakan menjadi dua yaitu tetanus non neonatorum dan tetanus neonatorum. Di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2016 tidak ditemukan penderita tetanus (Tabel 19).

(41)

d) Campak

Campak adalah Penyakit akut yang disebabkan Morbili virus ditandai dengan munculnya demam tinggi (>38 C), bintik merah (ruam), disertai salah satu gejala seperti batuk, pilek dan mata merah. Untuk jumlah kasus campak di Kabupaten Mojokerto tahun 2016 mengalami penurunan yang drastis dari tahun 2013, hasil dari pelaporan Subdin P2PL untuk tahun 2015 dan tahun 2016 tidak terdapat kasus penyakit campak, hal ini berbeda dari tahun 2013 yang terdapat 24 kasus campak (Tabel 21).

e) Polio

Polio adalah Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Polio. Dapat menyerang semua umur, tetapi biasanya menyerang anak-anak usia kurang dari 3 tahun yang menyebabkan kelumpuhan sehingga penderita tidak dapat menggerakkan salah satu bagian tubuhnya. Gerakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dalam rangka Eradikasi Polio dan wujud dari kesepakatan global bertujuan membasmi penyakit polio. Keberhasilan dari program tersebut bisa dicapai dengan dilaksanakan surveilance secara aktif baik di Rumah Sakit dan di masyarakat setiap minggu. Untuk dapat menemukan kasus secara dini terhadap munculnya virus polio liar yang mungkin terdapat di masyarakat sehingga dapat segera dilakukan penanggulangan.

Kasus polio di tahun 2016 tidak ditemukannya penderita di Kabupaten Mojokerto. Sama halnya juga pada tahun 2014 yang tidak ditemukan kasus polio, sedangkan pada tahun sebelumnya seperti pada tahun 2009 terdapat 7 kasus polio dan tahun 2010 terdapat 5 kasus. Hal ini menunjukkan bahwa penanggulangan yang dilakukan tepat sasaran dan sudah meratanya pemberian imunisasi polio di tiap kecamatan di Kabupaten Mojokerto (Tabel 21). Selain itu masyarakat juga sudah tergerak untuk mendapatkan imunisasi di Posyandu maupun sarana kesehatan.

f) Hepatitis B

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B" (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati. Hepatitis B

(42)

adalah penyakit infeksi, terutama mengenai hati. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis B. Hepatitis B merupakan salah satu dari 5 jenis hepatitis, yaitu hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D dan hepatitis E. Hepatitis B dapat berupa infeksi akut (cepat timbul lalu pulih) dan juga kronik (berlangsung lama). Sebanyak 1%-5% dewasa, 90% bayi baru lahir, dan 50% bayi yang terinfeksi hepatitis B akut akan berkembang menjadi hepatitis kronik.

Kabupaten Mojokerto tahun 2016 cakupan penderita Hepatitis B nihil/tidak ada penderita. Hal ini menunjukkan pemberian imunisasi yang tepat sasaran dan pencegahan yang sudah baik.

(43)

Bab

5

UPAYA KESEHATAN

A. PELAYANAN KESEHATAN

Pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Kunjungan Ibu Hamil (K4)

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya, yang mengikuti program pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4.

Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ke tiga.

(44)

Jumlah seluruh ibu hamil sebanyak 18.643 orang, cakupan pelayanan K4 Kabupaten Mojokerto pada tahun 2016 sebesar 15.854 (85%). Untuk tahun 2015 jumlah absolut K4 sebesar 15.998 (Tabel 29). Kunjungan K4 pada tahun 2016 mengalami penurunan. Walaupun mengalami penurunan dari tahun 2015, tetapi masih diatas target provinsi yaitu 80%. Terjadi penurunan K4 disebabkan karena adanya perpindahan, jika K1 masih di wilayah tersebut maka untuk K4 pindah ke luar wilayah sehingga tidak masuk pencatatan untuk cakupan K4. 2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Pada Ibu Nifas

Pertolongan persalinan juga merupakan salah satu kualitas pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Hal ini dapat menggambarkan bahwa masyarakat mau dan tahu tentang pentingnya keamanan dalam pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.

Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional).

Jumlah ibu bersalin sebesar 17.795 orang, yang ditolong oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Mojokerto tahun 2016 sebesar 16.361 (91,9%) (Tabel 29). Ibu yang telah melahirkan juga perlu ditangani saat masa nifas oleh tenaga kesehatan. Pelayanan kesehatan pada ibu nifas tahun 2016 yaitu sebesar 16.246 (91,3 %) (Tabel 29). Realisasi ibu bersalin di tolong oleh tenaga kesehatan tahun 2016 mengalami peningkatan dari tahun 2015, sama halnya dengan pelayanan ibu nifas yang mengalami peningkatan.. Seharusnya Ibu yang bersalin di tolong nakes berbanding lurus dengan dengan yang medapat pelayanan nifas, tetapi dari hasil terlihat lebih rendah yang mendapatkan pelayanan nifas. Hal ini dikarenakan setelah bersalin di Kabupaten Mojokerto banyak yang kembali ke tempat asal yang mana di luar Kabupaten Mojokerto, sehingga cakupan nifas tidak sama dengan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.

3. Bumil Mendapatkan Fe

(45)

diberikan pada awal perikasa kehamilan dengan pemberian pertama tablet Fe 1 dan selanjutnya sampai tablet Fe 3.

Salah satu masalah gizi yang perlu mendapat perhatian adalah kekuranga Fe pada ibu hamil dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin yang dikandungnya. Ibu hamil yang menderita kekurangan zat Fe akan merasa, lemah, letih, lesu, dan tentu saja akan mengganggu janin yang dikandungnya.

Jumlah Ibu Hamil sebesar 18.643 orang, pemberian Fe 1 di Kabupaten Mojokerto Tahun 2016 sebanyak 17.593 (94,37 %), sedangkan pemberian Fe 3 sebanyak 15.732 (84,39 %) (Tabel 32).

Gambar 13. Pemberian Fe 1 dan Fe 3 Bumil di Kab. Mojokerto Tahun 2012-2016 4. Imunisasi TT pada Bumil dan WUS (Wanita Usia Subur)

Imunisasi TT pada Ibu Hamil diartikan Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu (yang dimulai saat dan atau sebelum kehamilan) yang berguna bagi kekebalan seumur hidup. Untuk pencegahan terjadinya Tetanus Toksoid pada ibu hamil dilakukan imunisasi TT.

Pemberian TT2 diartikan selang waktu pemberian minimal 4 minggu setelah TT1 dengan masa perlindungan 3 tahun. Pemberian TT3 diartikan selang waktu pemberian minimal 6 bulan setelah TT2 dengan masa perlindungan 5 tahun. Pemberian TT4 diartikan selang waktu pemberian minimal 1 tahun setelah TT3 dengan masa perlindungan 10 tahun.

Pemberian TT5 diartikan selang waktu pemberian minimal 1 tahun setelah TT4 dengan masa perlindungan 25 tahun. Sedangkan pemberian TT2+ diartikan Imunisasi Tetanus yang

(46)

diberikan minimal 2 kali saat kehamilan (yang dimulai saat dan atau sebelum kehamilan). Imunisasi TT diberikan pada Bumil, jumlah ibu hamil yang ada di Kabupaten Mojokerto tahun 2016 sebesar 18.643. Bumil yang mendapatkan Imunisasi TT-1 sebesar 533 (2,9 %), TT-2 sebesar 409 (2,2 %), TT-3 sebesar 823 (4,4 %), TT-4 sebesar 1.292 (6,9 %), TT-5 sebesar 11.394 (61,1 %), dan TT2+ sebesar 13.918 (74,7%) (Tabel 30).

Sedangkan imunisasi TT pada WUS (wanita usia subur) diberikan pada kelompok usia 15 – 39 tahun. Jumlah WUS yang ada di Kabupaten Mojokerto tahun 2016 sebesar 213.196. WUS yang mendapatkan Imunisasi TT-1 sebesar 369 (0,2 %), TT-2 sebesar 528 (0,2 %), TT-3 sebesar 1.114 (0,5 %), TT-4 sebesar 8.860 (4,2 %), TT-5 sebesar 47.310 (22,2 %) (Tabel 31). 5. Komplikasi Kebidanan Dan Neonatal Risiko Tinggi/Komplikasi Ditangani

Jumlah dan persentase Komplikasi Kebidanan dan Neonatal Risiko Tinggi/Komplikasi Ditangani di Kabupaten Mojokerto Tahun 2016 dari jumlah ibu hamil yaitu sebanyak 18.643 , dimana untuk 20% ibu hamil sebesar 3.729. Komplikasi kebidanan yang ditangani dari 20% ibu hamil yaitu sebesar 4.760 (127,66%) (Tabel 33). Dimana angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dari tahun 2015 yang penanganan komplikasi kebidanan sebesar 4.042. Hal ini dapat diartikan bahwa fungsi Puskesmas PONED telah berfungsi sebagaimana mestinya dalam penanganan komplikasi, sehingga dapat melebihi target 80%.

Penanganan komplikasi neonatal tahun 2016 sebesar 1.963 (77,2 %), dimana jumlah lahir hidup yaitu sebesar 16.948, perkiraan neonatal yang komplikasi (15% dari sasaran jumlah lahir hidup) sebesar 2.542 (Tabel 33). Terjadi peningkatan dari tahun 2015.

6. Kunjungan Neonatus

Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur yang paling rentan atau memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari). Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan di samping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi

(47)

Kabupaten Mojokerto pada tahun 2016, cakupan kunjungan neonatus 3 kali (KN Lengkap) sebesar 16.233 (95,8 %), diantaranya laki-laki 8.309 dan perempuan 7.924 dari seluruh jumlah lahir hidup sejumlah 16.948. Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto telah melebihi target Provinsi sebesar 95%, hal ini dikarenakan telah dilakukan sosialisasi pada ibu melahirkan saat melahirkan untuk rutin memeriksakan bayinya minimal 4 kali (Tabel 38). 7. Pelayanan Keluarga Berencana

Peserta Keluarga Berencana terbagi menjadi peserta KB Baru dan Peserta KB Aktif. Dari jumlah PUS yang ada 223.766, jumlah Peserta KB Baru 16.017 (7,2 %) dan jumlah Peserta KB Aktif 143.137 (64 %) (Tabel 36).

Peserta keluarga berencana aktif dibagi menjadi peserta KB dengan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang jenisnya adalah, MOP/MOW, IUD, implant dan peserta KB Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) yang jenisnya suntik, pil, kondom, obat vagina dan lainnya. Peserta KB Aktif di Kabupaten Mojokerto tahun 2016 yang paling banyak memilih Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) jenis IUD sebesar 8,3 %, sedangkan KB Non MKJP yang paling banyak dipilih adalah jenis suntik sebesar 75,2 % (Tabel 34). Peserta KB baru di Kabupaten Mojokerto tahun 2016 yang paling banyak memilih Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) jenis IUD sebesar 10,5 %, sedangkan KB Baru Non MKJP yang paling banyak dipilih adalah jenis suntik sebesar 63,9 % (Tabel 35).

8. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Status gizi janin ditentukan oleh kesehatan ibu waktu hamil, sehingga akan berpengaruh pada berat badan waktu lahir, berat badan lahir bayi akan berpengaruh pada bayi. Setiap bayi yang baru lahir akan ditimbang berat badannya. Jumlah bayi baru lahir ditimbang berat badannya di Kabupaten Mojokerto tahun 2016 sebesar 15.618.

Berat bayi lahir rendah adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir. Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 katagori yaitu BBLR karena premature atau

(48)

BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang.

BBLR yang dilaporkan di Kabupaten Mojokerto dari 16.948 bayi lahir hidup yang ditimbang sebanyak 15.618 (92,2%). Yang mengalami BBLR sebanyak 590 (3,8 %), dimana jumlah laki-laki sebanyak 300 (3,7 %) dan perempuan sebanyak 290 (3,8 %) (Tabel 37). Terjadi peningkatan dari tahun 2015 dimana jumlah BBLR sebanyak 537. Balita yang ditimbang tidak 100%, hal ini dikarenakan jumlah bayi lahir hidup menggunakan angka proyeksi sehingga angka tidak 100% bayi lahir langsung di timbang.

9. ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi mulai 0 – 6 bulan dalam rangka mencukupi kebutuhan gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Air Susu Ibu (ASI) diyakini dan bahkan terbukti memberi manfaat bagi bayi baik dari

sisi/aspek gizi (kolostrum yang mengandung imunoglobulin A/IgA, whei-casein,

decosahexanoic/DHA dan arachidonic/AA dengan komposisi sesuai), aspek imunologik (selain IgA, terdapat laktoferin, lysosim dan 3 jenisleucosityaitubrochus-associated lymphocyte/BALT,

Gut associated lymphocyte tissue/GALT, mammary associated lymphocyte tissue/MALT serta faktor bifidus), aspek psikologik (interaksi dan kasih sayang antara anak dan ibu), aspek kecerdasan, aspek neurologik (aktifitas menyerap ASI bermanfaat pada koordinasi syaraf bayi), aspek ekonomik serta aspek penundaan kehamilan (metodeamenorea laktasi/MAL).

Jumlah bayi 0 - 6 bulan di Kabupaten Mojokerto tahun 2016 sebanyak 14.525 bayi, cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 10.778 (74,2 %) (Tabel 39). Terjadi peningkatan dari tahun 2015, dalam meningkatkan pemberian ASI Eklusif maka Dinas Kesehatan melakukan sosialisasi ke desa-desa maupun Posyandu tentang pentingnya ASI Eksklusif yang diberikan pada bayi sampai usia 2 tahun. Selain itu masyarakat sudah mengetahui manfaat dari pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0 - 6 bulan.

(49)

Gambar 14. Jumlah bayi yang diberi ASI Ekslusif Kab. Mojokerto Tahun 2012 – 2016 10. Pelayanan Kesehatan Bayi, Anak Balita

Menurut juknis penyusunan profil kesehatan tahun 2016 definisi operasional pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan pada bayi minimal 4 kali yaitu satu kali pada umur 29 hari-2 bulan, 1 kali pada umur 3-5 bulan, 1 kali pada umur 6-8 bulan, dan 1 kali pada umur 9-11 bulan. Pelayanan Kesehatan tersebut meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio 1-4, Campak), pemantauan pertumbuhan, Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK), pemberian vitamin A pada bayi umur 6-11 bulan, penyuluhan pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI (MP ASI).

Jumlah bayi di Kabupaten Mojokerto sebanyak 17.147. Dimana yang mendapakan pelayanan kesehatan sebesar 16.026 (93,5 %). Laki – laki mendapatkan pelayanan kesehatan bayi sebanyak 8.287 dan perempuan mendapatkan pelayanan kesehatan bayi sebanyak 7.739 (Tabel 40).

Definisi operasional Pelayanan kesehatan anak balita menurut juknis penyusunan profil kesehatan tahun 2016 merupakan pelayanan kesehatan bagi anak umur 12 - 59 bulan yang memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8 x setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 x setahun, pemberian vitamin A 2 x setahun.

Jumlah anak balita usia 12 – 59 bulan di Kabupaten Mojokerto sebanyak 67.553, yang mendapatkan pelayanan kesehatan (minimal 8 kali) sebesar 57.369 (84,9 %). Dimana jumlah laki – laki yang mendapatkan pelayanan sebesar 29.473 dan perempuan yang mendapatkan pelayanan sebesar 27.896. Terjadi peningkatan dari tahun 2015, masih diatas target Provinsi

Gambar

Gambar 1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kelompok Umur Tahun 2016 Kab. Mojokerto
Gambar 2. Sasaran Program Pembangunan Kesehatan Tahun 2016 Kab. Mojokerto
Gambar 4. Jumlah Kematian Bayi Kabupaten Mojokerto Tahun 2012- 2016
Gambar 5. Jumlah Kematian Ibu Kabupaten Mojokerto Tahun 2012 - 2016 Upaya Dinas Kesehatan untuk menurunkan AKI dan AKB :
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan jenis penyakit ayam antara lain Avian Influenza, Cronic Respiratory Disease, Corryza, Newcastle Disease, Gumboro, dan Koksidiosis..

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti tentang “ Profil interaksi sosial siswa yang aktif dalam kegiatan OSIS di SMP Muhammadiyah 3

Dalam penulisan skripsi ini, penyusun akan melihat model kepemimpinan di GKJW sebagai sebuah organisasi yang di dalamnya juga memperlihatkan proses pengambilan keputusan dan

Tugas pengajaran yang harus dilakukan orang tua kepada anak dalam ayat ini harus dilihat dalam hubungannya dengan seluruh rangkaian cerita tentang apa yang Allah perintahkan

Beton dengan kepadatan rendah adalah beton yang mempunyai berat volume antara 350 kg/m3 sampai dengan 800 kg/m3.. Beton dengan

Pendidikan untuk anak usia 0-5 tahun atau biasa disebut dengan pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar

elektronegatif akan menaikkan kekuatan asam dan dapat menjadi lebih besar bila gugus penarik elektron yang kuat terikat pada atom karbon α lebih dari satu. • Misalnya, dalam

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dengan interaksi sosial, interaksi ini dapat terjadi apabila terdapat kontak dan komunikasi Penelitian ini menjelaskan