• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Kinerja Penyaluran Kredit Mikro Menurut Penilaian Nasabah

6. Pelayanan Petugas

Kinerja Penyaluran Kredit Mikro

Pendapatan Usaha Mikro

Rekomendasi Mengenai Sistem Kredit Mikro

26

pembinaan kepada nasabah, jarak/lokasi pelayanan), (2) proyek P4K telah memberi dampak yang positif terhadap peningkatan pendapatan keluarga petani-nelayan kecil (PNK).

Novitasari (2006) meneliti mengenai Analisis Kinerja Kredit Umum Pedesaaan dan Dampaknya Terhadap Peningkatan Pendapatan Rumah tangga Kecil di BRI Unit Kreo. Dalam hasil penelitiannya, kinerja kredit bank dinilai bagus sedangkan untuk nasabah faktor agunan dan bunga masih dirasa cukup berat. Selain itu, tingkat perubahan pendapatan usaha responden Kupedes lebih besar bila dibandingkan dengan tingkat perubahan pendapatan usaha non Kupedes.

Sevia (2008) meneliti mengenai Kinerja Penyaluran Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES) serta Dampaknya Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Nasabah di BRI Unit Citeureup. Dalam hasil penelitiannya, penyaluran Kupedes sudah tergolong efektif karena dari pihak nasabah mampu meningkatkan pendapatan usahanya setelah menerima pinjaman kredit. Sedangkan dari pihak bank, tujuannya telah tercapai dengan pencapaian target kredit dan realisasinya yang tercapai serta menurunya persentase tunggakan setiap tahunnya.

Anugrah (2013) meneliti mengenai Efektivitas Penyaluran Kredit UMKM Sektor Agribisnis Nasabah BRI Unit Ciampea Bogor. UMKM merupakan salah satu bidang bisnis yang memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Keterbatasan modal sebagai salah satu faktor yang menghambat perkembangan UMKM. Bank adalah lembaga keuangan yang dapat membantu masyarakat untuk mengatasi keterbatasan modal

27

dengan pinjaman dalam bentuk kredit. Tujuan dari penilitian ini adalah untuk menganalisis sistem, efektivitas, dan pengaruh kredit terhadap pendapatan UMKM. Observasi dan wawancara dilakukan dengan 45 responden sebagai nasabah sektor agribisnis BRI unit Ciampea dengan metode proporsional dan purposive sampling. Hasilnya adalah penyaluran kredit menurut pihak bank menunjukkan penilaian efektif berdasarkan adanya tren peningkatan dana kredit dan proporsi jumlah nasabah sektor agribisnis dari tahun 2010-2012 serta persentase tunggakan dan NPL masing-masing 2,16 dan 3,65 masih dalam kondisi keuangan yang ideal bagi bank. Selain itu, perubahan omzet dan pendapatan responden setelah menerima kredit meningkat masing-masing sebesar 27,51% dan 28,25% dari omzet dan pendapatan sebelumnya. Perubahan dalam jumlah pendapatan responden telah melampaui perkiraan perubahan omzet dan pendapatan setelah menerima kredit menurut pihak bank yaitu omzet dan pendapatan responden meningkat sebesar 20% setiap tahun.

Immanuel (2013) meneliti mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi KUR di Sektor Agribisnis di Unit Harjasari Bogor. Peran UMKM dalam perekonomian Indonesia selama ini menunjukkan posisi strategisnya dalam mendukung pertumbuhan nasional. Permodalan merupakan hambatan utama bagi UMKM. Salah satu program pemerintah bagi UMKM yang usaha

feasible namun belum bankable. Pemerintah meningkatkan plafon KUR Mikro dari lima juta menjadi 20 juta rupiah. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis mekanisme penyaluran KUR dan mendeskripsikan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi pinjaman KUR. Sampel dalam penelitian

28

ini adalah para debitur yang bergerak di sektor agribisnis yaitu 37 debitur. Analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap realisasi KUR dengan menggunakan model analisis Regresi Linear Berganda, sehingga dapat diketahui variabel-variabel independent yang berpengaruh secara nyata terhadap realisasi kredit sebagai variabel dependent. Variabel independent yaitu agunan, umur responden, tingkat pendidikan, pengalaman usaha, pendapatan bersih responden, dan frekuensi pinjaman. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda, faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap realisasi KUR di BRI Unit Harjasari meliputi Frekuensi pinjaman kredit dan pendapatan bersih perbulan.

29

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Bank BJB Cabang Bogor yang beralamatkan di Jalan Kapten Muslihat No.11-13, Kota Bogor. Kegiatan pengambilan data penelitian ini dilakukan pada bulan April-Juni 2014.

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan kesediaan pihak perusahaan memberikan izin untuk melakukan penelitian di perusahaannya. Lokasi Bank BJB Cabang Bogor sengaja dipilih sebagai lokasi penelitian dikarenakan salah satu cabang yang banyak memiliki debitur kredit mikro di sektor Agribisnis.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan staff dan bagian kredit di kantor yang bersangkutan serta kuesioner bagi responden dari nasabah kredit mikro. Data sekunder didapatkan dari berbagai laporan keuangan bank yang bersangkutan serta buku-buku panduan yang berkaitan dengan kegiatan penelitian.

C. Metode Pengambilan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Sampel

30

adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009).

Teknik yang digunakan dalam penentuan sampel atau responden adalah

Purposive Sampling, dimana teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009). Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500 (Sugiyono, 2009).

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah nasabah penerima kredit mikro Bank BJB Cabang Bogor sektor agribisnis yang masih aktif berjumlah 87 orang. Berdasarkan hal tersebut ditentukan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 35 orang dengan pertimbangan yang mendapatkan jumlah plafond sama dan usaha di sektor perikanan.

D. Metode Pengolahan dan Analisis Data 1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan statistika deskriptif yaitu suatu metode yang berkaitan dengan pengumpulan data pengujian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Informasi yang diperoleh berdasarkan jumlah responden untuk kemudian disajikan baik dalam bentuk tabel sederhana ataupun dalam tabel distribusi frekuensi bagi data yang disajikan dalam beberapa kelompok. Melalui analisis deskriptif, informasi dikelompokkan berdasarkan kesamaan jawaban. Informasi yang diperoleh dipresentasekan berdasarkan jumlah responden untuk kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Penyusunan tabel, diagram, grafik, dan

besar-31

besaran lain di suatu media, termasuk ke dalam statistika deskriptif (Walpole, 1995).

Penentuan tercapai atau tidaknya target penyaluran kredit mikro penilaian nasabah menggunakan pengukuran skala likert dengan menghadapkan responden pada sebuah pernyataan, kemudian responden diminta untuk memberi tanggapan yang terdiri dari tiga tingkatan dengan pemberian skor. Skor tertinggi diberikan untuk jawaban yang paling mendukung dan skor terendah diberikan untuk jawaban yang kurang mendukung. Penentuan jenjang tiga (1,2,3) digunakan dengan mempertimbangkan bahwa kelompok responden adalah masyarakat dengan tingkat pendidikan yang masih relatif rendah, sehingga kurang mampu membedakan jawaban secara lebih tajam (Pardosi, 1998).

Penilaian tanggapan responden terhadap penyaluran kredit akan dibagi menjadi kategori yang menentukan baik atau buruknya kinerja. Berdasarkan skor yang diperoleh dari tanggapan responden kemudian ditentukan rentang skala atau selang untuk menentukan tercapainya target penyaluran kredit mikro. Skala atau selang diperoleh dari selisih total skor tertinggi yang mungkin dengan total skor minimal yang mungkin dibagi jumlah kategori jawaban (Umar, 2005).

Selang yang didapat maka dapat ditentukan skor penilaian penyaluran kredit mikro yaitu dengan membagi tiga diantara total minimal yang mungkin sampai total maksimal yang mungkin didapat dan dibagi menjadi tiga selang penilaian. Selang terendah menyatakan bahwa kinerja penyaluran kredit

32

buruk, sedangkan selang tertinggi menyatakan bahwa kinerja penyaluran kredit baik.

Ada tiga kategori penilaian tanggapan responden terhadap penyaluran kredit yaitu kinerja baik, kinerja cukup, dan kinerja buruk. Nilai skor adalah antara 210 – 630 (angka berdasarkan pengalian skor terendah dan tertinggi dengan jumlah parameter dan responden yang ada). Angka skor terendah 210 diperoleh dari hasil kali antara jumlah sampel responden sebesar 35 orang dengan jumlah parameter yang ada yaitu enam. Sedangkan, angka 630 diperoleh dari hasil penjumlahan skor maksimum dari setiap parameter (skor maksimum 3 dikali skor terendah). Selang untuk setiap tingkat penilaian adalah 139 yang diperoleh dari hasil pengurangan skor tertinggi dan skor terendah, lalu dibagi dengan banyaknya kategori penilaian. Kemudian hasil tersebut akan dikurangi dengan nilai satu sebagai selisih dari masing-masing kategori penilaian.

Setelah nilai selang ditentukan, maka selanjutnya dapat ditentukan selang skala untuk setiap kategori penilaian penyaluran kredit. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Skor Penilaian Kinerja

Kategori Penilaian Total Skor

Kinerja Buruk Kinerja Cukup Kinerja Baik 210-349 350-489 490-630

Berdasarkan Tabel 5, bila total skor berada diantara 210-349, maka penyaluran kredit mikro dinilai buruk yang mengindikasikan bahwa apa yang menjadi harapan responden tidak sesuai dengan tujuan pihak bank, dalam hal

33

ini penyaluran kredit mikro. Nilai total skornya 350-489, penyaluran kredit mikro sudah dinilai cukup berarti tujuan pihak bank dan responden menilai masih ada harapan yang kurang tercapai, hal ini dapat dilihat dari skor bernilai paling kecil dalam kategori ini. Sedangkan, total skor 490-620 menunjukkan penyaluran kredit mikro dinilai baik. Hal ini berarti harapan responden sejalan dengan tujuan dari pihak bank agar penyaluran kredit mikro sudah baik sehingga bermanfaat bagi responden.

2. Analisis Kuantitatif

Analisis penyaluran kredit pada Bank BJB Cabang Bogor terhadap pendapatan usaha mikro dilakukan pengujian statistik sederhana. Analisis penyaluran kredit menggunakan uji statistik yaitu uji t-berpasangan (t-paired test) dengan langkah-langkah dalam uji statistik sebagai berikut (Sugiyono, 2009) :

1) Menentukan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian adalah penyaluran kredit mikro berpengaruh terhadap pendapatan nasabah Bank BJB Cabang Bogor. Kriteria pengaruh penyaluran kredit terhadap pendapatan nasabah Bank BJB Cabang Bogor, yaitu perubahan pendapatan usaha responden nasabah Bank BJB Cabang Bogor memiliki perbedaan nyata sebelum dan sesudah menerima kredit. Hipotesis dinyatakan sebagai berikut :

34

Ho: rata pendapatan usaha sebelum mendapatkan kredit = rata-rata pendapatan usaha setelah mendapatkan kredit

H1 : rata-rata pendapatan usaha sebelum mendapatkan kredit ≠ rata -rata pendpatan usaha sesudah mendapatkan kredit

2) Menentukan uji-t statistik untuk data berpasangan

Uji-t berpasangan (Paired t-test) digunakan untuk membandingkan selisih dua mean dari dua sampel yang berpasangan dengan asumsi data berdistribusi normal. Penelitian ini mengukur mean besar pendapatan dan selisih pendapatan antara kondisi sebelum menerima kredit dengan setelah menerima kredit.

3) Kriteria Uji berguna untuk memeriksa pernyataan hipotesis serta

memberikan kebenaran yang sesungguhnya dari pernyataan hipotesis tersebut. Kriteria uji meliputi :

Ho ditolak apabila t-hitung > t-tabel, db = n-1 atau p-value < α

Ho diterima apabila t-hitung < t-tabel, db = n-1 atau p-value > α

Analisis data dilakukan dengan bantuan software komputer yang sesuai dengan kebutuhan dalam melakukan analisis data, sehingga dapat diperoleh hasil analisis yang akurat dan memudahkan dalam interpretasi

secara deskriptif. Penggunaan α = 0,05 karena tingkat kepercayaan pada

peneliti pada penelitian ini cukup besar dan jumlah responden yang diambil tidak banyak.

35

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Bank BJB

PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk. yang dikenal dengan nama bank bjb, adalah bank umum yang sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Jawa Barat, Pemerintah Provinsi Banten, pemerintah kota/kabupaten se-Jawa Barat dan Banten, dan publik.

Awal berdirinya bank bjb bermula dari NV DENIS (De Erste Nederlansche Indische Shareholding), yang berkedudukan di Bandung dan bergerak di bidang hipotek. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan milik Belanda yang dinasionalisasi berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia (RI) Nomor 33 Tahun 1960 tentang Penentuan Perusahaan di Indonesia Milik Belanda yang dinasionalisasi.

Tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Barat mendirikan “PT Bank Karja Pembangunan Daerah Jawa Barat” dengan modal dasar dari kas daerah sebesar Rp. 2.500.000, berdasarkan Akta Pendirian No.125 tanggal 19 November 1960 juncto, Akta Perubahan No.125 tanggal tanggal 21 maret 1961 dan Akta Perubahan No. 84 tanggal 13 Mei 1961, keduanya dibuat di hadapan Noezar, Notaris di Bandung, serta dikukuhkan dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 7/GKDH/BPD/61 tertanggal 20 Mei 1961 tentang Pembentukan Perusahaan Daerah PT Bank Karja Pembangunan Daerah Djawa Barat.

36

Dalam rangka penyesuaian dengan ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah, bentuk hukum Perseroan diubah dari Perseroan Terbatas Bank Karja Pembangunan Daerah Djawa Barat menjadi Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.11/PD-DPRD/1972 tanggal 27 Juni 1972 tentang Penyempurnaan Kedudukan Hukum Bank Karja Pembangunan Daerah Djawa-Barat. Nama PD Bank Karja Pembangunan Daerah Jawa Barat selanjutnya diubah menjadi BPD Jabar sesuai Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 1/DP-040/PD/1978 Tanggal 27 Juni 1978. Pada tahun 1992 sesuai dengan Surat Keputusan Bank Indonesia No.25/84/KEP/DIR tanggal 2 November 1992 status BPD Jabar meningkat menjadi bank umum devisa. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 1995, BPD Jabar memiliki sebutan Bank Jabar dengan logo baru.

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat No.22 Tahun 1998 tanggal 14 Desember 1998 tentang Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dari Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas (PT). Bentuk hukum Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat berubah yang semula Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas. Perda tersebut dituangkan lebih lanjut pada Akta Pendirian Nomor 4 Tanggal 8 April 1999

juncto dan Akta Perbaikan Nomor 8 Tanggal 15 April 1999, keduanya dibuat di hadapan Popy Kuntari Sutresna, S.H., Notaris di Bandung yang telah memperoleh pengesahan Menteri Kehakiman RI berdasarkan Surat Keputusan No.C2-7103.HT.01.01.TH.99 tanggal 16 April 1999, didaftarkan dalam Daftar

37

Perusahaan di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kabupaten/Kota Madya Bandung di bawah No.871/BH.10.11/IV/99 tanggal 24 April 1999, serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.39 tanggal 14 Mei 1999, Tambahan No.2811, bentuk hukum Bank Jabar diubah dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT).

Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tanggal 16 April 2001 menyetujui peningkatan modal dasar Bank Jabar menjadi Rp 1 triliun. Selanjutnya, berdasarkan hasil keputusan RUPS yang diselenggarakan pada tanggal 14 April 2004 berdasarkan Akta Nomor 10 Tanggal 14 April 2004, modal dasar Bank Jabar dinaikkan dari Rp 1 triliun menjadi Rp 2 triliun. Melihat perkembangan prospek usaha yang terus membaik, hasil RUPS tanggal 5 April 2006 menetapkan kenaikan modal dasar Bank Jabar dari Rp 2 triliun menjadi Rp 4 triliun.

Pada bulan November 2007, sebagai tindak lanjut SK Gubernur BI Nomor 9/63/kep.gbi/2007 tentang Perubahan Izin Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Menjadi Izin Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, dilaksanakan penggantian call name dari “Bank Jabar” menjadi “Bank Jabar Banten”.

Seiring dengan perkembangan jaringan kantor yang lebih luas maka berdasarkan Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Bank Pembangunan Jawa Barat dan Banten Nomor 26 tanggal 21 April 2010 dan sesuai Surat Bank Indonesia No. 12/78/APBU/Bd tanggal 30 Juni 2010 perihal Rencana Perubahan Logo, serta Surat Keputusan Nomor

1337/SK/DI(R-38

PPN/2010 tanggal 5 Juli 2010, maka pada tanggal 8 Agustus 2010 nama “Bank Jabar Banten” resmi berubah menjadi “bank bjb”.

B. Struktur Organisasi Bank BJB Cabang Bogor

Organisasi merupakan alat manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebagai alat bantu manajemen. Tentunya struktur organisasi harus sesuai dengan ruang lingkup kegiatannya. Struktur organisasi harus dibuat secara sederhana dan efektif agar dapat bekerja secara efisien.

Struktur organisasi Bank BJB Cabang Bogor sama seperti struktur organisasi lain yaitu menggunakan garis yang menerangkan kedudukan paling tinggi hingga paling rendah jabatannya dan struktur organisai pada Bank BJB juga merupakan suatu kesatuan yang saling berkaitan dan saling berinteraksi. Struktur Organisasi Bank BJB Cabang Bogor dapat dilihat pada Gambar 2.

C. Produk Bank BJB Cabang Bogor

Produk dan layanan yang ditawarkan oleh Bank BJB Cabang Bogor saat ini terdiri dari consumer banking, micro & small business, commercial banking, treasury, dan international banking.

Cabang M anager Komersial M anager Konsumer M anager Operasional Cabang Pembant u

Kont rol Int ernal

Cabang Supervisi Kredit

Gambar 2. Struktur Organisai Bank BJB Cabang Bogor

Divisi Audit Int ernal

39

1. Consumer Banking

Consumer banking meliputi Bancassurance, bjb Deposito, bjb Deposito Suka-suka, bjb Giro Perorangan, bjb Kredit Guna Bhakti, bjb KPR, Reksa Dana, Simpeda, Tabunganku, bjb Tandamata, bjb Tandamata Berjangka, bjb Tandamata Bisnis, bjb Tandamata Gold, dan bjb Tandamata Purnabakti. 2. Micro & Small Business

Micro & Small Business meliputi bjb Kredit BPR, bjb Kredit Kopkar, bjb KKPE, bjb Kredit Mikro Utama, bjb Kridamas, bjb KUR, bjb SSRG, Kredit Cinta Rakyat Jawa Barat.

3. Commercial Banking

Commercial Banking meliputi bjb Deposito Korporasi, bjb Garansi Bank, bjb Giro Korporasi, bjb Kredit Investasi Umum, bjb Kredit Modal Kerja, bjb Kredit Sindikasi, Pemberian Kredit Kepada Perusahaan Pembiayaan, dan bjb Pinjaman Daerah.

4. Treasury

Treasury meliputi Capital Market Product, bjb Money Changer, Dana

Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK), Dealing Room, Foreign Exchange

Trading, Hedging Instrument, Money Market Account, ORI 010.

5. International Banking

International Banking meliputi bjb Deposito Valas, bjb Giro Valas, bjb

40

6. Layanan

Layanan meliputi bjb Precious, bjb Call 14049, Inkaso, bjb Kas Mobil Keliling, Kiriman Uang, Layanan Western Union bank bjb, Safe Deposit Box,

Weekend Banking, Hospital Guarantee, Modul Penerimaan Negara, Jasa Kustodian bank bjb, dan e-banking.

D. Sistem Penyaluran Kredit Mikro Bank BJB Cabang Bogor

Bank BJB Bogor menyediakan empat jenis kredit usaha mikro bagi nasabahnya yaitu Kredit Mikro Utama, Kredit Cinta Rakyat Jawa Barat, Kredit Usaha Rakyat, dan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi. Keempat jenis kredit ini memiliki perbedaan karakteristik diantaranya frekuensi penggunaan kredit, besar agunan, suku bunga, dan jumlah plafon. Bank BJB Cabang Bogor dalam menyalurkan kredit usaha mikro tidak terlepas dari syarat-syarat maupun prosedur yang harus dipenuhi oleh debitur. Kredit usaha mikro tidak langsung diberikan oleh pihak Bank BJB Cabang Bogor sebelum mengenal karakteristik calon debitur dengan baik.

Prosedur penyaluran kredit usaha mikro melewati beberapa tahap. Tahap awal dimulai dari sosialisasi mengenai adanya kredit yang disalurkan kepada masyarakat dengan memberikan brosur dan tabel angsuran. Selanjutnya, pengajuan atau pemberian kredit diawali dengan mengisi formulir yang tersedia di Bank BJB Cabang Bogor. Pihak bank akan menilai atas pengajuan kredit yang dilakukan pelaku usaha. Kepala Cabang Pembantu meneliti data kredit yang telah dikumpulkan dan mengambil keputusan. Jumlah plafon yang dapat diberikan Bank BJB Cabang Bogor, diantaranya plafon Kredit Mikro Utama sebesar Rp

41

500.000.000, plafon Kredit Cinta Rakyat Jawa Barat sebesar Rp 20.000.000, plafon KUR sebesar Rp 20.000.000, dan plafon KKPE sebesar Rp 50.000.000 untuk individu dan Rp 500.000.000 untuk kelompok tani/koperasi. Semua prosedur penyaluran kredit tidak lepas dari prinsip 6C (Character, Capital, Capacity, Collateral, Constraint, dan Condition of Economy). Proses pencairan kredit di Bank BJB Cabang Bogor memerlukan waktu kurang lebih satu minggu dari pengajuan kredit. Sistem penyaluran kredit usaha mikro yang dilakukan oleh Bank BJB Cabang Bogor (Gambar 3).

Gambar 3. Sistem Penyaluran Kredit Mikro Nasabah Bank BJB Cabang Bogor

1. Persyaratan Awal

Prosedur awal dalm pengajuan kredit harus dilakukan di kantor Bank BJB

Cabang Bogor pada jam kerja dan petugas yang melayani Customer Service.

Calon nasabah harus membawa kelengkapan identitas dari untuk permohonan pinjaman atau kredit, yaitu :

a. Form Permohonan Kredit

b. Fotokopi KTP Pemohon (suami/istri), Kartu Keluarga dan Surat Nikah

c. Pas foto pemohon ukuran 3 x 4 sebanyak 1 lembar

Persyaratan Awal Pendaftaran Pemeriksaan Usaha

Pencairan Kredit Pembinaan dan

Pengawasan Pelunasan Kredit

42

d. Fotokopi Rekening Koran/Tabungan/Giro/Deposito

e. Fotokopi Rekening Listrik, Telepon, PDAM

f. Surat Keterangan Usaha

g. Fotokopi Bukti Kepemilikan Jaminan (KUR dan KKPE tidak diwajibkan

menggunakan agunan akan tetapi tidak menutup kemungkinan pihak bank meminta jaminan atau agunan ringan)

h. Fotokopi PBB Tahun Terakhir

Calon nasabah dapat memilih jumlah serta jangka waktu pengembalian kredit usaha mikro sesuai dengan kemampuannya berdasarkan ketentuan kredit yang berlaku. Jangka waktu angsuran yang dapat dipilih calon debitur antara 3-5 tahun. Customer service akan menjelaskan beberapa produk kredit yang ada di Bank BJB Cabang Bogor dan memberikan pilihan sesuai dengan kemampuan usahanya.

2. Pendaftaran

Customer Service akan memeriksa kelengkapan berkas. Setelah seluruh kelengkapan berkas dipenuhi, maka dilakukan proses pendaftaran. Customer service juga menanyakan kepada nasabah apakah pernah atau tidak melakukan pinjaman ditempat lain dan memastikan kegiatan yang pernah dilakukan calon peminjam di tempat lain tidak mengalami keterlambatan dalam membayar. Dalam hal ini, pihak bank bjb Cabang Bogor bekerjasama

dengan Bank Indonesia melalui BI-Checking.

Seluruh berkas diberikan kepada Kepala Cabang Pembantu untuk diproses lebih lanjut. Kepala Cabang Pembantu akan memeriksa kelengkapan

43

persyaratan yang diperlukan dan berkas pengajuan pinjaman dari customer service.

3. Pemeriksaan Terhadap Usaha Nasabah

Pemeriksaan terhadap aspek-aspek usaha calon nasabah sangat dibutuhkan untuk mengurangi risiko terjadinya tunggakan. Pemeriksaan dilakukan staff bank dengan cara datang langsung ke lokasi usaha maupun ke rumah calon nasabah. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk melakukan penilaian usaha dan mengetahui aktivitas nasabah setiap harinya. Selain itu, staff bank

Dokumen terkait