ANALISIS KINERJA PENYALURAN KREDIT MIKRO
SEKTOR AGRIBISNIS DAN DAMPAKNYA
TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA
(Studi Kasus : Bank BJB Cabang Bogor)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian (SP)
Oleh
Tirto Agung Anugerah Wicaksono
NIM : 1110092000069
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, September 2014
CU RRI CU LU M V IT A E
Tirto Agung Anugerah Wicaksono
Place, Date of Birth : Jakarta, January 16, 1991
Address : Jl. Pinus Raya AG2/16, Reni Jaya Pamulang-Tangerang Selatan Religion : Islam
Phone Number : 085693130259
Email : tirtoagung16@gmail.com
GPA : 3.43 (Scale 4)
Formal Education
1997 – 2003 : Pamulang 1 Elementary School 2003 – 2006 : 1 Pamulang Junior High School 2006 – 2009 : 1 Cisauk Senior High Schoo
i RINGKASAN
TIRTO AGUNG ANUGERAH WICAKSONO, Kinerja Penyaluran Kredit Mikro Sektor Agribisnis dan Dampaknya Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Nasabah (Studi Kasus : Bank BJB Cabang Bogor). (Di Bawah bimbingan Dr. MUHANDIS NAHTADIWRYA, M.Si dan ACHMAD TJACHJA NUGRAHA SP. MP).
Pemberdayaan UMKM menjadi sangat strategis karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Kendala modal merupakan salah satu penghambat utama bagi UMKM untuk mengembangkan usahanya. Bantuan modal dalam bentuk kredit bagi pengusaha kecil diharapkan dapat memenuhi kebutuhan modal. Adanya penyaluran kredit mikro oleh Bank BJB Cabang Bogor menjadi salah satu solusi dari permasalahan permodalan untuk pengusaha kecil. Kredit mikro yang disalurkan harus bermanfaat untuk meningkatkan produtivitas usahanya, sehingga pendapatan pengusaha dapat meningkat.
Tujuan penelitian ini adalah : 1) Menganalisis kinerja penyaluran kredit mikro Bank BJB Cabang Bogor. 2) Menganalisis berapa besar pengaruh pemberian kredit mikro Bank BJB Cabang Bogor terhadap tingkat pendapatan usaha sektor agribisnis.
Penelitian dilakukan di Bank BJB Cabang Bogor yang berlokasi di Jalan Kapten Muslihat No. 11-13, Kota Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa Bank BJB Cabang Bogor salah satu cabang yang banyak memiliki debitur kredit mikro di sektor Agribisnis. Kegiatan pengambilan data penelitian ini dilakukan pada bulan april-Juni 2014.
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan staff serta kuesioner bagi responden. Data sekunder didapatkan dari berbagai laporan keuangan bank serta buku-buku literatur. Responden adalah nasabah kredit mikro sektor agribisnis Bank BJB Cabang Bogor yang masih aktif hingga Juni 2014. Data yang diperoleh diolah secara kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan bantuan program komputer, yakni SPSS 21.0.
ii tingkat bunga, agunan, dan pelayanan petugas. Parameter yang nilainya paling besar adalah prosedur pinjaman sedangkan, nilainya paling kecil adalah tingkat bunga.
iii KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas seluruh rahmat dan karunia yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat berserta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang telah menyampaikan ajaran islam sebagai penyejuk hati dan penyelamat umat manusia dari belenggu kebodohan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan moril dan materil yang diberikan oleh pihak-pihak yang telah mendukung tersesaikannya skripsi ini. Ucapan terima kasih diberikan kepada :
1. Ibu dan Ayah, orangtuaku tercinta selama ini tidak pernah berhenti memberikan kasih saying, do’a, serta segala upaya dalam memberikan dukungan kepada penulis.
2. Bapak Dr. Muhandis Nahtadiwirya, M.Si dan Bapak Achmad Tjahja Nugraha, SP, MP selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, dan solusi yang bermanfaat bagi penulis dalam proses pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi.
3. Bapak Dr. Edmon Daris, MS dan Drs. Acep Muhib, MM selaku dosen penguji yang telah bersedia memberikan kritik dan saran yang bermanfaat demi kesempurnaan penulisan skripsi.
iv 5. Bapak Drs. Acep Muhib, MM selaku Ketua Program Studi Agribisnis. 6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen pengajar pada Program Studi Agribisnis
yang telah memberikan banyak ilmu yang bermanfaat, dan nasehat yang berharga, serta pengalaman kuliah yang tidak terlupakan.
7. Bapak Agung selaku staf internal audit bank bjb Cabang Bogor yang telah memberikan izin penulis melaksanakan penelitian dan terbuka memberikan informasi yang dibutuhkan untuk pelaksanaan penulisan skripsi.
8. Stia Rahmawulan Permatasari yang selalu memberikan support dan berbagi pemikiran bersama penulis.
9. Teman-teman “Tagor Team” Ichsan, Hendrik, Fahmi, Andhika, Adit, Ilham, Alam, Adrian, Reza, Sofyanto, Riki Natanegara, dan Ricky Ade atas semangat, dan informasi selama penelitian hingga penulisan skripsi serta sebagai teman diskusi.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Ciputat, September 2014
v A. Usaha Mikro Kecil Menengah ... 9
B. Pengertian Bank ... 10
C. Konsep Kinerja ... 11
D. Pengertian Kredit ... 12
E. Jenis-jenis Kredit ... 13
F. Penilaian Kredit... 16
G. Manfaat Kredit Bagi UMKM ... 21
H. Kerangka Pemikiran ... 22
I. Penelitian Terdahulu ... 25
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29
B. Jenis dan Sumber Data ... 29
C. Metode Pengambilan Sampel ... 29
D. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 30
1. Analisis Kualitatif... 30
2. Analisis Kuantitatif ... 33
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Bank BJB ... 35
B. Struktur Organisasi Bank BJB Cabang Bogor ... 38
C. Produk Bank BJB Cabang Bogor... 38
D. Sistem Penyaluran Kredit mikro Bank BJB Cabang Bogor ... 40
1. Persyaratan Awal ... 41
2. Pendaftaran ... 42
3. Pemeriksaan Terhadap Usaha Nasabah ... 43
4. Pencairan Kredit ... 44
vi
6. Pelunasan Kredit ... 45
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden ... 47
1. Usia ... 47
2. Tingkat Pendidikan ... 47
3. Pendapatan Bersih ... 48
4. Lama Usaha... 49
5. Frekuensi Peminjaman Kredit ... 50
B. Kinerja Penyaluran Kredit Mikro Menurut Penilaian Bank ... 51
1. Target dan Realisasi Kredit ... 51
2. Non Performing Loan (NPL) ... 52
C. Kinerja Penyaluran Kredit Mikro Menurut Penilaian Nasabah ... 56
1. Prosedur Pinjaman ... 56
D. Analisis Pendapatan Responden Sebelum dan Sesudah Menerima Kredit ... 65
1. Pendekatan Kualitatif ... 66
2. Pendekatan Kuantitatif... 67
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 69
B. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 71
vii DAFTAR TABEL
1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Besar Per Sektor Ekonomi di Indonesia Tahun 2011
Atas Dasar Harga Berlaku ... 2
2. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Besar Menurut Sektor Ekonomi di Indonesia Tahun 2011 ... 3
3. Kredit Bank Campuran Berdasarkan Sektor ekonomi ... 4
4. Perkembangan Kredit Mikro Bank BJB... 6
5. Skor Penilaian Kinerja ... 32
6. Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Usia ... 47
7. Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Tingkat Pendidikan... 48
8. Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Pendapatan Bersih ... 49
9. Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Lama Usaha ... 49
10.Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Frekuensi Pinjaman Kredit . 50 11.Target dan Realisasi Kredit Mikro Bank BJB Cabang Bogor ... 51
12.Perkembangan NPL Kredit Mikro Bank BJB Cabang Bogor ... 53
13.Penilaian Responden Berdasarkan Prosedur Pinjaman ... 57
14.Penilaian Responden Berdasarkan Realisasi Kredit ... 58
15.Penilaian Responden Berdasarkan Biaya Provisi ... 59
16.Penilaian Responden Berdasarkan Tingkat Bunga ... 61
17.Penilaian Responden Berdasarkan Agunan ... 62
18.Penilaian Responden Berdasarkan Pelayanan Petugas ... 63
19.Penilaian Penyaluran Kredit Mikro Sektor Agribisnis Menurut Responden Bank BJB Cabang Bogor Tahun 2014 ... 64
20.Perubahan Pendapatan Usaha Nasabah Kredit Mikro Bank BJB Cabang Bogor 2014 ... 66
viii DAFTAR GAMBAR
ix DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner ... 73
2. Daftar Pertanyaan Wawancara ... 76
3. Daftar Tingkat Pendapatan ... 77
4. Hasil Uji Validitas Menggunakan SPSS 21 ... 78
5. Hasil Uji Reliabilitas Menggunakan SPSS 21 ... 79
6. Hasil Uji Normalitas Menggunakan SPSS 21 ... 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu sektor yang mempunyai peranan strategis bagi perekonomian
Indonesia adalah sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Pemberdayaan UMKM menjadi sangat strategis karena potensinya yang besar
dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi
tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam meningkatkan
kesejahteraannya.
Di Indonesia, peran UMKM mampu memberikan kontribusi bagi
perekonomian nasional, khususnya dalam pembentukan Produk Domestik Bruto
(PDB) Nasional dan penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari nilai PDB
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pada tahun 2011 mencapai 4.303.571,5
miliyar lebih besar dari PDB skala usaha besar, sedangkan sektor pertanian,
peternakan, kehutanan, dan perikanan yang memiliki nilai paling besar kedua
dari keseluruhan nilai di skala Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yaitu sebesar
1.010.335,8 miliyar. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah (UMKM) dan usaha besar menurut sektor ekonomi di Indonesia
2
Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Besar Per Sektor Ekonomi di Indonesia Tahun 2011 Atas Dasar Harga Berlaku 2. Pertambangan dan penggalian 128.475,0 707.997,7
3. Industri Pengolahan 786.297,3 1.412.848,8
4. Listrik, Gas dan Air 6.714,3 40.906,5
5. Bangunan 279.845,4 358.718,8
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.147.600,7 39.319,2 7. Pengangkutan dan komunikasi 220.278,6 254.879,2 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
329.605,0 239.145,9
9. Jasa-jasa 394.419,5 20.2925,3
PDB 4.303.571,5 3.123.514,6
PDB Tanpa Migas 4.303.571,5 3.079.512,6
Sumber : Kementrian Koperasi dan UMKM, 2013
Selain kontribusi terhadap pembentukan PDB, usaha mikro kecil dan
menengah juga mampu berperan dalam menyediakan lapangan kerja yang luas
bagi masyarakat. Pada tahun 2011, UMKM mampu menyerap tenaga kerja
sebanyak 101.722.458 orang dari total penyerapan usaha mikro, kecil dan
menengah, sedangkan usaha besar menyerap sebanyak 43.081.018 orang dari
total penyerapan usaha besar (Kementrian Koperasi dan UMKM, 2013).
Besarnya jumlah tenaga kerja yang diserap pada sektor usaha mikro, kecil,
menengah dan besar merupakan salah satu kunci solusi dalam melakukan
peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Jumlah penyerapan tenaga
kerja Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan usaha besar menurut
3
Tabel 2. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Besar Menurut Sektor Ekonomi di Indonesia Tahun 2011
No. Sektor Ekonomi 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan
Perikanan
43.081.018 592.243 2. Pertambangan dan penggalian 1.343.488 139.985
3. Industri Pengolahan 11.877.631 1.471.635
4. Listrik, Gas dan Air 169.324 118.449
5. Bangunan 5.379.986 184.852
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 22.108.306 139.985 7. Pengangkutan dan komunikasi 7.067.798 86.144 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
1.913.270 111.270
9. Jasa-jasa 8.781.638 46.662
Jumlah 101.722.258 2.839.711
Sumber : Kementrian Koperasi dan UMKM, 2013
Salah satu kondisi yang menyebabkan sektor UMKM kurang berkembang
adalah kurangnya penyediaan modal bagi para pelaku usaha untuk
mengembangkan usahanya. Kendala modal merupakan salah satu penghambat
utama bagi pengusaha untuk mengembangkan usahanya. Melihat dari sisi
agribisnis, sebagian besar petani Indonesia masih sangat lemah dalam
mengakses sumber-sumber permodalan formal.
Lemahnya kepemilikan modal disebabkan oleh kecilnya skala usaha sehingga
tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan akumulasi modal. Setiap selesai
panen, hasil penjualan digunakan untuk membayar pinjaman sarana produksi dan
kebutuhan hidup sehari-hari. Oleh karena itu, dibutuhkan lembaga yang dapat
membantu pengusaha agribisnis dalam penyediaan modal usahanya. Salah satu
lembaga tersebut adalah bank. Sebagai lembaga yang berfungsi untuk
4
maka diharapkan bank dapat membantu pengusaha agribisnis terutama berskala
kecil untuk meningkatkan produktivitas sektor agribisnis Indonesia melalui
kredit yang diberikannya.
Bantuan modal dalam bentuk kredit ini tentunya diharapkan dapat
dimanfaatkan sebaik mungkin untuk membantu petani dalam memenuhi
kebutuhan permodalan dan meningkatkan produktivitas usaha mikro pertanian.
Peningkatan produktivitas tersebut mencerminkan bahwa bantuan kredit yang
diberikan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk tujuan produktif. Salah satu
indikator peningkatan produktivitas ini adalah peningkatan pendapatan yang
diterima petani. Peningkatan pendapatan ini dapat menjadi tolak ukur seberapa
besar peranan dan kontribusi kredit terhadap pendapatan petani. Berdasarkan
data Kredit Perbankan (Tabel 3), penyaluran kredit untuk pertanian mengalami
peningkatan setiap tahunnya dalam selang 2011 – 2013.
Tabel 3. Kredit Bank Campuran Berdasarkan Sektor Ekonomi
No. Sektor Ekonomi 2011
3. Industri Pengolahan 41.936 51.871 66.911
4. Perdagangan Besar dan Eceran 15.439 25.798 29.529 Sumber : Bank Indonesia, 2014
Kredit mikro sesuai dengan definisi Bank Indonesia, seperti tercantum dalam
Peraturan Bank Indonesia (PBI) tahun 2012, merupakan kredit yang diberikan
kepada pelaku usaha yang memenuhi kriteria usaha mikro. Hingga tahun lalu,
5
baru sekitar 4,1% dari total kredit perbankan. Dengan demikian, masih terdapat
peluang bagi bank untuk meningkatkan penyaluran kredit mikro.
Bank BJB sebagai salah satu lembaga perbankan milik Pemerintah Daerah
Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten, salah satu tujuan didirikannya adalah
untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi di daerah, termasuk dalam hal ini
di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor. Maka diharapkan keberadaannya dapat
memberikan respon positif terhadap program-program pemerintah dalam
memperhatikan usaha mikro.
Kredit mikro merupakan salah satu andalan Bank BJB dalam mengelola
pertumbuhan kinerja. Pilihan tersebut terbukti telah membuat Bank BJB berhasil
mencapai performa positif, dengan total kredit mikro yang telah disalurkan
hingga akhir 2013 mencapai Rp. 5,35 triliun atau 8,25% dari total kredit yang
disalurkan oleh Bank BJB (Bank BJB, 2014).
B. Perumusan Masalah
Persaingan dalam industri perbankan kini semakin ketat, terlebih didorong
oleh perkembangan pengetahuan pelaku usaha mikro yang semakin pandai dalam
memilih bank. Pelaku usaha mikro kini semakin selektif dalam memilih bank,
yaitu bank yang dapat memberikan kinerja yang efektif dalam penyaluran kredit.
Bank terbaik merupakan bank yang dapat memenuhi segala kebutuhan finansial
nasabahnya, baik dari aspek produk, fitur, tingkat bunga, tingkat layanan maupun
jaringan distribusinya.
Bank BJB Cabang Bogor memiliki peluang penyaluran kredit mikro yang
6
meliputi 40 kecamatan, yaitu Kecamatan Babakan Madang, Kecamatan
Bojonggede, Kecamatan Caringin, Kecamatan Cariu, Kecamatan Ciampea,
Kecamatan Ciawi, Kecamatan Cibinong, Kecamatan Cibungbulang, Kecamatan
Cigombong, Kecamatan Cigudeg, Kecamatan Cijeruk, Kecamatan Cileungsi,
Kecamatan Ciomas, Kecamatan Cisarua, Kecamatan Ciseeng, Kecamatan
Citeurep, Kecamatan Dramaga, Kecamatan Gunung Putri, Kecamatan Gunung
Sindur, Kecamatan Jasinga, Kecamatan Jonggol, Kecamatan Kemang,
Kecamatan Kelapa Nunggal, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan Leuwisadeng,
Kecamatan Megamendung, Kecamatan Nanggung, Kecamatan Pamijahan,
Kecamatan Parung, Kecamatan Parung Panjang, Kecamatan Rancu Bungur,
Kecamatan Rumpin, Kecamatan Sukajaya, Kecamatan Sukamakmur, Kecamatan
Sukaraja, Kecamatan Tajurhalang, Kecamatan Tamansari, Kecamatan
Tanjungsari, Kecamatan Tenjo, dan Kecamatan Tenjolaya.
Tabel 4. Perkembangan Kredit Mikro Bank BJB
No. SKIM Kredit Desember 2012 Desember 2013 Juta Rp NPL Juta Rp NPL
adalah jumlah nasabah yang menunggak meningkat setiap tahunnya. Hal ini
menjadi masalah karena nilai NPL pada tahun 2013 mengalami peningkatan
7
Nilai NPL ini diakibatkan kredit macet sehingga dapat menyebabkan kinerja
dinilai tidak baik. Selain itu, jumlah kredit mikro yang disalurkan mengalami
penurunan sebesar -39,08%.
Sistem penyaluran kredit di Bank BJB Cabang Bogor meliputi mekanisme
dan prosedur penyaluran kredit yang terdiri atas beberapa tahap mulai dari proses
pemenuhan berkas persyaratan awal hingga pengembalian kredit kepada bank.
Sistem penyaluran kredit mikro pada Bank BJB Cabang Bogor telah berjalan
dengan baik. Namun, terdapat kendala dalam mekanisme penyaluran kredit yakni
realisasi kredit yang memerlukan waktu lama bagi beberapa nasabah. Pihak
nasabah sebagai pelaku usaha, kendala utama dalam mengajukan permohonan
kredit kepada bank diantaranya, besarnya bunga yang dianggap terlalu tinggi,
tidak adanya agunan, dan persyaratan dokumen.
Penyaluran kredit kepada para nasabah dimaksudkan untuk mengembangkan
usaha petani, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan. Berdasarkan
permasalahan diatas, penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kinerja penyaluran kredit mikro Bank BJB Cabang Bogor yang
telah dilaksanakan ?
2. Berapa besar pengaruh pemberian kredit mikro Bank BJB Cabang Bogor
terhadap tingkat pendapatan usaha sektor agribisnis ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari
penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
8
2. Menganalisis berapa besar pengaruh pemberian kredit mikro Bank BJB
Cabang Bogor terhadap tingkat pendapatan usaha sektor agribisnis.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan. Bagi pihak bank, dapat memberikan manfaat sebagai gambaran
tentang keadaan perkreditan bagi para pengambil keputusan untuk menetapkan
kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan kredit, khususnya dalam
menyalurkan kredit lebih efektif bagi usaha mikro kecil dan menengah. Hasil
penelitian ini juga diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi penelitian
sejenis dan menambah pengetahuan di bidang perkreditan bagi para pembaca.
Bagi penulis, semoga dapat memperkaya ilmu dan pengetahuan yang telah
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Usaha Mikro Kecil Menengah
Usaha mikro, kecil dan menengah merupakan usaha produktif milik keluarga
atau perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang dari usaha besar. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
No. 20 Tahun 2008 kriteria usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) sebagai
berikut :
1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).
2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) hingga Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus
10
3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan Rp. 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah)
tidak termasuk tanah bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) hingga Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh
milyar rupiah).
B. Pengertian Bank
Secara sederhana dalam Kasmir (2002) bank dapat diartikan sebagai lembaga
keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa
bank lainnya. Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan
yang bergerak di bidang keuangan di mana kegiatannya apakah hanya
menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya.
Kemudian menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang dimaksud
dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Menurut Kasmir (2002) dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa,
bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan
dana dengan masyarakat yang kekurangan dana. Masyarakat kelebihan dana
maksudnya adalah masyarakat yang memiliki dana disimpan di bank atau
11
Dana yang disimpan di bank aman karena terhindar dari kehilangan atau
kerusakan. Penyimpanan uang di bank di samping aman juga menghasilkan
bunga dari uang yang disimpanya. Oleh bank dana simpanan masyarakat ini
disalurkan kembali kepada masyarakat yang kekurangan dana. Bagi masyarakat
yang kekurangan dana atau membutuhkan dana untuk membiayai suatu usaha
atau kebutuhan rumah tangga dapat menggunakan pinjaman ke bank. Kepada
masyarakat yang akan diberikan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi.
Masyarakat peminjam juga dikenakan bunga dan biaya administrasi yang
besarnya tergantung masing-masing bank.
C. Konsep Kinerja
Pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam
Nawawi (2006) adalah (a) sesuatu yang dicapai, (b) prestasi yang diperlihatkan,
(c) kemampuan kerja. Menurut Lavasque dalam Nawawi (2006), kinerja adalah
segala sesuatu yang dikerjakan seseorang dan hasilnya dalam melaksanakan
fungsi suatu pekerjaan. Dari kedua pengertian tersebut dapat diartikan kinerja
merupakan kemampuan kerja dan hasil atau prestasi yang dicapai dalam
melaksanakan suatu pekerjaan.
Menurut Nawawi (2006) kinerja merupakan gabungan dari tiga faktor yang
terdiri dari pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian. (a) Pengetahuan,
khususnya yang berhubungan dengan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab
dalam bekerja. Seperti jenis dan jenjang pendidikan serta pelatihan yang pernah
diikuti di bidangnya. (b) Pengalaman, yang tidak sekedar jumlah waktu atau
12
jika dilaksanakan dalam waktu yang cukup lama akan meningkatkan kemampuan
dalam mengerjakan suatu bidang tertentu. (c) Kepribadian, berupa kondisi di
dalam seseorang dalam menghadapi bidang kerjanya, seperti minat, bakat,
kemampuan bekerjasama/keterbukaan, ketekunan, kejujuran, motivasi kerja, dan
sikap terhadap pekerjaan.
Penilaian kinerja menurut Mulyadi (1997) adalah penentuan secara periodik
efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya
berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkansebelumnya. Organisasi
pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka penilaian kinerja sesungguhnya
merupakan penilaian atas prilaku manusia dalam melaksanakan peran yang
mereka mainkan dalam organisasi.
D. Pengertian Kredit
Dalam bahasa latin kredit disebut “credere” yang artinya percaya. Maksudnya
si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit, bahwa kredit yang
disalurkannnya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si
penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban
untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya
(Kasmir, 2002).
Definisi kredit menurut Raymond P. Kent dalam Suyatno (1995) adalah hak
untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada
waktu diminta, atau pada waktu yang akan datang, karena penyerahan
13
Kasmir (2002) menjelaskan pengertian kredit berdasarkan Undang-Undang
Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
melunasi utangnya setelah jangka waktu dengan pemberian bunga. Sedangkan
menurut Kasmir (2002) pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tersebut
dengan imbalan atau bagi hasil.
E. Jenis-Jenis Kredit
Pemberian fasilitas kredit dikelompokan kedalam jenis yang
masing-masingnya dilihat dari berbagai segi. Pembagian jenis ini ditujukan untuk
mencapai sasaran atau tujuan tertentu mengingat setiap jenis usaha memiliki
berbagai karakteristik tertentu. Secara umum menurut Kasmir (2003) jenis-jenis
kredit dilihat dari 5 segi, yaitu segi kegunaan, segi tujuan kredit, segi jangka
waktu, segi jaminan, dan segi sektor usaha. Berikut penjabaran kelima segi
tersebut.
1. Dilihat dari Segi Penggunaan
Ditinjau dari segi kegunaan terdapat dua jenis kredit, yaitu :
a. Kredit investasi
Yaitu kredit biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau
14
periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah
untuk kegiatan utama suatu perusahaan.
b. Kredit modal kerja
Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan peningkatan produksi
dalam operasional. Kredit modal kerja merupakan kredit yang dicairkan
untuk mendukung kredit investasi yang sudah ada.
2. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit
Jenis kredit ditinjau dari tujuan adalah :
a. Kredit Produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau
investasi. Kredit ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan
suatu barang maupun jasa.
b. Kredit Konsumtif
Merupakan kredit yang digunakan untuk konsumsi atau dipakai secara
pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang
dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang
atau badan usaha.
c. Kredit Perdagangan
Merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan
biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya
diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini
sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan
15
3. Dilihat dari Segi Jangka Waktu
Artinya lamanya masa pemberian kredit dimulai dari pertama sekali
diberikan sampai masa pelunasan, jenis kredit ini adalah :
a. Kredit jangka pendek
Yaitu kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling
lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.
b. Kredit jangka menengah
Jangka waktu kredit ini berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun.
Kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja.
c. Kredit jangka panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya diatas 3 atau 5 tahun.
Kredit ini biasanya digunakan untuk investasi jangka panjang.
4. Dilihat dari Segi Jaminan
Jenis kredit dilihat dari segi jaminan adalah :
a. Kredit dengan jaminan
Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan
tersebut dapat berupa barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya
setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang
diberikan si calon debitur.
b. Kredit tanpa jaminan
Yaitu kredit diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit
jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter, serta loyalitas
16
5. Dilihat dari Segi Sektor Usaha
Jenis kredit dilihat dari sektor usaha sebagai berikut :
a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor pertanian
atau perkebunan rakyat.
b. Kredit peternakan, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor
peternakan.
c. Kredit industri, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor industri
pengolahan baik industri kecil, menengah atau besar.
d. Kredit pertambangan, merupakan kredit yang dibiayai untuk usaha
pertambangan.
e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang dibiayai untuk membangun
sarana dan prasarana pendidikan.
f. Kredit profesi, diberikan kepada kalangan professional.
F. Penilaian Kredit
Penilaian kredit adalah suatu proses yang dimaksudkan untuk menganalisa
atau menilai suatu permohonan kredit sehingga dapat memberikan keyakinan
pada bank bahwa proyek yang akan dibiayai dengan kredit bank cukup layak
(feasible). Adanya analisa yang mempertimbangkan berbagai faktor ini
dimaksudkan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya default oleh calon
debitur.
Kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan
17
'6C', prinsip '6A' (Dendawijaya, 2001), dan prinsip '7P' (Kasmir, 2002). Prinsip
'6C' meliputi:
1. Character (kepribadian), yaitu menyangkut sifat, kepribadian, dan citra
calon debitur dalam masyarakat. Hal ini terkait dengan kemauan dan
kesungguhan membayar angsuran kredit yang tentunya sangat berpengaruh
terhadap integritas dalam memenuhi kewajiban pembayaran kredit dan
pemanfaatan pemberian kredit dengan benar.
2. Capital (modal) merupakan kepemilikan terhadap modal dan kemampuan
nasabah dalam membiayai perusahaannya. Perbandingan besarnya
pembiayaan dari bank dengan modal sendiri dapat dilihat berdasarkan
laporan keuangan perusahaan atau ditinjau langsung oleh petugas kredit.
3. Capacity (kemampuan) terkait dengan kesanggupan dan kemampuan calon
debitur untuk melunasi pokok pinjaman diserta dengan bunga dan
syarat-syarat lain dalam perjanjian. Kemampuan ini diukur antara lain dari kondisi
usaha, pendapatan/omzet usaha. Semakin likuid dan semakin tinggi tingkat
profitabilitasnya maka kemampuan membayar kembali pinjaman dan
kewajiban lain semakin besar.
4. Condition of economy (kondisi ekonomi), pertimbangan atas situasi ekonomi
yang sedang terjadi dalam suatu wilayah atau negara yang berpengaruh
terhadap usaha calon debitur dan pada akhirnya mempengaruhi keberhasilan
pemanfaatan dan pengembalian kredit.
5. Collateral (agunan) yakni berupa ketersediaan jaminan yang sesuai dan
18
perlu merasa khawatir ketika terjadi kemacetan dalam pengembalian
pinjaman karena agunan tersebut dapat menjadi pengganti pengembalian
kredit.
6. Constrain (keterbatasan) merupakan faktor-faktor yang menjadi penghambat
berupa faktor-faktor sosial psikologis dalam suatu wilayah tertentu yang
menyebabkan suatu usaha tidak mungkin untuk dijalankan.
Prinsip ‘6A’ mencakup aspek-aspek yang perlu diperhatikan pihak bank
terhadap nasabah yang mengajukan kredit yaitu :
1. Aspek yuridis bertujuan untuk mengkaji ketentuan-ketentuan legalitas
perusahaan calon penerima kredit.
2. Aspek pasar dan pemasaran mengkaji kemungkinan pangsa pasar yang dapat
diraih bagi produk/jasa perusahaan yang akan dibiayai oleh kredit serta
meneliti tentang strategi pemasaran yang akan dilakukan pengusaha dalam
menghadapi persaingan.
3. Aspek teknis bertujuan untuk menilai seberapa jauh kemampuan pengusaha
dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan usaha serta seberapa
besar kesiapan teknik dalam menjalankan operasi usahanya sebagai suatu
entitas bisnis.
4. Aspek manajemen mengukur kemampuan dan kecakapan dalam mengelola
usaha atau manajemen perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya.
5. Aspek keuangan bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
19
6. Aspek sosial ekonomi merupakan suatu kajian terhadap nilai tambah yang
dapat diterima pemerintah dan masyarakat dari sudut pandang sosial dan
makro ekonomi seperti perluasan lapangan kerja dan pendapatan pajak
pemerintah.
Sedangkan prinsip '7P' dalam kredit atau Seven P’s of Credit dalam penilaian
kredit, antara lain:
1. Personality
Personality yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah
lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap
emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.
Penilaian ini dilakukan pada tenaga kerja dan pengelola serta orang-orang
yang terlibat langsung dalam bisnis nasabah.
2. Party
Party yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau
golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya,
sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan
mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.
3. Purpose
Purpose yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,
termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit
dapat bermacam-macam. Apakah untuk modal kerja atau investasi,
konsumtif atau produktif dan lain sebagainya. Purpose merupakan penilaian
20
4. Prospect
Prospect yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang
menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lainnya usahanya mempunyai
prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit
yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan
tetapi juga nasabah. Prospect merupakan penilaian masa depan usaha,
perkembangan usaha ke depannya. Penilaian ini dilakukan bagi bank antara
risiko dengan pendapatan yang diperoleh.
5. Payment
Payment merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan
kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk
pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka
akan semakin baik, sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat
ditutupi oleh sektor lainnya. Payment merupakan kemampuan membayar
kembali kredit. Penilaian ini dilakukkan dengan menggunakan financial
statement dengan memperhitungkan ketidakpastian di masa depan.
6. Profitability
Menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.
Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau
akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan
21
7. Protection
Protection merupakan kemungkinan gagal perlu jaminan sebagai benteng
terakhir untuk berlindung. Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha
dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan
barang atau orang atau jaminan asuransi.
G. Manfaat Kredit Bagi UMKM
Dalam perekonomian modern, sektor perbankan telah dikenal sebagai
lembaga keuangan sangat strategis yang mempunyai peran menentukan arah dan
perkembangan perekonomian suatu wilayah atau daerah. Salah satu fungsi dan
peran perbankan dalam pembangunan tersebut terhadap pengusaha kecil adalah
turut membantu usaha dengan pemberian kredit.
Wijaya (2002) menjelaskan bahwa pengusaha kecil dan masyarakat kecil
membutuhkan layanan kredit yang lain, yang tidak berorientasi kepada ada
tidaknya agunan atau jaminan tetapi lebih menekankan pengembangan
kewirausahaan masyarakat. Secara umum kredit yang diperlukan masyarakat
adalah :
1. Kredit yang murah yaitu bunga dan biaya-biaya lainnya haruslah
serendah-rendahnya.
2. Kemudahan untuk memperolehnya dengan prosedur yang sederhana dan
tidak berbelit-belit.
3. Ketepatan waktu dalam arti penerimaan pinjaman juga diperlukan karena
22
kebutuhannya, sebaliknya apabila terlalu besar akan dipergunakan untuk
tujuan lain.
H. Kerangka Pemikiran
Kredit disalurkan melalui berbagai macam lembaga pembiayaan, salah
satunya adalah perbankan. Bank menyalurkan kredit dengan menjalankan
fungsinya sebagai lembaga penyalur dana ke masyarakat. Penyaluran kredit
diharapkan target tercapai agar dapat meningkatkan kesejahteraan, mengatasi
keterbatasan modal usaha, mendukung kelancaran arus barang/jas sebagai sektor
riil, dan meningkatkan produktivitas dalam masyarakat asalkan penyaluran kredit
tersebut benar-benar dimanfaatkan untuk kegiatan produktif dan berguna.
Penyaluran kredit mikro diharapkan dapat berjalan sesuai target yang telah
ditetapkan bank, maka itu perlu dikaji mengenai bagaimana kinerja penyaluran
kredit mikro tersebut. Mekanisme penyaluran kredit terdiri dari syarat-syarat dan
prosedur pemberian kredit. Dalam penyalurannya, pihak bank mengalami
kendala. Oleh karena itu, penilaian terhadap kinerja penyaluran kredit diperlukan
berdasarkan penilaian pihak bank dan pihak nasabah. Kriteria kinerja dari sisi
manajemen bank dinilai berdasarkan aspek-aspek berikut (Anugrah, 2013) :
a) Target dan realisasi kredit, yaitu jumlah permohonan yang diterima dan
direalisai oleh Bank BJB dan jumlah kredit yang telah disalurkan kepada
usaha mikro. Semakin besar persentase realisasi kredit maka kinerja kredit
23
b) Non Performing Loan (NPL), yaitu perbandingan antara jumlah kredit yang
diberikan dengan tingkat kolektibilitas yang merupakan kredit bermasalah
dengan total kredit yang diberikan oleh bank.
c) Analisis pengaruh penyaluran kredit terhadap pendapatan usaha : Analisis
mengenai seberapa besar kredit yang diberikan pihak bank mampu
meningkatkan pendapatan usaha nasabah. Kredit mikro diberikan untuk
mengembangkan usaha kecil dan peranannya dalam meningkatkan
pendapatan usaha mereka.
Sedangkan, penilaian penyaluran kredit merupakan persepsi atau opini
nasabah mengenai proses penyaluran kredit yang sudah berjalan di Bank BJB
Cabang Bogor meliputi aspek-aspek berikut (Anugrah, 2013) :
a) Prosedur pinjaman, yaitu tahapan yang harus dilalui sejak proses
permohonan kredit hingga realisasi kredit kepada nasabah.
b) Realisasi kredit, yaitu cairnya kredit setelah melalui tahapan proses dengan
melihat ketepatan pada setiap proses yang dilakukan.
c) Biaya provisi, yaitu biaya yang dikeluarkan selama proses permohonan
kredit sampai direalisasikan.
d) Tingkat bunga, yaitu biaya yang dibebankan kepada nasabah sebagai bentuk
dukungan operasional kegiatan bagi bank.
e) Agunan, yaitu sumber pemberdayaan terakhir yang diharapkan oleh bank
apabila pengembalian kredit bermasalah atau macet.
f) Pelayanan petugas, yaitu pelayanan yang diberikan bank kepada nasabah
24
Kinerja penyaluran kredit turut mempengaruhi besarnya pendapatan yang
diterima. Kinerja penyaluran kredit memberikan dampak pada jumlah
pendapatan nasabah. Pendapatan yang diterima juga dipengaruhi oleh besaran
input dan output yang dikeluarkan. Pada penelitian ini salah satu bank yang
menjalankan fungsi sebagai media penyaluran kredit adalah Bank BJB Cabang
Bogor.
Selanjutnya, setelah melakukan penilaian kinerja penyaluran kredit maka akan
dilihat seberapa besar kredit yang diberikan pihak bank mampu meningkatkan
pendapatan usaha nasabah. Kredit mikro diberikan untuk mengembangkan usaha
kecil dan peranannya dalam meningkatkan pendapatan usaha mereka.
Pengukuran pendapatan usaha dilihat dengan membandingkan pendapatan
sebelum dan sesudah menerima kredit. Perbedaan antara tingkat pendapatan total
usaha sebelum dan sesudah menerima kredit diukur dengan menggunakan uji
statistik t-hitung untuk data berpasangan (Walpole, 1995).
Hasil dari analisis tersebut adalah untuk mengevaluasi kinerja kredit mikro
serta dapat memberikan rekomendasi bagi pihak bank yang bersangkutan
mengenai kinerja penyaluran kredit mikro itu sendiri. Bagan kerangka pemikiran
25
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
I. Penelitian Terdahulu
Penelitian Pardosi (1998) tentang efektivitas penyaluran kredit pembinaan
peningkatan pendapatan petani dan nelayan kecil (P4K) dan analisis pendapatan
petani pengguna kredit, menyimpulkan bahwa (1) penyaluran kredit cukup
efektif berdasarkan kriteria penilaian yang digunakan (persyaratan awal, prosedur
pinjaman, realisasi kredit, biaya administrasi, tingkat bunga, pelayanan, dan Sistem Penyaluran Kredit Mikro Bank BJB Bogor
Penilaian internal bank : 1. Target dan realisasi
kredit
2. Non Performing
Loan (NPL)
Penilaian pada nasabah :
1. Prosedur pinjaman
2. Realisasi kredit
3. Biaya provisi
4. Tingkat bunga
5. Agunan
6. Pelayanan petugas
Kinerja Penyaluran Kredit Mikro
Pendapatan Usaha Mikro
26
pembinaan kepada nasabah, jarak/lokasi pelayanan), (2) proyek P4K telah
memberi dampak yang positif terhadap peningkatan pendapatan keluarga
petani-nelayan kecil (PNK).
Novitasari (2006) meneliti mengenai Analisis Kinerja Kredit Umum
Pedesaaan dan Dampaknya Terhadap Peningkatan Pendapatan Rumah tangga
Kecil di BRI Unit Kreo. Dalam hasil penelitiannya, kinerja kredit bank dinilai
bagus sedangkan untuk nasabah faktor agunan dan bunga masih dirasa cukup
berat. Selain itu, tingkat perubahan pendapatan usaha responden Kupedes lebih
besar bila dibandingkan dengan tingkat perubahan pendapatan usaha non
Kupedes.
Sevia (2008) meneliti mengenai Kinerja Penyaluran Kredit Umum Pedesaan
(KUPEDES) serta Dampaknya Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha
Nasabah di BRI Unit Citeureup. Dalam hasil penelitiannya, penyaluran Kupedes
sudah tergolong efektif karena dari pihak nasabah mampu meningkatkan
pendapatan usahanya setelah menerima pinjaman kredit. Sedangkan dari pihak
bank, tujuannya telah tercapai dengan pencapaian target kredit dan realisasinya
yang tercapai serta menurunya persentase tunggakan setiap tahunnya.
Anugrah (2013) meneliti mengenai Efektivitas Penyaluran Kredit UMKM
Sektor Agribisnis Nasabah BRI Unit Ciampea Bogor. UMKM merupakan salah
satu bidang bisnis yang memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan nasional. Keterbatasan modal sebagai salah satu
faktor yang menghambat perkembangan UMKM. Bank adalah lembaga
27
dengan pinjaman dalam bentuk kredit. Tujuan dari penilitian ini adalah untuk
menganalisis sistem, efektivitas, dan pengaruh kredit terhadap pendapatan
UMKM. Observasi dan wawancara dilakukan dengan 45 responden sebagai
nasabah sektor agribisnis BRI unit Ciampea dengan metode proporsional dan
purposive sampling. Hasilnya adalah penyaluran kredit menurut pihak bank
menunjukkan penilaian efektif berdasarkan adanya tren peningkatan dana kredit
dan proporsi jumlah nasabah sektor agribisnis dari tahun 2010-2012 serta
persentase tunggakan dan NPL masing-masing 2,16 dan 3,65 masih dalam
kondisi keuangan yang ideal bagi bank. Selain itu, perubahan omzet dan
pendapatan responden setelah menerima kredit meningkat masing-masing
sebesar 27,51% dan 28,25% dari omzet dan pendapatan sebelumnya. Perubahan
dalam jumlah pendapatan responden telah melampaui perkiraan perubahan omzet
dan pendapatan setelah menerima kredit menurut pihak bank yaitu omzet dan
pendapatan responden meningkat sebesar 20% setiap tahun.
Immanuel (2013) meneliti mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Realisasi KUR di Sektor Agribisnis di Unit Harjasari Bogor. Peran UMKM
dalam perekonomian Indonesia selama ini menunjukkan posisi strategisnya
dalam mendukung pertumbuhan nasional. Permodalan merupakan hambatan
utama bagi UMKM. Salah satu program pemerintah bagi UMKM yang usaha
feasible namun belum bankable. Pemerintah meningkatkan plafon KUR Mikro
dari lima juta menjadi 20 juta rupiah. Tujuan dari penelitian ini adalah
menganalisis mekanisme penyaluran KUR dan mendeskripsikan faktor-faktor
28
ini adalah para debitur yang bergerak di sektor agribisnis yaitu 37 debitur.
Analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap realisasi KUR dengan
menggunakan model analisis Regresi Linear Berganda, sehingga dapat diketahui
variabel-variabel independent yang berpengaruh secara nyata terhadap realisasi
kredit sebagai variabel dependent. Variabel independent yaitu agunan, umur
responden, tingkat pendidikan, pengalaman usaha, pendapatan bersih responden,
dan frekuensi pinjaman. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda,
faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap realisasi KUR di BRI
Unit Harjasari meliputi Frekuensi pinjaman kredit dan pendapatan bersih
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Bank BJB Cabang Bogor yang beralamatkan di Jalan
Kapten Muslihat No.11-13, Kota Bogor. Kegiatan pengambilan data penelitian
ini dilakukan pada bulan April-Juni 2014.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
mempertimbangkan kesediaan pihak perusahaan memberikan izin untuk
melakukan penelitian di perusahaannya. Lokasi Bank BJB Cabang Bogor sengaja
dipilih sebagai lokasi penelitian dikarenakan salah satu cabang yang banyak
memiliki debitur kredit mikro di sektor Agribisnis.
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan staff dan bagian kredit di kantor
yang bersangkutan serta kuesioner bagi responden dari nasabah kredit mikro.
Data sekunder didapatkan dari berbagai laporan keuangan bank yang
bersangkutan serta buku-buku panduan yang berkaitan dengan kegiatan
penelitian.
C. Metode Pengambilan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian
30
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2009).
Teknik yang digunakan dalam penentuan sampel atau responden adalah
Purposive Sampling, dimana teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan
tertentu (Sugiyono, 2009). Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah
antara 30 sampai dengan 500 (Sugiyono, 2009).
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah nasabah penerima kredit
mikro Bank BJB Cabang Bogor sektor agribisnis yang masih aktif berjumlah 87
orang. Berdasarkan hal tersebut ditentukan jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah sebesar 35 orang dengan pertimbangan yang mendapatkan jumlah plafond
sama dan usaha di sektor perikanan.
D. Metode Pengolahan dan Analisis Data
1. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan statistika deskriptif
yaitu suatu metode yang berkaitan dengan pengumpulan data pengujian suatu
gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Informasi yang
diperoleh berdasarkan jumlah responden untuk kemudian disajikan baik
dalam bentuk tabel sederhana ataupun dalam tabel distribusi frekuensi bagi
data yang disajikan dalam beberapa kelompok. Melalui analisis deskriptif,
informasi dikelompokkan berdasarkan kesamaan jawaban. Informasi yang
diperoleh dipresentasekan berdasarkan jumlah responden untuk kemudian
besar-31
besaran lain di suatu media, termasuk ke dalam statistika deskriptif (Walpole,
1995).
Penentuan tercapai atau tidaknya target penyaluran kredit mikro penilaian
nasabah menggunakan pengukuran skala likert dengan menghadapkan
responden pada sebuah pernyataan, kemudian responden diminta untuk
memberi tanggapan yang terdiri dari tiga tingkatan dengan pemberian skor.
Skor tertinggi diberikan untuk jawaban yang paling mendukung dan skor
terendah diberikan untuk jawaban yang kurang mendukung. Penentuan
jenjang tiga (1,2,3) digunakan dengan mempertimbangkan bahwa kelompok
responden adalah masyarakat dengan tingkat pendidikan yang masih relatif
rendah, sehingga kurang mampu membedakan jawaban secara lebih tajam
(Pardosi, 1998).
Penilaian tanggapan responden terhadap penyaluran kredit akan dibagi
menjadi kategori yang menentukan baik atau buruknya kinerja. Berdasarkan
skor yang diperoleh dari tanggapan responden kemudian ditentukan rentang
skala atau selang untuk menentukan tercapainya target penyaluran kredit
mikro. Skala atau selang diperoleh dari selisih total skor tertinggi yang
mungkin dengan total skor minimal yang mungkin dibagi jumlah kategori
jawaban (Umar, 2005).
Selang yang didapat maka dapat ditentukan skor penilaian penyaluran
kredit mikro yaitu dengan membagi tiga diantara total minimal yang mungkin
sampai total maksimal yang mungkin didapat dan dibagi menjadi tiga selang
32
buruk, sedangkan selang tertinggi menyatakan bahwa kinerja penyaluran
kredit baik.
Ada tiga kategori penilaian tanggapan responden terhadap penyaluran
kredit yaitu kinerja baik, kinerja cukup, dan kinerja buruk. Nilai skor adalah
antara 210 – 630 (angka berdasarkan pengalian skor terendah dan tertinggi
dengan jumlah parameter dan responden yang ada). Angka skor terendah 210
diperoleh dari hasil kali antara jumlah sampel responden sebesar 35 orang
dengan jumlah parameter yang ada yaitu enam. Sedangkan, angka 630
diperoleh dari hasil penjumlahan skor maksimum dari setiap parameter (skor
maksimum 3 dikali skor terendah). Selang untuk setiap tingkat penilaian
adalah 139 yang diperoleh dari hasil pengurangan skor tertinggi dan skor
terendah, lalu dibagi dengan banyaknya kategori penilaian. Kemudian hasil
tersebut akan dikurangi dengan nilai satu sebagai selisih dari masing-masing
kategori penilaian.
Setelah nilai selang ditentukan, maka selanjutnya dapat ditentukan selang
skala untuk setiap kategori penilaian penyaluran kredit. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5. Skor Penilaian Kinerja
Kategori Penilaian Total Skor
penyaluran kredit mikro dinilai buruk yang mengindikasikan bahwa apa yang
33
ini penyaluran kredit mikro. Nilai total skornya 350-489, penyaluran kredit
mikro sudah dinilai cukup berarti tujuan pihak bank dan responden menilai
masih ada harapan yang kurang tercapai, hal ini dapat dilihat dari skor
bernilai paling kecil dalam kategori ini. Sedangkan, total skor 490-620
menunjukkan penyaluran kredit mikro dinilai baik. Hal ini berarti harapan
responden sejalan dengan tujuan dari pihak bank agar penyaluran kredit
mikro sudah baik sehingga bermanfaat bagi responden.
2. Analisis Kuantitatif
Analisis penyaluran kredit pada Bank BJB Cabang Bogor terhadap
pendapatan usaha mikro dilakukan pengujian statistik sederhana. Analisis
penyaluran kredit menggunakan uji statistik yaitu uji t-berpasangan (t-paired
test) dengan langkah-langkah dalam uji statistik sebagai berikut (Sugiyono,
2009) :
1) Menentukan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang
masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
Hipotesis dalam penelitian adalah penyaluran kredit mikro berpengaruh
terhadap pendapatan nasabah Bank BJB Cabang Bogor. Kriteria
pengaruh penyaluran kredit terhadap pendapatan nasabah Bank BJB
Cabang Bogor, yaitu perubahan pendapatan usaha responden nasabah
Bank BJB Cabang Bogor memiliki perbedaan nyata sebelum dan
34
Ho: rata pendapatan usaha sebelum mendapatkan kredit =
rata-rata pendapatan usaha setelah mendapatkan kredit
H1 : rata-rata pendapatan usaha sebelum mendapatkan kredit ≠ rata
-rata pendpatan usaha sesudah mendapatkan kredit
2) Menentukan uji-t statistik untuk data berpasangan
Uji-t berpasangan (Paired t-test) digunakan untuk membandingkan
selisih dua mean dari dua sampel yang berpasangan dengan asumsi data
berdistribusi normal. Penelitian ini mengukur mean besar pendapatan
dan selisih pendapatan antara kondisi sebelum menerima kredit dengan
setelah menerima kredit.
3) Kriteria Uji berguna untuk memeriksa pernyataan hipotesis serta
memberikan kebenaran yang sesungguhnya dari pernyataan hipotesis
tersebut. Kriteria uji meliputi :
Ho ditolak apabila t-hitung > t-tabel, db = n-1 atau p-value < α
Ho diterima apabila t-hitung < t-tabel, db = n-1 atau p-value > α
Analisis data dilakukan dengan bantuan software komputer yang
sesuai dengan kebutuhan dalam melakukan analisis data, sehingga dapat
diperoleh hasil analisis yang akurat dan memudahkan dalam interpretasi
secara deskriptif. Penggunaan α = 0,05 karena tingkat kepercayaan pada
peneliti pada penelitian ini cukup besar dan jumlah responden yang
35
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Bank BJB
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk. yang dikenal
dengan nama bank bjb, adalah bank umum yang sahamnya dimiliki oleh
Pemerintah Jawa Barat, Pemerintah Provinsi Banten, pemerintah kota/kabupaten
se-Jawa Barat dan Banten, dan publik.
Awal berdirinya bank bjb bermula dari NV DENIS (De Erste Nederlansche
Indische Shareholding), yang berkedudukan di Bandung dan bergerak di bidang
hipotek. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan milik Belanda yang
dinasionalisasi berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia (RI)
Nomor 33 Tahun 1960 tentang Penentuan Perusahaan di Indonesia Milik
Belanda yang dinasionalisasi.
Tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa
Barat mendirikan “PT Bank Karja Pembangunan Daerah Jawa Barat” dengan
modal dasar dari kas daerah sebesar Rp. 2.500.000, berdasarkan Akta Pendirian
No.125 tanggal 19 November 1960 juncto, Akta Perubahan No.125 tanggal
tanggal 21 maret 1961 dan Akta Perubahan No. 84 tanggal 13 Mei 1961,
keduanya dibuat di hadapan Noezar, Notaris di Bandung, serta dikukuhkan
dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor
7/GKDH/BPD/61 tertanggal 20 Mei 1961 tentang Pembentukan Perusahaan
36
Dalam rangka penyesuaian dengan ketentuan Undang-Undang Republik
Indonesia No.13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank
Pembangunan Daerah, bentuk hukum Perseroan diubah dari Perseroan Terbatas
Bank Karja Pembangunan Daerah Djawa Barat menjadi Bank Pembangunan
Daerah Jawa Barat berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
No.11/PD-DPRD/1972 tanggal 27 Juni 1972 tentang Penyempurnaan Kedudukan
Hukum Bank Karja Pembangunan Daerah Djawa-Barat. Nama PD Bank Karja
Pembangunan Daerah Jawa Barat selanjutnya diubah menjadi BPD Jabar sesuai
Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 1/DP-040/PD/1978 Tanggal 27 Juni 1978.
Pada tahun 1992 sesuai dengan Surat Keputusan Bank Indonesia
No.25/84/KEP/DIR tanggal 2 November 1992 status BPD Jabar meningkat
menjadi bank umum devisa. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun
1995, BPD Jabar memiliki sebutan Bank Jabar dengan logo baru.
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat No.22
Tahun 1998 tanggal 14 Desember 1998 tentang Perubahan Bentuk Hukum Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dari Perusahaan Daerah menjadi Perseroan
Terbatas (PT). Bentuk hukum Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat berubah
yang semula Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas. Perda tersebut
dituangkan lebih lanjut pada Akta Pendirian Nomor 4 Tanggal 8 April 1999
juncto dan Akta Perbaikan Nomor 8 Tanggal 15 April 1999, keduanya dibuat di
hadapan Popy Kuntari Sutresna, S.H., Notaris di Bandung yang telah
memperoleh pengesahan Menteri Kehakiman RI berdasarkan Surat Keputusan
37
Perusahaan di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kabupaten/Kota Madya Bandung
di bawah No.871/BH.10.11/IV/99 tanggal 24 April 1999, serta telah diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia No.39 tanggal 14 Mei 1999, Tambahan
No.2811, bentuk hukum Bank Jabar diubah dari Perusahaan Daerah (PD)
menjadi Perseroan Terbatas (PT).
Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tanggal 16 April 2001
menyetujui peningkatan modal dasar Bank Jabar menjadi Rp 1 triliun.
Selanjutnya, berdasarkan hasil keputusan RUPS yang diselenggarakan pada
tanggal 14 April 2004 berdasarkan Akta Nomor 10 Tanggal 14 April 2004,
modal dasar Bank Jabar dinaikkan dari Rp 1 triliun menjadi Rp 2 triliun. Melihat
perkembangan prospek usaha yang terus membaik, hasil RUPS tanggal 5 April
2006 menetapkan kenaikan modal dasar Bank Jabar dari Rp 2 triliun menjadi Rp
4 triliun.
Pada bulan November 2007, sebagai tindak lanjut SK Gubernur BI Nomor
9/63/kep.gbi/2007 tentang Perubahan Izin Usaha Atas Nama PT Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat Menjadi Izin Usaha Atas Nama PT Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, dilaksanakan penggantian call
name dari “Bank Jabar” menjadi “Bank Jabar Banten”.
Seiring dengan perkembangan jaringan kantor yang lebih luas maka
berdasarkan Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Bank
Pembangunan Jawa Barat dan Banten Nomor 26 tanggal 21 April 2010 dan
sesuai Surat Bank Indonesia No. 12/78/APBU/Bd tanggal 30 Juni 2010 perihal
1337/SK/DI(R-38
PPN/2010 tanggal 5 Juli 2010, maka pada tanggal 8 Agustus 2010 nama “Bank
Jabar Banten” resmi berubah menjadi “bank bjb”.
B. Struktur Organisasi Bank BJB Cabang Bogor
Organisasi merupakan alat manajemen untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebagai alat bantu manajemen. Tentunya struktur organisasi harus
sesuai dengan ruang lingkup kegiatannya. Struktur organisasi harus dibuat secara
sederhana dan efektif agar dapat bekerja secara efisien.
Struktur organisasi Bank BJB Cabang Bogor sama seperti struktur organisasi
lain yaitu menggunakan garis yang menerangkan kedudukan paling tinggi hingga
paling rendah jabatannya dan struktur organisai pada Bank BJB juga merupakan
suatu kesatuan yang saling berkaitan dan saling berinteraksi. Struktur Organisasi
Bank BJB Cabang Bogor dapat dilihat pada Gambar 2.
C. Produk Bank BJB Cabang Bogor
Produk dan layanan yang ditawarkan oleh Bank BJB Cabang Bogor saat ini
terdiri dari consumer banking, micro & small business, commercial banking,
treasury, dan international banking.
Cabang
Gambar 2. Struktur Organisai Bank BJB Cabang Bogor
39
1. Consumer Banking
Consumer banking meliputi Bancassurance, bjb Deposito, bjb Deposito
Suka-suka, bjb Giro Perorangan, bjb Kredit Guna Bhakti, bjb KPR, Reksa
Dana, Simpeda, Tabunganku, bjb Tandamata, bjb Tandamata Berjangka, bjb
Tandamata Bisnis, bjb Tandamata Gold, dan bjb Tandamata Purnabakti.
2. Micro & Small Business
Micro & Small Business meliputi bjb Kredit BPR, bjb Kredit Kopkar, bjb
KKPE, bjb Kredit Mikro Utama, bjb Kridamas, bjb KUR, bjb SSRG, Kredit
Cinta Rakyat Jawa Barat.
3. Commercial Banking
Commercial Banking meliputi bjb Deposito Korporasi, bjb Garansi Bank,
bjb Giro Korporasi, bjb Kredit Investasi Umum, bjb Kredit Modal Kerja, bjb
Kredit Sindikasi, Pemberian Kredit Kepada Perusahaan Pembiayaan, dan bjb
Pinjaman Daerah.
4. Treasury
Treasury meliputi Capital Market Product, bjb Money Changer, Dana
Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK), Dealing Room, Foreign Exchange
Trading, Hedging Instrument, Money Market Account, ORI 010.
5. International Banking
International Banking meliputi bjb Deposito Valas, bjb Giro Valas, bjb
40
6. Layanan
Layanan meliputi bjb Precious, bjb Call 14049, Inkaso, bjb Kas Mobil
Keliling, Kiriman Uang, Layanan Western Union bank bjb, Safe Deposit Box,
Weekend Banking, Hospital Guarantee, Modul Penerimaan Negara, Jasa
Kustodian bank bjb, dan e-banking.
D. Sistem Penyaluran Kredit Mikro Bank BJB Cabang Bogor
Bank BJB Bogor menyediakan empat jenis kredit usaha mikro bagi
nasabahnya yaitu Kredit Mikro Utama, Kredit Cinta Rakyat Jawa Barat, Kredit
Usaha Rakyat, dan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi. Keempat jenis kredit
ini memiliki perbedaan karakteristik diantaranya frekuensi penggunaan kredit,
besar agunan, suku bunga, dan jumlah plafon. Bank BJB Cabang Bogor dalam
menyalurkan kredit usaha mikro tidak terlepas dari syarat-syarat maupun
prosedur yang harus dipenuhi oleh debitur. Kredit usaha mikro tidak langsung
diberikan oleh pihak Bank BJB Cabang Bogor sebelum mengenal karakteristik
calon debitur dengan baik.
Prosedur penyaluran kredit usaha mikro melewati beberapa tahap. Tahap awal
dimulai dari sosialisasi mengenai adanya kredit yang disalurkan kepada
masyarakat dengan memberikan brosur dan tabel angsuran. Selanjutnya,
pengajuan atau pemberian kredit diawali dengan mengisi formulir yang tersedia
di Bank BJB Cabang Bogor. Pihak bank akan menilai atas pengajuan kredit yang
dilakukan pelaku usaha. Kepala Cabang Pembantu meneliti data kredit yang telah
dikumpulkan dan mengambil keputusan. Jumlah plafon yang dapat diberikan