• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAYANAN PUBLIK IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB)

DALAM RANGKA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

A. Gambaran Umum Kota Medan 1. Geografis

Kota Medan berkembang dari sebuah kampung bernama Kampung Medan Puteri, yang didirikan oleh Guru Patimpus sekitar tahun 1590-an. Guru Patimpus adalah seorang putra Karo bermarga Sembiring Pelawi dan beristerikan seorang puteri Datuk Pulo Brayan. Dalam bahasa Karo kata “Guru” berarti “Tabib” ataupun “Orang Pintar”, kemudian kata “Pa” merupakan sebutan untuk seorang Bapak berdasarkan sifat atau keadaan seseorang, sedangkan kata “Timpus” berarti bundelan, bungkus atau balut. Dengan demikian, maka nama Guru Patimpus bermakna sebagai seorang Tabib yang memiliki kebiasaan membungkus sesuatu dalam kain yang diselempangkan di badan untuk membawa barang bawaannya. Hal ini dapat diperhatikan pada Monumen Guru Patimpus yang didirikan disekitar Balai Kota Medan.

Dalam salah satu kamus Karo-Indonesia yang ditulis oleh Darwin Prinst, bahwa kata “Medan” menjadi “sehat” ataupun “lebih baik”. Hal ini memang berdasarkan pada kenyataan bahwa Guru Patimpus benar adanya adalah seorang tabib yang dalam hal ini memiliki keahlian dalam pengobatan tradisional Karo pada masanya. Medan pertama kali ditempati oleh orang-orang Suku Karo. Hanya setelah

penguasa Aceh, Sultan Iskandar Muda, mengirimkan panglimanya, Gocah Pahlawan Bergelar Laksamana Khoja Bintan untuk menjadi wakil kerajaan Aceh di Tanah Deli, barulah kerajaan Deli mulai berkembang. Perkembangan ini ikut mendorong pertumbuhan dari segi penduduk maupun kebudayaan Medan.

Di masa pemerintahan Sultan Deli kedua, Tuanku Panglima Parunggit (memerintah dari 1669-1698), terjadi sebuah perang kaveleri di Medan. Sejak saat itu Medan menjadi pembayaran upeti kepada Sultan Deli.

Kota Medan secara administrasi merupakan Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar (265,10 Km2) atau 3,6 % dari keseluruhan wilayah Provinsi Sumatera Utara. Dengan demikian dibandingkan dengan kota/kabupaten lainnya, Kota Medan memiliki luas wilayah kecil, tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif besar.

Secara geografis Kota Medan terletak pada 30 30’ – 30 43’ LU dan 98035’ – 980 44’ BT. Permukaan tanahnya cenderung miring ke Utara dan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan memiliki batas-batas sebagai berikut:81

Utara : dengan Selat Malaka/Selat Sumatera

Selatan : dengan Kecamatan Deli Tua dan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Barat : dengan Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang

Timur : dengan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

81

Di wilayah Kota Medan terdapat 8 sungai yang memiliki lebar dan tingkat kedalaman yang berbeda-beda, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1 : Sungai yang terdapat di Kota Medan

No. Nama Sungai Lebar Sungai Tingkat Kedalaman

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Sungai Belawan Sungai Denai Sungai Sikambing Sungai Putih Sungai Babura Sungai Deli Sungai Sulang-Saling Sungai Kera/Sei Kera

± 35 m ± 15 m ± 6 m ± 4 m ± 20 m ± 30 m ± 4 m ± 4 m ± 12 m ± 10 m ± 2,5 m ± 2,5 m ± 10 m ± 10 m ± 2,5 m ± 2,5 m Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan 2006

2. Demografi

Populasi Medan didominasi beberapa suku: Melayu, Jawa, Batak dan Tionghoa. Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk Kota Medan berjumlah 2.036.018 jiwa. Pada siang hari, jumlah ini bisa meningkat hingga sekitar 2,5 juta jiwa dengan dihitungnya jumlah penglaju (komuter). Sebahagian besar

penduduk Medan berasal dari kelompok umur 0-19 dan 20-39 tahun (masing-masing 41% dan 37,8 % dari total penduduk).82

Kecamatan Medan Deli mempunyai penduduk terbanyak, disusul Kecamatan Medan Helvetia dan Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat di Kecamatan Medan Baru, Medan Maimun dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi diperoleh di Kecataman Medan Perjuangan, Medan Area dan Medan Timur. Pada tahun 2004, angka harapan hidup bagi laki-laki adalah 69 tahun sedangkan bagi wanita adalah 71 tahun. Secara historis pada tahun 1981 tercatat Medan dihuni 43.826 jiwa. Dari jumlah tersebut 409 orang berketuruan Eropa, 35.009 berketurunan Indonesia, 8.269 berketurunan Tionghoa dan 139 lainnya berasal dari ras Timur lainnya.

Sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak awal Kota Medan telah memiliki keragaman suku (etnis) dan agama. Oleh karenanya, budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragamnya nilai- nilai budaya tersebut tentunya sangat menguntungkan, sebab diyakini tidak satupun kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan (modernisasi) dan sangat diyakini pula hidup dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen, dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan.

3. Pemerintahan

Dari segi pemerintahan Kota Medan terdiri atas 21 kecamatan dengan 151 kelurahan yang dipimpin oleh seorang Walikota. Bila dilihat dari sejarah

82

perkembangan wilayah dan pemerintahan Kota Medan mengalami perkembangan yang cukup pesat. Pada tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat No. 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha meliputi 4 kecamatan dengan 59 kelurahan. Ke empat kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Medan, Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Barat dan Kecamatan Medan Baru. Kemudian peraturan pemerintah No. 22 Tahun 1973, menetapkan luas wilayah Kota Medan menjadi 26.510 Hektar, yang terdiri dari 11 kecamatan dengan 116 kelurahan. Berdasarkan Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri No. 140/2271/PUOD tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan mengalami pemekaran menjadi 21 kecamatan dengan 144 kelurahan.

Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Guberbur KDH Tingkat I Sumatera Utara No. 22/2772/K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang Pendifinitipan 7 kelurahan di Daerah Tingkat II Kota Medan. Dengan demikian wilayah Kota Medan secara administrasi dibagi atas 21 kecamatan yang mencakup 151 kelurahan.

Tabel 2: Kecamatan dan Jumlah Kelurahan Kota Medan per 30 September 1996 sampai dengan sekarang

No. Kecamatan Jumlah Kelurahan

1. 2. 3. 4. 5. Medan Tuntungan Medan Selayang Medan Johor Medan Amplas Medan Denai 9 6 6 7 6

6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. Medan Tembung Medan Kota Medan Area Medan Baru Medan Polonia Medan Maimun Medan Sunggal Medan Helvetia Medan Petisah Medan Barat Medan Timur Medan Perjuangan Medan Deli Medan Labuhan Medan Marelan Medan Belawan 7 12 12 6 5 6 6 7 6 7 11 9 6 6 5 6 Jumlah 151

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan 2006

B. Prosedur Pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan No. 9 Tahun 2002

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan No. 4 Tahun 2001 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Di Lingkungan Pemerintah Kota Medan, di mana dalam ketentuan Pasal 2 Perda No.4 Tahun 2001 tersebut bahwa dibentuk Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Medan antara lain termasuk di dalamnya Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan, dengan susunan organisasi terdiri dari:83

1. Kepala Dinas 2. Bagian Tata Usaha:

83

Pasal 50 Perda Kota Medan No. 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Di Lingkungan Pemerintah Kota Medan

a.Sub Bagian Umum b.Sub Bagian Kepegawaian c.Sub Bagian Keuangan 3. Sub Dinas Bina Program:

a.Seksi Penelitian

b.Seksi Evaluasi, Pengembangan c.Seksi Penyuluhan

4. Sub Dinas Data dan Pemetaan: a.Seksi Pengumpulan Data b.Seksi Pengukuran

c.Seksi Pemetaan dan Geografi Informasi Sistem (GIS) 5. Sub Dinas Tata Kota:

a.Seksi Rencana Tata Ruang b.Seksi Perencanaan Tata Letak

c.Seksi Perencanaan Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum 6. Sub Dinas Tata Bangunan:

a.Seksi Perencanaan Bangunan b.Seksi Konstruksi Bangunan

c.Seksi Pelestarian dan Konservasi Bangunan 7. Sub Dinas Pengawasan:

a.Seksi Pengawasan Operasi b.Seksi Penindakan

c.Seksi Peradilan

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan mempunyai tugas melaksanakan berbagai urusan rumah tangga daerah dalam bidang tata kota dan tata bangunan, antara lain:

1. menyusun, mengembangkan dan mengendalikan rencana tata ruang kota.

2. pengurusan perizinan dan pembinaan terhadap pembangunan fisik kota yang sehat dan terarah sesuai dengan rencana tata ruang kota dan pola kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah kota.

Mengenai fungsi Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan di atur dalam Pasal 48 Perda Kota Medan No. 4 Tahun 2001, yang menyatakan:

“Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 48, Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan memiliki fungsi:

1. merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang tata kota dan tata bangunan;

2. mengadakan kegiatan penelitian-penelitian dalam rangka perumusan, pengembangan dan penerapan rencana tata ruang kota dan kebijaksanaan penataan ruang kota dan penataan bangunan;

3. mengevaluasi dan merevisi rencana tata ruang kota dan kebijaksanaan penataan ruang kota dan penataan bangunan yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta norma- norma penataan kota dan bangunan yang berlaku;

4. menghimpun data dan informasi, mengadakan pengukuran dan pemetaan dalam rangka penyusunan dan evaluasi rencana tata ruang kota dan kebijaksanaan penataan ruang kota dan penataan bangunan;

5. perumusan kebijaksanaan teknis, pemberian bimbingan, penyuluhan dan pembinaan sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan Kepala Daerah dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

6. melaksanakan pola dan pengembangan rencana tata ruang kota dan kebijaksanaan penataan ruang dan penataan bangunan yang telah ditetapkan;

7. memberikan pelayanan terhadap permohonan keterangan Rencana Peruntukan (KRP), Keterangan Situasi Bangunan (KSB) dan Izin Medirikan Bangunan (IMB) serta memungut retribusi atas pemberian KRP, KSB, dan IMB tersebut sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku;

8. mengadakan pengawasan dan penindakan penertiban terhadap pelestarian dan kebijaksanaan penataan ruang kota dan penataan bangunan serta teknis konstruksi yang telah ditetapkan, bekerjasama dengan instansi terkait;

9. merumuskan kebijaksanaan dan pengawasan terhadap pelestarian dan konservasi bangunan;

10.mengarahkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kota

11.melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya

12.melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.”

Dari ketentuan Pasal 49 poin 7 Perda Kota Medan No. 4 Tahun 2001 tersebut di atas, jelaslah bahwa pengurusan mengenai IMB merupakan tugas dan fungsi Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan. Dengan perkataan lain setiap pengurusan IMB permohonanya atau pengurusannya harus ke Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan.

Dalam Pasal 4 ayat (1) Perda Kota Medan No.9 Tahun 2002, menyatakan: “Setiap orang pribadi atau badan yang mendirikan bangunan di dalam Daerah harus memperoleh izin dari Kepala Daerah dengan terlebih dahulu mengajukan permohonan”. Berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (1) ini berarti bahwa setiap pekerjaan atau kegiatan mendirikan bangunan di dalam wilayah Pemerintah Kota Medan yang dilakukan setiap orang pribadi atau individu maupun badan hukum harus terlebih dahulu memperoleh izin dari Kepala Daerah, izin yang dimaksud adalah IMB.

Untuk memperoleh IMB tersebut harus dimohonkan kepada Walikota Medan C/q Kepala Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan, yang mana Surat Permohonan IMB setidak-tidaknya harus memuat:

1. nama pemohon

2. umur atau usia pemohon 3. pekerjaan pemohon

4. alamat/tempat tinggal pemohon 5. jenis bangunan

7. jumlah lantai bangunan 8. status dan luas tanah

9. lokasi atau letak bangunan (terletak): a. nama jalan

b. kelurahan c. kecamatan

10.melampirkan syarat-syarat kelengkapan sesuai dengan peraturan yang berlaku berdasarkan Perda Kota Medan No. 9 Tahun 2002 dan SK Walikota Medan No. 3 Tahun 200584

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon untuk dapat memperoleh IMB di Kota Medan adalah:85

1. Persyaratan Administrasi:

a. Mengisi dan mengajukan Surat Permohonan IMB b. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku c. Fotocopy Pelunasan PBB tahun terakhir

d. Surat-surat tanah:

1. Fotocopy Sertifikat yang dilegalisir oleh BPN ataupun Notaris 2. Fotocopy Akta Jual Beli dari Notaris/Camat

Akta yang dikeluarkan oleh Notaris dilegalisir oleh Notaris

84

Disarikan berdasarkan hasil wawancara dengan Darmasakty SH, Kabag Tata Usaha Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan, tanggal 4 Juni 2007 di Medan

85

Lihat Ketentuan Pasal 2 Keputusan Walikota Medan No. 3 Tahun 2005 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan No. 9 Tahun 2002 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

Akta yang dikeluarkan oleh Camat dilegalisir oleh Camat 3. Asli Surat Tidak Silang Sengketa

Yang dikeluarkan oleh Lurah dan diketahui oleh Camat setempat; bagi surat tanah yang bukan sertifikat dan SK Camat.

4. Asli Rekomendasi dari Bank bagi tanah yang sedang diagunkan.

e. Rekomendasi dari Instansi terkait untuk pembangunan tempat ibadah, tempat persemayaman mayat, gallon (SPBU) dan pendidikan.

f. Asli Surat Kuasa, Akte Perusahaan, Surat Keputusan Instansi, bagi pemohon yang bukan pemilik tanah (atas nama pemilik tanah).

2. Persyaratan Teknis:

a. Gambar Rencana Bangunan Rangkap 3 1. Denah/Site Plan

2. Tampak (depan dan samping)

3. Potongan (memanjang dan melintang)

4. Gambar Konstruksi (pondasi, sloop, kelom, balok, lantai, tangga, rencana atap/kap) kecuali untuk bangunan rumah 1 (satu) lantai

5. Sumur peresapan, septic tank dan bak control

6. Untuk bangunan pagar (denah, tampak potongan dan situasi)

b. Perhitungan Konstruksi yang dibuat oleh konsultan dan ditandatangani oleh perencana, bagi bangunan dengan:

2. Ketinggian 2 (dua) lantai atau untuk bangunan yang digunakan kepentingan umum

3. Ketinggian bangunan lebih dari 4 (empat) lantai

4. Konstruksi baja atau kayu yang bentangnya lebih dari 12 meter

5. Konstruksi baja atau kayu yang ketinggian tiangnya lebih dari 6 (enam) meter perlantai.

c. Perhitungan rencana anggaran biaya (RAB) untuk bangunan Tower/Menara, Tank, Gapura/Tugu dan Cerobong Asap.

Jika permohonan telah memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut di atas, maka permohonan IMB dapat diterima dan kepada pemohon diberikan tanda bukti penerimanaan permohonan. Permohonan IMB yang telah diterima tersebut kemudian diproses yaitu diperiksa kesesuaian, pengukuran persil yang dimohonkan, penelitian peruntukan sesuai rencana kota, perencanaan tata letak bangunan dan penggambaran, penelitian perencanaan pembangunan, konstruksi bangunan, pelestarian dan konservasi bangunan. IMB dikeluarkan oleh Walikota Medan setelah berkasnya dipersiapkan oleh Kepala Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan dalam waktu maksimum 16 (enam belas) hari kerja setelah diterimanya permohonan IMB.86

Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada responden dan hasil wawancara dengan narasumber atau informan, pemberian Surat Izin Mendirikan Bangunan (SIMB) kenyataannya di lapangan bisa lebih dari 16 (enam belas) hari

86

Hasil Wawancara dengan Darmasakty SH, Kabag Tata Usaha Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan, tanggal 4 Juni 2007 di Medan

kerja bahkan 12 minggu atau lebih. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3: Jangka Waktu Responden Memperoleh Surat Izin Mendirikan Bangunan (SIMB)

N=60

No. Jawaban Frekuensi Persentase

1. 2 minggu 13 22%

2. 3 minggu 10 16%

3. 1 bulan 23 38%

4. Lebih dari 1 bulan 7 12%

5. Tidak menjawab 7 12%

Jumlah 60 100%

Sumber: Data Primer 2007

Tabel di atas menerangkan bahwa dari responden yang berjumlah 60 orang, 38% menjawab lamanya memperoleh SIMB selama 1 bulan, 22% responden menjawab 2 minggu, 16% responden menjawab 3 minggu, 12% responden lebih dari 1 bulan dan 12 responden tidak mau menjawab. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa pemberian SIMB kepada pemohon IMB jangka waktunya belum sesuai dengan ketentuan SK Walikota Medan No. 3 Tahun 2005, selama 16 hari kerja. Namun demikian hal ini terjadi dikarenakan beberapa hal, antara lain banyaknya permohonan IMB yang masuk ke Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan

Kota Medan, kurangnya kelengkapan persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon dan proses pengukuran persil dan penghitungan besarnya tarif retribusi IMB.

Mengenai kurangnya persyaratan permohonan IMB, dikarenakan masih banyak masyarakat atau pemohon IMB tidak mengetahui apa-apa saja kelengkapan persyaratan yang harus dipenuhi dalam pengurusan IMB sesuai dengan Perda No. 9 Tahun 2002 dan SK Walikota Medan No. 3 Tahun 2005. Hal ini dikarenakan kurangnya atau belum optimalnya sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan, khususnya Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan, serta kurangnya tingkat kesadaran atau partisipasi masyarakat untuk mengetahui peraturan daerah yang diberlakukan.

Tabel 4: Tanggapan Responden Tentang Sosialisasi87

n=60

IMB Yang Dilaksanakan Oleh Pemerintah Kota Medan

No. Jawaban Frekuensi Persentase

1. Pernah 10 17%

2. Tidak Pernah 50 83%

Jumlah 60 100%

Sumber: Data Primer 2007

Tabel di atas menerangkan bahwa dari 60 responden yang ada, 83% tidak pernah menginguti sosialisasi IMB yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Medan, 17% responden menjawab pernah mengikuti sosialisasi tersebut. Dengan

87

Sosialisasi yang dimaksud dalam bentuk tatap muka langsung (penyuluhan atau diskusi) kepada masyarakat.

demikian dapat dikatakan bahwa Pemerintah Kota Medan, dalam hal ini Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan belum optimal melakukan sosialisasi dalam bentuk penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya suatu IMB dalam pelaksanaan pembangunan gedung.

Menurut peneliti sosialisasi dalam bentuk penyuluhan langsung kepada masyarakat sangat urgen sifatnya. Hal ini untuk menghindari agar tidak terjadi kesalahan peruntukan rencana tata kota, karena kenyataannya di lapangan sering ditemukan pembangunan gedung atau bangunan yang tidak memiliki IMB, bahkan ketika proses pembangunan sedang berlangsung baru IMB di mohonkan pengurusannya, karena ketidak tahuan dan tingkat kepedulian masyarakat yang masih kurang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan atau narasumber,88

Permohonan IMB yang telah memenuhi seluruh persyaratan dan telah diperoses dan disetujui, maka pemohon IMB wajib membayar retribusi IMB ke Kas Pemerintah Kota Medan sebelum SIMB diterbitkan. Retribusi IMB yang dibayarkan ke Kas Pemerintah Kota Medan tidak dapat diminta kembali bila IMB yang

bentuk sosialisasi yang dilakukan dalam bentuk pembagian brosur, membuat spanduk dan pengumuman di kantor-kator kecamatan dan kelurahan serta penyuluhan. Bila dibandingkan dengan hasil jawaban responden jelas terlihat bahwa sosialisasi dalam bentuk penyuluhan kecil sekali frekuensinya.

88

Disarikan berdasarkan hasil wawancara dengan Camat ke enam kecamatan penelitian dan Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan, tanggal 30 Mei s/d 19 Juli 2007

bersangkutan dicabut atas permohonan pemilik IMB, atau karena alasan lain.89

Tabel 5: Tanggapan Responden Tentang Biaya Retribusi IMB Dengan Standar Pendapatan Masyarakat

Besarnya tarif dasar retribusi terhadap penyelenggaraan mendirikan bangunan ditetapkan sebesar Rp. 425.000,- (Empat Ratus Dua Puluh Lima Ribu Rupiah). Besarnya retribusi IMB yang harus dibayar orang pribadi atau badan yang memperoleh jasa penyelenggaraan izin dihitung dari perkalian antara indek permeter bangunan yang tercantum dalam Perda No. 9 Tahun 2002 x luas bangunan x tarif dasar retribusi.

N=60

No. Jawaban Frekuensi Persentase

1. Telah sesuai 17 29%

2. Kurang sesuai 23 38%

3. Tidak sesuai 14 23%

4. Tidak menjawab 6 10%

Jumlah 60 100%

Sumber: Data Primer 2007

Berdasarkan tabel di atas 38% responden menjawab tarif retribusi IMB kurang sesuai dengan standar perndapatan masyarakat, 29% responden menjawab telah sesuai dan 23% responden menjawab tidak sesuai, selebihnya 10% responden tidak menjawab. Jika dianalisis lebih lanjut antara responden yang menjawab telah

89

Alasan lain dapat berupa adanya pemalsuan persyaratan, ketidak sesuaian antara persyaratan-persyaratan yang ada, dan lain-lain.

sesuai 29%, bila dibandingkan kurang sesuai ditambah tidak sesuai yaitu 38%+23%=61%, ini merupakan angka yang cukup besar. Dari hasil penelusuran dan wawancara dengan responden diketahui bahwa para responden yang menjawab tidak sesuai dan kurang sesuai biaya retribusi IMB dengan strandar pendapatan masyarakat, karena dirasakan terlalu mahal tarif yang dikenakan. Di samping itu selesai pengurusan IMB dan memperoleh SIMB, mereka harus segera melaksanakan pembangunan yang tentunya memerlukan biaya bahan bangunan yang saat ini cenderung terus meningkat.

Bila retribusi IMB telah dibayar ke Kas Pemerintah Kota Medan, pembayaran retribusi harus secara lunas, barulah pemohon IMB memperoleh SIMB, atau dengan katan lain SIMB diberikan kepada pemohon. Dalam Pasal 2 ayat (3) SK Walikota Medan No. 3 Tahun 2005 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan No. 9 Tahun 2002 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, menyatakan:

“Kepala Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan dapat mengeluarkan Surat Izin Mendirikan Bangunan sebagai syarat untuk melaksanakan pembangunan bagi:

a. Perubahan atau penambahan bangunan yang sudah mempunyai Izin Mendirikan Bangunan dengan luas maksimum 400m2;

b. Bangunan rumah atau penambahan bangunan yang sudah mempunyai Izin Mendirikan Bangunan dengan luas maksimum 400m2;

c. Bangunan Pagar;

d. Bangunan Tower, Cerobong Asap, Gapura/Tugu”.

Lebih lanjut dalam Pasal 2 ayat (5) SK Walikota Medan No. 3 Tahun 2005: “Bangunan-bangunan di luar ayat (3) tersebut di atas, Izin Mendirikan Bangunannya

dikeluarkan oleh Walikota Medan, setelah berkasnya dipersiapkan oleh Kepala Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan dalam waktu maksimum 16 (enam belas) hari kerja setelah diterimanya permohonan”.

Dari ketentuan Pasal 2 ayat (3) dan ayat (5) SK Walikota Medan No. 3 Tahun 2005 tersebut di atas, berarti bahwa bagunan dengan luas < 400m2, SIMB ditanda tangani oleh Kepala Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan, sedangkan bangunan dengan luas > 400m2 ditanda tangani oleh Walikota Medan, yang berkasnya dipersiapkan oleh Kepala Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan.

Pemegang IMB wajib memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan tentang:90

1. saat akan dimulainya pekerjaan mendirikan bangunan tersebut, sekurang- kurangnnya 24 jam sebelum pekerjaan dimulai.

2. saat setelah selesainya seluruh pekerjaan mendirikan bangunan tersebut, selambat-lambanya 1 (satu) minggu setelah pekerjaan mendirikan bangunan itu selesai.

Setiap pemegangang IMB, pemilik IMB dapat menutup lokasi tempat didirikannya bangunan dengan pagar pengaman sementara yang mengelilingi dengan pintu yang dapat ditutup. Kemudian setiap pemengang IMB wajib memasang papan

90

Hasil wawancara dengan Arfan Harahap, S.Sos, Camat Medan Maimun, tanggal 30 Mei 2007 dan Khirul Buhari S.Sos, Camat Medan Area, tanggal 4 Juni 2007 di Medan

petunjuk dengan ukuran panjang 80cm, lebar 40cm, warna dasar putih serta bergambar logo Pemerintah Kota Medan yang memuat keterangan tentang:

1. nomor dan tanggal IMB 2. jenis bangunan

3. jumlah unit dan lantai bangunan 4. lokasi persil 91

Dalam perakteknya di lapangan banyak permohonan IMB yang dimohonkan ditolak atau tidak mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang untuk itu, dikarenakan beberapa hal, antara lain:92

1. tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan 2. bertentangan dengan rencana kota

3. mengganggu/merusak keseimbangan lingkungan

4. bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku Di samping hal-hal tersebut di atas menurut Darmasakty93

91

Hasil wawancara dengan Darmasakty SH, Kabag Tata Usaha Dinas Tata Kota dan Tata

Dokumen terkait