• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Landasan Teori

7. Pemahaman Beribadah

Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar, sedangkan pemahaman merupakan proses pembuatan cara memahami.

Pengertian pemahaman menurut Anas Sudijono, adalah “kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.” Dengan kata lain, memahami adalah

33

M. Luthfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h.136

30

mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yag setingkat lebih tinggi dari ingatan dan hafalan. Sedangkan menurut Yusuf Anas, yang dimaksud dengan “pemahaman adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan yang sudah diingat lebih kurang sama dengan yang sudah diajarkan dan sesuai dengan maksud penggunaannya”.

Dari pendapat di atas, indicator pemahaman pada dasarnya sama, yaitu dengan memahami sesuatu berarti seseorang dapat mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan, menafsirkan, memperkirakan, memperluas, menentukan, menyimpulkan, menganalisis, memeberi contoh, menuliskan kembali, mengklasifikasi, dan mengikhtisarkan.

b. Beribadah

Ibadah adalah kata Masdar dari „abada yang berarti memuja, menyembah, mengabdi, berkhidmat. Orang yang menyembah disebut „abid. Jadi ibadah berarti pemujaan, penyembahan, pengabdian, pengkhidmatan, itulah pengertian ibadah menurut lughawi.34

Adapun pengertian ibadah menurut istilah, para fuqoha pada umumnya memberikan pengertian “ibadah

34

H. Moh. Ardani, Fikih Ibadah Praktis, (Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama) Cet-1, h. 16

adalah perbuatan yang dilakukan mukallaf, tidak menurut hawa nafsunya untuk memuliakan Tuhannya”.35

Ibadah sering juga diterjemahkan dengan menyembah Tuhan. Ilmu cara menyembah Tuhan sering disebut Theologi. Dalam Al-Qur‟an Allah berfirman:

“tidak diciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah (menyembah) kepada Allah”. Bagaimana cara

manusia menyembah Allah, Allah lah yang memberi petunjuk, berupa Al-Qur‟an yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, dan berupa contoh suri tauladan dalam diri Nabi Muhammad, yang diutus oleh Allah.

Al-Qur‟an menentukan bahwa manusia wajib shalat, berpuasa, berzakat, dan berhaji, dan masih banyak perintah serta larangan Allah. Di samping itu Rasulullah memberikan petunjuk contoh beribadah yang tidak ditetapkan dalam Al-Qur‟an seperti shalat sunnah, puasa sunnah, dan sebagainya. Ibadah yang langsung berhubungan dengan Allah, sering disebut ibadah ritual, sedangkan yang berdampak langsung kepada kepentingan masyarakat seperti zakat, infaq, dan shodaqoh sering disebut ibadah social. Itu hanya soal istilah saja, adalagi ibadah mu‟amalah seperti mendirikan sekolah, rumah sakit, dan pekerjaan-pekerjaan duniawi lainnya, seperti bekerja, bertani, dan sebagainya.

35

Lahmudun Nasution, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Logos Acara Ilmu, 1999) h.3

32

Ibadah dalam arti umum meliputi segala kegiatan manusia yang didasarkan kepada kepatuhan, ketundukan, dan keikhlasan kepada Allah SWT. sedangkan dalam arti khusus, hanya mencakup perbuatan yang tata cara serta rinciannya telah ditentukankan Allah dan Rasul-Nya. Seperti solat, puasa, dan haji.36

Ibadah bisa berupa ucapan (lafziyah) atau tindakan („amaliyyah). Ibadah lafal adalah rangkaian kalimat dan dzikir yang diucapkan dengan lidah, seperti bacaan hamdalah, Al-Qur‟an, zikir dalam sujud, rukuk, dan tahiyat shalat. Atau membaca talbiyah dalam ibadah haji. Sedangkan ibadah amal adalah seperti rukuk, sujud dalam shalat, wukuf di padang arafah dan tempat-tempat suci lainnya. Dan kebanyakan ibadah dalam islam merupakan perpaduan antara ibadah lafal dan amal.37

Adapun pengertiannya menurut istilah Agama Islam adalah sebagai berikut:

1) Menyatakan ketundukan dan kepatuhan sepenuhnya dengan disertai rasa kekhidmatan yakni bersikap khidmat terhadap yang dipuja, dengan segenap jiwa dan raga yang diliputi oleh rasa kekuasaan dan keagungan-Nya dan serta memohon rahmat dan karunia-Nya.

36

M. Hasbi Ash Shiddieqy, kuliah Ibadah, (Jakarta, Bulan Bintang, 1954) h.1

37

2) Menurut ilmu fiqih ibadah ialah amal perbuatan hamba Allah yang bertentangan dengan kehendak hawa nafsu karena melalaikan keagungan tuhannya.38 c. Tujuan Beribadah

Segala bentuk pekerjaan manusia adalah berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, begitu juga dengan ibadah yang dilakukan manusia kepada Allah berdasarkan tujuan. Adapun tujuan ibadah secara hakiki menghadapkan diri kepada Allah SWT saja dan sebagai tumpuan dan harapan dalam segala hal untuk mencari keridhoan-Nya.

Tujuan pokok ibadah yaitu menghadapkan diri kepada Allah dan mengkonsentrasikan niat kepadanya dalam setiap keadaan, dan untuk mencapai derajat tinggi di akhirat.39

Dari penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan dari ibadah adalah untuk mencapai kebahagiaan serta keridhaan dari Allah SWT di dunia maupun di akhirat. Karena pada dasarnya Allah memerintahkan beribadah kepada manusia untuk kebahagiaan serta keridhaan dirinya sendiri

d. Macam-macam Ibadah

Berdasarkan macamnya, ibadah terdiri dari beberapa macam, yaitu:

1) Bersifat ma‟rifat yang tertentu soal ke Tuhanan.

38

Moh. Ardani, Fikih Ibadah Prakti, h.16-17

39

34

2) Ucapan-ucapan yang tertentu untuk Allah, seperti takbir, tahmid, tahlil, dan puji-pujian.

3) Perbuatan-perbuatan yang tertentu untuk Allah, seperti haji, umrah, ruku‟, sujud, puasa, thawaf, dan I‟tikaf.

4) Ibadah yang lebih keras padanya hak Allah, walaupun terdapat pula padanya hak hamba, seperti: sembahyang fardhu dan sembahyang sunnah.

5) Yang melengkapi kedua-dua hak, tetapi hak hamba lebih berat, seperti: zakat, kaffarat, dan menutupi aurat.40

Di antara macam-macam peribadatan itu, ada lima ibadah pokok yang bisa disebut arkanul Islam yaitu: a. Ibadah lisan ialah ikrar keyakinan dengan

syahadatain, dengan mengucap dua kalimat syahadat.

b. Ibadah badaniah murni harian ialah shalat yang bersifat harian yang mesti dilakukan lima kali sehari. c. Ibadah badaniah tahunan ialah puasa yang dilakukan

setahun sekali selama satu tahun ramadhan

d. Ibadah harta bersifat social ialah zakat, dengan mengeluarkan harta yang ditujukan kepada Allah, untuk mensejahterakan masyarakat.

e. Ibadah badaniah antara bangsa ialah ahji yang mrupakan ibadah setahun sekali atau seumur hidup

40

sekali (jika mampu). Haji merupakan ibadah kolektif antara bangsa-bangsa di dunia di pusat kelahiran islam.41

Dari segi umum khususnya, ibadah terbagi menjadi:

a. Ibadah khassanah, yaitu ibadah yang ketentuan dan pelaksanaannya telah ditetapkan oleh nash al Qur‟an dan al hadist, seperti shalat, puasa, haji, atau ibadah yang terkategori ibadah khusus yang tidak diterima penambahan dan kekurangan.

b. Ibadah „ammah, yaitu semua perbuatan yang mendatangkan kebaikan dan dilaksanakan dengan niat yang ikhlas karena Allah, seperti makan, minum, bekerja mencari nafkah, menolong orang dan perbuatan baik lainnya. Atau dengan kata lain, semua bentuk amal kebaikan yang dilandasi dengan niat semata-mata karena Allah.42

Yusuf Musa berpendapat bahwa “ibadah dibagi menjadi lima: shalat, zakat, puasa, haji, dan jihad.” Secara umum Wahban sependapat dengan Yusuf Musa, hanya saja dia tidak memasukkan jihad dalam kelompok ibadah mahdhah (ibadah murni), dan sebaliknya dia memasukkan nadzar serta kafaraah sumpah. Kecenderungan Wahban untuk memasukkan sumpah dan

41

Moh. Ardani, Fikih Ibadah Praktis. H.18

42

Abudin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur‟an. (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. Ke-1, h.177

36

nadzar sebagai ibadah murni dapat diterima, karena keduanya sangat individual dan tidak mempunyai sangsi-sangsi soal.43

Dari dua pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud ibadah murni adalah suatu rangkaian aktivitas ibadah yang ditetapkan Allah SWT. Dan bentuk aktivitas tersebut telah dicontohkan oleh Rasul-Nya, serta terlaksananya atau tidaknya sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran teologis dari masing-masing individu. Adapun bentuk ibadah madhoh tersebut meliputi: Thaharah, Shalat, Zakat, Shaum, Nadzar, dan Kafarah Sumpah.

Selain ibadah madhah, maka ada bentuk lain di luar ibadah madhah tersebut yaitu ibadah ghair al-madhah, yakni sikap gerak-gerik, tingkah laku dan perbuatan yang mempunyai tiga tanda yaitu: pertama, niat yang ikhlas sebagai titik tolak ukur, kedua, keridhoan Allah sebagai titik tujuan, dan ketiga, amal shaleh sebagai garis amal.

Berdasarkan dari teori yang sudah dipaparkan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman beribadah adalah kemampuan dalam memahami dan mengerti tentang ibadah , baik dalam prakteknya maupun bacaannya.

43

Abduh Al Manar, Ibadah Da Syari‟ah, (Surabaya: PT. Pamator, 1999), Cet. Ke-1, h.82

Dokumen terkait