• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI BIMBINGAN AGAMA DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN BERIBADAH MUALLAF DI YAYASAN AN NABA CENTER CIPUTAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI BIMBINGAN AGAMA DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN BERIBADAH MUALLAF DI YAYASAN AN NABA CENTER CIPUTAT"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

YAYASAN AN NABA CENTER CIPUTAT

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar S1 Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh: Rohman Safi’i NIM: 11140520000049

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/2020 M

(2)

LEMBAR PERNYATAAN Yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Rohman Safi‟i

NIM : 11140520000049

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul

IMPLEMENTASI BIMBINGAN AGAMA DALAM

MENINGKATKAN PEMAHAMAN BERIBADAH MUALLAF DI YAYASAN AN NABA CENTER CIPUTAT adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlakujika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan plagiat karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 15 Juli 2020

Rohman Safi‟i

(3)

YAYASAN AN NABA CENTER CIPUTAT

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh: Rohman Safi’i NIM : 11140520000049

Dibawah Bimbingan

Prof. Dr. H. Daud Effendi A.M NIP : 19490504 197703 1 001

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/2020 M

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul IMPLEMENTASI BIMBINGAN AGAMA DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN BERIBADAH MUALLAF DI YAYASAN AN NABA CENTER CIPUTAT telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Selasa, 08 September 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Jakarta, 23 September 2020 Sidang Munaqasyah

Ketua Sekretaris

Ir. Noor Bekti Negoro, S.E, M.Si Artiarini Puspita Arwan, M.Psi NIP. 1965030 1199903 1 001 NIP. 19861109 201101 2 016

Anggota :

Penguji I Penguji II

Drs. M. Lutfi, MA Muhtar Mochamad Solihin, M.Si

NIP. 19671006 199403 1 006 NUPN. 9920113247 Pembimbing

Prof. Dr. H. Daud Effendi A.M NIP : 19490504 197703 1 001

(5)

ROHMAN SAFI’I, NIM 11140520000049, Implementasi Bimbingan Agama Dalam Meningkatkan Pemahaman Beribadah Muallaf Di Yayasan An Naba Center Ciputat

Bimbingan merupakan usaha membantu orang lain dengan mengungkapkan dan membangkitkan potensi yang dimilikinya. Sehingga dengan potensi itu, ia akan memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya secara wajar dan optimal. Penerapan bimbingan agama yang dilakukan di yayasan An Naba Center memiliki tujuan penting untuk para muallaf, yaitu agar para muallaf mengetahui apa saja kewajiban mereka sebagai orang islam. Terutama dalam hal beribadah yang dimana kurangnya perhatian serta bimbingan untuk mereka.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : (1) menjelaskan implementasi bimbingan agama dalam meningkatkan pemahaman beribadah muallaf dan (2) mengetahui peningkatan pemahaman beribadah muallaf setelah mengikuti bimbingan agama. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomologi, dan teknik yang dipakai adalah observasi, wawancara, serta dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) implementasi bimbingan agama di yayasan An Naba center dilaksanakan berdasarkan kebutuhan para muallaf, (2) peningkatan pemahaman beribadah muallaf terlihat dari para muallaf yang sudah bisa melaksanakan sholat dari gerakan maupun bacaan dan sudah bisa membaca Al-Quran.

Kata Kunci : Bimbingan Agama, Pemahaman Beribadah, Muallaf

(6)

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang kasihnya tak pilih kasih dan sayangnya yang tak terbayang, segala puji bagi-Nya karena telah memberikan kita nikmat yang berlimpah terutama nikmat iman dan islam. Shalawat beserta salam semoga seantiasa tercurah limpahkan kepada suri tauladan kita yakni baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya sampai kepada kita selaku umatnya yang senantiasa taat menjalankan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya hingga akhir zaman.

Bukanlah suatu hal yang mudah bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, karena terbatasnya pengetahuan dan sedikit ilmu yang dimiliki penulis. Alhamdulillah berkat petunjuk Allah SWT dan dukungan dari berbagai pihak, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Bimbingan Agama Dalam Meningkatkan Pemahaman Beribadah Muallaf Di Yayasan An Naba Center Ciputat”

Selanjutnya penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung demi kelancaran penulis dalam menyelesaikan Pendidikan Strata Satu (S1) di Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

ii

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua, Ayahanda (Alm) Nana Sugiana dan Ibunda Nurhayati yang selama ini telah memberikan dukungan baik dari segi moril maupun materil, yang selalu memberikan doa serta ridhonya dengan penuh cinta dan kasih sayang sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

Selain itu, skripsi ini juga penulis persembahkan untuk semua pihak yang telah membantu penulis dengan berupa dukungan, semangat dan pendampingan ataupun dengan caranya masing-masing. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Suparto, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Siti Napsiyah, MSW., selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Sihabuddin Noor, M.A., selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Drs. Cecep Castrawijaya, M.A., selaku wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.

2. Ir. Noor Bekti Negoro, S.E., M.Si., dan Artiarini Puspita Arwan, M.Psi., selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Prof. Dr. H. Daud Effendi A.M selaku Dosen Pembimbing yang selalu meluangkan tenaga, waktu dan juga pikiran dalam membimbing serta arahan dan juga nasihat kepada peneliti dalam menyusun skripsi ini.

(8)

iii

4. Dra. Musfirah Nurlaili, MA selaku Dosen Penasehat Akademik Kelas B Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam angkatan 2014

5. Seluruh Dosen dan staff Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama menempuh Pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Segenap Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayayullah Jakarta yang telah berbaik hati dalam memberikan referensi buku-buku yang dibutuhkan penulis, sehingga bisa terselesainya skripsi ini.

7. Ustadz Syamsul Arifin Nababan, Ustadz Dwi Hafizh, dan Ustadz Dwi Zana yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan pengetahuan serat informasi sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

8. Seluruh keluarga besar Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba Center Sawah Baru Ciputat yang sudah memberikan izin penelitian dan memberikan data selama proses penelitian berlangsung.

9. Adik tercinta Bachrudin Aziz dan seluruh keluarga besar H. Mansur dan H.Manin yang selalu memberikan semangat serta doa kepada penulis.

10. Seorang terkasih Syifa‟ul Umah Febrianti yang tak pernah lelah memberikan dukungan, masukan, dan menemani penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.

(9)

iv

11. Teman-teman Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam angkatan 2014 yang selalu memberikan semangat, saran dan masukan kepada penulis.

12. Semua pihak yang tidak tercantum dalam pengantar ini yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga Allah SWT membalas segala kebaikan serta ketulusan mereka dan semoga kesuksesan selalu bersama kita dengan segala keridhoan-Nya. Aamiin. Penulis juga mengucapkan Alhamdulillahi Robbil‟aalamiin semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi pada umumnya, dan mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam pada khususnya.

Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 15 Juli 2020

(10)

v DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PERNYATAAN

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Batasan Masalah ...4

C. Rumusan Masalah ...4

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ...5

1. Tujuan Penelitian ...5

2. Manfaat Penelitian ...5

E. Metodologi Penelitian ...6

1. Pendekatan dan Metode Penelitian ...6

2. Tempat dan Waktu Penelitian ...7

3. Subjek dan Objek Penelitian ...8

4. Teknik Pengumpulan Data ... 10

5. Sumber Data ... 11

6. Teknik Analisis Data... 12

(11)

vi BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori ... 16

1. Implementasi ... 16

2. Pengertian Bimbingan ... 17

3. Agama ... 20

4. Tujuan dan Fungsi Bimbingan ... 22

5. Bentuk-Bentuk Bimbingan ... 25

6. Metode Bimbingan Agama ... 27

7. Pemahaman Beribadah ... 29

8. Pengertian Muallaf ... 37

B. Tinjauan Pustaka ... 38

C. Kerangka Berfikir ... 39

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya ... 41

B. Visi, Misi, dan Tujuan ... 42

C. Program Kegiatan Pembinaan Muallaf ... 43

D. Prosesi Pengislaman ... 45

E. Struktur Organisasi Yayasan ... 46

F. Sarana dan Prasarana ... 47

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Identitas Informan ... 49

B. Temuan Penelitian Implementasi Bimbingan Agama di Yayasan An Naba Center... 55

C. Proses Bimbingan Agama dalam Meningkatkan Pemahaman Beribadah Muallaf di Yayasan An Naba Center ... 57

D. Metode Bimbingan Agama dalam Meningkatkan Pemahaman Beribadah Muallaf di Yayasan An Naba Center ... 60

(12)

vii

E. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Bimbingan Agama dalam Meningkatkan Pemahaman Beribadah Muallaf di

Yayasan An Naba Center ... 62

BAB V PEMBAHASAN A. Implementasi Bimbingan Agama yang Diterima para Muallaf Di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba Center Sawah Lama Ciputat ... 65

B. Pemahaman Beribadah Para Muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba Center ... 68

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70

B. Implikasi ... 71

C. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(13)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kriteria Informan Pembimbing ………... 9 Tabel 1.1 Kriteria Informan Muallaf……… 9 Tabel 3.1 Kegiatan Harian Yayasan An Naba Center Ciputat …... 44 Tabel 3.2 Kegiatan Mingguan Yayasan An Naba Center Ciputat . 45 Tabel 3.3 Kegiatan Bulanan Yayasan An Naba Center Ciputat … 45

(14)

ix

DAFTAR GAMBAR

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Muallaf merupakan sebutan bagi orang yang awalnya memeluk agama selain Islam kemudian masuk ke dalam Islam, ini merupakan sesuatu yang penting untuk diperhatikan karena seseorang yang baru muallaf biasanya mereka dikucilkan dan dijauhi oleh keluarga, saudara, dan juga teman-temannya yang semula seagama.

Iman mereka masih lemah, maka dari itu umat Islam bukan saja mempunyai kewajiban memberinya zakat, akan tetapi umat Islam diharapkan dapat memberikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap mereka berupa materi, kasih sayang, dan juga ilmu-ilmu tentang keislaman. Dengan begitu diharapkan muallaf dapat berdiri sendiri sebagaimana mestinya seorang muslim. Maka dari itu seorang muslim harus mampu membimbing serta mendampingi muallaf sampai pada keadaan tetap iman serta islamnya.

Dalam melakukan prosesi pembinaan muallaf menurut penasihat Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Muhammad Syafii Antonio, mengemukakan: “bahwa sampai sekarang ini pembinaan muallaf masih menyamaratakan latar belakang mereka, padahal mereka memiliki latar belakang pemahaman yang berbeda terhadap Islam. Oleh karena itu, sebaiknya mereka tidak diberikan buku pedoman ke-Islaman yang sama, sebagaimana pemeluk islam yang bukan muallaf.”

(16)

2

Untuk mengatasi masalah tersebut, mekanisme tes awal perlu dilakukan terhadap para muallaf, dan melalui tes itu selanjutnya bisa diketahui sejauh mana seorang muallaf memiliki pemahaman tentang Islam. Kemudian pembinaan dilakukan berdasarkan tingkat pemahaman yang mereka miliki.

Menjadi seorang muallaf bukan semata-mata menjadi muslim hanya sebagai pengakuan, akan tetapi juga wajib menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Beribadah merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh umat beragama, oleh sebab itu sebagai muallaf sudah semestinya mempelajari tentang ketentuan-ketentuan dalam ibadah secara Islam.

Ibadah merupakan suatu perkara yang perlu ada perhatian terhadapnya, karena ibadah itu tidak bisa dimain-mainkan apalagi disalahgunakan. Dalam Islam ibadah harus berpedoman pada apa yang telah Allah perintahkan dan apa yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umat islam, yang dilandaskan pada kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad yaitu Al-Qur‟an dan segala perbuatan, perkataan, dan ketetatapan nabi atau disebut dengan hadist nabi.

Pada hakikatnya manusia tidak terlepas dari yang namanya beribadah, ibadah merupakan wujud penghambaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk tujuan beribadah kepada-Nya, seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan ibadah-ibadah lainnya.

Ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bukti kepada Allah SWT yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya

(17)

dan menjauhi larangan-Nya. Menurut Yusuf Qardhawi, “ibadah sama artinya dengan taat atau kepatuhan dan ta‟abud (penghambaan) mempunyai persamaan arti dengan attanasuk (pengabdian)”.

Dalam kehidupannya orang-orang yang baru masuk islam, mereka mendapat penolakan dari keluarganya mulai dari dikucilkan hingga diusir dari rumah. Maka dari itu muallaf hanya dapat mengandalkan masjid-masjid yang bisa menerima mereka karena minimnya informasi mengenai tempat yang bisa menampung mereka. Pada kenyataannya pemerintah maupun organisasi masyarakat kurang memperhatikan mereka, bisa kita lihat mereka hanya tinggal di masjid dan menjadi marbot masjid sekaligus belajar di masjid tersebut. Padahal kebutuhan mereka akan ilmu agama sangatlah penting, dan kebutuhan setiap muallaf berbeda-beda.

Kebutuhan akan ilmu agama para muallaf sangatlah banyak terutama dalam hal ibadah, bukan hanya harus tahu cara melaksanakannya tetapi mereka harus tahu dan memahami tata cara serta bacaan-bacaan dalam beribadah terutama dalam sholat. Oleh karena itu betapa pentingnya sebuah wadah atau tempat untuk para muallaf belajar mengenai agama baru yang mereka anut demi memenuhi kebutuhan akan ilmu agama dan khususnya tentang beribadah.

Dalam memahami ajaran islam sangatlah penting pemahaman akan beribadah, pemahaman beribadah merupakan sebuah landasan dasar agar muallaf mampu melaksanakan ibadah sebagai seorang muslim dengan baik dan benar. Oleh

(18)

4

karena itu, beberapa hal yang akan diungkapkan oleh penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Bimbingan Agama Dalam Meningkatkan Pemahaman Beribadah Muallaf Di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba Center Sawah Baru Ciputat”.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis membatasi penelitian tentang implementasi bimbingan agama dalam meningkatkan pemahaman beribadah Muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba Center Sawah Baru Ciputat, sebagai berikut:

Pertama, implemetasi bimbingan agama yang dimaksud adalah pelaksanaan bimbingan agama yang memiliki tujuan untuk meningkatkan pemahaman beribadah muallaf.

Kedua, pemahaman beribadah yang dimaksud adalah pengetahuan tentang beribadah yang meliputi ibadah sholat lima waktu dan membaca Al-Qur‟an.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana implementasi bimbingan agama dalam meningkatkan pemahaman beribadah Muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba Center Sawah Baru Ciputat?

2. Bagaimana pemahaman beribadah muallaf setelah mengikuti bimbingan?

(19)

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui implementasi bimbingan agama dalam meningkatkan pemahaman beribadah Muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba Center Sawah Baru Ciputat.

b. Untuk mengetahui pemahaman beribadah muallaf setelah mengikuti bimbingan.

2. Manfaat Penelitian

a. Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan serta keilmuan yang meliputi ilmu Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang berkaitan dengan Implementasi Bimbingan Agama dalam Meningkatkan Pemahaman Beribadah Muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba Center Sawah Baru Ciputat. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

serta pengembangan keilmuan jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

c. Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan bahan evaluasi bagi Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba Center Sawah Baru Ciputat.

(20)

6

E. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peniliti memilih pendekatan penelitian kualitatif, penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek secara alamiah, di mana penelitian ini adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.1 Menurut Tailor sebagaimana dikutip oleh Lexi J.Melong adalah “prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis lisan dari orang dan perilaku yang diamati”.2

Pendekatan kualitatif menekankan analisis dari proses berpikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah. Penelitian kualitatif tidak berarti tanpa menggunakan dukungan dari data kuantitatif tetapi lebih ditekankan pada kedalaman berpikir formal dari peneliti dalam menjawab permasalahan yang dihadapi.3 Sedangkan metode penelitian yang digunakan

1

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bnadung: CV. Alfabeta, 2009), Cet. Ke-8, h.9

2

Lexy J. Melong, Metode Penelitian Kualitatif. (Bnadung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. Ke-15 h.3

3

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 80.

(21)

adalah studi kasus. Metode studi kasus merupakan salah satu jenis penelitian deskriptif, penelitin yang dilaukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu organisme (individu), lembaga atau gejala tertentu dengan daerah atau subjek yang sempit.4

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian skripsi ini di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba Center Jl. Cendrawasih 4 No.1, Sawah Baru, Kec. Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten. Waktu penelitian lapangan dilaksanakan mulai 21 Desember 2019 sampai 29 Februari 2020.

Adapun alasan dan pertimbangan pemilihan lokasi penelitian ini adalah:

a. Peneliti belum menemukan penelitian yang meneliti tentang “Implementasi Bimbingan Agama dalam Meningkatkan Pemahaman Beribadah Muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba Center Sawah Baru Ciputat”

b. Ketertarikan peneliti untuk mengetahui lebih dalam mengenai persoalan pemahaman beribadah para muallaf. c. Kurangnya perhatian serta dukungan oleh lembaga,

instansi, dan ormas-ormas Islam dalam pemberian bimbingan dan pembinaan muallaf. Mengingat para muallaf sangat membutuhkan hal tersebut dari saudaranya sesama muslim.

4

(22)

8

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitan yaitu para santri muallaf, yang mendapatkan bimbingan agama di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba‟ Center Sawah Baru Ciputat.

Adapun teknik pengambilan data dengan menggunakan teknik purposive yang artinya mekanisme disengaja. Arti mekanisme disengaja adalah sebelum melakukan penelitian para peneliti menetapkan kriteria tertentu yang mesti dipenuhi oleh orang yang akan dijadikan sumber informasi. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, peneliti telah mengetahui identitas orang-orang yang akan dijadikan informan peneliannya sebelum penelitian dilakukan.5

Teknik pengambilan data ini telah ditetapkan sebelum turun ke lapangan dilakukan. Ketika pengumpulan data dilakukan, peneliti mencari orang-orang yang memenuhi kriteria yang ditetapkan tersebut. Tentunya, peneliti harus bertanya di lapangan kepada berbagai pihak untuk menemukan orang-orang yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan untuk dijadikan informan penelitian.

Pada penelitian ini, peneliti mengambil sampel dari 4 orang muallaf yang masuk dalam kriteria yang peneliti inginkan. Kriteria yang peneliti ambil adalah mereka minimal sudah masuk islam selama 2 tahun, dan juga mereka harus sudah SMA dan kuliah. Kemudian sebagai

5

Afrizal, METODE PENELITIAN KUALITATIF: sebuah upaya mendukung penggunaan penelitian kualitatif dalam berbagai disiplin ilmu, (Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA), Cet ke-3, h.140

(23)

penguat data peneliti mengambil 3 orang dari pembimbing dengan kriteria pembimbing yang menetap di pesantren. Setelah melakukan survey lapangan maka peneliti mendapatkan sampel berikut:

Tabel 1.1 Kriteria Informan Pembimbing

No. Nama Usia

1. Ust. Syamsul Arifin 54 tahun

2. Ust. Dwi Hafizh 27 tahun

3. Ust . Dwi Zana 23 tahun

Tabel 1.2 Kriteria Informan Muallaf

No. Nama Usia Muallaf sejak Pendidikan

1. M. Hidayat (Indra Siregar) 21 tahun 2018 PTIQ 2. Abdurrahman (Finsen R. N) 21 tahun 2018 PTIQ 3. M Nuruddin (Kasih Nudin) 16 tahun 2018 MA Soebono Mantofani 4. AhmadFathullah (Fa‟atulo Gea) 19 tahun 2018 MA Soebono Mantofani

Adapun objek dalam penelitian ini adalah pelaksanaan bimbingan agama dalam meningkatkan pemahaman beribadah muallaf.

(24)

10

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data:

a. Observasi

Observasi adalah kegiatan yang berhubungan dengan pengawasan, peninjauan, penyelidikan dan riset.6 Peneliti akan melakukan observasi langsung yaitu dengan pengamatan langsung ke Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba Center untuk mengamati fenomena-fenomena yang ada. Alasan peneliti menggunakan metode observasi karena dapat mengamati secara jelas, teliti dan mencatat kejadian yang sebenarnya terjadi.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu; ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik.7 Peneliti menggunakan teknik wawancara jika data yang didapat dari observasi belum dirasa valid. Dan peneliti akan menggunakan wawancara terpimpin dan mendalam (dept interview), yaitu penulis mengajukan beberapa pertanyaan yang telah dipersiapkan, kemudian setelah itu dijawab oleh pemberi sumber data dengan jelas dan terbuka.

6

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : Andi Offset, 1989) h. 92

7

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 160.

(25)

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Peneliti mencari data berupa buku, foto, artikel, catatan, arsip, dan sebagainya yang berkaitan dengan meningkatkan pemahaman beribadah muallaf yang dibutuhkan sebagai pendukung hasil wawancara. 5. Sumber Data

Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah sebagai berikut:

a. Data Primer

Data yang diperoleh melalui observasi atau pengamatan langsung, peneliti berperan sebagai pengamat terhadap santri muallaf. Kemudian peneliti akan melakukan wawancara langsung dan mendalam jika data yang diperoleh dari observasi belum valid, wawancara kepada pembimbing muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba‟ Center Sawah Baru Ciputat.

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian baik dari instansi pemerintah maupun swasta atau berbagai referensi buku, majalah, surat kabar, yang bersangkutan dalam penelitian ini.

(26)

12

6. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga dapat dengan mudah dipahami dan semuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Menurut Bodgan dan Lexy J. Moleong mengemukakan bahwa teknik analisa data kualitatif adalah “upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi bahan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang akan diceritakan kepada orang lain”.8

Miles dan Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu:

a. Reduksi Data

Peneliti melakukan proses pemilihan, pemusatan, dan perhatian penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus menerus selama penelitian berlangsung. Reduksi data dilakukan peneliti sebagai suatu tahap analisis di mana peneliti

8

Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda karya, 1989), h.248

(27)

menajamkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan verifikasi.

b. Penyajian Data

Peneliti melakukan penyajian data untuk menyusun sekumpulan informasi yang dapat memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Untuk memudahkan peneliti dalam mengambil kesimpulan, maka data yang sudah terkumpul perlu disajikan dalam bentuk-bentuk tertentu guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk padu. Penyajian data membantu peneliti memahami dengan apa yang terjadi dan apa yang seharusnya dilakukan tersebut dengan teori-teori yang relevan.

c. Penarikan Kesimpulan

Proses ini dilakukan dari permulaan pengumpulan data. Dalam hal ini peneliti harus mengerti apa arti dari hal-hal yang ditelitinya. Maka dari itu makna-makna yang muncul dari data-data harus diuji kevaliditasannya. Peneliti melakukan penarikan kesimpulan sebagai analisis serangkaian pengolahan data yang berupa gejala kasus yang didapat di lapangan. Penarikan kesimpulan bukanlah sebuah final dari kegiatan analisis, karena terkadang masih ada kesimpulan yang kabur dan perlu dilakukan verifikasi. Verifikasi dilakukan untuk menguatkan kesimpulan.

(28)

14

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini merujuk kepada pedoman umum karya ilmiah civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II: Kajian Pustaka

Bab ini menguraikan landasan teori yang digunakan dalam penelitian (implementasi, bimbingan agama, pemahaman beribadah), kajian pustaka, kerangka berpikir.

BAB III: Gambaran Umum Latar Penelitian

Dalam bab ini akan dikemukakan sejarah, visi, misi, tujuan, struktur organisasi, serta profil Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba Center Sawah Baru Ciputat.

BAB IV: Temuan dan Analisis Data

Dalam bab ini akan diuraikan hasil analisa temuan di lapangan berupa adalah implementasi bimbingan agama dalam meningkatkan pemahaman beribadah pada muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba Center Sawah Baru Ciputat.

BAB V: Pembahasan

Analisa data hasil dari penelitian tentang implementasi bimbingan agama dan pemahaman beribadah muallaf di yayasan An Naba Center.

(29)

BAB VI: Simpulan, Implikasi, dan Saran

Dalam bab ini peneliti akan memberikan kesimpulan dan saran kepada Yayasan An Naba Center berdasarkan hasil penelitian.

(30)

16 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Implementasi

Implementasi merupakan suatu penerapan atau juga sebuah tindakan yang dilakukan dengan berdasarkan suatu rencana yang telah/sudah disusun atau dibuat dengan cermat serta juga terperinci sebelumnya.

Pendapat lain juga mengatakan bahwa pengertian implementasi merupakan suatu tindakan atau juga bentuk aksi nyata dalam melaksanakan rencana yang sudah dirancang dengan matang. Dengan kata lain, implementasi ini hanya dapat dilakukan apabila sudah terdapat perencanaan serta juga bukan hanya sekedar tindakan semata.

Kata implementasi Menurut Prof. Tachjan (2006), arti implementasi adalah “suatu tindakan atau kegiatan yang dilakukan setelah adanya kebijakan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan pelaksanaan, penerapan.”9 Kata penerapan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses, cara, perbuatan untuk menerapkan suatu hal.10 Pendapat lain menyebutkan bahwa penerapan adalah menggunakan ilmu yang dimiliki untuk mengatasi

9

Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan, Kamus Besar Bahasa indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995).

10

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet ke-3, h.491

(31)

suatu masalah yang timbul.11 Artinya memanfaatkan ilmu yang telah dimiliki untuk membuat suatu solusi pada sebuah masalah.

Implementasi juga memiliki tujuan, yaitu:

a. Tujuan utama implementasi ialah untuk melaksanakan rencana yang sudah disusun dengan cermat, baik itu oleh individu atau juga kelompok.

b. Untuk dapat menguji serta mendokumnetasikan suatu prosedur di dalam penerapan rencana atau juga kebijakan.

c. Untuk dapat mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak akan dicapai di dalam perencanaan atau juga kebijakan yang telah/sudah dirancang.

d. Untuk dapat mengetahui kemampuan masyarakat di dalam menerapkan suatu kebijakan atau juga rencana sesuai dengan yang diharapkan.

e. Untuk dapat mengetahui tingkat keberhasilan suatu kebijakan atau rencana yag telah/sudah dirancang demi perbaikan atau peningkatan mutu.

2. Pengertian Bimbingan

Bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa inggris “guidance”. Kata guidance dalam masalah pendidikan disebut bantuan, selain itu bimbingan dapat diartikan arahan, pedoman, dan petunjuk. Kata guidance berasal dari kata guide, yang artinya menuntun,

11

Socrates, Menepis Impian, (Yogyakarta: Media Abadi, 1994), Jilid 2, h.89

(32)

18

mempedomani, menjadi petunjuk jalan. Adapun pengertian bimbingan yang lebih formulatif adalah bantuan yang diberikan kepada individu agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal untuk merencanakan masa depan yang lebih baik.12

Kemudian pengertian yang lebih utuh dari kata bimbingan adalah usaha membantu orang lain dengan mengungkapkan dan membangkitkan potensi yang dimilikinya. Sehingga dengan potensi itu, ia akan memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya secara wajar dan optimal, yakni dengan cara memahami dirinya, mengenal lingkungannya, mengarahkan dirinya, mampu mengambil keputusan untuk hidupnya, dan dengannya ia akan mewujudkan kehidupan yang baik, berguna dan bermanfaat.

Untuk memahami lebih jauh tentang bimbingan ada beberapa pendapat para ahli diantaranya:

a. Djumhur dan Moh. Surya, berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya, kemampuan untuk menerima dirinya, kemampuan untuk mengarahkan dirinya dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam memcapai penyesuaian diri

12

M. Umar, sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), cet. KE-1. h.9

(33)

dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah, dan masyarakat.

b. Menurut Nata Wijaya, bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara terus menerus supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sesuai dengan ketentuan keadaan lingkungan.13

c. Supriyadi mengatakan bimbingan adalah usaha untuk menciptakan kondisi yang kondusif agar individu dapat bekembang secara wajar, sesuai dengan kapasitas dan peluang yang dimilikinya sehingga ia berguna untuk dirinya dan masyarakatnya.

d. Menurut Miller, bimbingan adalah bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan dirinya yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal kepada keluarga dan masyarakat. e. Menurut Jear Book of Education, bimbingan adalah

suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan pribadi dan kemnafaatan social.14

Dari beberapa definisi yang diuraikan di atas dapat dipahami bahwa pada dasarnya hakikat bimbingan itu adalah suatu proses usaha pemberian bantuan atau pertolongan kepada orang lain dalam segala usia, yang dilakukan secara

13

Saliyo, Farida, Teknik layanan Bimbingan Konseling Islam, buku daros kudus, 2018. H. 13

14

M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling Islam), (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h.9-10

(34)

20

terus menerus yang mana orang tersebut mengalami kesulitan atau hambatan dalam hidupnya (psikis). Dengan bantuan atau pertolongan itu orang yang diberikan bantuan (terbimbing) dapat mengarahkan dirinya, mampu menerima dirinya, dapat mengembangkan potensinya untuk kebahagiaan dan kemanfaatan dirinya dan lingkungan masyarakatnya. Dapat dikatakan bahwa hal yang utama dalam bimbingan adalah pemberian bantuan atau pertolongan yang dilakukan secara terus menerus kepada siapa saja, tanpa mengenal batas usia ataupun jenis kelamin. 3. Agama

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata agama berarti “ajaran, system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan YME serta tata kaidah yang berhubungan dengan manusia dan manusia serta lingkungannya.15

Pengertian agama menurut asal kata al-Din, religi

(relegere, religare) dan agama.16 Al-Din dalam bahasa arab mengandung arti menguasai, mendudukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. Sedangkan dari kata religi berarti mengumpulkan dan membaca. Adapun kata agama terdiri dari a: tidak dan gam: pergi, berarti mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun temurun.17

15

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 120

16

Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), Cet ke-3, h.1

17

(35)

Menurut Zakiah Darajat, agama adalah “kebutuhan jiwa manusia yang akan mengatur dan mengendalikan sikap, pandangan hidup, kelakuan dan cara mengahadapi tiap-tiap masalah”.18

Menurut Harun Nasution inti sari dari agama adalah “ikatan yang harus dipatuhi atau harus dipegang manusia, merupakan kekuatan lebih tinggi dari kekuatan manusia sebagai kekuatan ghaib yang tidak dapat ditangkap dengan panca indra. Namun mempunyai pengaruh yang sangat besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari”.19

Menurut D. Hendro Puspito, “agama ialah suatu jenis system social yang berporos pada kekuatan-kekuatan nonempiris yang dipercayai dan didayagunakan untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas umumnya”.20

Dari pendapat beberapa ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa agama merupakan suatu kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang didasari dengan ketaatan kepada-Nya serta ajaran-ajaran-Nya yang memiliki aturan yang harus dilakukan oleh pengikutnya dan diwarisi secara turun temurun dengan tujuan untuk keselamatan bagi dirinya dan masyarakat luas pada umumnya.

18

Zakiah Darajat, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975). Cet. Ke-3, h. 47

19

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1985), Cet. Ke-5, h.10

20

D. Hendro Puspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1983), h.35

(36)

22

4. Tujuan dan Fungsi Bimbingan a. Tujuan Bimbingan

M. Hamdan Bakran Adz Dzaky (2004) merinci tujuan bimbingan agama dalam Islam sebagai berikut: 1) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan,

kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang jika damai (mutmainnah), bersikap lapang dada (radiyah), dan mendapatkan pencerahan tauhid dan hidayah (mardiyah).

2) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan social, dan alam sekitarnya.

3) Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong menolong dan rasa kasih sayang.

4) Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang keinginan untuk berbuat taat kepada-Nya, serta ketabahan menerima ujian-Nya.

5) Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah sehingga dengan potensi ini indiidu dapat melakukan tugas-tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar, dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan

(37)

bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.21

Sedangkan menurut Ainur Rahim Faqih tujuan bimbingan adalah sebagai berikut:

1) Membantu individu agar tidak mengahadapi masalah, maksudnya pembimbing berusaha membantu mencegah, jangan sampai individu mengahadapi atau menemui masalah. Dengan kata lain membantu individu mencegah timbulnya masalah bagi dirinya. 2) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang

dihadapinya.

3) Membantu individu memelihara dan

mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik tetap menjadi baik, sehingga tidak menjadi masalah baginya dan orang lain.22

b. Fungsi Bimbingan

Bimbingan berfungsi mengarahkan individu agar terhindar dari masalah dan berusaha mengembalikan kondisinya menjadi lebih baik.

Bila dilihat dari tujuannya maka fungsi bimbingan menurut Aunur Rahim Faqih adalah sebagai berikut:

21

Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah berbasis integrasi, h.37-38

22

Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), h.36

(38)

24

1) Fungsi Preventif, yakni membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya. 2) Fungsi Kuratif, yakni membantu individu

memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.

3) Fungsi Preservatif, yakni membantu individu menjaga agar situasi yang semula tak baik (mengandung masalah) menjadi baik dan kebaikan itu bertahan lama (in state of good).

4) Fungsi Pengembangan, yakni membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik, sehingga tidak memunggkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya.23

Adapun fungsi bimbingan menurut M. Arifin, agar tugas tersebut dapat dilaksanakan dengan baik sebagai berikut:

1) Mengusahakan agar individu dapat terhindar dari segala gangguan dan hambatan yang mengancam kelancaran proses perkembangan dan pertumbuhan. 2) Membantu memecahkan kesulitan yang dialami oleh

setiap individu.

23

(39)

3) Melakukan pengarahan terhadap perumbuhan dan perkembangan sesuai dengan kenyataan bakat, minat, dan kemampuan yang dimiliki.24

5. Bentuk-Bentuk Bimbingan

a. Bimbingan Kelompok (group guidance)

Bimbingan kelompokan adalah cara

pengungkapan jiwa/batin serta pembinaannya melalui kegiatan kelompok seperti ceramah, diskusi, seminar, symposium, atau dinamika kelompok (group dynamic), dan sebagainya.25 Bimbingan kelompok ini dipergunakan untuk membantu individu atau kelompok dalam memecahkan masalah-masalahnya dengan melalui kegiatan kelompok. Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk membantu seorang individu yang menghadapi masalah dengan menempatkannya dalam suatu kehidupan kelompok.26

b. Bimbingan Individual (individual counseling)

Dalam bimbingan ini dilakukan dengan hubungan yang bersifat face to face relationship (hubungan empat mata) yang dilaksanakan dengan wawancara antara pembimbing dengan terbimbing. Masalah yang

24

M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan islam, h.17

25

M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT. Golden Terayon, 1982), Cet. Ke-1, h.45

26

Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1985), h.32

(40)

26

dipecahkan melalui bimbingan ini ialah masalah-masalah yang sifatnya pribadi. Pada umumnya ada tiga teknik khusus dalam konseling ini, yaitu:

1) Directive Counseling, atau konseling langsung yaitu konseling yang paling berperan adalah counselor, berpusat pada counselor. Bahwa counselee

membutuhkan bantuan untuk menemukan apa yang menjadi masalahnya dan apa yang mesti dikerjakan.

Counselor yang mempergunakan metode ini membantu memecahkan masalah klien dengan secara sadar menggunakan sumber-sumber intelektualnya. Kemudian dalam membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi klien harus dengan rasional, konselor tidak boleh bersikap otoriter atau menuduh, walaupun dikatakan direktif.

2) Non Directive Counseling, teknik ini kebalikan dari teknik di atas, yaitu semua berpusat pada counselee. Pada teknik ini tidak ada satupun yang mendominasi, karena yang memecahkan masalah adalah counselee itu sendiri.

3) Elective Counseling, yaitu campuran antara kedua teknik di atas.27

27

M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT. Golden Terayon Press, 1982), Cet. Ke-1, h.49

(41)

6. Metode Bimbingan Agama

Secara Etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani yaitu “metodos” yang terdiri dari dua suku kata yaitu: “metha” yang berarti melalui atau melewati dan

“hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan

yang dilalui untuk mencapai tujuan.28

Dengan demikian metode dapat diartikan sebagai suatu cara atau jalan yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Metode bimbingan agama yang dimaksud di sini adalah segala sarana yang dapat digunakan dalam pelaksanaan bimbingan, baik sarana yang bersifat fisik seperti alat peraga, alat administrasi, gedung pertemuan tempat proses kegiatan berlangsung. Dan pelaksana metode seperti pembimbing sendiri dan sarana non fisik, contohnya tauladan, sikap dan pandangan pelaksana metode, lingkungan yang menunjang suksesnya bimbingan dan cara-cara pendekatan dan pemahaman terhadap sasaran.29 Maka metode yang digunakan dalam proses bimbingan agama adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara adalah salah satu cara atau teknik yang digunakan untuk mengungkapkan dan mengetahui

28

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press), Cet. Ke-1, h.10

29

M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT. Golden Terayon Press, 1982), Cet. Ke-1, h.39

(42)

28

fakta-fakta mental atau kejiwaan (psikis) yang ada pada diri terbimbing.30

Wawancara dapat berjalan dengan baik bilamana memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Pembimbing harus bersifat komunikatif kepada yang dibimbing.

2) Pembimbing harus dapat dipercaya oleh seseorang yang dibimbing sebagai pelindung.

3) Pembimbing harus dapat menciptakan situasi dan kondisi yang memberikan perasaan damai dan aman serta santai kepada seseorang yang dibimbing.31 b. Bimbingan Kelompok (group guidance)

Cara ini dilakukan untuk membantu klien memecahkan masalah melalui kegiatan kelompok, yaitu yang dirasakan bersama oleh kelompok (beberapa orang) atau bersifat individual, yaitu masalah yang dirasakan oleh individual sebagai anggota kelompok. Penyelenggaraan bimbingan kelompok antara lain dimaksudkan untuk membantu mengatasi masalah bersama atau memandu seseorang individu yang menghadapi masalah dengan menempatkannya dalam suatu kehidupan kelompok.32

30

M. Luthfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h.122

31

M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta: Golden Terayon Press, 1982), h.45

32

Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis integrasi), h.289-290

(43)

c. Ceramah

Metode ceramah yaitu penjelasan yang bersifat umum, cara ini lebih tepat diberikan dalam bimbingan kelompok (group guidance). Tetapi pembimbing mesti berupaya menyesuaikan apa-apa yang disampaikannya dengan kondisi terbimbing yang beragam.33

Berdasarkan berbagai pendapat di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa implementasi bimbingan agama adalah sebuah penerapan atau pelaksanaan kegiatan yang sudah tersusun rapih dan terjadwal dalam proses pemberian bantuan secara terus-menerus agar individu tersebut dapat melaksanakan perintah-perintah Tuhan yang telah diberikan kepada manusia dalam melaksanakan kehidupan mereka dalam segala aspek agar tercapai kualitas hidup lahir batin di dunia dan akhirat.

7. Pemahaman Beribadah a. Pengertian Pemahaman

Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar, sedangkan pemahaman merupakan proses pembuatan cara memahami.

Pengertian pemahaman menurut Anas Sudijono, adalah “kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.” Dengan kata lain, memahami adalah

33

M. Luthfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h.136

(44)

30

mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yag setingkat lebih tinggi dari ingatan dan hafalan. Sedangkan menurut Yusuf Anas, yang dimaksud dengan “pemahaman adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan yang sudah diingat lebih kurang sama dengan yang sudah diajarkan dan sesuai dengan maksud penggunaannya”.

Dari pendapat di atas, indicator pemahaman pada dasarnya sama, yaitu dengan memahami sesuatu berarti seseorang dapat mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan, menafsirkan, memperkirakan, memperluas, menentukan, menyimpulkan, menganalisis, memeberi contoh, menuliskan kembali, mengklasifikasi, dan mengikhtisarkan.

b. Beribadah

Ibadah adalah kata Masdar dari „abada yang berarti memuja, menyembah, mengabdi, berkhidmat. Orang yang menyembah disebut „abid. Jadi ibadah berarti pemujaan, penyembahan, pengabdian, pengkhidmatan, itulah pengertian ibadah menurut lughawi.34

Adapun pengertian ibadah menurut istilah, para fuqoha pada umumnya memberikan pengertian “ibadah

34

H. Moh. Ardani, Fikih Ibadah Praktis, (Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama) Cet-1, h. 16

(45)

adalah perbuatan yang dilakukan mukallaf, tidak menurut hawa nafsunya untuk memuliakan Tuhannya”.35

Ibadah sering juga diterjemahkan dengan menyembah Tuhan. Ilmu cara menyembah Tuhan sering disebut Theologi. Dalam Al-Qur‟an Allah berfirman:

“tidak diciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah (menyembah) kepada Allah”. Bagaimana cara

manusia menyembah Allah, Allah lah yang memberi petunjuk, berupa Al-Qur‟an yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, dan berupa contoh suri tauladan dalam diri Nabi Muhammad, yang diutus oleh Allah.

Al-Qur‟an menentukan bahwa manusia wajib shalat, berpuasa, berzakat, dan berhaji, dan masih banyak perintah serta larangan Allah. Di samping itu Rasulullah memberikan petunjuk contoh beribadah yang tidak ditetapkan dalam Al-Qur‟an seperti shalat sunnah, puasa sunnah, dan sebagainya. Ibadah yang langsung berhubungan dengan Allah, sering disebut ibadah ritual, sedangkan yang berdampak langsung kepada kepentingan masyarakat seperti zakat, infaq, dan shodaqoh sering disebut ibadah social. Itu hanya soal istilah saja, adalagi ibadah mu‟amalah seperti mendirikan sekolah, rumah sakit, dan pekerjaan-pekerjaan duniawi lainnya, seperti bekerja, bertani, dan sebagainya.

35

Lahmudun Nasution, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Logos Acara Ilmu, 1999) h.3

(46)

32

Ibadah dalam arti umum meliputi segala kegiatan manusia yang didasarkan kepada kepatuhan, ketundukan, dan keikhlasan kepada Allah SWT. sedangkan dalam arti khusus, hanya mencakup perbuatan yang tata cara serta rinciannya telah ditentukankan Allah dan Rasul-Nya. Seperti solat, puasa, dan haji.36

Ibadah bisa berupa ucapan (lafziyah) atau tindakan („amaliyyah). Ibadah lafal adalah rangkaian kalimat dan dzikir yang diucapkan dengan lidah, seperti bacaan hamdalah, Al-Qur‟an, zikir dalam sujud, rukuk, dan tahiyat shalat. Atau membaca talbiyah dalam ibadah haji. Sedangkan ibadah amal adalah seperti rukuk, sujud dalam shalat, wukuf di padang arafah dan tempat-tempat suci lainnya. Dan kebanyakan ibadah dalam islam merupakan perpaduan antara ibadah lafal dan amal.37

Adapun pengertiannya menurut istilah Agama Islam adalah sebagai berikut:

1) Menyatakan ketundukan dan kepatuhan sepenuhnya dengan disertai rasa kekhidmatan yakni bersikap khidmat terhadap yang dipuja, dengan segenap jiwa dan raga yang diliputi oleh rasa kekuasaan dan keagungan-Nya dan serta memohon rahmat dan karunia-Nya.

36

M. Hasbi Ash Shiddieqy, kuliah Ibadah, (Jakarta, Bulan Bintang, 1954) h.1

37

(47)

2) Menurut ilmu fiqih ibadah ialah amal perbuatan hamba Allah yang bertentangan dengan kehendak hawa nafsu karena melalaikan keagungan tuhannya.38 c. Tujuan Beribadah

Segala bentuk pekerjaan manusia adalah berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, begitu juga dengan ibadah yang dilakukan manusia kepada Allah berdasarkan tujuan. Adapun tujuan ibadah secara hakiki menghadapkan diri kepada Allah SWT saja dan sebagai tumpuan dan harapan dalam segala hal untuk mencari keridhoan-Nya.

Tujuan pokok ibadah yaitu menghadapkan diri kepada Allah dan mengkonsentrasikan niat kepadanya dalam setiap keadaan, dan untuk mencapai derajat tinggi di akhirat.39

Dari penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan dari ibadah adalah untuk mencapai kebahagiaan serta keridhaan dari Allah SWT di dunia maupun di akhirat. Karena pada dasarnya Allah memerintahkan beribadah kepada manusia untuk kebahagiaan serta keridhaan dirinya sendiri

d. Macam-macam Ibadah

Berdasarkan macamnya, ibadah terdiri dari beberapa macam, yaitu:

1) Bersifat ma‟rifat yang tertentu soal ke Tuhanan.

38

Moh. Ardani, Fikih Ibadah Prakti, h.16-17

39

(48)

34

2) Ucapan-ucapan yang tertentu untuk Allah, seperti takbir, tahmid, tahlil, dan puji-pujian.

3) Perbuatan-perbuatan yang tertentu untuk Allah, seperti haji, umrah, ruku‟, sujud, puasa, thawaf, dan I‟tikaf.

4) Ibadah yang lebih keras padanya hak Allah, walaupun terdapat pula padanya hak hamba, seperti: sembahyang fardhu dan sembahyang sunnah.

5) Yang melengkapi kedua-dua hak, tetapi hak hamba lebih berat, seperti: zakat, kaffarat, dan menutupi aurat.40

Di antara macam-macam peribadatan itu, ada lima ibadah pokok yang bisa disebut arkanul Islam yaitu: a. Ibadah lisan ialah ikrar keyakinan dengan

syahadatain, dengan mengucap dua kalimat syahadat.

b. Ibadah badaniah murni harian ialah shalat yang bersifat harian yang mesti dilakukan lima kali sehari. c. Ibadah badaniah tahunan ialah puasa yang dilakukan

setahun sekali selama satu tahun ramadhan

d. Ibadah harta bersifat social ialah zakat, dengan mengeluarkan harta yang ditujukan kepada Allah, untuk mensejahterakan masyarakat.

e. Ibadah badaniah antara bangsa ialah ahji yang mrupakan ibadah setahun sekali atau seumur hidup

40

(49)

sekali (jika mampu). Haji merupakan ibadah kolektif antara bangsa-bangsa di dunia di pusat kelahiran islam.41

Dari segi umum khususnya, ibadah terbagi menjadi:

a. Ibadah khassanah, yaitu ibadah yang ketentuan dan pelaksanaannya telah ditetapkan oleh nash al Qur‟an dan al hadist, seperti shalat, puasa, haji, atau ibadah yang terkategori ibadah khusus yang tidak diterima penambahan dan kekurangan.

b. Ibadah „ammah, yaitu semua perbuatan yang mendatangkan kebaikan dan dilaksanakan dengan niat yang ikhlas karena Allah, seperti makan, minum, bekerja mencari nafkah, menolong orang dan perbuatan baik lainnya. Atau dengan kata lain, semua bentuk amal kebaikan yang dilandasi dengan niat semata-mata karena Allah.42

Yusuf Musa berpendapat bahwa “ibadah dibagi menjadi lima: shalat, zakat, puasa, haji, dan jihad.” Secara umum Wahban sependapat dengan Yusuf Musa, hanya saja dia tidak memasukkan jihad dalam kelompok ibadah mahdhah (ibadah murni), dan sebaliknya dia memasukkan nadzar serta kafaraah sumpah. Kecenderungan Wahban untuk memasukkan sumpah dan

41

Moh. Ardani, Fikih Ibadah Praktis. H.18

42

Abudin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur‟an. (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. Ke-1, h.177

(50)

36

nadzar sebagai ibadah murni dapat diterima, karena keduanya sangat individual dan tidak mempunyai sangsi-sangsi soal.43

Dari dua pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud ibadah murni adalah suatu rangkaian aktivitas ibadah yang ditetapkan Allah SWT. Dan bentuk aktivitas tersebut telah dicontohkan oleh Rasul-Nya, serta terlaksananya atau tidaknya sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran teologis dari masing-masing individu. Adapun bentuk ibadah madhoh tersebut meliputi: Thaharah, Shalat, Zakat, Shaum, Nadzar, dan Kafarah Sumpah.

Selain ibadah madhah, maka ada bentuk lain di luar ibadah madhah tersebut yaitu ibadah ghair al-madhah, yakni sikap gerak-gerik, tingkah laku dan perbuatan yang mempunyai tiga tanda yaitu: pertama, niat yang ikhlas sebagai titik tolak ukur, kedua, keridhoan Allah sebagai titik tujuan, dan ketiga, amal shaleh sebagai garis amal.

Berdasarkan dari teori yang sudah dipaparkan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman beribadah adalah kemampuan dalam memahami dan mengerti tentang ibadah , baik dalam prakteknya maupun bacaannya.

43

Abduh Al Manar, Ibadah Da Syari‟ah, (Surabaya: PT. Pamator, 1999), Cet. Ke-1, h.82

(51)

8. Pengertian Muallaf

Kata muallaf berasal dari bahasa arab yaitu

“allafa-ya‟lafu-alfan” yang artinya menjinakan, menjadi jinak, dan

mengasihi. Sehingga kata muallaf dapat diartikan sebagai orang yang dijinakan atau dikasihi.

Ada beberapa pendapat mengenai muallaf, yang diambil dari berbagai sumber, sebagai berikut:

a. Dalam Ensiklopedi Dasar Islam, muallaf adalah seseorang yang semula kafir dan baru memeluk Islam. b. Dalam Ensiklopedi Hukum Islam, muallaf adalah orang

yang hatinya diteguhkan atau dijinakan agar hatinya cenderung kepada Islam.

c. Dalam Ensiklopedi Islam Indonesia, dipaparkan bahwa muallaf adalah orang-orang yang sedang dijinakan atau dibujuk hati mereka.

d. Dalam Fikih Sunah, disebutkan bahwa muallaf adalah orang yang diusahakan dirangkul dan ditarik serta diteguhkan hatinya dalam keislaman disebabkan belum mantapnya keimanan mereka.

Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa muallaf adalah orang yang hatinya dibujuk dan dijinakan hatinya agar cenderung kepada islam. Mereka adalah orang-orang yang baru mengetahui dan belum memahami tentang Islam. Oleh karena itu mereka berada dalam posisi membutuhkan pembinaan dan bimbingan ajaran-ajaran agama Islam.

(52)

38

B. Tinjauan Pustaka

Untuk menentukan judul penelitian ini, penulis melakukan tinjauan pustaka di perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk menambahkan kelengkapan dalam pembuatan penelitian.

Penelitian ini mengambil referensi dari judul penelitian yang sudah ada sebelumnya, diantaranya:

1. “Implementasi Bimbingan Agama dalam Meningkatkan Kesadaran Beribadah pada Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur” oleh Shifa Amalia mahasiswi jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Jakarta tahun 2015.

2. “Implementasi Bimbingan Agama Dalam Upaya

Membentuk Karakter Pada Anak Pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan” oleh Sajida Musholati mahasiswi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi tahun 2015.

3. “Metode Dakwah Ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam Membina Akidah Santri Muallaf di Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf An-Naba” oleh Taufiq Halily mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi tahun 2009.

(53)

4. “Pengaruh Bimbingan Agama Terhadap Penguatan Keimanan Muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba Center Sawah Baru Ciputat” oleh Nur Jamal Sha‟id mahasiswa jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Jakarta tahun 2015.

Dari empat tinjauan pustaka yang disebutkan di atas, penulis menegaskan bahwa skripi ini berbeda dengan skripsi atau penelitian-penelitian sebelumnya. Adapun yang membedakan adalah penelitian skripsi ini berfokus pada implementasi bimbingan serta metode yang digunakan dalam meningkatkan pemahaman beribadah muallaf di yayasan An-Naba Center Sawah Baru Ciputat.

C. Kerangka Berpikir

Muallaf adalah orang-orang yang baru mengetahui dan belum memahami tentang Islam. Maka dari itu mereka membutuhkan bimbingan agama, dalam pelaksanaan bimbingan agama dilakukan secara terus-menerus agar muallaf dapat melaksanakan perintah-perintah Allah yang sesuai dengan aspek- aspek Al-Qur‟an dan hadist, dalam hal ini aspek yang berpengaruh adalah tentang pemahaman beribadah.

Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba Center Sawah Lama Ciputat merupakan sebuah pesantren yang dikhususkan untuk membimbing para muallaf. Adanya bimbingan agama diharapkan mampu memberikan pengetahuan-pengetahuan mengenai agama islam dalam hal ini khususnya

(54)

40

tentang beribadah, karena ibadah merupakan sebuah landasan dasar agar muallaf mampu melaksanakan ibadah sebagai seorang muslim dengan baik dan benar. Upaya penulis untuk menjelaskan kerangka berpikir ini dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba Center

Implementasi Bimbingan Agama dalam Meningkatkan Pemahaman Beribadah Muallaf

Pelaksanaan Bimbingan Agama  Kognitif  Afektif  Psikomotorik Peningkatan Pemahaman Beribadah  Kedisiplinan  Kekhusyuk‟an  Keikhlasan

(55)

41 BAB III

GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

A. Sejarah Berdirinya

Pesantren Pembinaan Muallaf bediri pada tahun 2008, berawal dari pengalaman pribadi Ustadz Syamsul Arifin Nababan. Setelah menjadi muallaf banyak didatangi para muallaf dan banyak yang mengatakan “Ustadz, wah

antum enak ya. Antum muallaf dan sudah menjadi ustadz karena belajar di pesantren. Kami ini ustadz, setelah menjadi muallaf hanya mendapat sertifikat doang. Kita gak ada yang bimbing, nah sekarang apa kontribusi antum untuk kami yang senasib dengan anda.”44

Dan dari sinilah awal mula terpikir dan niat untuk mendirikan pesantren muallaf. Proses pembinaan muallaf yang dilakukan Ustadz Nababan memakan waktu cukup lama yaitu 10 tahun dari tahun 1998-2008, melakukan pembinaan di masjid-masjid dan berpindah-pindah karena tidak punya tempat.

Seiring dengan harapan-harapan dan doa, cita-cita itu dikabulkan Allah pada tahun 2008 yang mula-mula pesantren putra dan yang putri tahun 2014. Karena besarnya tuntutan para muallaf kepada Ustadz Nababan, dan beliau merasa punya kapasitas dan mampu untuk membimbing muallaf hanya tidak ada tempat maka beliau punya azam punya tekad bagaimana harus punya tempat dan

44

Wawancara pribadi dengan Ustadz Syamsul Arifin Nababan. Ciputat 21 Desember 2019.

(56)

42

Alhamdulillah, Allah kabulkan. Dan sekarang sudah ada lima pesantren mullaf yang berdiri.

Dan setelah memiliki tempat, cita-cita beliau diimplementasikan. Diundanglah para muallaf yang diislamkan oleh Ustadz Nababan secara langsung ataupun di tempat lain, dan diundang untuk dididik di pesantren secara Cuma-Cuma sampai paham agama Islam. Seperti itulah latar belakang berdirinya pesantren muallaf, karena banyaknya tuntutan kepada Ustadz Nababan, karena senasib sesama muallaf.

B. Visi, Misi, dan Tujuan

Visi dan misi adalah suatu aspek penting dalam menjalankan suatu organisasi, setiap langkah yang diterapkan mengacu pada visi dan misi, hal ini karena perlunya pembinaan yang terarah tidak hanya belajar dan belajar asal jadi. Dalam rangka pencapaian tersebut, pesantren pembinaan muallaf memiliki visi dan misi yang jelas sebagai penuntun langkah ke depan.

Visi

“Membentuk pribadi Muslim yang kaffah dan mampu menjadi avant-guard (penjaga gawang) bagi penguatan aqidah Islamiyah”

(57)

Misi

“Mencetak juru da‟wah (Da‟i) yang 43ilitant berwawasan perbandingan agama serta membentuk pribadi muslim yang berakhlakul karimah, mandiri, dan terampil”.

Tujuan

Tujuan didirikannya pesantren ini adalah untuk membantu pemerintah dalam usaha pemerataan pelayanan, pembinaan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pendidikan.

Dilihat dari sudut ini, tampak jelas peran dan fungsi Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba‟ Center yang semula hanya bergerak dibidang dakwah secara kecil-kecilan, kemudian merambah pada wilayah-wilayah lain yang lebih luas, bahkan sampai ke laur negeri. Wilayah operasional dakwah Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba‟ Center yang semakin luas tersebut sesuai dengan tuntutan zaman yang menghendaki implementasi syi‟ar Islam bukan hanya pada tataran konvensional, melainkan juga pada tataran teknis kehidupan.

C. Program Kegiatan Pembinaan Muallaf

Di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba‟ Center kegiatan bimbingan agama dan pembinaan dilakukan setiap hari dan diikuti oleh seluruh santri muallaf yang tinggal di Pesantren tersebut. Untuk lebih jelasnya peneliti

(58)

44

akan memampangkan program kegiatan pesantren muallaf, sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kegiatan Harian Yayasan An Naba Center Ciputat

No Kegiatan Waktu

1. Halaqah Al Qur‟an Senin – Jum‟at

05.00 – 05.45 WIB

2. Aqidah/Akhlak Senin

Ba‟da Magrib/Isya

3. Fiqih Selasa

Ba‟da Magrib/Isya

4. Tahsin dan Tajwid Al Qur‟an Rabu

Ba‟da Magrib/Isya

5. Fiqih Kamis

Ba‟da Ashar

6. Ulumul Hadist Jum‟at

Ba‟da Ashar

7. Dauroh Sabtu

Ba‟da Dzuhur/Ashar

8. Siroh Nabawiyah Ahad

Ba‟da Ashar

9. Kuliah Umum

Wawasan Keislaman

Ahad Ba‟da Magrib

10. Lughah Arabiyah Senin – Jum‟at

Ba‟da Ashar

11. Kitab Minhajul Muslim Setiap Hari

(59)

Tabel 3.2 Kegiatan Mingguan Yayasan An Naba Center Ciputat

No Kegiatan Waktu

1. Muhadoroh Pekan 1 & 2

Ba‟da Isya

2. Nobar/Training Motivasi Pekan 3

Ba‟da Isya

3. Imtihan Lughah Arabiyah Setiap Pekan

4. Riyadhoh Setiap Pekan

5. Kerja Bakti Setiap Akhir Pekan

6. Rapat Pengurus Setiap Akhir Pekan

Tabel 3.3 Kegiatan Bulanan Yayasan An Naba Center Ciputat

No Kegiatan Waktu

1. Ujian Al Qur‟an Setiap Akhir Bulan

2. Mabit Pekan 4/Setiap Akhir

Bulan

D. Prosesi Pengislaman

Ada beberapa proses pengislaman yang dilakukan di Pesantren Pembinan Muallaf Yayasan An Naba‟ Center terhadap para calon muallaf, antara lain:

1. Dilakukan wawancara antara pihak Pengurus dan pihak calon muallaf.

Gambar

Tabel 1.1 Kriteria Informan Pembimbing ………………………... 9  Tabel 1.1 Kriteria Informan Muallaf……………………………… 9  Tabel 3.1 Kegiatan Harian Yayasan An Naba Center Ciputat …..
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir …………..…………………….... 40
Tabel 1.1 Kriteria Informan Pembimbing
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
+4

Referensi

Dokumen terkait

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Satuan Kerja Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tamiang Sumber Dana APBK Aceh Tamiang Tahun Anggaran 2011 mengundang Penyedia

Berdasarkan hasil survei dan analisis data yang telah dilakukan, Kota Jogja menjadi tujuan utama responden kecamatan Mlati dan Ngaglik dalam melakukan pergerakan tujuan

Sedangkan variabel jumlah anggota komite audit, jumlah anggota dewan direksi, proporsi komisaris independen dan juga kepemilikan institusional tidak memiliki

[r]

KA YU rotan adalah material terbaik sebagai pengganti tulang manusia karena struktur kayu rotan memiliki rongga di bagian dalam sehingga darah, serabut saraJ, dan materi lain

The imp1ementation ideas such as provided suitable PPE selection, proposed a safety guideline (booklet), provided laboratory general rules (signboard), provided a

Single-mode dapat membawa data dengan bandwidth yang lebih besar dibandingkan dengan multi-mode fiber optik, tetapi teknologi ini membutuhkan sumber cahaya dengan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pencapaian kategori kemampuan berpikir kritis, mengetahui peningkatan hasil belajar ranah kognitif, dan mengetahui