• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Kegunaan Hasil Penelitian

2. Pemahaman Konsep

a. Pengertian Pemahaman Konsep

Manusia hidup dan berkembang di permukaan bumi sebagai makhluk yang memiliki akal, sehingga melalui akalnya maka manusia beradaptasi dan mengolah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya21. Belajar adalah suatu kebutuhan. Belajar merupakan proses perubahan perilaku manusia menuju ke arah yang lebih baik.

21

Sapriya, Susilawati, dan Sadjaruddin Nurdin, Konsep Dasar IPS, (Bandung: CV Yasindo Multi Aspek, 2006), Cet. Ke-1, h. 112

Proses belajar sesungguhnya bukan hanya kegiatan menghafal semata. Banyak materi yang perlu ditangkap oleh siswa ketika belajar di sekolah dalam waktu beberapa jam. Hal tersebut bukanlah proses yang mudah bagi siswa yang baru mengetahui hal baru dalam materi tersebut. Siswa perlu mengolah apa yang mereka dapatkan di sekolah dan memahaminya untuk disimpan pada memori otaknya. Guru juga tidak bisa terus bicara untuk menjelaskan satu materi seluruhnya dengan harapan siswa langsung menerima semua materi kedalam benaknya.

Lebih lanjut, belajar juga memerlukan kedekatan dengan materi yang hendak dipelajari, jauh sebelum bisa memahaminya. Bukan sekedar pengulangan atau hafalan semata. Dengan melakukan kegiatan yang edukatif dan kreatif di kelas merupakan hal yang dibutuhkan untuk melangsungkan kedekatan antara materi yang dipelajari dengan siswanya. Setiap cara atau kegiatan dalam menyajikan konsep belajar akan menentukan pemahaman siswa.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, mengenai proses belajar yang bukan hanya bersifat hafalan, pemahaman konsep sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Yang perlu diketahui, pemahaman konsep itu sendiri

terdiri dari kata “pemahaman” dan “konsep”.

Menurut Sudjiono dalam bukunya Pengantar Evaluasi Pendidikan, pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu itu diketahui atau diingat22. Perlu ditekankan lagi bahwa pemahaman bukan hanya sekedar hafalan. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir setingkat lebih tinggi dari menghafal atau hanya sekedar mengingat23. Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat24.

22

Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrasindo Persada, 2013), cet. Ke-13, h. 50

23

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), cet. Ke-4, h. 121

24

Kunandar, Penilaian Autentik: penilaian hasil belajar peserta didik berdasarkan kurikulum 2013, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), cet. Ke-2, h. 162

Bloom menyatakan pemahaman dalam domain kognitif bahwasanya pemahaman bukan hanya sekedar mengingat fakta, akan tetapi berkenaan dengan kemampuan menjelaskan, menerangkan, menafsirkan, atau kemampuan menangkap makna atau arti suatu konsep25. Mengerjakan dengan benar bukanlah bukti pemahaman. Melakukannya dalam cara yang benar dan merefleksikannya dengan mampu menerangkan kembali merupakan maksud dari pemahaman.

Dalam kegiatan belajar, pemahaman ditunjukkan melalui: (1) mengungkapkan gagasan, atau pendapat dengan kata-kata sendiri, (2) membedakan, membandingkan, menginterpretasi data, mendeskripsikan dengan kata-kata sendiri, (3) menjelaskan gagasan pokok, dan (4) menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri26. Dengan demikian, Pemahaman sebagai proses berpikir dan belajar merupakan kemampuan untuk memahami sesuatu yang diketahui dan diingatnya dengan baik untuk kemudian diungkapkannya kembali.

Sedangkan konsep berarti gagasan atau ide, pokok-pokok pikiran dalam pelajaran IPS27. Konsep juga berarti kumpulan dari fakta-fakta yang ada. Secara sederhana, konsep diartikan sebagai penamaan (pemberian label) untuk sesuatu yang membantu seseorang mengenal, mengerti dan memahami tentang sesuatu tersebut. Konsep begitu penting bagi manusia karena dapat membantu mengorganisasikan informasi atau data yang mereka hadapi.

Ciri-ciri dari konsep, antara lain28:

1) Suatu sifat yang membedakan antara konsep satu dengan konsep lainnya.

2) Memiliki nilai-nilai dengan banyak variasi yang ada pada suatu bagian konsep.

3) Jumlah bagian konsep juga bermacam-macam antara satu konsep dengan konsep lainnya.

25

Wina Sanjaya, op.cit., h. 126

26

Ibid., h. 163

27

Sapriya, Susilawati, dan Sadjaruddin Nurdin, Konsep Dasar IPS, op.cit., h. 36

28

4) Setiap konsep memiliki bagian konsep yang lebih dominan daripada yang lainnya.

Dalam pendidikan, belajar mengenai konsep sangat berguna bagi siswa dan paling tidak memiliki pengaruh tertentu dalam diri siswanya. Adapun kegunaan konsep, yaitu sebagai berikut:

1) Mengurangi kerumitan lingkungan yang disajikan.

2) Membantu mengidentifikasi objek-objek yang ada disekitar.

3) Membantu mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas, dan lebih maju

4) Mengarahkan kegiatan instrumental.

5) Memugkinkan pelaksanaan pengajaran dengan menjadikan dasar untuk meningkatkan proses pengajaran berikutnya.

6) Dapat digunakan untuk mempelajari dua hal yang berbeda dalam kelas yang sama29.

Dengan demikian, bahwasanya pemahaman konsep sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Dengan memahami konsep, siswa akan mampu membuat gagasan dan ide baru tanpa keluar dari maksud dan tujuan sesungguhnya serta mengurangi kesalahpahaman.

b. Indikator Pemahaman Konsep

Menurut Bloom dengan buku karyanya yang berjudul Taxonomy of Educational Objectives, dalam buku Wina Sanjaya, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan ke dalam tiga klasifikasi atau domain (bidang), yakni domain kognitif, afektif, dan psikomotorik30. Dalam pembahasan disini hanya akan membahas domain kognitif sebagai alat ukur hasil belajar siswa.

Domain kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan berpikir seperti kemampuan mengingat dan kemampuan memecahkan masalah. Domain kognitif menurut Bloom terdiri dari 6

29

Oemar Hamalik, op.cit., h. 164-165

30

tingkatan, yaitu: pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan evaluasi (C6).

Pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3) adalah tingkatan yang digunakan dalam penelitian ini. Pengetahuan berarti mengingat, artinya mendapatkan kembali atau pengembalian pengetahuan relevan yang tersimpan dari memori jangka panjang. Pemahaman berarti memahami, yakni mendeskripsikan susunan dalam artian pesan pembelajara, mencakup oral, tulisan, dan komunikasi grafik. Penerapan atau menerapkan, maksudnya adalah menggunakan prosedur dalam situasi yang diharapi31.

Pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3) adalah tingkatan yang digunakan karena penelitian dilakukan pada tingkat kelas rendah sehingga dapat dilihat tingkat pemahaman tersebut menurut indikator C1, C2, dan C3.

c. Teknik Mengukur Pemahaman Konsep

Dalam mengukur pemahaman konsep dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut32:

1) Ringkasan atau pertanyaan kartu indeks

Yakni meminta siswa untuk menuliskan ide besar yang mereka pahami dalam bentuk pernyataan ringkasan dan yang belum mereka pahami sepenuhnya dalam bentuk pertanyaan.

2) Sinyal tangan

Hal ini dapat dilakukan untuk mengindikasikan pemahaman mereka. Jika ibu jari keatas maka mereka memahaminya, ibu jari kebawah maka belum memahaminya, dan melambaikan tangan berarti mereka tidak yakin sepenuhnya.

3) Esai satu menit

Setelah pembelajaran selesai, mintalah siswa untuk menuliskan sebuah esai (satu menit), yang merangkum pemahaman mereka.

31

Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Kognitif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012) cet. Ke-1, h. 115

32

Grant Wiggins dan Jay McTighe, Pengajaran Pemahaman melalui Desain, (Jakarta: Indeks, 2012), h. 414-416

4) Kotak atau papan pertanyaan

Siswa dapat meninggalkan pertanyaan yang mereka tidak mengerti. Teknik ini dapat dilakukan jika siswa tidak mampu mengakui secara terbuka.

5) Prompt Analogi Contohnya :

(Konsep yang dituju, prinsip, atau proses) seperti _______ karena ________________________________________________ 6) Representasi visual

Yakni meminta siswa untuk membuat representasi visual seperti membuat web atau peta konsep. Hal ini efektif untuk mengungkapkan pemahaman hubungan antara berbagai elemen.

7) Pertanyaan oral

Yakni menanyakan langsung. 8) Penyelidikan kelanjutan

Yakni dilakukan dengan menanyakan hal-hal yang bertujuan untuk memastikan seperti mengapa?, terangkan, atau menanyakan maksud. 9) Pemeriksaan kesalahpahaman

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanyakan kesetujuan atau ketidaksetujuan dari siswa kemudian menjelaskan responnya.

Teknik ini tidaklah digunakan untuk memberikan nilai. Ini dimaksudkan untuk memberikan umpan balik pada konsep siswa saat ini (kesalahpahaman), dan untuk menginformasikan penyesuaian instruksional yang diperlukan untuk meningkatkan pemahaman mereka.

Dalam memberikan pemahaman untuk memberikan nilai, penilaian yang dilakukan adalah dengan merujuk pada kemampuan aspek kognitif. Taksonomi Bloom menyatakan bahwa, kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir secara hirarkis, terdiri dari pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan evaluasi

(C6)33. Ini berarti pemahaman termasuk dalam aspek tersebut dan peneliti menggunakan kategori pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan aplikasi (C3) untuk memberikan nilai.

Pada tingkat pemahaman (Comprehension), kategori pemahaman dihubungkan dengan pengetahuan untuk menjelaskan pengetahuan dan atau informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri34. Bentuk tes kognitif dalam pemahaman ini diantaranya35: (1) tes atau pertanyaan lisan di kelas, (2) pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian bebas, (5) jawaban atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7) portofolio, dan (8)

performance.

Tingkatan pemahaman (C2) dalam Taksonomi Bloom yaitu mengklasifikasikan, menjelaskan, mengiktisarkan, meramalkan dan membedakan. Ciri-ciri pemahaman sebagai acuan dalam pembuatan soal yaitu36:

1) Memuat suruhan untuk mencari persamaan, perbedaan, hubungan, menjelaskan suatu pengertian, menjelaskan suatu bagan dan memetik buah pikiran dari suatu teks.

2) Mampu menerjemahkan.

3) Mampu menafsirkan, mendeskripsikan secara verbal. 4) Pemahaman ekstrapolasi.

5) Mampu membuat estimasi.

3. Pendidikan IPS (Ilmu Pendidikan Sosial) a. Pengertian Pendidikan IPS

33

Agung Eko Purwana, Pembelajaran IPS MI Paket 12, (Jakarta: Lapis PGMI, 2009), h. 8

34

Agung Eko Purwana, op.cit., h. 9

35

Ibid., h.10

36

Pendidikan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Nana Supriatna dkk., menjelaskan bahwa pendidikan mengandung pengertian suatu perbuatan yang disengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Sedangkan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia37. Dengan demikian, pendidikan IPS merupakan suatu perbuatan yang disengaja untuk menjadi manusia yang lebih baik dalam aktivitas kehidupannya.

Manusia sebagai makhluk sosial merupakan individu yang tidak mampu hidup sendiri. Manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia yang senantiasa hidup dengan manusia lainnya (masyarakat)38. Setiap individu akan banyak belajar dari interaksinya dengan kehidupan di masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan IPS atau Ilmu Pengetahuan Sosial menjadi salah satu bekal bagi siswa untuk belajar mengenai banyak hal tentang masyarakat lingkungan dan dirinya.

Ilmu Pengetahuan Sosial atau IPS merupakan istilah dalam bahasa

Inggris yaitu “Social Studies” yang diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia. IPS merupakan subjek materi dalam dunia pendidikan di Indonesia yang diarahkan bukan hanya kepada pengembangan penguasaan ilmu-ilmu sosial, tetapi juga sebagai materi yang dapat mengembangkan kompetensi dan tanggung jawab, baik sebagai individu, sebagai warga masyarakat maupun sebagai warga dunia39.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

yang diajarkan di sekolah khususnya sekolah dasar. “Materi kajian IPS di

sekolah merupakan pengetahuan yang berasal dari disiplin ilmu-ilmu sosial yaitu dari bahan kajian sejarah, geografi, ekonomi, politik, sosiologi,

37

Nana Supriatna, Ade, dan Sri M., Bahan Belajar Mandiri: Pendidikan IPS di SD, Pdf., h. 9

38

Herimanto dan Winarno, Ilmu-Sosial dan Kebudayaan Dasar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), cet. ke-4, h. 45

39

Sapriya, Tuti Istianti, dan Effendi Zulkifli, Pengembangan Pendidikan IPS di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), cet. ke-1, h. 3

antropologi, psikologi, dan ekologi”40

. Dari pengertian tersebut, tujuan dari IPS yang diberikan untuk jenjang sekolah adalah untuk memperkenalkan siswa pada pengetahuan yang berada di lingkup masyarakat secara sistematis agar siswa nantinya dapat mengambil bagian untuk ikut secara aktif dalam kehidupan bermasyarakat tersebut.

John Naisbitt dalam buku Megatrends dalam Ilmu Sosial dan Budaya Dasar karya Herimanto dan Winarno, menyatakan bahwa globalisasi akan memunculkan perubahan-perubahan yang akan dialami oleh negara-negara di dunia41. Dengan semakin pesatnya perubahan tersebut, peran pendidikan IPS sangatlah dibutuhkan demi keberlangsungan peranan manusia di masyarakat maupun di dunia.

Materi pelajaran IPS yang kurang menarik di dengar dan metode pembelajaran yang tradisional, membuat siswa membutuhkan berbagai hal yang dapat menjadikan pembelajaran IPS menjadi lebih bermakna. Untuk meningkatkan kebermaknaan materi pelajaran IPS, Sapriya dkk., menyatakan bahwa buku bukanlah satu-satunya bahan materi IPS, namun perlu dilengkapi dengan kenyataan, fakta-fakta yang ada di sekitar siswa, di lingkungan fisik dan budaya masyarakat42. Dengan demikian, pendidikan IPS akan menjadi proses belajar bagi setiap manusia untuk menghadapi perubahan atau perkembangan yang cepat. Dengan perubahan yang cepat tersebut, interaksi antarmanusia akan semakin bertambah luas lagi. Semakin banyaknya interaksi, permasalahan yang muncul di masyarakat akan semakin banyak pula.

John Jarolimek dalam buku ilmu dan aplikasi pendidikan, menekankan bahwa program pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial harus mampu memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang berorientasi pada aktivitas belajar peserta didik. Keterlibatan peserta didik tersebut dimaksudkan agar mampu memecahkan masalah di dalam lingkungan

40

Ibid., h. 4.

41

Herimanto dan Winarno, Op. cit., h. 83.

42

belajar yang dibuat sebagaimana realitas yang sesungguhnya43. Kehadiran pendidikan IPS akan dapat membantu setiap individu untuk mampu menemukan solusi yang sedang mereka hadapi. Selain itu, dapat berbaur dengan banyak kalangan dengan ilmu pengetahuan sosial yang telah menjadi bekal dalam melakukan peranannya sebagai anggota masyarakat yang aktif dan warga negara yang baik.

b. Karakteristik IPS

Karakteristik IPS meliputi banyak hal yang berkaitan dengan sosial manusia. Pengembangan kehidupan sosial berkaitan dengan pengembangan kemampuan dan tanggung jawab siswa di masyarakat. Termasuk didalamnya pengembangan pemahaman dan sikap pisitif siswa terhadap nilai, norma, dan moral yang berlaku dalam masyarakat44.

Karakteristik dari Pendidikan IPS adalah pada upayanya untuk mengembangkan kompetensi sebagai warganegara yang baik45. Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut46:

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

43

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Jilid III, (Jakarta: PT. Imperial Bhakti Utama, 2009), cet. Ke-1, h. 273

44

Nana Supriatna, Ade, dan Sri M., op.cit., h. 12

45

Ibid.

46

Lampiran 1, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI, dan SDLB, KTSP 2006, h. 575

Selain tujuan, ruang lingkup IPS yang menjadi karakteristik pendidikan IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut47:

1) Manusia, Tempat, dan Lingkungan 2) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan 3) Sistem Sosial dan Budaya

4) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.

Pendidikan IPS mempunyai visi dan misi, yaitu mempunyai visi membentuk dan mengembangkan pribadi menjadi warga negara yang baik (good citizen). Karakter warganegara yang baik, secara umum yang digambarkan menurut Barr, R.D. Barth, J.L dan Shermis S.S dalam Sapriya, dkk., dengan ciri-ciri antara lain48:

1) Memiliki sikap patriotisme (cinta tanah air, bangsa, dan negara) 2) Mempunyai penghargaan dan pengertian terhadap nilai-nilai,

pranata, dan praktek kehidupan kemasyarakatan

3) Memiliki sikap integritas sosial dan tanggung jawab sebagai warganegara

4) Mempunyai pengertian dan penghargaan terhadap nilai-nilai budaya atau tradisi yang diwariskan oleh bangsanya

5) Mempunyai motivasi untuk turut serta secara aktif dalam pelaksanaan kehidupan demokrasi

6) Memiliki kesadaran (tanggap) akan masalah sosial

7) Memiliki ide, sikap, dan keterampilan yang diharapkan sebagai seorang warganegara

8) Mempunyai pengertian dan penghargaan terhadap sistem ekonomi yang berlaku.

Sedangkan misi pendidikan IPS, yaitu49:

1) Menumbuhkan kesadaran bahwa dirinya merupakan makhluk ciptaan-Nya

2) Mendidik siswa menjadi warganegara yang baik

47

Ibid.

48

Sapriya, Tuti Istianti, dan Effendi Zulkifli, Op. cit., h. 10

49

3) Menekankan pada kehidupan manusia yang demokratis

4) Meningkatkan partisipasi aktif, efektif, dan kritis sebagai warganegara

5) Membina siswa tidak hanya pengembangan pengetahuan, tetapi sikap dan keterampilan agar dapat mengambil bagian secara aktif dalam kehidupan kelak sebagai anggota masyarakat dan warganegara yang baik.

Dalam materi Pendidikan IPS di SD, masyarakat merupakan sumber serta objek kajian yang berpijak pada kenyataan hidup yang riil dengan mengangkat isu-isu yang sangat berarti, mulai dari kehidupan yang terdekat dengan siswa sampai ke kehidupan yang luas dengan dirinya. Chappin J.R dan Messie, R.G. dalam sapriya, dkk., mengemukakan bahwa pengorganisasian materi IPS dalam kurikulum sekolah menggunakan dua pola pendekatan, yaitu50:

1) Pendekatan Lingkungan/masyarakat yang semakin meluas

Pendekatan ini dimulai dari lingkungan/masyarakat yang paling dekat dengan siswa yakni diri sendiri, orang lain, dan keluarga. Lingkungan tetangga/desa, sekolah, dan lingkungan yang lebih luas adalah dunia.

2) Pendekatan “Spiral”

Pada model pendekatan ini, Hilda taba mengemukakan bahwa konsep-konsep dasar dan proses penyelidikan yang pokok dari ilmu- ilmu sosial seperti konsep keluarga, tetangga, RT/RW, kabupaten, provinsi, saling ketergantungan, perubahan budaya, dan sebagainya, diajarkan pada tiap kelas/tiap tahun tetapi dengan kadar yang semakin mendalam dan meluas, semakin lanjut, atau semakin mempunyai tingkat abstraksi yang lebih tinggi.

Dengan demikian, Pemahaman konsep IPS merupakan kemampuan dalam memahami konsep dasar ilmu sosial yang membangun bahan kajian IPS. Kedudukan konsep dalam IPS merupakan bahan kajian utama untuk

50

menelaah berbagai masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan sehari- hari51.

Dokumen terkait