• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SDN Bambu Apus II pada tahun ajaran 2014/2015 dijelaskan bahwa sampel dibedakan menjadi dua kelas yaitu, kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada awal pembelajaran, kedua kelas tersebut diberikan soal pretest yang sama, pretest disini berfungsi sebagai tolak ukur pemahaman konsep IPS siswa dan persiapan terhadap pelajaran yang akan disampaikan. Dari hasil nilai pretest yang dilakukan memiliki nilai yang tidak jauh berbeda terlihat dari nilai pretest kelas eksperimen dengan nilai tertinggi 80 dan kelas kontrol dengan nilai tertinggi 75. Nilai terendah kelas eksperimen adalah 40 dan nilai terendah kelas kontrol adalah 45. Sedangkan nilai rata-rata kelas eksperimen 63,88 dan nilai rata-rata kelas kontrol 59,00.

Setelah dilakukan pretest pada pertemuan pertama, kemudian kedua kelas penelitian diberi perlakuan yang berbeda selama tiga kali pertemuan. Pada kelas eksperimen dalam proses pembelajaran menggunakan media KOKAMI (Kotak Kartu Misterius) dan kelas kontrol menggunakan metode tradisional yang biasa digunakan di sekolah tersebut yakni ceramah interaktif dan belajar berkelompok.

Namun, setelah dilakukan penelitian peningkatan nilai dapat dilihat dari hasil

posttest siswa. Kelas eksperimen mendapatkan nilai 100 untuk nilai tertinggi, 60 untuk nilai terendah, dan 80,75 untuk nilai rata-ratanya. Sedangkan hasil posttest

yang didapatkan dari kelas kontrol yaitu 95 untuk nilai tertinggi, 60 untuk nilai terendah, dan 75,88 untuk nilai rata-rata. Dengan demikian, setelah perlakuan yang dilakukan pada kelas eksperimen dengan menggunakan media KOKAMI terhadap pemahaman konsep IPS siswa, dimana kelas eksperimen menunjukkan nilai yang lebih baik daripada kelas kontrol. Karena dengan menggunakan media KOKAMI (Kotak Kartu Misterius) terlihat bahwa selain proses pembelajaran menjadi menyenangkan juga dapat menambah kemudahan bagi siswa untuk memahami konsep pada mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) pada materi mengenal sejarah uang.

Bloom telah menjelaskan pemahaman dalam domain kognitif bahwasanya pemahaman bukan hanya sekedar mengingat fakta, akan tetapi berkenaan dengan

kemampuan menjelaskan, menerangkan, menafsirkan, atau kemampuan menangkap makna atau arti suatu konsep1. Hal tersebut sesuai dengan salah satu tujuan dari mata pelajaran IPS itu sendiri yaitu mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya serta memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial2. Melalui kemampuan pemahaman konsep siswa dapat sekaligus belajar mengenai kehidupan sosial yang ada dan cara menghadapi situasi sosial di lingkungannya. Bahkan siswa mampu memahami konsep tersebut tanpa rasa terbebani dengan materi karena media KOKAMI (Kotak Kartu Misterius) membuat proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.

Kaitan antara penelitian yang dilakukan dengan pendapat para ahli diatas bahwasanya dalam belajar tidak hanya sekedar menjawab dengan benar atau menghafal saja akan tetapi siswa dituntut untuk memahami konsep IPS agar mampu menjawab persoalan dan memecahkan masalah di masyarakat. Selain itu dalam pembelajaran dengan menggunakan media KOKAMI (Kotak Kartu Misterius) yang dilakukan oleh peneliti, antara lain ketika siswa berpendapat atau menjawab soal harus dapat memahami permasalahannya terlebih dahulu dengan konsep yang ia miliki.

Pada penerapan media KOKAMI (Kotak Kartu Misterius) peneliti mengalami sedikit kendala yaitu berkaitan dengan ketika guru memberikan petujuk atau arahan penggunaan media dalam proses pembelajaran dan antusiasme dari setiap kelompok untuk memberikan jawaban terbaiknya.

Berbeda dengan kelas kontrol yaitu kelas III B yang dalam kegiatan pembelajaran ini guru berperan lebih aktif daripada siswa disaat malakukan kegiatan ceramah interaktif. Meskipun di pertemuan ke dua siswa dibuat dalam kelompok terdapat peningkatan dalam hal kegiatan pembelajaran, namun siswa terlihat kurang antusias dalam belajar. hal ini mengakibatkan kurang kemampuan

1

Wina Sanjaya, op.cit., h.126

2

siswa dalam memahami konsep karena siswa yang cenderung pasif dan guru yang lebih aktif.

Dari perhitungan statistik yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media KOKAMI (Kotak Kartu Misterius) berpengaruh terhadap pemahaman konsep IPS siswa kelas III di SDN Bambu Apus II.

Selain melihat dari hasil belajar siswa untuk mengukur pemahaman konsep IPS setelah proses belajar berlangsung, hal lain yang mendukung pencapaian pemahaman konsep IPS siswa adalah tahap observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Pada tahap observasi, sangat terlihat dari antusias para siswa dalam menerima pelajaran sangat berbeda antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Meskipun kedua kelas tersebut menyelesaikan setiap kegiatan dengan baik, namun saat guru memberikan stimulus berupa pertanyaan untuk mengetahui pemahaman yang telah mereka dapatkan diakhir pembelajaran, siswa kelas eksperimen mampu memahami konsep materi dengan lebih baik. Kelas eksperimen yang menggunakan media KOKAMI (Kotak Kartu Misterius) memiliki pengaruh yang jauh lebih positif dengan memotivasi siswa dalam belajarnya daripada kelas kontrol yang dalam proses belajarnya menggunakan metode tradisional yang biasa digunakan di dalam kelas.

Selanjutnya, penulis juga melakukan wawancara kepada beberapa siswa di kelas eksperimen untuk mengetahui pemahaman belajar yang mereka dapatkan setelah menggunakan media KOKAMI (Kotak Kartu Misterius). Para siswa merespon positif dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan. Misalnya saja ketika ditanyakan dari perubahan suasana belajar dengan menggunakan media KOKAMI (Kotak Kartu Misterius), dengan lantang jawaban dari mereka adalah perbedaan cara belajar yang menjadi lebih menyenangkan dan memahami pelajaran IPS. Selain itu, mereka juga puas dengan hasil yang mereka peroleh selama pelajaran IPS berlangsung. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengaruh media KOKAMI (Kotak Kartu Misterius) sangat besar dalam proses dan hasil

belajar siswa. Pemahaman yang mereka peroleh juga terlihat ketika permainan KOKAMI dimainkan dengan berkelompok dan suasana yang menyenangkan.

a. Proses Pembelajaran di Kelas Eksperimen

Dalam proses belajar di kelas eksperimen, tepatnya di kelas III A SDN Bambu Apus II adalah kelas yang memiliki jumlah 40 siswa. Dengan kelas yang besar tersebut, peneliti mengelompokkan siswa ke dalam 8 kelompok yang masing-masing kelompok beranggotakan 5 siswa. Pembagian siswa dilakukan secara acak setelah sebelumnya peneliti melakukan observasi kelas dan observasi siswa serta wawancara dengan guru kelas.

Adapun proses yang dilakukan selama belajar adalah sebagai berikut:

Pertama, pembagian kelompok dan tempat diskusi. Hal ini merupakan langkah awal karena setiap siswa wajib mendukung satu sama lain karena pemilihan ketua kelompok yang akan mewakili kelompoknya ditunjuk oleh guru.

Kedua, penggunaan media. Selama proses pembelajaran di kelas eksperimen, media yang digunakan adalah media KOKAMI (Kotak Kartu Misterius) untuk melihat pengaruh terhadap pemahaman konsep IPS siswa yang rendah. Media KOKAMI berupa amlop, karton, dan kartu-kartu yang tersimpan secara rahasia dalam sebuah kotak. Tidak lupa untuk memvariasikan KOKAMI dengan cara yang kreatif dan inovatif oleh guru.

Ketiga, materi pemahaman konsep IPS. Materi sejarah uang digunakan untuk melihat pemahaman konsep IPS yang dicapai siswa. Hal tersebut dilihat dari hasil belajar siswa dan setelah proses permainan KOKAMI (Kotak Kartu Misterius) berlangsung.

Keempat, evaluasi dan penghargaan. Evaluasi dilakukan untuk melihat sejauh mana pemahaman yang diterima siswa setelah proses belajar berlangsung. Sedangkan penghargaan akan diberikan bagi kelompok yang memiliki hasil lebih baik dengan mendapatkan sticker senyum dan sticker sedih bagi kelompok yang memiliki hasil kurang baik. Hal ini dilakukan untuk

membangkitkan motivasi siswa agar bersemangat menjadi kelompok yang lebih baik lagi pada pertemuan berikutnya.

Dari keempat proses tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada kelas eksperimen hasil yang mereka peroleh lebih baik dari sebelum perlakuan menggunakan media KOKAMI tersebut. Ini dibuktikan dengan hasil posttest

dan pemahaman saat mereka menjawab pertanyaan pada permainan menggunakan media KOKAMI (Kotak Kartu Misterius).

b. Proses Pembelajaran di Kelas Kontrol

Dalam proses belajar di kelas kontrol, tepatnya di kelas III B SDN Bambu Apus II yakni menggunakan proses belajar tradisional yang biasa dilakukan di sekolah tersebut dengan menggunakan metode ceramah interaktif dan tugas kelompok.

Proses belajar yang berlangsung di kelas kontrol adalah sebagai berikut:

Pertama, pembahasan materi pelajaran IPS oleh guru. Guru membahas dengan menjelaskan di depan kelas sedangkan siswa mendengarkan. Ketika guru menjelaskan materi yang sedang berlangsung dengan menggunakan metode ceramah interaktif, tidak sedikit siswa yang merasa bosan dan lelah mendengarkan. Ini menandakan bahwa guru lebih aktif selama proses mentransferkan ilmu (materi pelajaran IPS).

Kedua, pembagian kelompok. Ini dimaksudkan untuk memberikan keluwesan bagi siswa untuk mencari informasi yang lebih luas lagi. Terdapat sedikit perubahan belajar dimana siswa secara aktif mencari informasi. Namun, masih terdapat siswa yang menyerahkan tugasnya kepada temannya tanpa melakukan usaha apapun.

Ketiga, materi pemahaman konsep IPS dan evaluasi. Materi sejarah uang digunakan untuk melihat pemahaman konsep IPS yang dicapai siswa. Lembar kerja yang digunakan pun tidak jauh berbeda dengan kelas eksperimen. Namun, motivasi selama proses menjawab pertanyaan dan mengerjakan tugas yang diberikan guru kurang memuaskan. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa yang tergolong masih rendah dan juga stimulus pemahaman konsep

yang diajukan guru di depan kelas kurang memuaskan. Meskipun begitu, ada beberapa siswa yang mendapatkan hasil lebih baik.

Dari proses belajar di kelas kontrol, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran tradisional yang biasa digunakan di sekolah terdapat beberapa siswa yang mendapatkan hasil lebih baik setelah posttest dilakukan. Namun, sebagian besar siswa masih memiliki pemahaman konsep yang kurang memuaskan. Hal tersebut dibuktikan dengan kurang antusiasnya siswa ketika guru mengajukan pertanyaan di akhir pembelajaran dan juga hasil belajar yang mereka dapatkan setelah posttest dilakukan.

c. Pencapaian indikator pemahaman konsep IPS siswa

Pemahaman merupakan domain kognitif yang menjadi tuntutan sekolah. Ketika siswa dihadapkan pada komunikasi, siswa diharapkan dapat mengkomunikasikan ide yang terkandung di dalamnya. Pemahaman mencakup tiga jenis yakni; menerjemahkan, interpretasi, dan ekstrapolasi3. Menerjemahkan berarti mampu mengkomunikasikan kedalam bentuk lain atau ke dalam bahasa lain. Interpretasi berarti dapat mengolah ide-ide baru ke dalam pikirannya tanpa harus keluar dari konteks. Sedangkan ekstrapolasi berarti pembuatan kesimpulan.

Dari penelitian yang telah dilaksanakan pada kelas III A sebagai kelas eksperimen dan kelas III B sebagai kelas kontrol, dapat dijelaskan bahwa kelas eksperimen yang menggunakan media KOKAMI (Kotak Kartu Misterius) telah mencapai pemahaman konsep yang lebih baik daripada kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran tradisional.

Lebih baiknya pencapaian konsep kelas eksperimen dikarenakan sebagian besar siswa kelas III A mampu menerjemahkan ke dalam bahasa lain mengenai konsep dari mengenal sejarah uang. Ini merupakan pencapaian pemahaman konsep jenis menerjemahkan. Kemudian, siswa di kelas eksperimen yang menggunakan media KOKAMI (Kotak Kartu Misterius) mampu mengolah ide baru dengan mengaitkannya ke dalam konsep mengenal sejarah uang. Ide baru tersebut misalnya memberikan alternatif dalam

3

penggunaan uang. Selanjutnya yaitu ekstrapolasi. Dengan permainan menggunakan media KOKAMI (Kotak Kartu Misterius) secara langsung guru telah melihat kemampuan pemahaman siswa dengan kesimpulan-kesimpulan dari setiap pertanyaan yang diajukan pada permainan tersebut. Berbeda dengan kelas kontrol, yakni hanya sebagian kecil siswa yang mencapai indikator pemahaman konsep yang dijelaskan pada proses belajar di kelas kontrol di atas.

Dengan demikian, pencapian indikator pemahaman konsep siswa di kelas eksperimen dengan menggunakan media KOKAMI (Kotak Kartu Misterius) sangat berpengaruh dalam pemahaman konsep IPS siswa. Selain itu, siswa juga menjadi lebih antusias dengan cara belajar yang dibuat menjadi lebih menyenangkan.

Dokumen terkait