• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 GAMBARAN UMUM

1. Pemahaman tentang Banjir

Jika dianalisis dari alasan Pak Kancil (Informan I) untuk tinggal di bantaran sungai, selain dari factor ekonomi yaitu penghasilan yang kurang, tinggal di daerah bantaran sungai tidak dikenakan pungutan liar dari manapun sehingga sangat mendukung pak kancil dan warga masyarakat lainnya untuk tinggal didaerah bantaran sungai, meskipun sadar bahwa tinggal diwilayah tersebut menjadi sasaran pertama jika terjadi banjir. Kesadaran akan adanya bencana yang menghantui masyarakat, dapat digambarkan dari gaya adaptasi yang dilakukan oleh Pak Kancil, yaitu dengan mendirikan rumah panggung, yang bertujuan untuk menghindarkan diri dari banjir. Dapat dilihat juga, bahwa dengan keadaan yang demikian, masyarakat tetap betah dan terlihat bahagia saja meskipun dengan keadaan rumah yang bisa dikatakan tidak layak huni.Karena mayoritas penduduk yang tinggal dibantaran sungai bentuk fisik rumahnya terbuat dari asbes-asbes, dan tepas, meskipun ada beberapa warga yang memiliki rumah semi permanen.

Alasan masyarakat pada umumnya yang memilih bertempat tinggal di Tanjung Pura hampir sama, yaitu karena mereka memang berasal dari wilayah ini, dan sudah beradapatasi dengan lingkungannya sejak dulu, demikian halnya dengan Ibu Rodiyah (Informan II). Anggapan bahwa banjir merupakan suatu peristiwa yang memang wajib terjadi membuat mereka menjadi terbiasa.

112

Penghasilan yang dirasa tidak mencukupi membuat keluarga ibu Rodiyah tidak memiliki kemampuan mendirikan bangunan yang tahan dan terbebas dari banjir.

Sedikit berbeda dengan Pak Ruslan memilih tinggal di Tanjung Pura karena sejak kecil sudah berada disini dan Ibu Rodiyah (Informan III) memilih tinggal karena mengikut suami.Keluarga pak Ruslan sedikit beruntung karena mendapat bantuan dari pemerintah membangun rumah bagi keluarganya. Meskipun ia tahu bahwa wilayah yang sering ditempatinya sering banjir, keluarga ini tidak memiliki niat untuk pindah.

Sama halnya dengan informan IV yaitu ibu M.Nur dan Bapak Isa Ansari tinggal diwilayah Tanjung Pura karena sejak nenek moyang mereka sudah menempati rumah yang mereka tempati sekarang, mereka tidak memiliki keinginan untuk pindah, karena tidak memiliki alasan yang cukup kuat bagi mereka untuk pindah.

Alasan tinggal dari informan bervariasi ada yang karena letak rumahnya strategis, warisan dari keluarga dan juga karena ikut suami.Secara umum, warga yang tinggal di Tanjung Pura merupakan putra asli daerah. Warga pendatang yang ada di kota ini juga berasal dari Kabupaten Langkat.

Tanda-tanda terjadinya banjir, informan memiliki jawaban yang sama yaitu karena hujan yang tinggi, selain itu faktor manusia memengang peranan besar terhadap banjir ini dengan melakukan penggudulan hutan, sehingga fungsi hutan yang seharusnya menjadi daerah resapan air kapasitasnya menjadi berkurang dan akan hilang sehingga air hujan dapat mengalir dengan bebasnya kehilir tanpa adanya hambatan. Pembuatan kolam ikan dibagian hulu, jika hujan deras, kemampuan tanah untuk menahan debit air tidak sanggup sehingga

113

menyebabkan longsor.Selain itu pembangunan pemukiman penduduk yang berada disekitar DAS, dan tidak berfungsinya saluran drainase yang berguna untuk mengalirkan air. Kurangnya cinta akan lingkungan masyarakat Tanjung Pura yang juga memegang peranan penting terhadap seringnya banjir.

Keputusan untuk tetap tinggal di dalam rumah saat banjir merupakan bentuk adaptasi yang dilakukan pak Kancil, dengan alasan air tidak masuk kerumah dan tidak perlu dikhwatirkan, membuatnya kurang waspada terhadap keselamatan diri, yang bisa suatu waktu karena derasnya air, bisa menghayutkan rumahnya, yang tidak memiliki pondasi atau penahan rumah yang kuat.Selain itu, sosialisasi yang kurang dari pemerintah mengenai bencana banjir, dampaknya khususnya untuk daerah bantaran sungai ini, membuat masyarakat tidak terlalu peduli dengan hal tersebut.

Ketidaktegasan pemerintah dalam hal pelarangan mendirikan bangunan pemukiman masyarakat disekitar garis sempadan yang tertuang dalam PP RI No 38 tahun 2011 tentang Sungai Bab II Pasal 9 huruf a yang berbunyi: “paling sedikit berjarak 10 m (sepuluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalamanan sungai kurang dari atau sama dengan 3 m (tiga meter)”. Dapat dilihat dari pernyataan dari pak Kancil bahwa ada warga yang merupakan penghuni liar, dengan ketidaktegasan tersebut akan membuat semakin banyak lagi penghuni liar yang akan mendirikan bangunan di sepanjang alur sungai. Meskipun ada penghuni yang mendapat izin mendirikan tempat tinggal seperti Pak Kancil merupakan suatu keputusan yang salah dengan memberikan izin kepada warga .

114 2. Strategi Adaptasi Masyarakat

d. Mitigasi Bencana Sebelum Terjadi Banjir

Rutinnya banjir yang terjadi di Tanjung Pura ini membuat masyarakat memiliki pengetahuan mengenai tanda-tanda banjir tersebut. Hal ini tentu merupakan sesuatu yang baik, dengan pengetahuan yang dimiliki tersebut masyarakat bisa dengan cepat mengambil tindakan dalam persiapan diri dan mengurangi resiko banjir. Penulis melihat bahwa ketidak sadaran dari masyarakat khususnya yang berada disepanjang sungai tentang penghijaun lingkungan dan pelestarian air sungai dengan membuang sampah kesungai, MCK (Mandi, Cuci, Kakus) yang dilakukan disungai merupakan kebiasaan buruk yang merusak kualitas air sungai dan juga memperparah banjir, karena sampah-sampah yang dibuang akan menumpuk didasar sungai yang menyebabkan sungai menjadi dangkal.

Pak Kancil (Informan I) sebagai salah satu warga yang tingga dibantara sungai menjadi sasaran pertama ketika air dari sungai mulai meluap.Sebagai upaya sebelum mencegah terjadinya banjir tersebut bapak Kancil mendirikan rumah panggung dibantaran sungai Batang Serangan, demikian halnya Pak Isa Ansari (InformanIV) mendirikan rumah panggung diatas waduk. Hal ini senada dengan upaya mengurangi resiko banjir yang dijelaskan oleh Yulaeleawati (2008) dalam bukunya yang berjudul Mencerdasi Bencana, dimana dalam upaya non-struktur pencegahan banjir dengan melakukan rekayasa dalam bidang bangunan seperti rumah tipe panggung, rumah susun, jalan layang dan sebagainya. Sedangkan Ibu Rodiyah (Informan II) upaya yang dilakukannya adalah dengan meninggikan rumah, meskipun upaya tersebut belum berhasil menyelamatkan

115

keluarga ini dari bencana banjir, karena ketinggian rumah masih rendah meskipun sudah dilakukan upaya peninggian rumah.

e. Mitigasi Bencana Saat Terjadinya Banjir

Saat terjadi nya banjir jawaban dari informan juga hampir sama yaitu dengan menaiikan barang-barang elektronik ketempat yang lebih tinggi, menyelamatkan barang-barang berharga.Upaya yang dilakukan warga yang ada dibantaran sungai seperti Bapak Kancil (Informan I) pada saat terjadinya banjir yaitu bekerjasama dengan warga untuk menimbun tanggul dengan karung pasir untuk mencegah air meluap kekota dan ia juga memilih untuk tidak menggungsi. . Sementara Ibu Rodiyah (Informan II) upaya yang dilakukan dalam mitigasi bencana sudah cukup baik karena beliau berusaha untuk menyelamatkan barang-barang yang dianggap penting, begitu juga di saat banjir yang lebih memilih tinggal di rumah mertua dan tidak di penggungsian.Informan III yaitu bapak Ruslan setelah mengunggsi selama 2 (hari) memilih kembali ke rumah.Ibu M.Nur dan Pak Isa (Informan IV) memilih tinggal dirumah.

f. Mitigasi Bencana Sesudah Terjadi Banjir

Upaya yang dilakukan masyarakat setelah terjadi banjir dapat dilihat dari jawaban empat informan yang ada, yaitu dengan melakukan pembersihan rumah dari bekas-bekas lumpur, memperbaiki rumah yang mengalami kerusakan. Upaya ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Triuri dan Djaka Marwasta (2012), masyarakat melakukan adaptasi setelag banjir dengan cara saling membantu mengevakuasi barang-barang, berbagi tempat untuk mengunggsi, bergotong royong membersihkan lokasi banjir, dan memperbaiki rumah maupun fasilitas umum.

116 3. Bantuan

Berdasarkan informasi yang didapat, bantuan yang diterima oleh korban banjir tidak merata. Bantuan hanya difokuskan di posko penggungsian saja, sehingga warga yang memilih tinggal dirumah ada yang tidak mendapat bantuan seperti Ibu Rodiyah (Informan II) sikap pasif dari ibu Rodiyah merugikan dirinnya sendiri, dengan bantuan rakit yang dibuat oleh mereka, bisa saja mereka pergi kepengungsian untuk mengambil jatah bantuan, dan juga obat-obatan untuk anaknya yang sakit. Bapak Ruslan (Informan III) juga tidak mendapatkan bantuan setelah kembali dari penggungsian.

Secara keseluruhan kesamaan jawaban yang diperoleh dari informan mengenai tanda-tanda banjir yaitu factor alam dengan tingginya curah hujan, yang tidak didukung oleh kapasitas penampungan sungai karena menumpuknya lumpur, sampah didasar sungai yang membuat sungai menjadi dangkal. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat terkait mitigasi bencana baik sebelum, saat, dan sesudah banjir melakukan strategi adaptasi secara teknis, strategi ini dilakukan oleh masyarakat yang memilih untuk tidak berpindah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerugian akibat banjir secara fisik bangunan tidak besar, bentuk kerugian yang dialami hanya kehilangan mata pencaharian bagi yang tidak memiliki pekerjaan tetap.Ternyata banjir membawa berkah bagi sejumlah orang, seperti Bapak Ruslan yang mendapatkan ikan dari hasil tangkapan dengan menggunakan bubut dan bisa menjualnya kepasaran.

Bantuan dari pemerintah yang tidak merata bagi setiap warga yang terkena banjir sangat disayangkan, mengingat banyaknya masyarakat yang kurang mampu di daerah Tanjung Pura ini.Bantuan dari pihak swasta meskipun tidak banyak

117

membawa sedikit kebahagian kepada masyarakat, karena pembagian bantuan tidak hanya difokuskan keposko tapi masyarakat korban banjir yang tidak menggungsi.Selain itu melihat bantuan dari pemerintah yang tidak sampai kepemukiman warga, menuntut sikap aktif dari masyarakat itu sendiri untuk memperoleh bantuan.

118 Tabel 5.1

Dokumen terkait