• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Adptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir (Studi Kasus: Kelurahan Pekan Tanjung Pura Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Strategi Adptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir (Studi Kasus: Kelurahan Pekan Tanjung Pura Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

1

STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR

(Studi Kasus: Kelurahan Pekan Tanjung Pura Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh:

ELVANA PEBRIANTI 110902052

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

(2)

2 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR

(Studi Kasus: Kelurahan Pekan Tanjung Pura Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

Nama : Elvana Pebrianti NIM : 110902052

Abstrak

Banjir yang sering terjadi tidak menyurutkan minat masyarakat di Kelurahan Pekan Tanjung Pura untuk tetap tinggal dilokasi penelitian. Masyarakat secara kultur sudah beradaptasi dengan banjir dengan melakukan beberapa upaya mitigasi bencana. Upaya tersebut meliputi: upaya yang dilakukan sebelum terjadinya banjir, saat terjadi banjir dan sesudah terjadi banjir. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui peran pemerintah setempat dalam hal ini pihak Kelurahan dalam penanggulangan banjir.

Penelitian ini tergolong deskriptif, dan metode yang digunakan penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik penggumpulan data menggunakan wawancara secara mendalam (indepth interview).Wawancara dilakukan dengan informan yang terbagi menjadi dua diantaranya: informan kunci yaitu Lurah Pekan Tanjung Pura dan informan utama terdiri dari 4 (empat) informan.

Berdasarkan hasil membuktikan bahwa mayoritas masyarakat di Kelurahan Pekan Tanjung Pura memiliki strategi adaptasi dengan kategori tinggi.Masyarakat memilih untuk tetap tinggal dan melakukan stratego adaptasi secara teknis, seperti membuat rumah panggung, meninggikan rumah, menyimpang barang ditempat yang lebih tinggi.

(3)

3

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kupanjatkan bagi-Mu Tuhanku Yesus

Kristus.Semua yang terjadi didalam hidupku itu karena seizin-Mu. Karena

kasih-Mu yang begitu besar dan karena berkat penyertaankasih-Mu didalam hidupku hingga

akhirnya sekarang dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul: “Strategi

Adptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir (Studi Kasus: Kelurahan

Pekan Tanjung Pura Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah banyak

membantu serta mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP selaku Ketua Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.

3. Bang Husni Thamrin S.Sos, M.SP selaku Dosen Pembimbing Akademik

sekaligus dosen Pembimbing Skripsi yang dengan sabar membimbing

penulis sejak awal penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen dan Pegawai Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP

USU yang telah membimbing dan membantu administrasi penulis.

5. Orangtua Bp. John H Simatupang, Ibu Rosly Hutahaean terima kasih

untuk semuanya. Terimah kasih karena sudah dengan sabar mendidik,

mengasihi, dan mengampuni anakmu ini, semoga kelak bisa

(4)

4

6. Opung Tercinta Ny. T. Simorangkir, terima kasih buat semuanya, sudah

merawatku hingga tumbuh besar seperti sekarang. Panjang umur dan sehat

selalu.

7. Abang Rudi Hartawan dan Kakak Novi Yanti Adelina tersayang, terima

kasih karena sudah menjadi saudara/I terhebat yang pernah kumiliki,

saudara, sahabat, musuh yang terbaik., sukses cita dan cinta.

8. Kepala Unit Bank BRI Bapak Myfriend Siahaan, Kak Rika Sitepu yang

sudah berbaik hati menemani penulis dalam penelitian, Bapak Lurah

A.Lutfi, serta semua informan yang sudah membantu selama penelitian

ini.

9. DB7 dari yang paling tua ( Sintong Ferdinand Simanjuntak aka Senior

dikampus, Rizky Yosephine Manullang, Abdul Rahman Tambunan, Devi

Eryn Tobing, Agelina Simanjuntak) terima kasih karena sudah mau

menjadi sahabat terbaik ku, love you gaess..

10.Untuk kesayangan ku yang terkece Desi Pranata Simamora, Tika Septiani

Siahaan, Syahputra Paulus Marpaung, Paul Brena Tarigan, Ira Elbertna

Purba, Raje Laksmi, Alvin, John, Yessi Simanjuntak, Sartika Tampubolon,

Wisudawati Simatupang, Gayatri, Kristy Simanjuntak.

11.Terima kasih untuk teman-teman terbaik selama perkuliahan ini Cindy

Charina Sembiring, Febriany Simanjuntak, Heriana Bangun, banyak yang

uda kita lalui susah senang, love you magaess. Pipin Kesuma Wardhani

semangat dan cepat menyusul. Sofie Azmi Nasution, Vindy Prananda,

Sausan Farras walaupun gak pernah sama lagi. Teman susah pas PKL Asa

(5)

5

seperjuangan masa terakhir kuliah. Henny Sidabutar, Sandi Ajibah kawan

seminar, Elisabeth, Katrina, dan semua anak Kessos 2011, terima kasih

buat semuanya, semoga semuanya jadi orang sukses.

12.Kak Serditha, Kak Fonie, Kak Vera, Bang Halasson, Kak Juwita, Kak

Desi, dan Senior-senior yang sudah berbaik hati membantu memberikan

ide.

Terima kasih atas semua dukungan dan semangat yang penulis

terima selama ini.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak

kekurangan dalam penulisan skripsi ini.Oleh karena itu, penulis

mengharapkan masukan dan saran yang sifatnya membangun dari semua

pihak, guna menyempurnakan skripsi ini agar menjadi lebih baik

lagi.Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Mei 2015

(6)

6 DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ...iii

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 9

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 9

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 10

1.4 Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 12

2.2 Konsep Strategi Adaptasi ... 18

2.2.1 Strategi ... 18

2.2.2 Adaptasi ... 19

2.2.3 Strategi Adaptasi ... 21

2.3 Pengertian Masyarakat ... 23

2.4 Kesejahteraan Sosial ... 24

2.5 Defenisi Bencana dan Jenis Bencana ... 26

2.5.1 Defenisi Bencana ... 26

2.5.2 Jenis-Jenis Bencana ... 29

2.6 Paradigma Bencana ... 32

2.7Pengaruh Bencana Terhadap Masyarakat ... 33

2.8 Manajemen Bencana ... 34

2.9 Banjir ... 36

2.9.1 Istilah-istilah Dalam Pengendalian Banjir ... 38

2.9.2 Penyebab Terjadinya Banjir ... 40

2.9.3 Kerugian Akibat Banjir ... 43

2.9.4 Pengendalian Banjir ... 43

2.10 Kerangka Pemikiran ... 49

2.11 Bagan Alur Pikir ... 51

2.12 Defenisi Konsep ... 52

2.13 Ruang Lingkup Penelitian ... 52

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 54

3.2 Lokasi Penelitian ... 55

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 55

3.3.1 Unit Analisis ... 55

3.3.2 Informan ... 55

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 56

(7)

7 BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum ... 58

4.2 Potensi Sumber Daya Manusia ... 59

4.2.1 Komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin ... 59

4.2.2 Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian pokok ... 61

4.2.3 Komposisi penduduk berdasarkan agama ... 62

4.2.4 Komposisi penduduk berdasarkan etnis ... 63

4.3 Orbitrasi ... 63

4.4 Sungai ... 64

4.5 Prasarana dan Sarana Kesehatan ... 64

4.6 Sarana Pendidikan ... 66

4.7 Komposisi penduduk berdasarkan masalah kesejahteraan social ... 66

BAB V ANALISA DATA 5.1 Hasil Penelitian ... 66

5.1.1 Informan Kunci ... 66

5.1.2 Analisa Data ... 78

5.1.3 Informan Utama ... 81

5.2 Pembahasan ... 98

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 109

6.2 Saran ... 110

(8)

8 DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. 1Kecamatan yang Terendam Banjir di Kabupaten Langkat ... 1

Tabel 1. 2 Kecamatan yang Terendam Banjir di Kabupaten Langkat ... 2

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ... 60

Tabel 4.2 Komposisi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian Pokok ... 61

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama/ Aliran Kepercayaan ... 62

Tabel 4.4 Distrusi Penduduk berdasarkan Etnis ... 63

Tabel 4.5Prasarana Kesehatan dan Sarana Kesehatan ... 65

Tabel 4.6Lembaga Pendidikan ... 66

(9)

2 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR

(Studi Kasus: Kelurahan Pekan Tanjung Pura Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

Nama : Elvana Pebrianti NIM : 110902052

Abstrak

Banjir yang sering terjadi tidak menyurutkan minat masyarakat di Kelurahan Pekan Tanjung Pura untuk tetap tinggal dilokasi penelitian. Masyarakat secara kultur sudah beradaptasi dengan banjir dengan melakukan beberapa upaya mitigasi bencana. Upaya tersebut meliputi: upaya yang dilakukan sebelum terjadinya banjir, saat terjadi banjir dan sesudah terjadi banjir. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui peran pemerintah setempat dalam hal ini pihak Kelurahan dalam penanggulangan banjir.

Penelitian ini tergolong deskriptif, dan metode yang digunakan penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik penggumpulan data menggunakan wawancara secara mendalam (indepth interview).Wawancara dilakukan dengan informan yang terbagi menjadi dua diantaranya: informan kunci yaitu Lurah Pekan Tanjung Pura dan informan utama terdiri dari 4 (empat) informan.

Berdasarkan hasil membuktikan bahwa mayoritas masyarakat di Kelurahan Pekan Tanjung Pura memiliki strategi adaptasi dengan kategori tinggi.Masyarakat memilih untuk tetap tinggal dan melakukan stratego adaptasi secara teknis, seperti membuat rumah panggung, meninggikan rumah, menyimpang barang ditempat yang lebih tinggi.

(10)

9 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Banjir menimpa wilayah Langkat, Sumatera Utara pada tanggal 13 Januari

2015. Menurut Data Badan Bencana Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten

Langkat menyebutkan per 13 Januari 2015 menyebutkan terdapat 5 kecamatan

terendam banjir yaitu Kecamatan Tanjung Pura, Kecamatan Sawit Seberang

kondisi sementara tanggul sungai pecah sepanjang sekitar 40 meter. Di daerah

Batang Serangan dan menelan korban satu orang yakni Zendamia Sitepu karena

hanyut di sungai, Kecamatan Hinai dan Kecamatan Wampu. Total keselurahan di

lima kecamatan itu terdapat 7.178 KK yang terendam banjir. Data diatas dapat

dilihat dalam bentuk table sebagai berikut.

Tabel1.1 :

Kecamatan yang Terendam Banjir di Kabupaten Langkat 13 Januari 2015

NO KECAMATAN

JUMLAH KK (KEPALA KELUARGA)

KETINGGIAN

AIR/CM KETERANGAN

1. Tanjung Pura 4.184 KK 50-110 cm -

2. Sawit Seberang 285 KK 80-200 cm -

3. Batang Serangan 667 KK 30-90 cm 1 orang meninggal

4. Hinai 1700 KK - -

5. Wampu 252 KK - -

Jumlah = 7.178 KK - 1

Sumber: Pemprovsu, 2015

Data yang diperoleh dari BPBD Langkat pada tanggal 16 Januari 2015,

wilayah yang mengalami banjir adalah Kecamatan Tanjung Pura, Kecamatan

(11)

10

Wampu, dan Kecamatan Gebang Data mengenai wilayah dan jumlah pemukiman

yang terendam banjir diatas dapat dilihat dalam bentuk table sebagai berikut.

Tabel 1.2

Kecamatan yang Terendam Banjir di Kabupaten Langkat 16 Januari 2015

NO. KECAMATAN DESA

JUMLAH RUMAH YANG TERENDAM

BANJIR 1

Tanjung Pura

Pematang Cengal Barat Pekubuan Lalang Paya Kerupuk Teluk Bakung Baja Kuning Pematang Cengal Suka Maju Pulau Banyak KelurahanTj.Pura 512 1893 205 409 101 134 222 72 102 534 2. Kecamatan Sawit Seberang

Alur Gadung Dusun I Dusun II Dusun IV Dusun V Dusun VI 220 10 135 10 58 3. Kecamatan Batang Serangan Karya Jadi Sei Bamban

Sei Batang Serangan Sei Musam 230 225 150 62 4. Kecamatan Hinai Cempa Batu Malenggang Tamaran 1350 437 90 5. Kecamatan Wampu 1. Pertumbukan 2. Bingai

3. Stabat Lama Baru

179 73 342

Sumber: Tribunnews, 2015

Banjir di Kabupaten Langkat menjadi peristiwa yang rutin terjadi setiap

tahunnya, namun hingga saat ini belum ada upaya dari pemerintah daerah dan

pusat yang berhasil dalam mengatasi masalah tersebut.Seperti sosialisasi

(12)

11

tersebut tidak mampu mengatasi masalah banjir karena diperparah dengan alih

fungsi lahan menjadi perkebungan kelapa sawit.

Salah satu wilayah yang terendam banjir cukup parah adalah Kelurahan

Pekan Tanjung Pura.Tanjung Pura menjadi wilayah yang paling parah karena

menurut data yang diperoleh di sepuluh desa yang ada sekitar 4.184 pemukiman

terendam banjir. Kelurahan Pekan merupakan satu-satunya kelurahan yang ada di

Tanjung Pura, yang paling dekat dengan Ibu Kota Kecamatan, yaitu berjarak

0,25Km, dan jumlah penduduk terbanyak yaitu 12.081 jiwa ( BPS Langkat,

2014). Posisi Kecamatan yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka, selain

itu Kecamatan Tanjung Pura berada pada ketinggian 4 m dari permukaan laut

dengan curah hujan tercatat 2073 mm dan hari hujan sebanyak 224 hari. Letak

geografis inilah yang menjadi salah satu penyebab utama terjadinya banjir.

Mencegah air masuk kepemukiman warga, masyarakat melakukan usaha

dengan melakukan penimbunan tanggul dengan karung berisi pasir, namun usaha

tersebut tidak mampu membendung derasnya air yang kemudian diperparah

dengan air pasang laut.Sebanyak 534 rumah terendam banjir di Kelurahan Pekan.

Banjir di wilayah ini termasuk yang terparah karena hingga tanggal 19 Januari

2015 air tidak kunjung surut dan masih menggenangi pemukiman warga karena

bertambahnya air kiriman dari Kecamatan Hinai.

Kerusakan hutan akibat penebangan liar pohon atau Illegal

Loggingmempercepat terjadinya banjir. Hutan bakau di Pesisir Pantai Kabupaten

Langkat kurang lebih 46 ribu hectare rusak akibat alih fungsi menjadi perkebunan

kelapa sawit.Hutan bakau di Kabupaten Langkat sangat berguna untuk

(13)

12

lokal bisa mendapatkan mata pencarian. Namun, sejak pengusaha kelapa sawit

melakukan ekspansi ke sini, kerusakan hutan bakau tidak bisa dihindari dan

pendapatan masyarakat terus berkurang (Republika Online, 2015).

Manusia dan lingkungannya memiliki suatu hubungan yang bersifat

simbiosis mutualisme/saling menguntungkan.Manusia dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya tentu memerlukan kekuatan lingkungan/alam.Alam menjadi

tempat manusia untuk memperoleh kehidupan, kebutuhan, sementara alam

membutuhkan manusia demi kelestarian lingkungan sendiri.Kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi ternyata telah membawa dampak yang sangat

menguntungkan sekaligus merugikan bagi manusia dan alam sendiri. Manusia

yang tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya telah mengorbankan

kelestarian lingkungan. Manusia menjadi rakus, dan tidak lagi berpikiran panjang

mengenai dampak dari perbuatannya dan bahkan manusia bersikap acuh tak acuh

dalam menyikapinya.

Perubahan iklim dan degradasi lingkungan menjadi penyebab pertama

terjadinya bencana yang sudah terbukti menghasilkan sebagian besar kejadian

bencana.Alasan kedua terkait dengan pola pemukiman manusia yang terus

meningkat di wilayah yang rentan bencana.Karena orang cenderung hidup di

perkotaan, maka kerentanan terhadap bencana di setiap tempat yang penduduknya

padat semakin meningkat.Bencana menyerang setiap negara di dunia, tanpa

melihat kaya atau miskinnya negara tersebut.masyarakat paling miskin adalah

yang paling rentan terhadap bencana alam karena faktor sosial, politik, budaya,

pendidikan dan ekonomi yang kompleks yang memaksa mereka tinggal didaerah

(14)

13

Resiko menjadi semakin besar ketika jumlah penduduk dan pemukiman

yang meningkat.Urbanisasi dan migrasi telah menyebabkan peningkatan jumlah

penduduk dari tahun ketahun sehingga populasi pun meningkat hampir diseluruh

negara. Sebagai contoh, tahun 1950 kurang dari 30 persen penduduk dunia atau

sebanyak 2,5 milyar orang tinggal didaerah perkotaan. Kemudian tahun 1988

jumlah populasi meningkat menjadi 5,7 miliar dan 45 persen dari mereka tinggal

dikota. PBB ( Persatuan Bangsa-Bangsa) mempresiksikan bahwa tahun 2025 akan

ada 8,3 miliar orang diseluruh dunia dan lebih dari 60 persen populasi dunia akan

tinggal di daerah perkotaan (Britton, dalam Kusumasari 2014 : 6).

Bencana banjir merupakan salah satu penyebab terbesar kerusakan

diberbagai bidang, baik fasilitas umum, infrastuktur, rumah, lingkungan, yang

menyebabkan kehilangan harta benda. Tidak saja kerusakan fisik, penyebaran

penyakit hingga berujung hilangnya nyawa orang lain. Hal ini tentunya

mengakibatkan banjir menjadi isu terhangat yang mendominasi diberbagai media,

baik elektronik maupun media sosial.

Data sementara kejadian bencana di Indonesia selama tahun 2014,

menunjukkan bahwa bencana banjir masih menjadi ancaman yang nyata. Kata

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB

mengatakan, dari 1.525 kejadian bencana, telah menyebabkan 566 orang tewas,

2,66 juta jiwa mengungsi dan menderita, lebih dari 51 ribu rumah rusak, dan

ratusan bangunan umum rusak."Kerugian ekonomi mencapai puluhan triliun

rupiah, seperti dampak kebakarah hutan dan lahan Rp20 triyun, banjir Jakarta Rp5

(15)

14

triliun, banjir dan longsor di 16 kab/kota di Jawa Tengah Rp2,1 triliun

(Tribunnews, 2015).

Banjir menjadi bencana yang paling merusak dan mahal.karena setiap

tahunnya berita mengenai bencana banjir selalu kita dengar. Sebagai negara

kepulauan dapat dengan mudah kita jumpai daerah bantaran sungai yang

kemudian bermuara ke lautan.Tidak dapat dipungkiri bahwa bencana banjir terjadi

bukan saja karena faktor kondisi alam melainkan ulah manusia itu sendiri.

Upaya berupa pencegahan dan pemulihan kondisi dilakukan oleh

pemerintah untuk menanggulangi banjir, namun usaha tersebut selalu dinilai

gagal, karena sikap masyarakat yang acuh tak acuh dan tidak mau berusaha untuk

ikut serta dalam tindakan pencegahan tetapi justru sebagai pelaku yang

menyebabkan banjir semakin parah.

Pertumbuhan penduduk menjadi salah satu faktor utama terjadinya banjir,

penggunaan lahan yang semakin besar, buruknya drainase, kurangnya lahan

serapan air, mengakibatkan air hujan tak bisa diserap bumi, serta perubahan

tataguna lahan (pembangunan yang tidak merata, tidak disertai dengan

pembangunan lahan hijau) memberikan kontribusi yang besar terhadap naiknya

kuantitas dan kualitas banjir. Begitu juga dengan faktor alam (curah hujan yang

tinggi) memberikan kontribusi penyebab banjir juga namun, faktor tindakan

manusia juga punya andil yang sama besarnya terhadap bencana ini salah satunya

dengan penggundulan hutan. Lebih luas lagi dapat dikatakan telah terjadi

perubahan tata guna lahan yang signifikan sehingga berpengaruh besar terhadap

banjir dan longsor. Perubahan yang paling besar adalah apabila kawasan hutan itu

(16)

15

di permukaan dan tidak ada yang meresap ke dalam tanah, dapat dilihat dari

perubahan debit 10m3 /detik berubah menjadi 6,3 sampai 35 kali. (Kodoatie,

Sugiyanto 2002: 50-51).

Hasil penelitian membuktikan bahwa mayoritas masyarakat memiliki

strategi adaptasi dengan kategori tinggi.Masyarakat yang cenderung memilih

untuk tidak berpindah banyak melakukan strategi adaptasi secara teknis, seperti

membuat tanggul, menyimpan barang-barang di tempat tinggi, meninggikan

rumah.Strategi adaptasi yang dilakukan tentu beragam sesuai dengan bagaimana

karakteristik sosial, ekonomi dan struktur fisik rumah.( Jurnal Bumi Indonesia ,

2013 Zelina Triuri, Djaka Marwasta Volume 1, Nomor 3, Tahun 2012. )

Manusia dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan cepat terhadap

tekanan alam yang mereka hadapi.Ilmu pengetahuan modern membantu manusia

mengurangi bencana dan meresponsnya dengan tepat.Pandangan bahwa ‘gempa

bumi tidak akan membunuh manusia, tetapi reruntuhan bangunanlah yang

membunuh mereka’ merupakan contoh yang jelas bahwa manusia sekarang telah

mempersiapkan diri mereka untuk menghadapi bencana (Houh & Jones dalam

Kusumasari, 2014). Selain itu, globalisasi dan peningkatan kerja sama

internasional telah membantu penduduk dunia lebih efektif mengurangi bencana

dan membatasi dampak buruk bencana terhadap manusia.

Banjir dan kekeringan akan berdampak langsung pada sejumlah besar

penduduk dan kehidupan perekonomian, tetapi kecil kemungkinan menyebabkan

kematian dibandingkan dengan gempa bumi dan badai. Semakin terorganisir dan

(17)

16

masyarakat akan semakin terbantu untuk mengurangi kerentanan mereka terhadap

bencana dan bereaksi lebih tepat apabila terkena bencana.

Bencana banjir biasanya juga diikuti dengan longsor yang terjadi ketika

dimusim penghujan yang terjadi di hampir seluruh wilayah tanah air yang

meliputi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat Bandar Lampung, Sumatera

Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah dan

Sulawesi Utara ( Manado) telah banyak menimbulkan kerugian jiwa dan material

yang tidak sedikit. Saat ini berita mengenai banjir seperti yang terjadi di Ibu Kota

menjadi isu terhangat, banjir ibu kota menjadi suatu peristiwa yang rutin setiap

tahun. Namun, Peristiwa rutin ini tidak hanya terjadi di Ibu Kota saja dibeberapa

kota di Jawa dan Sumatera, Sulawesi, Kalimantan juga mengalami bencana banjir.

Hal tersebut telah memunculkan pertanyaan apa sikap dan strategi adaptasi

yang dilakukan oleh masyarakat sehingga mereka betah tinggal didaerah yang

sering terkena banjir dan menganggap sebagai hal yang biasa. Melihat hal

tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam dan lebih

jelas lagi. Penelitian ini berjudul “Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Mengahadapi Banjir ( Studi Kasus: Kelurahan Pekan Tanjung Pura Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)”.

1.2 Perumusan Masalah

Adaptasi atau penyesuaian diri seseorang terhadap kondisi lingkungannya

menjadi sangat penting.Bencana banjir menuntut setiap individu terlibat langsung

dalam tahap pengurangan resiko sebelum, saat terjadi bencana dan tahap

(18)

17

Indonesia. Kondisi alam yaitu perubahan iklim dan degradasi lingkungan menjadi

factor pertama yang menyebabkan banjir. Tidak kalah penting keegoisan manusia

yang secara terus menerus merusak lingkungan yang tidak diimbangi dengan

upaya pemulihan lingkungan/alam yang juga menjadi pemicu semakin parahnya

banjir tersebut.Perubahan alih fungsi lahan yang terus menerus dilakukan oleh

sejumlah pihak demi keuntungan sendiri yang kemudian berdampak terhadap

menurunnya pendapatan warga setempat.Selain merusak lingkungan,

pertambahan penduduk semakin lama semakin meningkat, tidak diimbangi

dengan tersedianya lahan untuk tempat tinggal membuat masyarakat khususnya

ekonomi lemah yang terpaksa tinggal didaerah beresiko.Ketika bencana banjir

datang, kerugian baik fisik dan material tidak dapat dicegah.Untuk mengurangi

resiko banjir tersebutmasyarakat dan pemerintah yang berada di daerah rawan

banjir melakukan berbagai usaha untuk meminimalisir dampak dari bencana

banjir yang rutin terjadi setiap tahunnya.

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka

perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana

strategi adaptasi yang dilakukan masyarakat kelurahan Pekan Tanjung Pura

Kabupaten Langkat dalam menghadapi banjir?”

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian ini adalah untuk

mengetahui strategi masyarakat dalam menghadapi banjir di Kelurahan Pekan

(19)

18 1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap

pihak-pihak terkait yang menangani korban bencana banjir.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi untuk

memperkaya konsep-konsep dan teori-teori keilmuan mengenai strategi

(20)

19 1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah :

BAB I: Pendahuluan

Bab ini berisikan latar belakang penelitian , perumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II: Tinjauan Pustaka

Bab ini menguraikan tentang teori yang berkaitan dengan masalah yang

akan diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep, ruang lingkup

penelitian.

BAB III: Metode Penelitian

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, unit analis dan

informan, teknik pengumpulan data penelitian, dan teknik analisis data.

BAB IV: Deskripsi Lokasi Penelitian

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dimana

penulis mengadakan penelitian.

BAB V: Analisis Data

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian

dan analisisnya.

BAB VI: Penutup

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian sehubungan

(21)

20 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai adaptasi social, bencana alam, banjir sudah banyak

dilakukan. Secara keseluruhan penyebab terjadinya banjir hamper sama pada

setiap wilayah yang terkena dampak banjir di Indonesia ini, namun ada saja

factor-faktor penyebab yang berbeda. Beberapa penelitian yang relevan dengan

penelitian ini antara lain, penelitian yang dilakukan oleh Triuri dan Djaka

Marwastadengan judul : Strategi Adaptasi Masyarakat dalam menghadapi banjir

di Kecamayan Tebet, Kota Jakarta Selatan (Studi Kasus Daerah Bantaran Sungai

Ciliwung). Penelitian ini menjelaskan bagaimana Banjir yang sering melanda Provinsi DKI Jakarta tidak mengurangi minat para pendatang untuk tinggal di

lokasi penelitian. Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yaitu : (1) untuk

mengetahui karakteristik sosial, ekonomi, struktur fisik bangunan, dan persepsi

masyarakat. (2) Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan

keinginan untuk berpindah, kemudian mengetahui hubungan antara besarnya

kerusakan dengan keinginan untuk berpindah, dan mengetahui hubungan antara

status perubahan fisik bangunamn dengan keinginan untuk berpindah. (3)

Mengkaji strategi adaptasi masyarakat dan mengidentifikasi antisipasi

penanggulangan banjir yang dilakukan pemerintah. Penelitian ini dilakukan di

bantaran Sungai Ciliwung Kecamatan Tebet, Kota Jakarta Selatan. Teknik

pengambilan sample dilakukan dengan menggunakan metode Quota. Unit analisis

penelitian ini adalah rumah tangga yang diwakili oleh setiap responden. Sebanyak

(22)

21

pengumpulan data juga dilakukan dengan wawancara terstruktur dan observasi

langsung.Teknik analisis yang dilakukan yaitu analisis statistik deskriptif.Hasil

penelitian membuktikan bahwa mayoritas masyarakat memiliki strategi adaptasi

dengan kategori tinggi.Masyarakat yang cenderung memilih untuk tidak

berpindah banyak melakukan strategi adaptasi secara teknis, seperti membuat

tanggul, menyimpan barang-barang di tempat tinggi, meninggikan rumah.

Penelitian Selanjunya berjudul Strategi Adaptasi masyarakat dalam

menghadapi bencana banjir pasang air laut di Kota Pekalongan yang ditulis oleh :

Su Rito Hardoyo, Muh Aris Marfai, Novi Maulida, Ni’mah Rizki, Yustiana Mukti,

Qori’atu Zahro, dan Anisa Halim. Penelitian ini membahas tentang Bencana alam

di suatu wilayah memiliki implikasi secara langsung terhadap masyarakat di

wilayah tersebut. Partisipasi masyarakat untuk mengurangi dan menghindari

resiko bencana penting dilakukan dengan cara meningkatkan kesadaran dan

kapasitas masyarakat. Kota Pekalongan sebagai salah satu kota di Provinsi Jawa

Tengah yang rawan terhadap banjir pasang surut. Banjir telah merendam sebagian

besar daerah Kecamatan Pekalongan Utara. Penelitian strategi adaptasi dilakukan

di tiga desa dengan langkah-langkah pengamatan sebagai berikut: (1)

Mengidentifi kasi persepsi masyarakat terhadap banjir pasang air laut di desa

dengan corak sosioekologi pertanian, tambak dan permukiman. (2) Mengetahui

sikap masyarakat terhadap banjir pasang air laut di desa dengan corak

sosioekologi pertanian, tambak dan permukiman. (3) Memahami strategi adaptasi

masyarakat terhadap banjir pasang air laut di desa dengan corak sosioekologi

pertanian, tambak dan permukiman. Riset ini berfokus pada informasi-informasi

(23)

22

banjir pasang air laut.Pada penelitian ini, ditentukan sampel lokasi penelitian

berdasarkan criteria perbedaan sosioekologi yang dimiliki setiap desa.Daerah

resiko banjir pasang surut di Pekalongan Utara, setidaknya terdapat 3 karakter

sosioekologi yang berbeda, yaitu daerah permukiman padat, daerah pertanian

sawah, dan daerah tambak.Wawancara mendalam dilakukan dalam pengumpulan

data primer kualitatif dan kuantitatif dimana responden menjawab seperangkat

pertanyaan dari peneliti.Unit analisis penelitian adalah individu yang diwakili oleh

setiap responden.Untuk mendapatkan sampel individu, dilakukan teknik

purposive sampling.Disamping wawancara terhadap individu masyarakat, juga

dilakukan wawancara dengan aparat pemerintah sebagai salah satu stakaholder

dalam topic banjir pasang surut.analisis data menggunakan analisis tabulasi

frekwensi maupun tabulasi silang. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa

masyarakat memiliki pemahaman mengenai banjir pasang air laut yang sama yaitu

sebagai sebuah fenomena alam. Kesadaran bahwa mereka hidup di wilayah yang

rentan akan banjir pasang air laut, tidak membuat mereka untuk merelokasi, justru

menjadikan proses awal mereka dalam beradaptasi dengan bencana. Selain itu

mereka juga mendapatkan harapan yang mendukung sikap bertahan mereka yaitu

bantuan dari pemerintah kota. adaptasi secara teknis, dimana masyarakat secara

inisiatif membangun bangunan yang berfungsi untuk meminimalisir kerusakan

atau kerugian yang akan mereka alami ketika banjir pasang air laut melanda.

Berdasarkan hasil wawancara, mereka lebih dominan menunggu bantuan dari

pemerintah, inisiatif warga baru sekedar modal sosial berupa gotong royong

(24)

23

juga menunggu bantuan dari pemerintah, karena merka didominasi oleh warga

dengan tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Anggara Dwi Putra dan

Wiwandari Handayani yang berjudul : Kajian Bentuk Adaptasi Terhadap Banjir

dan Rob Berdasarkan Karakteristik Wilayah dan Aktivitas di Kelurahan Tanjung

Mas. Penelitian ini dilakukan di Semarang.Kota Semarang yang merupakan salah

satu kota terletak di wilayah pesisir juga merasakan dampak yang ditimbulkan

dari perubahan iklim yang terjadi. Berdasarkan hasil proyeksi yang dilakukan

BMG Kota Semarang (2007)kenaikan air laut Kota Semarang pada tahun 2006 –

2007 sebesar 8 cm dan setiap tahunnya mengalami perubahan ketinggian 1,46 cm.

Salah satu contoh wilayah di kawasan pesisir yang terkena dampaknya yaitu di

Kelurahan Tanjung Mas. Penelitian ini untuk menjawab pertanyaan “Bagaimana

bentuk-bentuk adaptasi terhadap banjir dan rob berdasarkan karakteristik wilayah

dan aktivitas di Kelurahan Tanjung Mas ?”. Studi bentuk adaptasi perlu dilakukan

sebagai dasar pertimbangan dalam agenda pembangunan untuk mencapaipola

pembangunan agar tahan (resilience) terhadap dampak dari banji rob dan

perubahan iklim kedepannya.Dampak yang ditimbulkan dari banjir dan rob untuk

kondisi fisik kawasan yaitu rusaknya bangunan rumah tinggal, kerusakan pada

jalan, kerusakan pada tambak, dan penurunan kualitas air bersih. Untuk dampak

bagi aktivitas, yaitu terganggunya kegiatan sehari-hari masyarakat. Tingkat

kerentanan wilayah dan aktivitas terhadap banjir dan rob, wilayah di Kelurahan

Tanjung Mas terbagi menjadi 2 kelas kerentanan, kerentanan sedang (RW 1, 9-10,

12-13, dan RW 16), dan kerentanan tinggi (RW 2-3, 11, 14-15). Pada tahapan

(25)

24

yang digunakan dengan cara obsevasi, kuisioner, dan telaah dokumen yang

relevan.Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tipe penelitian

kuantitatif deskriptif.Bentuk adaptasi yang dilakukan masyarakat 60 %

masyarakat melakukan peninggian bangunan dan lantai rumah, 28% perbaikan

dan peninggian jalan, 7% pembudidayaan dan penanaman mangrove, dan 5%

pembuatan tanggul.Jadi, Secara umum tidak ada perbedaan bentuk adaptasi pada

setiap aktivitas.

Penelitian selanjutnya oleh Diki Audina yang berjudul Adaptasi Masyarakat

Terhadap Banjir di Kelurahan Setia Kecamatan Binjai Kota Binjai.Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui : (1) alasan melatarbelakangi penduduk untuk tetap

memilih bertempat tinggal di daerah rawan banjir di Kelurahan Setia Kecamatan

Binjai Kota, (2) Strategi adaptasi yang dilakukan masyarakat dalam

mengantisipasi bahaya banjir di Kelurahan Setia Kecamatan Binjai Kota, dan (3)

Upaya yang dilakukan Masyarakat dan Pemerintah dalam mengatasi banjir di

Kelurahan Setia Kecamatan Binjai Kota. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan

Setia Kecamatan Binjai Kota. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh KK di

Kelurahan Setia yaitu sebanyak 1.045 KK dan sampelnya diambil sebanyak 10%

di masing-masing lingkungan maka jumlah sampel yaitu 104. Teknik pengumpul

data yang digunakan adalah tekni observasi, komunikasi langsung dan Studi

dokumenter.Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif

kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan (1) yang melatarbelakangi masyarakat

untuk tetap bermukim di Kelurahan Setia meskipun sering terjadi banjir yaitu

34,61% mengatakan tidak ada biaya untuk pindah ke tempat lain yang lebih

(26)

25

dengan tempat kerja. Alasan karena tempat kelahiran terdapat 22,12% dan selebih

16,34% memiliki alasan lain-lain seperti karena dekat dengan kota, pusat

perbelanjaan dan lain sebagainya. (2) Strategi Adaptasi yang dilakukan

masyarakat dalam mengatasi masalah banjir yaitu dengan meninggikan bangunan

rumah atau membuat rumah panggung yaitu terdapat 50,96%. Terdapat 11,53%

yang melakukan strategi membangun rumah tingkat dan terdapat 37,05% yang

tidak melakukan strategi apapun dalam menghadapi banjir. (3) Peran Masyarakat

dalam mengatasi masalah banjir di Kelurahan Setia yaitu sebanyak 65,39%

dengan tidak membuang sampah ke Sungai, 29,80% melakukan gotong-royong

untuk membersihkan lingkungan dan 4,81% lainya usaha yang dilakukan adalah

dengan memperbaiki drainase agar aliran air lancar. Peran Pemerintah Daerah

dalam menangani permasalahan banjir menurut para responden yaitu terdapat

60,57% mengatakan peran Pemerintah sudah baik dalam menangani banjir.

35,57% mengatakan cukup baik, 2,88% mengatakan kurang baik dan 0,97%

mengatakan sangat baik. Jadi, dapat disimpul bahwa Peran Pemerintah dalam

mengatasi masalah banjir sudah baik.

Penelitian selanjutnya oleh Yunita Sari berjudul Partisipasi Masyarakat

dalam Mitigasi Bencana Di Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli Kota

Medan.Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli merupakan daerah yang rawan akan

bencana banjir, tetapi masyarakat masih bertempat tinggal dibantaran DAS Deli

dan membuang sampah kesungai. Padahal peristiwa bencana tidak mungkin

dihindari, tetapi yang dapat kita lakukan adalah memperkecil terjadinya korban

jiwa, harta maupun lingkungan melalui mitigasi bencana.Banyaknya korban jiwa

(27)

26

disebabkan kurangnya kesadaran dan pemahaman pemerintah maupun masyarakat

terhadap potensi kerentanan bencana serta upaya mitigasinya. Penelitian ini

dilakukan selama tiga bulan, mulai Desember 2009-Maret 2010 dan bertujuan

untuk menganalisis partisipasi masyarakat Kelurahan Aur Kecamatan Medan

Maimun dalam mitigasi bencana di DAS Deli kota Medan dengan menggunakan

metode survey deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk menganalisis

partisipasi masyarakat dalam mitigasi bencana. Pengumpulan data dilakukan

dengan wawancara dan dokumentasi.Berdasarkan hasil penelitian, partisipasi

masyarakat Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun dalam mitigasi bencana

masih relatif rendah. Kultur masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan

juga masih rendah dan menjadikan sungai menjadi tempat pembuangan sampah,

selanjutnya masih bertahan tinggal di bantaran sungai dan menolak program

rusunawa sebagai pengganti tempat tinggal mereka yang ditawarkan oleh

pemerintah kota Medan.

2.2 Konsep Strategi Adaptasi 2.2.1 Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti “seni

berperang”.Suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema untuk mencapai

sasaran yang dituju.Jadi, pada dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai

tujuan.

Dalam kamus umum bahasa Indonesia, Strategi adalah ilmu siasat perang

untuk mencapai maksud tertentu. (Poerwardarminta, 2007 : 1146), sementara

Strategi menurut Chandler (dalam Kuncoro, 2006 : 1) adalah penentuan tujuan

(28)

27

yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi sangat

penting untuk menentukan suatu kesuksesan dari suatu usaha dan meningkatkan

kemampuan dalam mencegah masalah. Strategi dapat diartikan sebagai upaya

atau usaha yang dilakukan untuk mencegah dan menangani masalah yang

dihadapi.

Menurut Stephanie K. Marrus (Umar, 2008:31) strategi didefenisikan

sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus

pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyususnan suatu cara atau upaya

bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.

2.2.2 Adaptasi

Dalam ilmu Psikologi, Ada beberapa pengertian tentang Adaptasi

mekanisme penyesuaian diri, antara lain:

a. W.A. Gerungan (1996) menyebutkan bahwa “Penyesuaian diri adalah

mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah

lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri)”.Mengubah diri sesuai dengan

keadaan lingkungan sifatnya pasif (autoplastis), misalnya seorang bidan desa

harus dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma dan nilai-nilai yang dianut

masyarakat desa tempat ia bertugas.Sebaliknya, apabila individu berusaha untuk

mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan diri, sifatnta adalah aktif

(alloplastis), misalnya seotang bida desa ingin mengubah perilaku ibu-ibu di desa

untuk meneteki bayi sesuai dengan manajemen laktasi.

b. Menurut Soeharto Heerdjan (1987), “Penyesuaian diri adalah usaha atau

perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan”.Adaptasi merupakan

(29)

28

untuk mengatasi stress. Cara mengatasi stres dapat berupa membatasi tempat

terjadinya stress, mengurangi, atau menetralisasi pengaruhnya.Adaptasi adalah

suatu cara penyesuaian yang berorientasi pada tugas (task oriented).

Tujuan Adaptasi:

a. Menghadapi tuntutan keadaan secara sadar.

b. Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik.

c. Menghadapi tuntutan keadaan secara objektif.

d. Menghadapi tuntutan keadaan secara rasional.

Hardesty (1977) mengemukakan tentang adaptasi bahwa: “adaptation is

the process through which benefi cial relationships are established and maintained

between an organism and its environment”, maksudnya adalah proses terjalinnya

dan terpeliharanya hubungan yang saling menguntungkan antara organisme dan

lingkungannya. Sementara itu para ahli ekologi budaya (cultural ecologists)

(Alland, 1975; Harris, 1968; Moran, 1982) mendefenisikan, bahwa adaptasi

adalah suatu strategi penyesuaian diri yang digunakan manusia selama hidupnya

untuk merespon terhadap perubahan-perubahan lingkungan dan sosial (dalam

Hardoyo, dkk., 2011).

Dalam kajian adaptabilitas manusia terhadap lingkungan, ekosistem

merupakan keseluruhan situasi, di mana adaptabilitas berlangsung atau

terjadi.Karena populasi manusia tersebar di berbagai belahan bumi, konteks

adaptabilitas sangat berbeda-beda.Suatu populasi di suatu ekosistem tertentu

menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan dengan cara-cara yang spesifik.

(30)

29

lingkungan yang baru, suatu proses perubahan akan dimulai dan dapat saja

membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menyesuaikan diri (Moran 1982).

Sahlins (1968) menekankan bahwa proses adaptasi sangatlah dinamis, karena

lingkungan dan populasi manusia terus dan selalu berubah (Hardoyo dkk, 2011:

7).

Menurut Soerjono Soekanto (Soekanto, 2000: 10-11) memberikan

beberapa batasan pengertian dari adaptasi sosial, yakni: 1) Proses mengatasi

halangan -halangan dari lingkungan; 2) Penyesuaian terhadap norma-norma untuk

menyalurkan ketegangan; 3) Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan

situasi yang berubah; 4) Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan; 5)

Memanfaatkan sumber- sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan

system; 6) Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah.

Beberapa istilah adaptasi yang relevan, yaitu :

1. Adaptasi yang direncanakan, yaitu : hasil dari keputusan kebijakan yang

bertujuan untuk mengembalikan ke, menjaga, atau mencapai kondisi yang

diinginkan.

2. Adaptasi Publik: diinisiasi dan diimplementasikan oleh pemerintah pada berbagai tingkat (biasanya lahir karena kebutuhan bersama).

3. Adaptasi Reaktif: Adaptasi yang dilakukan setelah dampak perubahan

iklim sudah terobservasi.

4. Adaptasi Swasta: diinisiasi dan diimplementasikan oleh individu, rumah

tangga atau perusahaan swasta (biasanya dilakukan atas dasar kepentingan pribadi

sipelaksana.

(31)

30

Sunil (dalam Hardoyo, dkk, 2011 : 8) mendefenisikan adaptasi dalam

ketidakpastian lingkungan dan bencana sebagai penanganan terhadap dampak

yang tidak dapat dihindari dalam perubahan lingkungan. Adaptasi menyertakan

penyesuaian diri dalam bersikap terhadap kondisi yang tidak menentu.Adaptasi

sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi dan ekologi tertentu. Di dalam

perubahan lingkungan yang terjadi di wilayah pesisir, konsep adaptasi mengacu

pada strategi: (1) perlindungan terhadap wilayah daratan dari lautan, sehingga

penggunaan lahan dapat terus berlanjut; (2) akomodasi yaitu melakukan

penyesuaian diri terhadap lingkungannya; dan (3) strategi menghindar atau

migrasi yaitu meninggalkan wilayah pesisir ke daerah lain yang lebih aman.

Adaptasi meminimalisir kerugian sosio-ekonomi yang disebabkan oleh

perubahan iklim.Adaptasi dapat dilakukan melalui perbaikan system pada

sumber-sumber yang terkena dampak atau melalui resiko yang mungkin

terjadi.Penggunaan teknologi baru merupakan suatu bentuk kegiatan dalam

strategi adaptasi.

Adaptasi dan perubahan adalah dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan

bagi makhluk hidup. Adaptasi berlaku bagi setiap makhluk hidup dalam

menjalani hidup dalam kondisi lingkungan yang senantiasa berubah. Bennet

(1976) dan Pandey (1993) memandang adaptasi sebagai suatu prilaku responsif

manusia terhadap perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi. Prilaku responsif

tersebut memungkinkan mereka dapat menata sistem-sistem tertentu bagi tindakan

atau tingkah lakunya, agar dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi

yang ada. Perilaku tersebut di atas berkaitan dengan kebutuhan hidup, setelah

(32)

31

strategi serta keputusan tertentu untuk menghadapi keadaan-keadaan selanjutnya.

Dengan demikian, adaptasi merupakan suatu strategi yang digunakan oleh

manusia dalam masa hidupnya guna mengantisipasi perubahan lingkungan baik

fisik maupun sosial (Alland 1975; Barlett 1980). Sebagai suatu proses perubahan,

adaptasi dapat berakhir dengan sesuatu yang diharapkan atau tidak diharapkan.

Oleh karenanya, adaptasi merupakan suatu sistem interaksi yang berlangsung

terus antara manusia dengan manusia, dan antara manusia dengan ekosistemnya.

Dengan demikian, tingkah laku manusia dapat mengubah suatu lingkungan atau

sebaliknya, lingkungan yang berubah memerlukan suatu adaptasi yang selalu

dapat diperbaharuhi agar manusia dapat bertahan dan melangsungkan kehidupan

di lingkungan tempat tinggalnya (Bennett 1976 dalam Satria dan Helmi, 2012)

2.3 Pengertian Masyarakat

Menurut Peter L. Berger, defenisi masyarakat adalah suatu keseluruhan

kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya. Pengertian keseluruhan

kompleks dalam defenisi tersebut berarti bahwa keseluruhan itu terdiuri atas

bagian-bagian yang membentuk kesatuan.Misalnya, dalam tubuh manusia terdapat

bagian-bagain yang membentuk suatu system organic biologis, seperti jantung,

hati, otak, dan paru-paru.Kesatuan dari bagian-bagian tersebut membentuk system

yang namanya manusia.Demikian pula dengan masyarakat, didalamnya terdiri

atas bagian-bagian yang membentuk hubungan sosial.Misalnya, hubungan

orangtua dan anak, hubungan guru dan murid, hubungan atasan dan bawahan,

yang keseluruhan hubungan yang luas itu disebut masyarakat.Berger

(33)

32

interaksi, atau tindakan yang terjadi minimal dua orang yang saling

mempengaruhi perilakunya.”

Dapat dipahami bahwa setiap ada system interaksi, disanalah konsep

msayarakat diterapkan.Dalam system interaksim dapat dilihat bentuk peraturan,

kebiasaan, dan adat istiadat yang diciptakan oleh manusia dan juga mengatur

manusia.Artinya, anatara individu dan masyarakat ada hubungan timbale balik.(

Murdiyatmoko,2007: 18)

2.4 Kesejahteraan Sosial

Dengan menggunakan pengertian dasar dari konsep ‘sosial’ yang merupakan kata

kunci dari konsep kesejahteraan sosial, yaitu ‘hubungan antar manusia’, maka

konsep Kesejahteraan Sosial dapat dipandang dari empat sisi, sebagai berikut:

1. Sebagai suatu ‘Sistem Pelayanan Sosial’

Elizabeth Wickenden (dalam Wibhawa,Raharjo, & Budiarti S, 2010:23)

mendefenisikan Kesejahteraan Sosial sebagai suatu system perundang-undangan,

kebijakan, program, pelayanan, dan bantuan; untuk menjamin pemenuhan

kebutuhan sosial yang dikenal sebagai kebutuhan dasar bagi kesejahteraan

manusia dan bagi berfungsinya ketertiban sosial secara lebih baik.

Walter A Friedlander mengemukakan bahwa kesejahteraan sosial adalah

system yang terorganisasi dari usaha-usaha sosial dan lembaga-lembaga sosial

yang hidup dan kesehatan yang memuaskan, serta untuk mencapai relasi

perseorangan dan sosial yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan

(34)

33

kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan

masyarakat.

Upaya untuk mewujudkan kesejahteraan sosial sejatinya dilakukan oleh

semua pihak, baik oleh pemerintah, dunia usaha, maupun social society, hal ini

bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia melalui kebijkan dan

program yang bermitra pelayanan sosial, penyembuhan sosial, perlindungan

sosial, dan pemberdayaan masyarakat.

2. Sebagai suatu disiplin keilmuan

Sebagai suatu ilmu, pada dasarnya suatu ilmu yang mencoba mengembangkan

pemikiran, strategi dan teknik untuk meningkatkan kesejahteraan suatu

masyarakat, baik dari level mikro, mezzo, maupun makro.

3. Sebagai suatu keadaan hidup

Kesejahteraan sosial mengacu kepada “ keadaan antar hubungan manusia yang

baik, artinya yang kondusif bagi manusia untuk melakukan upaya guna memenuhi

kebutuhan hidupnya secara mandiri”. Artinya setiap warga masyarakat

dimungkinkan untuk melakukan upaya dengan kemampuannya sendiri untuk

dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sendiri, tanpa ketergantungan kepada

pemberian dari manusia lain; jadi bukan berarti setiap warga masyarakat hidup

sendiri-sendiri, melainkan hidup dalam keadaan saling membantu (saling

mendukung) upaya warga masyarakatnya sesuai dengan posisi dan peran

masing-masing di dalam masyarakat.

(35)

34

Kesejahteraan sosial dapat dilihat dalam rumusan Undang-undang nomor 11

tahun 2009 tentang ‘Kesejahteraan Sosial’ pasal I : Kesejahteraan sosial adalah

kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara agar

dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat

melaksanakan fungsi sosialnya.

Penyelengaaraan kesejahteraan social seperti yang tercantum dalam UU

NO 11 tahun 2009 Bab III bagian kesatu Pasal 5 ayat 2 menjelaskan bahwa : “

Penyelenggaraan kesejahteeraan social diprioritaskan kepada mereka yang

memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki criteria

masalah social :

a. kemiskinan;

b. ketelantaran;

c. kecacatan;

d. keterpencilan;

e. ketunaan social dan penyimpangan perilaku;

f. korban bencana; dan/atau

g. korban tindak kekerasan, ekploitasi dan diskriminasi.

2.5 Defenisi Bencana dan Jenis Bencana 2.5.1 Defenisi Bencana

Definisi Bencana menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang

Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut: Bencana

adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

(36)

35

dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan

dampak psikologis.

Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor

alam, non alam, dan manusia.Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan

bencana sosial.

a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa

gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan,

dan tanah longsor.

b. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi,

gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi

konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.

Kejadian Bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat

berdasarkan tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, korban dan/ataupun

kerusakan. Jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih dari

satu wilayah, maka dihitung sebagai satu kejadian.

Defenisi umum ‘bencana’ yang banyak digunakan oleh ilmuwan adalah

defenisi ‘bencana’ menurut Asian Disaster Reduction Centre dan the United

(37)

36

mengakibatkan kerugian manusia, material, atau lingkungan yang luas melebihi

kemampuan masyarakat yang terkena dampak dan harus mereka hadapi

menggunakan sumber daya yang ada pada mereka.

Carter (1991) mengidentifikasikan empat karakteristik yang membedakan

bencana dengan kejadian lainnya yang terjadi dalam kehidupan manusia. Pertama

adalah focus pada kekacauan, yaitu dalam hal kecepatan serangan, prediksi, dan

luasnya. Kedua adalah kaitan efek atau dampak dari kejadian tersebut terhadap

manusai, misalnya kematian, cedera atau penyakit, dan menyebabkan

penderitaan.Ketiga adalah kerusakan atau kehancuran infrastruktur; seperti

fasilitas penyangga hidup serta komunikasi dan layanan penting.Keempat adalah

adanya kebutuhan terhadap bantuan kemanusiaan, seperti perawatan kesehatan,

tempat tinggal, makan, pakaian, dan kebutuhan sosial lainnya. Beberapa kriteria

menurut para ahli untuk mendefenisikan bencana apabila dilihat dari dampaknya

dapat dilihat dari beberapa referensi berikut :

1. Sepuluh orang atau lebih dilaporkan tewas.

2. Seratus orang dilaporkan terkena dampak.

3. Adanya panggilan untuk bantuan internasional

4. Adanya pernyataan keadaan darurat.

Coppola (2007) menyebutkan sebuah bencana local tidak dapat disebut

sebagai bencana nasional jika satuan unit respons bencana pemerintah provinsi

dan local/daerah mampu mengatasi semua konsekuensinya.Namun jika

pemerintah daerah tidak mampu mengatasi masalah dan membutuhkan intervensi

dari pemerintah pusat, maka bencana tersebut menjadi tanggung jawab pusat.

(38)

37

konsekuensi dari kejadian yang merugikan itu, maka kejadian tersebut menjadi

bencana internasional yang membutuhkan intervensi secara internasional dan

bantuan-bantuan lainnya (Kusumasari 2014:3-5)

2.5.2. Jenis-jenis bencana

1) Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan

bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif,

akitivitas gunung api atau runtuhan batuan.

2) Letusan gunung apimerupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal

dengan istilah "erupsi". Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan

panas, lontaran material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami

dan banjir lahar.

3) Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan

("tsu" berarti lautan, "nami" berarti gelombang ombak). Tsunami adalah

serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya

pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi.

4) Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau

batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng

akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng.

5) Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah

atau daratan karena volume air yang meningkat.

6) Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air

yang besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai.

7) Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air

(39)

38

Adapun yang dimaksud kekeringan di bidang pertanian adalah kekeringan

yang terjadi di lahan pertanian yang ada tanaman (padi, jagung, kedelai

dan lain-lain) yang sedang dibudidayakan .

8) Kebakaran adalah situasi dimana bangunan pada suatu tempat seperti

rumah/pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain dilanda api yang

menimbulkan korban dan/atau kerugian.

9) Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan di mana hutan dan lahan

dilanda api, sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan lahan yang

menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan. Kebakaran

hutan dan lahan seringkali menyebabkan bencana asap yang dapat

mengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat sekitar.

10) Angin puting beliung adalah angin kencang yang datang secara tiba-tiba,

mempunyai pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral dengan

kecepatan 40-50 km/jam hingga menyentuh permukaan bumi dan akan

hilang dalam waktu singkat (3-5 menit).

11) Gelombang pasang atau badai adalah gelombang tinggi yang ditimbulkan

karena efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan

berpotensi kuat menimbulkan bencana alam. Indonesia bukan daerah

lintasan siklon tropis tetapi keberadaan siklon tropis akan memberikan

pengaruh kuat terjadinya angin kencang, gelombang tinggi disertai hujan

deras.

12) Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan

arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai.

(40)

39

keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa

disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai

penyebab utama abrasi.

13) Kecelakaan transportasi adalah kecelakaan moda transportasi yang terjadi

di darat, laut dan udara.

14) Kecelakaan industri adalah kecelakaan yang disebabkan oleh dua faktor,

yaitu perilaku kerja yang berbahaya (unsafe human act) dan kondisi yang

berbahaya (unsafe conditions). Adapun jenis kecelakaan yang terjadi

sangat bergantung pada macam industrinya, misalnya bahan dan peralatan

kerja yang dipergunakan, proses kerja, kondisi tempat kerja, bahkan

pekerja yang terlibat di dalamnya.

15) Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian

kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu

daerah dalam kurun waktu tertentu. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004.

16) Konflik Sosial atau kerusuhan sosial atau huru hara adalah suatu gerakan

massal yang bersifat merusak tatanan dan tata tertib sosial yang ada, yang

dipicu oleh kecemburuan sosial, budaya dan ekonomi yang biasanya

dikemas sebagai pertentangan antar suku, agama, ras (SARA).

17) Aksi Teror adalah aksi yang dilakukan oleh setiap orang yang dengan

sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan sehingga

menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas

atau menimbulkan korban yang bersifat masal, dengan cara merampas

(41)

40

mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital

yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik internasional.

18) Sabotase adalah tindakan yang dilakukan untuk melemahkan musuh

melalui subversi, penghambatan, pengacauan dan/ atau penghancuran.

Dalam perang, istilah ini digunakan untuk mendiskripsikan aktivitas

individu atau grup yang tidak berhubungan dengan militer, tetapi dengan

spionase. Sabotase dapat dilakukan terhadap beberapa sruktur penting,

seperti infrastruktur, struktur ekonomi, dan lain-lain. (BNPB, 2015)

2.6 Paradigma Bencana

Menurut Smith ada dua konsep paradigma yang digunakan dalam

penelitian bencana dari perspektif ilmu sosial, yaitu paradigm perilaku dan

paradigma structural.Paradigma perilaku menekankan pada penyebab geografis

dari bencana dan penggunaan teknologi untuk mengurangi kerusakan yang

disebabkan oleh dampak bencana.Paradigma ini menahan bencana menjadi

kejadian yang tidak sembarangan terjadi dan menenkankan pentingnya perilaku

manusia mencegah bencana.Namun paradigma perilaku kurang memerhatikan

keadaan sosial daerah yang dilanda bencana.Sebaliknya paradigm structural

menekankan pada pengaruh struktur sosial tempat melekatnya individu dan

kelompok (Bolin, 1998, Smith, 2007) serta mengakui bahwa bencana adalah

pengaruh alam atau masyarakat yang mengintensifkan masalah kehidupan

ekonomi dan sosial sehari-hari (Hutton & Haque, 2004).Perspektif ini menyatakan

bahwa kelompok sosial dan individu yang terpinggirkan lebih ‘beresiko’ setelah

(42)

41

Sebuah pendekatan penting yang terdapat dalam paradigm structural

adalah pendekatan kerentanan yang berfokus pada dimensi spasial dari stratifikasi

sosial dan ekonomi dalam kaitannya dengan bencana ( Hewitt, 1998). Tierny,

Bevc, dan Kuligowski (2006:109) menyatakan bahwa tiap kelompok memiliki

kerentanan yang berbeda-beda dalam menghadapi bencana, tergantung pada posisi

mereka dalam system stratifikasi. Pendekatan ini tidak menyangkal signifikansi

dari bahaya alam sebagai peristiwa pemicu, tetapi penekanan utamanya adalah

pada berbagai cara ketika system sosial beroperasi untuk menghasilkan bencana

dengan membuat orang menjadi rentan (Wisner,et.al., 2004). Dengan kata lain,

perspektif kerentanan meneliti bencana alam sebagai fenomena sosial yang

domoderatori oleh struktur sosial yang ada. ( Kusumasari, 2014:9-10)

2.7 Pengaruh BencanaTerhadap Masyarakat

Quarantelli (dalam Kusumasari, 2014:13-14) mengatakan bahwa bencana

menganggu masyarakat dalam banyak cara dan sebagian besar orang terbiasa

dengan statistic bencana yang berhubungan dengan jumlah orang yang tewas dan

terluka, bangunan rusak dan hancur, serta nilai property yang hilang. Coppola,

2007 mengidentifikasikan konsekuensi bencana yang menggangu masyarakat dan

mengurangi kualitas hidup individu dalam masyarakat dan mengurangi kualitas

hidup individu dalam masyarakat.Berikut adalah rangkuman konsekuensi tersebut.

a. Kurangnya kemampuan untuk bergerak atau melakukan perjalanan karena

infrastruktur transportasi yang rusak dan hancur;

b. Terganggunya kesempatan pendidikan karena kerusakan sekolah atau guru

(43)

42

c. Hilangnya warisan budaya, fasilitas keagamaan, dan sumber daya

masyarakat;

d. Hilangnya pasar dan kesempatan berdagang yang disebabkan oleh

gangguan bisnis jangka pendek akibat hilangnya konsumen, pekerja,

fasilitas, persediaan atau peralatan;

e. Hilangnya kepercayaan investor yang mungkin berpotensi menarik

kembali investasi (penanaman modal) mereka dan ini di kemudian hari

akan menciptakan pengangguran karena pemotongan kerja dan kerusakan

di tempat kerja;

f. Sulitnya komunikasi karena kerusakan dan kehilangan infrastruktur;

g. Adanya tunawisma yang disebabkan oleh hilangnya rumah dan harta

benda;

h. Kelaparan karena terputusnya rantai suplai makanan yang menyebabkan

kekurangan suplai makanan dan meningkatnya harga;

i. Kehilangan, kerusakan, dan pencemaran lingkungan akibat kerusakan

bangunan dan infrastruktur yang rusak dan belum diperbaiki, serta

deformasi dan hilangnya kualitas tanah;

j. Kerusuhan public ketika respons pemerintah tidak memadai.

2.8 Manajemen Bencana

Menajemen bencana didefenisikan sebahai istilah kolektif yang mencakup

semua aspek perencanaan untuk merespon bencana, termasuk kegiatan-kegiatan

sebelum bencana dan setelah bencana yang mungkin juga merujuk pada

manajemen resiko dan konsekuensi bencana (Shaluf, 2008, dalam Kusumasari :

(44)

43

dibuat dengan melibatkan usaha dari pemerintah, sukarelawan, dan pihak-pihak

swasta dengan cara yang terkordinasi dan komprehensif untuk merespon seluruh

kebutuhan darurat. Oleh karena itu, manajemen bencana terdiri dari semua

perencanaan, pengorganisasian, dan mobilisasi sumber daya yang dibutuhkan

untuk menangani semua fase bencana sebagai peristiwa alam yang unik.

Manajemen bencana banjir menurut Twigg (2004) terdiri dari 3

komponen,yaitu mitigasi, kesiapsiagaan, dan pencegahan. Ketiga komponen

tersebut dijelaskan sebagai berikut:

(1) Mitigasi adalah hal-hal yang dilakukan untuk mengurangi resiko bencana

baik struktural (pembangunan fisik bangunan) maupun non structural (pendidikan

dan pelatihan terkait bencana dan kebijakan penggunaan lahan). Dalam UU No.

27 tahun 2007, mitigasi bencana di wilayah pesisirdiartikan sebagai: “Upaya

untuk mengurangi resiko bencana baik secarastruktur atau fisik melalui

pembangunan fi sik alami dan/atau buatanmaupun non struktural atau non fi sik

melalui peningkatan kemampuanmenghadapi ancaman bencana di wilayah pesisir

dan pulau-pulaukecil.”

(2) Kesiapsiagaan adalah langkah-langkah yang diambil sebelum

bencanaterjadi seperti prakiraan, peringatan dini, dan tanggap pada bencana.

(3) Pencegahan adalah aktivitas yang dilakukan untuk mencegah

terjadinyabencana. (Hardoyo,dkk.,2011: 6)

Secara sedehana system tanggap bencana (disaster management) meliputi

empat tahapan.

(45)

44

Mitigation merupakan tahapan atau langkah memperingan risiko yang

ditimbulkan oleh bencana.Dalam mitigasi terdapat dua bagian penting, yakni

pengurangan dan pencegahan terjadinya bencana.

2. Preparedness: perencanaan – persiapan

Preparedness merupakan kesiapsiagaan dalam menghadapi terjadinya

bencana. Ada dua bagian penting dalam kesiapsiagaan, yakni adanya perencanan

yang matang dan persiapan yang memadai sehubungan dengan tingkat risiko

bencana.

3. Response: penyelamatan – pertolongan

Response merupakan tindakn tanggap bencana yanh meliputi dua unsure

terpenting, yakni tindakan penyelamtan dan pertolongan.Pertama-tama, tindakan

tanggap bencana tersebut ditujukan untuk menyelamatkan dan menolong jiwa

manusia baik secara personal, kelompok maupun masyarakat selanjutnya.

4. Recovery: pemulihan - pengawasan

Recovery merupakan tahap atau langkah pemulihan sehubungan dengan

kerusakan atau akibat yang ditimbulkan oleh bencana.Dalam tahap ini terdapat

dua bagian yakni pemulihan dan pengawasan yang ditujukan untuk memulihkan

keadaan ke kondisi semula – atau setidaknya-tidaknya menyesuaikan kondisi

pascabencana – guna keberlangsungan hidup selanjutnya. (Priambodo, 2009.:

17-18).

2.9 Banjir

Banjir adalah meluapnya aliran sungai akibat air melebihi kapasitas

tampungan sungai sehingga meluap dan menggenangi dataran atau daerah yang

(46)

45

“biasa” yang sering terjadi dan dihadapi hamper di seluruh negara-negara di

dunia, termasuk Indonesia. Karena sesuai kodratnya, air akan mengalir dan

mencari tempat-tempat yang lebih rendah. (Yulaelawati,Usman Syihab :2008:6).

Ada 3 (tiga) jenis banjir yang umumnya terjadi. Ketiga jenis tersebut

adalah:

1. Banjir bandang

Banjir bandang adalah banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba dan

berlangsung hanya sesaat. Banjir bandang umumnya terjadi hasil dari curah hujan

berintensitas tinggi dengan durasi (jangka waktu) pendek yang menyebabkan

debit sungai naik secara cepat. Dari sekian banyak kejadian, sebagian besar

diawali oleh adanya longsoran di bagian hulu sungai, kemudian material

longsoran dan pohon-pohon menyumbat sungai dan menimbulkan

bending-bendung alami.Selanjutnya, bending alami tersebut ambrol dan mendatangkan air

bah dalam volume hyang besar dan waktu yang sangat singkat.Penyebab

timbulnya banjir bandang, selain curah hujan, adalah kondisi geologi, morfologi,

dan tutupan lahan.

2. Banjir sungai

Banjir sungai biasanya disebabkan oleh curah hujan yang terjadi di daerah

aliran sungai (DAS) secara luas dan berlangsung lama.Selanjutnya air sungai yang

ada meluap dan menimbulkan banjir dan menggenangi daerah sekitarnya. Tidak

seperti banjir bandang, banjir sungai biasanya akan menjadi besar secara

perlahan-lahan, dan sering kali merupakan banjir musiman dan bisa berlanjut sampai

berhari-hari atau berminggu-minggu.

(47)

46

Banjir ini berkaitan dengan adanya badai siklon dan pasang surut air

laut.Banjir besar yang terjadi dari hujan sering diperburuk oleh gelombang badai

yang diakibatkan oleh angin yang terjadi disepanjang pantai.Pada banjir ini air

laut membanjiri dartan karena satu atau kombinasi pengaruh-pengaruh dari air

pasang yang tinggi atau gelombang badai. Seperti halnya banjir sungai, hujan

yang turun dengan lebat diatas daerah yang luas akan mengakibatkan banjir yang

hebat pada muara sungai.

2.9.1 Istilah-istilah dalam Pengendalian Banjir

Kodoatie dan Sugianto (2002:74-75) menyebutkan untuk mendalami

mengenai pengendalian banjir perlu dipahami mengenai beberapa istilah,

diantaranya diterangkan di bawah ini:

a. Wilayah sungai: merupakan kesatuan wilayah system tata pengairan

sebagai suatu pengembangan wilayah sungai yang dapat terdiri dari satu

atau lebih daerah pengairan sungai.

b. Sistem tata pengairan: merupakan susunan tata letak sumber air, termasuk

bangunan pemanfaatan yang sesuai ketentuan teknik pembinaan disuatu

wilayah.

c. Daerah pengaliran sungai: adalah suatu kesatuan wilayah tata air yang

terbentuk secara alamiah, dimana air akan mengalir melalui sungai dan

anak sungai yang bersangkutan. Ada orang yang menyebut dengan Daerah

Aliran Sungai (DAS), Daerah Tangkapan Air (DTA). Dalam istilah bahasa

Inggris juga ada beberapa macam istilah yaitu Catchment Area,

(48)

47

d. Daerah dataran banjir: merupakan suatu lahan yang merupakan suatu

dataran rendah, karena kondisi topografinya pada waktu-waktu tertentu

dapat tergenang oleh banjir yang terjadi.

e. Bantaran sungai: daerah yang terletak pada kedua sisi dan di sepanjang

alur sungai, dimana terletak antara tepi palung alur sungai sampai pada

kaki tanggul sebelah dalam.

f. Daerah retensi: daerah rendah yang dimanfaatkan untuk menampung air

banjir sementara waktu dan dilepaskan pada waktu banjir mulai surut.

g. Garis sempadan: garis batas luar pengaman sungai dihitung kira-kira 5

meter (dapat diambil dengan ketentuan lain) dari luar kaki tanggul, untuk

sungai yang mempunyai tanggul dan dengan ketentuan tersendiri yang tak

ada tanggul.

h. Daerah sempadan: lahan yang dibatasi oleh garis sempadan dengan kaki

tanggul sebelah luar atau garis sempadan dengan tebing untuk sungai yang

tidak bertanggul.

i. Banjir ada 2 peristiwa : pertama peristiwa banjir/genangan yang terjadi

pada daerah yang biasanya tidak terjadi banjir dan kedua peristiwa banjir

terjadi karena limpasan air banjir dari sungai karena debit banjir tidak

mampu dialirkan oleh alur sungai ata

Gambar

Tabel 1.2
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat Pencemaran Udara CO Akibat Lalu Lintas dengan Model Prediksi Polusi Udara Skala Mikro.. Jurnal Ilmiah

Pada situs web ini tersedia fitur-fitur menarik yang memungkinkan para penggemar dan masyarakat untuk berinteraksi dengan para personil grup

PHP merupakan salah satu bahasa pemrograman web yang memilki banyak fasilitas yang memungkinkan untuk mengakses database yang merupakan sesuatu yang mutlak dimiliki oleh web site

tCO 2 eq. Aksi ini sudah sedang dimulai dan diharapkan target itu sudah tercapai pada tahun 2020. Strategi aksi mitigasi kelompok kedua ini adalah mengganti

Fasilitas yang terdapat pada program ini meliputi Jadwal Kuliah , Tugas Kuliah, Bahan Kuliah, Nilai, Berita Perkuliahan, Kirim Email, dan Ganti Password. Program ini juga

Rekayasa Genetika pada mikroba bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kerja mikroba tersebut (misalnya mikroba untuk fermentasi, pengikat nitrogen udara, meningkatkan

Asas ini beranjak dari pengertian toksikologi itu sendiri, dimana pada dasarnya toksikologi mengangkut suatu pemahaman tentang segala efek dari zat kimia pada organisme

Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi kadar kolesterol sebelum dilakukan pemberian teh hijau, untuk mengidentifikasi kadar kolestrol setelah dilakukan