• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 PEMBAHASAN

5.4 Pemanfaatan PPP dan PPI

Tidak adanya armada penangkapan jaring udang yang mau memanfaatkan pelabuhan perikanan (PPP Bondet, PPI Bandengan dan PPI Gebang Mekar) merupakan masalah utama yang dihadapi saat ini. Masalah tersebut begitu kompleks karena melibatkan banyak faktor sosial ekonomi masyarakat nelayan setempat. Sebagai suatu lembaga formal seharusnya PPI dapat memerankan sebagai suatu lembaga yang memiliki visi, misi dan sasaran yang jelas, sehingga didalam pengelolaannya seyogianya PPI memiliki strategi – strategi tertentu dalam mencapai sasarannya. Berdasarkan hasil

analisis SWOT yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities) bersamaan dengan upaya meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats) dihasilkanlah strategi pemanfaatan PPI yang memprioritaskan agar faktor strategi internal lebih diperhatikan terlebih dahulu. Hal tersebut dikarenakan perolehan skor nilai dari faktor strategi internal yang lebih kecil daripada faktor strategi eksternal (1,63 < 1,92).

Salah satu kelemahan pada faktor strategi internal (I FAS) adalah kurangnya aspek pemeliharaan terhadap beberapa fasilitas PPP/ PPI . Beberapa hasil penelitian misalnya menunjukkan bahwa kondisi TPI di banyak pelabuhan perikanan masih terlihat kotor, dan basket tempat ikan yang juga kotor seperti halnya basket tempat udang yang dijumpai di PPI di wilayah Kabupaten Cirebon. Pane (2009) dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa tidak satupun dari jenis-jenis basket di TPI PPN Palabuhanratu mampu memberikan pengaruh positip terhadap mutu ikan dan sanitasi.

Fenomena agar mengupayakan faktor strategi internal sebagai prioritas dalam pengelolaan PPI di wilayah pantai utara Jawa (PANTURA) juga dijumpai pada pengelolaan PPI Tasik Agung di Kabupaten Rembang. Pada pengelolaan PPI Tasik Agung di Kabupaten Rembang tersebut diperoleh nilai factor strategi internalnya yang juga lebih kecil daripada nilai faktor strategi eksternalnya (3,03 < 3,04). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa PPI Tasik Agung harus dapat memaksimalkan kekuatannya (strengths) dalam pencapaian peluang (opportunities) yang dimilikinya (Trijoko, 2005).

Fenomena yang sama juga dijumpai pada pengelolaan PPI Klidang Lor di Kabupaten Batang. Pada pengelolaan PPI Klidang Lor hasil analisis SWOT nya memperlihatkan bahwa strategi pengembangan PPI juga harus memaksimalkan kekuatannya (strengths) dalam pencapaian peluang (opportunities) yang dimilikinya (Rahardjo, 2008).

Keputusan strategis untuk mendukung strategi defensif yang berupaya meminimalkan kelemahan dan ancaman merupakan keputusan yang pertama kali harus dilakukan mengingat PPI merupakan suatu lembaga yang tentunya memilki visi, misi dan sasaran – sasaran tertentu. Keputusan strategis yang perlu dilakukan adalah upaya meningkatkan kinerja seluruh staf PPI . Hal tersebut ditunjang menurut Lubis (2006) yang menyebutkan bahwa tidak optimalnya pengelolaan pelabuhan perikanan salah satunya adalah karena terbatasnya sumberdaya manusia (SDM) yang ada, khususnya

SDM pengelolan PPP/ PPI yang merupakan wewenang Pemerintah Daerah Tingkat I / I I . Berdasarkan pengamatan di lapangan terlihat bahwa kinerja staf PPI di hampir seluruh wilayah Kabupaten Cirebon tidak jelas. Oleh karenanya untuk pencapaian strategi tersebut perlu kiranya peningkatan kualitas SDM pengelola PPP dan PPI .

Keputusan strategis kedua yang perlu dilakukan oleh PPI adalah mendukung strategi turn around (perubahan haluan) terhadap aspek pembiayaan pelayanan PPI yang membebani nelayan jaring udang. Nelayan “merasa terbebani” karena PPP/ PPI belum memberikan pelayanan yang seimbang, misalnya fasilitas yang disediakan terbatas dan tidak berfungsinya lelang. Pane, A.B. et al (2009) menyebutkan bahwa pelelangan ikan merupakan suatu aktivitas utama terpenting di pelabuhan perikanan yang perlu dikelola secara optimal, karena pada kegiatan pelelanganlah sebenarnya ditentukan berapa besar penerimaan penjualan hasil tangkapan nelayan yang pada tahap selanjutnya menentukan berapa besaran pendapatan nelayan. Dengan demikian kedua keputusan strategis di atas merupakan prioritas yang perlu dilakukan oleh PPP/ PPI guna dapat meningkatkan skor nilai dari faktor strategi internalnya.

Keterikatan nelayan pada tengkulak menjadi salah satu faktor tidak berfungsinya pelelangan. Di banyak pelabuhan perikanan kasus ini banyak terjadi yang istilahnya selain tengkulak juga agen atau punggawa di Sulawesi Selatan (Lubis, 2006). Selain faktor tengkulak, terdapat beberapa faktor lainnya yang menyebabkan pelelangan ikan tidak berjalan di banyak pelabuhan perikanan, yaitu kekurangtahuan masyarakat tentang struktur organisasi TPI serta keuntungan yang didapat dari penjualan ikan melalui mekanisme pelelangan, bahkan tidak sedikit yang cenderung kurang paham mengenai fungsi dasar adanya pelelangan ikan (Lubis et al, 2010). Berdasarkan hasil penelitian di PPP dan PPI di Kabupaten Cirebon, hal tersebut di atas juga terjadi, nelayan jaring udang benar-benar tidak ingin menjual udang hasil tangkapannya ke TPI melainkan menjualnya ke tengkulak yang sudah siap di pinggiran-pinggiran sungai.

Keputusan strategis untuk mendukung strategi diversifikasi yang berupaya memaximalkan kekuatan dalam menghadapi ancaman merupakan keputusan berikutnya yangi harus dilakukan oleh PPI sehubungan dengan upaya meningkatkan skor nilai dari faktor strategi eksternalnya. Keputusan strategis tersebut mengupayakan agar

preference nelayan jaring udang terhadap PPI dapat ditingkatkan. Keputusan strategis seperti ini akan melahirkan suatu program besar yang melibatkan aspek – aspek sosial

ekonomi komunitas nelayan di sekitar PPI . Disamping strategi diversifikasi, strategi agresif juga harus diupayakan oleh PPI guna pencapaian skor nilai dari faktor strategi eksternal tersebut. Strategi agresif yang perlu dilakukan PPI adalah memberdayakan semua prasarana dan sarana pokok, fungsional dan pelengkapnya. Strategi agresif ini sangat perlu dilakukan PPI mengingat kondisi saat ini banyak memperoleh dukungan dari pemerintah pusat melalui adanya stimulus fiscal dari APBN.

Terkait dengan pencapaian strategi agresif yang didukung dengan adanya stimulus fiscal dari APBN di satu sisi dan di sisi lain terdapat masalah besar perihal ketergantungan nelayan jaring udang pada tengkulak, maka perlu kiranya dipertimbang- kan upaya untuk memutus mata rantai kebergantungan nelayan jaring udang terhadap tengkulak tersebut melalui pendekatan kelembagaan (institusional) yang dapat dilakukan oleh PPI , seperti misalnya : dapatkah PPI menjalin kerjasama dengan lembaga keuangan (formal ataupun non formal) atau upaya mengaktifkan peran koperasi perikanan sebagai mitra nelayan yang aktif menampung dan mendistribusikan hasil tangkapan nelayan, serta mempermudah pemberian pinjaman modal bagi nelayan.

Banyak program yang secara khusus ditujukan untuk kelompok sasaran masyarakat nelayan antara lain program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (PEMP) dan Program Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil (PUPTSK). Namun program – program tersebut tetap tidak menyentuh akar permasalahan yang dihadapi nelayan yakni ketergantungannya pada tengkulak. Beberapa faktor yang menyebabkan program-program pemerintah tidak berhasil adalah (Suryanto, 1996) : (1) Pendekatan yang dilakukan lebih bersifat struktural dan mengabaikan variabel-variabel kultural yang ada di dalam masyarakat, (2) Ada indikasi kebocoran dana program di tingkat implementasi dan penyaluran dana yang seringkali salah sasaran antara oknum pemerintah dengan konsultan pelaksana program, (3) Program-program yang dijalankan tersebut tidak memiliki jaminan keberlanjutan dan akuntabilitas publik. Program lebih bersifat proyek sehingga memperdulikan keberlangsungan program, (4) Pelaksanaan program pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan tidak mempunyai mekanisme pengawasan dan sanksi yang jelas, sehingga kemungkinan penyelewengan program tersebut besar. Oleh karenanya dirasa perlu untuk mengupayakan pencapaian strategi agresif di atas.

Dokumen terkait