DAFTAR PUSTAKA
5.3 Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat 5.2.3Karakteristik responden
Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat sekitar kawasan hutan lindung RPH Guci diperoleh dari hasil wawancara yaitu sebanyak tujuh responden. Kegiatan wawancara berakhir ketika data atau informasi yang diperoleh tidak terjadi penambahan informasi mengenai pemanfaatan tumbuhan.
Herba ; 11,42% Buah; 10% Batang/kayu; 5% Daun; 35% Tunas; 0,72% Akar; 13,57% Bunga; 4,28% Rimpang; 1,43% Kulit batang; 8,57%
Jumlah responden yang diwawancarai keseluruhan adalah responden laki-laki dengan usia berkisar antara 30-60 tahun persentase usia responden disajikan pada Tabel 36. Responden laki-laki ditentukan karena memiliki pengetahuan atau informasi yang lebih luas mengenai spesies tumbuhan obat dan kegunaanya. Berdasarkan data yang diperoleh jumlah penduduk laki-laki memiliki presentase yang tinggi yaitu sebesar 50,75%.
Tabel 36 Persentase usia responden
No Usia (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
1 30-35 2 29
2 40-47 3 42
3 >50 2 29
Persentase responden yang diwawancarai berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 37.
Tabel 37 Persentase responden berdasarkan mata pencaharian
No Mata pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Penyadap getah 5 71
2 Pegawai perhutani (mandor) 2 29
Mata pencaharian masyarakat menentukan pemahaman mengenai tumbuhan obat. Hasil wawancara menunjukan bahwa responden dengan mata pencaharian sebagai penyadap getah dan pegawai perhutani (mandor) lebih memiliki pengetahuan yang lebih mengenai manfaat dan nama-nama lokal spesies tumbuhan yang ada di dalam kawasan hutan. Intensitas yang tinggi dalam aktivitasnya di dalam kawasan hutan merupakan salah satu faktor yang mempebgeruhinya.
Tingkat pendidikan responden yang diwawancarai ditujukkan pada Tabel 38. Responden yang ditemui memiliki tingkat pendidikan yang berbeda mulai dari tidak tamat SD sampai dengan SLTA.
Tabel 38 Persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan
No Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Tidak tamat SD 1 14
2 SD 1 14
3 SMP 3 43
4 SLTA 2 29
Keterbatasan akses pada beberapa masyarakat menuju sekolah dan masih rendahnya tingkat ekonomi masyarakat menjadi latar belakang masih rendahnya tingkat pendidikan. Namun hal ini tidak terlalu berpengaruh terhadap pengetahuan akan tumbuhan obat yang dimiliki oleh masyarakat di sekitar hutan. Masyarakat mengetahui manfaat atau kegunaan tumbuhan sebagai obat diperoleh dari orang
tua, selain itu pengetahuan tersebut diperoleh dari orang lain, yaitu para pengunjung yang sengaja datang untuk mendapatkan tumbuhan yang digunakan sebagai obat.
5.3.2 Pemanfaatan tumbuhan obat
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengobati beberapa macam penyakit. Daftar tumbuhan obat beserta kegunaannya yang dimanfaatkan masyarakat sekitar kawasan hutan lindung RPH Guci disajikan pada Tabel 39.
Tabel 39 Spesies tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat di sekitar hutan lindung RPH Guci
No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Kegunaan
1 Adas pula sari Alyxia reinwardti Apocynaceae Pegal linu, keseleo 2 Alang-alang Imperata cylindrica Poaceae Prostat, pelancar air seni 3 Bambu wulung Giganthochloa
atroviolacea
Poaceae Pegal linu, sakit perut, nafsu makan, tonikum 4 Bangle Zingiber purpureum Zingiberaceae Pegal linu
5 Bawang putih Allium sativum Amaryllidaceae Kekebalan tubuh 6 Cangkoba Elephantopus scaber Asteraceae Prostat
7 Ciplukan Physalis peruviana Solanaceae Kanker, struk 8 Combrang Nicolaia speciosa Zingiberaceae Penurun panas
9 Dringo Acorus calamus Araceae Keseleo
10 Gandul lanang Carica papaya Caricaceae Pegal linu, sakit perut, tonikum, nafsu makan 11 Jahe Zingiber officinale Zingiberaceae Penghangat badan 12 Kayu manis Cinnamomum burmanii Lauraceae Penghangat badan
13 Krangean Leea rubra Leeaceae Obat nyamuk
14 Kunyit Curcuma domestica Zingiberaceae Menambah nafsu makan, empedu
15 Petai cina Leucana glauca Fabaceae Obat luka
16 Pinang Areca catechu Arecaceae Obat pegal linu, sakit perut, nafsu makan, tonikum
17 Pisang Musa paradisiaca Musaceae Obat luka
18 Salam Syzygium polyanthum Myrtaceae Kencing manis
19 Simbukan - - Perut kembung
20 Sirih merah Piper decumanum Piperaceae Sesak nafas, asma, liver 21 Sontak Mikania scandens Asteraceae Prostat, pelancar air seni
22 Sorosoti - - Prostat, pelancar air seni
23 Talas Colocasia esculenta Araceae Obat luka
24 Temulawak Curcuma xanthorrhiza Zingiberaceae Nafsu makan, empedu 25 Tikil balung Euphorbia tirucalli Euphorbiaceae Pegal linu, keseleo 26 Tumpangan Hedyotis verticillata Rubiaceae Obat luka
Pemanfaatan tumbuhan obat yang dilakukan oleh masyarakat biasanya dengan membuat ramuan yaitu dengan menggunakan beberapa tumbuhan obat untuk menyembuhkan suatu penyakit. Salah satu ramuan yang biasa dibuat untuk mengobati pegel linu atau kaki keseleo yaitu dengan menggunakan beberapa tumbuhan obat seperti: dringo, bangle, adas pula sari, dan tikil balung. Tumbuhan
yang digunakan oleh masyarakat sebagai bahan obat mayoritas berasal dari famili Zingiberaceae (19,23%).
5.3.3 Persentase bagian tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat Data mengenai persentase bagian tumbuhan obat yang digunakan oleh responden yang diwawancarai dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 33 Persentase bagian tumbuhan obat yang digunakan masyarakat. Sebagian besar responden menggunakan bagian daun (41,39%) sebagai obat baik melalui proses perebusan maupun ditumbuk untuk obat luar, misalnya untuk mengobati kaki keseleo, atau mengobati luka (persentase bagian tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat dapat dilihat pada Gambar 10).
Berdasarkan hasil wawancara, masyarakat sekitar kawasan hutan lindung RPH Guci pada umumnya jarang menggunakan tumbuhan sebagai sarana pengobatan alternatif untuk menyembuhkan suatu penyakit yang diderita. Mereka lebih memilih pengobatan secara modern, meskipun jarak ke tempat sarana kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit cukup jauh sekitar 5-17 km. Hal ini menunjukkan ketergantungan masyarakat dengan tumbuhan obat sangat kecil. Mereka mengetahui akan tumbuhan obat secara turun-temurun dan informasi yang dibawa oleh orang lain sebagai ilmu pengetahuan tanpa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka seiring dengan berjalannya waktu pengetahuan tradisional yang mereka miliki akan hilang secara perlahan-lahan.
Model pengelolaan dengan memperhatikan aspek kelestarian sosial, ekonomi dan etnobotani perlu dikembangkan, sehingga semua pihak yang terkait dapat merasakan manfaatnya dan sekaligus kelestarian kawasan tersebut tetap terjaga (Purnawan 2006). Daun; 41,39% Herba; 10,34% Akar; 10,34% Tunas; 3,45% Buah; 10,34% Rimpang; 10,34% Kulit batang; 6,90% Getah; 6,90%
5.4 Interaksi Masyarakat dengan Hutan dalam Pemanfaatan Tumbuhan