• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMANGKU

2. Pemangku Kepentingan/ stakeholder eksternal

a. Pemerintah

Pemerintah memiliki peran peran penting dan peran vital terhadap masyarakat demokrasi dalam sebuah Negara. Pemerintah memegang kekuasan terhadap jalannya aktifitas semua masyarakat dalam sebuah negara. Dalam hukum tatanegara berdasarkan prinsip kedaulatan rakyat atau demokrasi, pemerintah mempunyai kewenangan regulasi yang bersifat mengikat untuk umum, dilakukan oleh kekuasaan negara apabila telah mendapat persetujuan rakyat yang berdaulat, yaitu melalui para wakilnya di lembaga perwakilan rakyat. Tanpa Pemerintah aktivitas masyarakat tidak berberjalan dengan baik. Berkaitan dengan itu juga

berkembangnya industrialisasi tidak lepas dari peran pemerintah dalam mendukung lahirnya perusahaan dengan segala kebijakan yang dimilikinya.96

Dalam melakukan perannya sebagai regulator terhadap lahirnya perusahaan-perusahaan pemerintah Indonesia membuat Undang-Undang Perseroaan Terbatas yang pertama yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroaan Terbatas yang berlaku mulai tanggal 7 Maret 1996 kemudian dicabut dan digantikan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang dimana didalamnya terdapat pasal-pasal pengambilalihan (akuisisi). Berdasarkan hal tersebut pemerintah bertanggung jawab terhadap pengaturan didalam pasal-pasalnya termasuk pasal-pasal yang mengatur perbuatan pengambilalihan yang dilakukan oleh perseoan terbatas termasuk juga perusahaan perbankan. Khusus pada Pasal 1 Ayat11 angka yaitu Perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perorangan untuk mengambilalih saham perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian saham atas perseroaan tersebut. Berkaitan dengan Pasal 1 angka 11 tersebut pemerintah termasuk menjadi pemangku kepentingan/stakeholder dengan perbuatan hukum pengambilalihan yang dilakukan oleh perseroaan.

Selain Undang-Undang Perseroan Terbatas pengambilalihan perbankan juga diatur di Undang-Undang Perbankan pada Pasal 28 yang mengatakan bahwa akuisisi perbankan wajib terlebih dahulu mendapat izin pimpinan Bank Indonesia, ketentuan akuisisi ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Dan ketentuan

96

Reyhan Alqadri, Mengupayakan Harmonisasi Hubungan Industrial di Indonesia,

Peraturan Pemerintah yaitu Peraturan Pemerintah 28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank.

Peran pemerintah dalam melakukan fungsinya sebagai regulator juga dengan membentuk Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang ditujukan untuk mengawasi jalannya perusahaan-perusahaan agar tidak melakukan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat sesuai dengan diamanatkan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Prakek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

b. Masyarakat

Masyarakat adalah manusia yang hidup bersama di suatu wilayah tertentu dalam waktu yang cukup lama yang saling berhubungan dan berinteraksi dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama. Pengertian masyarakat seperti yang terdapat dalam sebuah buku karya Prof. Dr. Soerjono Soekanto adalah “orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan”. Dalam sebuah buku lain yang berjudul Introductory sociology karya Gerald R. leslie, Richard F. Larson dan Benjamin L. Gorman memberikan definisi bahwa “society simply is the name given to the largest and most nearly independent of social system. Ideally, societies involve substantial number of people who physically are some what removed from other such collection of people, and who have created their own distinctive social patterns”. Yang mempunyai makna bahwa masyarakat merupakan sebuah julukan yang diberikan

kepada sebuah sistem besar yang melibatkan beberapa orang dalam jumlah yang besar dan telah menciptakan pola-pola sosial tersendiri.97

Unsur-unsur suatu masyarakat :

1) Harus ada perkumpulan manusia dan harus banyak.

2) Telah bertempat tinggal dalam waktu lama disuatu daerah tertentu. 3) Adanya aturan atau Undang-Undang yang mengatur masyarakat untuk

menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.

Dari pengertian dan unsur-unsur tersebut dapat ditafsirkan bahwa Perseroan Terbatas berkaitan erat dengan masyarakat. Dikatakan demikian dalam proses pendirian suatu perseroan tidak terlepas dengan adanya peran dan ikut serta masyarakat. Peran dan ikut serta masyarakat tersebut yakni, izin sosial dan izin lokal yang diberikan masyarakat kepada perseroan tersebut. Izin sosial dan izin lokal didasarkan adanya hubungan yang harmonis yang saling memberi dan menerima antara perseroan dan masyarakat.98

Hubungan harmonis antara masyarakat dan perseroan ini mendasari bahwa dalam pendirian perusahaan-perusahan dalam bentuk perseroan tidak semata-mata hanya untuk mencari kentungan akan tetapi perusahaan harus melakukan adaptasi kultural dengan lingkungan masyarakatnya.99

97

Soerjono Seokanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : Rajawali, Pers, 2012), hlm 28.

Untuk memberikan kepastian hukum terhadap masyarakat Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 Tentang

98

Keyturn, Tanggung Jawab Sosial Suatu Bisnis Perusahaan, diakses 16 Januari 2014

99

Victor Immanuel, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Artikel,http://www.Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, kalmantan-news.com/berita.php?idb=8778 diakses 16 Januari 2014

Perseroan Terbatas mengatur tanggung jawab sosial perusahan, yakni pada Pasal 74 yang mengatakan:

1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. 3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban tanggung jawab sosial dan

lingkungan akan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-undangan

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah

Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas mengatur tanggung jawab sosial perusahan, Pasal 74 Ayat (3) dijelaskan lebih lanjut bahwa yang dimaksud ”dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan” adalah dikenai segala bentuk sanksi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang terkait.100

100

UU No. 40 Tahun 2010 tentang Perseroan Terbatas Nomor, Penjelasan Umum

Berlakunya Undang-Undang Perseroan Terbatas, CSR atau yang dalam UU Perseroan Terbatas dikenal dengan istilah Tanggung jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan oleh semua Perseroan Terbatas atau PT di Indonesia.

Selain Pasal 74 yang menjadi tanggung jawab Perseroan terhadap masyarakat Pasal 126 Ayat (1) butir c Undang-Undang Perseroan Terbatas juga mengatur tentang keterkaitan masyarkat dengan masyarakat yang menyatakan:

Dalam Perbuatan hukum penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan wajib memperhatikan kepentingan:

a. Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan perseroan; b. kreditor dan mitra usaha lainnya dari perseroan; dan

c. masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.

Pasal 126 Ayat 1 huruf (c) yang mengatakan pada perbuatan hukum pengambialihan perseroan tidak bisa mengabaikan hak-hak masyarakat. Hal tersebut menjadi dasar perlindungan terhadap masyarakat terhadap adanya perbuatan hukum perseroan terbatas.

Berdasarkan Pasal 74 dan Pasal 126 Undang-Undang Perseroan Terbatas terlihat bahwa masyarakat sangat berkaitan erat dengan masyarakat. Sebagaimana yang diuraikan diatas perseroaan tidak terlepas dengan peran dan ikut serta masyarakat dalam menjalankan usahanya, atas dasar itu juga perseroan harus melakukan tanggung jawabnya terhadap masyarakat, baik berdasarkan Pasal 74 yang mengharuskan perseroan menjaga tanggung jawab sosialnya maupun berdasarkan Pasal 126 khususnya Ayat 1 huruf (c) dalam melakukan perbuatan hukum akuisisi perseroan harus memperhatikan kepentingan masyarakat.

c. Kreditur

Kreditur adalah pihak (perorangan, organisasi, perusahaan, atau

pemerintah) yang memiliki

atas bent

akan mengembalikan properti yang nilainya sama atau jasa.101

Kreditur berasal dari kata kredit. Secara etimologis istilah kredit berasal dari bahasa latin credere yang berarti kepercayaan. Misalkan, seseorang nasabah debitur yang memperoleh kredit dari bank adalah tentu seseorang yang mendapat kepercayan dari bank, hal ini menunjukkan bahwa yang menjadi dasar pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitor adalah kepercayaan.

Pihak kedua ini disebut sebagai peminjam atau yang berhutang. Pada Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang mengartikan kreditur adalah orang yang mempunyai pitutang karena perjanjian atau Undang-Undang yang dapat ditagi dimuka pengadilan. Dapat disimpulkan kreditur adalah pihak yang memberikan kredit atau pinjaman kepada pihak lainnya.

102

101

Mr Wordpress, Pengertian Kreditur,

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang oleh bank atau badan lain. Pasal 1 UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan mendefinisikan kredit sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian

102

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia (Jakarta: Prenanta Media, 2005), hlm 55.

bunga.103

1) Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu; Berdasarkan Pasal tersebut terdapat beberapa unsur perjanjian kredit yaitu :

2) Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain

3) Terdapat kewajiban pihak peminjam untuk melunasi utangnya dalam jangka waktu tertentu;

4) Pelunasan utang yang disertai dengan bunga piutang.

Terdapat dua jenis kreditor, yaitu:

1) Kreditor utang, yang secara langsung meminjamkan uang. Biasanya pendanaannya terjadi melalui pinjaman atau melalui pemberian efek atau obligasi. Pemberi utang meliputi bank,institusi pemberi pinjaman, institusi keuangan dan non keuangan,

2) Kreditor operasi, yang meminjamkan uang kepada perusahaan sebagai bagian dari operasinya. Kreditor operasi meliputi pemasok, karyawan, pemerintah dan pihak lainnya yang meminjamkan uang kepada perusahaan.

Hubungan kreditur dengan pengambilalihan yang dilakukan oleh perusahan perbankan dikatakan dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas mengatur tanggung jawab sosial perusahaan, Pasal 126 Ayat (2) yang menyebutkan:

Dalam melakukan pengambilailihan dalam perbuatan hukum penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan wajib memperhatikan kepentingan:

a. Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan Perseroan; b. kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan; dan

103

c. masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha

Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dalam Pasal 126 Ayat (1) b disebutkan bahwa dalam perbuatan hukum akuisisi oleh perusahaan perbankan harus memperhatikan kepentingan kreditur. Serupa dengan itu kreditur juga disebut dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 28 tentang Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank yang menyatakan:

Pengambilalihan, atau pemisahan wajib memperhatikan kepentingan Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank dilakukan dengan memperhatikan: kepentingan Bank, kreditor, pemegang saham minoritas dan karyawan

Bank; dan kepentingan rakyat banyak dan persaingan yang sehat dalam melakukan usaha Bank.

Keberadaan pengaturan tersebut dalam hal perbuatan akuisisi oleh perusahaan perbankan harus memperhatikan kepentingan kreditur. Dengan makna lain, dalam perbuatan hukum akuisisi perusahaan perbankan tidak bisa merugikan pihak-pihak kreditur.

d. Debitur

Pengertian debitur terdapat dalam Black`s Law Dictionary yang mengatakan : “Debitur is one who owes a debt to another who is called the creditor; one who may be compelled to pay a claim or demand; anyone liable on a claim, whether due or to become deu” (debitur adalah orang yang berutang hutang kepada yang lain yang disebut kreditur, orang yang dapat dipaksa untuk membayar klaim atau permintaan, orang yang bertanggung jawab atas klaim).104

104

Henry Black Campbell, Black`s Law Dictionary (St, Paul: West Publishing Co., St. Paul, Sixth Edition 1990), hlm 404.

Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan debitur adalah orang atau lembaga yang berutang kepada orang atau lembaga lain.105

Undang-Undang Perbankan mendefinisikan nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan, sedangkan nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa Bank (Pasal 1 angka 16).

Berdasarkan pengertian debitur tersebut maka terdapat unsur-unsur debitur adalah:

1. Orang atau badan lembaga yang berutang kepada pihak lain. 2. Bertanggung jawab untuk membayar utang.

Dilihat dari kedudukannya debitur bisa sekaligus kreditur, sebagaimana dalam konfusio yang diatur dalam Pasal 1435-Pasal 1437. Konfusio adalah pencampuran kedudukan seorang debitur sekaligus sebagai kreditur. Sebagai contoh, Mas Muda berstatus sebagai debitur dari Bank K karena Mas Muda meminjam uang dari bank K. Pada sisi yang lain, Mas Muda adalah anak dari Pak Sepuh yang berstatus sebagai kreditur Bank K, karena Pak Sepuh membeli obligasi (surat utang) yang diterbitkan oleh bank K. Jika Pak Sepuh meninggal dunia dan warisannya diberikan kepada Mas Muda, maka dalam hal ini Mas Muda memiliki kedudukan ganda sebagai debitur sekaligus sebagai kreditur Bank K.106

105

Departemen Pendidikan Nasional, 2001, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, hlm. 243.

106

Berdasarkan hal tersebut debitur dalam tindakan akuisisi perusahaan perbankan perlu diperhatikan. Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 28 tentang Merger Konsolidasi dan Akuisisi yang menegaskan pelaksanaan merger, konsolidasi, dan akuisisi harus memperhatikan: Kepentingan bank, kreditur, pemegang saham minoritas dan karyawan bank, kepentingan rakyat bank dan persaingan usaha yang sehat dalam melakukan usaha Bank. Pasal tersebut menjadi dasar bahwa kepentingan debitur dalam akuisisi perusahaan perbankan tidak bisa diabaikan dan dirugikan.

Dokumen terkait