• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1. KEGIATAN BIDANG HEWAN

3.2.6. Pemantauan Daerah Sebar

Komoditas pertanian dapat menjadi media pembawa bagi pemindahan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) suatu negara ke negara lain ataupun dari suatu area ke area lainnya. Oleh karena itu, informasi tentang biologi, distribusi, kisaran tanaman inang, dan status ekonomi OPT harus tersedia dan dapat diakses. Kesehatan tanaman telah menjadi isu kebijakan perdagangan antar negara sehingga pengetahuan tentang status kesehatan produk pertanian di suatu negara memiliki arti penting.

Koleksi spesimen merupakan kunci bagi suatu negara untuk melakukan negosiasi perdagangan komoditas pertanian dengan negara lain. Koleksi tersebut menjadi semakin penting merupakan:

a) bukti yang paling dapat diandalkan tentang status kesehatan tanaman di suatu negara,

b) dasar untuk mengembangkan kebijakan yang menyeluruh dan komprehensif untuk karantina tumbuhan domestik maupun internasional,

c) dasar untuk pengembangan strategi manajemen OPT di lahan pertanian.

Peraturan WTO tidak memberikan pengecualian kepada negara-negara yang menginginkan untuk memperluas ekspor komoditas pertanian dengan alasan sedang membangun koleksi OPT dalam periode waktu tertentu. Pengembangan daftar OPT yang berdasarkan pada spesimen dapat diakselerasi melalui program surveilensi (surveillance) yang terencana, dengan memfokuskan pada pemantauan OPT/OPTK. Untuk mengetahui keberadaan dan/atau penyebaran OPTK di dalam wilayah negara Republik Indonesia dilakukan pemantauan OPTK.

SASARAN

Sasaran pemantauan daerah sebar OPTK tahun 2014 difokuskan pada tanaman unggulan setempat yang benihnya berasal dari dalam maupun luar negeri hasil temuan Pemantauan pada Tahun 2013, sedangkan sasaran OPTK mengacu kepada Permentan Nomor 93 Tahun 2011, tentang Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina.

TUJUAN

Tujuan dilaksanakannya pemantauan OPTK adalah 1) mendeteksi OPT/OPTK pada tanaman unggulan didaerah wilayah kerja UPT yang kemungkinan terbawa melalui benih/produk non benih impor; 2) melakukan verifikasi ulang hasil pemantauan tahun lalu; 3) menindaklanjuti hasil temuan pada sampel yang diambil di lapang dan gudang.

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pemantauan tahun 2014, berdasarkan surat Kepala Badan Karantina Pertanian nomor: 596/KT.11/L/01/2014 tanggal 20 Januari 2014 tentang pelaksanaan pemantauan OPTK tahun anggaran 2014 maka sasaran pemantauan OPTK tahun 2014 adalah tanaman unggulan daerah masing-masing UPT dan jenis-jenis OPTK yang kemungkinan terbawa melalui produk pertanian impor maupun antar area dan verifikasi ulang terhadap temuan OPTK A1 dan/atau OPTK A2 yang pernah ditemukan diwilayah pemantauan masing-masing, sekaligus memantau keberadaan OPTK yang telah ditemukan oleh UPT atau instansi lain. Pelaksanaan pemantauan pada bulan Mei s/d Juni 2014, lokasi pelaksanaan sebagai berikut:

1. Kota Tangerang Selatan 2. Kabupaten Lebak

3. Kabupaten Pandeglang 4. Kabupaten Tangerang

Hasil Pemantauan selanjutnya dipresentasikan dalam seminar hasil pemantauan di BBKP Soekarno Hatta yang dihadiri oleh Dinas Pertanian Propinsi Banten maupun dari Dinas Pertanian Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Tangerang. Pemantauan OPT/OPTK BBKP Soekarno Hatta tahun 2014 ditemukan beberapa OPTK sebagai berikut:

a. OPTK Golongan Serangga:Ostrinia nubilalis (OPTK A1/II) pada tanaman Jagung Ds. Sampang bitung Kec. Jiput Kab. Pandeglang Koordinat: 6o 21 1,32 S 105o 54 50,61E

b. OPTK Golongan Nematoda:

1. Hirschmanniella spinicaudata (OPTK A1/II) pada Tanaman Padi di Kel.Buaran Kec.Serpong Kota Tangerang Selatan;

2. Pratylenchus vulnus (OPTK A1/II) pada Tanaman Jagung di Pamulang 2 N0.913 Ds.Maruga Kec.Ciputat Kota Tangerang Selatan;

c. OPTK Golongan Bakteri:

1. Burkholderia glumae (OPTK A1/I) pada Tanaman Padi di Ds.Cipocok Jaya Kec.Warung gunungKab.Lebak

2. Pseudomonas syringae pv.syringae (OPTK A1/I) pada Tanaman Padi di Ds.Cipocok Jaya Kec.Warung gunung Kab.Lebak

3. Pseudomonas syringae pv.syringae (OPTK A1/I) pada Tanaman Terong di Kel.Rawa mekar Kec.Ciputat Kota Tangerang Selatan

4. Pseudomonas syringae pv.syringae (OPTK A1/I) pada Tanaman Padi di Pamulang 2 No.913 Kec.Maruga Ciputat

5. Pseudomonas syringae pv lachrimans (OPTK A2/I) pada Tanaman Timun di Ds.Warung gunung Kec.Warung gunung Kab.Lebak

6. Pseudomonas syringae pv lachrimans (OPTK A2/I) pada Tanaman Labu di Ds.Cilangkap Kec.Kalanganyar Kab.Lebak

Hasil pemantauan selanjutnya diseminarkan pada Seminar nasional Hasil Pemantauan OPT/OPTKdi Medan pada tanggal 25-26 September 2014, dengan kesimpulan sebagai berikut:

Kegiatan pemantauan OPTK pada tahun 2014 yang dilaksanakan oleh 50 Unit Pelaksana Teknis lingkup Badan Karantina Pertanian ditemukan 20 jenis OPTK kategori A1 dan 43 jenis OPTK kategori A2 yang telah mengalami perubahan daerah sebarnya serta 14 spesies lain yang belum masuk dalam daftar OPTK.

Temuan OPTK kategori A1 yang telah dilakukan validasi oleh Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian atau oleh ahli hama dan penyakit tanaman diusulkan untuk ditetapkan statusnya sesuai sebaran geografinya (apakah menjadi OPTK A2, OPTP atau OPT biasa). Demikian pula terhadap temuan OPTK kategori A2 maka statusnya akan disesuaikan berdasarkan sebaran geografi terkini’

Temuan OPTK kategori A1 dan OPTK kategori A2 yang statusnya mengalami perubahan sebagaimana terlampir.

Hasil pemantauan OPTK pada tahun 2014 sebagian diantaranya adalah OPTK dari kelompok tungau (mite) pada jenis tanaman yang secara formal benihnya tidak pernah diimpor. Memperhatikan hal tersebut maka perlu dilakukan pengkajian

Papaya Ring Spot Virus (PRSV) dalam kurun waktu kurang dari dua tahun sejak

dilaporkan keberadaanya di propinsi Nangro Aceh Darussalam diketahui telah menyebar ke beberapa pulau lian seperti Riau Kepulauan, Bali, Jawa dan Lombok. Kondisi ini memerlukan penanganan yang lebih serius dalam upaya mencegah penyebarannya ke pulau atau daerah lainnya. Untuk itu Petugas KT perlu mengkaji lebih dalam mengenai epidemiologi, mekanisme penyebaran, keberadaan vektor, dan lalulintas media pembawa PRSV termasuk resistensi beberapa varitas pepaya terhadap PRSV.

Secara umum terhadap hasil pemantauan OPTK belum diikuti dengan program aksi nyata berupa pelaporan temuan OPT (pest reporting) atau sistem peringatan dini (early warning system) maupun program tindakan darurat (emergency action

program) untuk mencegah penyebaran yang lebih luas. Hal tersebut disebabkan

oleh, antara lain:

a. Sistem perlindungan tanaman belum difahami dengan baik;

b. Blue-print sistem perlindungan tanaman nasional tidak memberi gambaran yang jelas;

c. Koordinasi dengan pihak terkait khususnya dengan lembaga/instansi perlindungan tanaman masih belum berjalan dengan semestinya; d. Tidak tersedia dana yang memadai untuk melakukan program

pencegahan, pengendalian dan eradikasi;

Perencanaan kegiatan pemantauan OPTK agar dilakukan secara komprehensif sesuai kaidah-kaidah ilmiah dan dengan mempertimbangkan ekologi dan biologi OPTK sasaran, termasuk memperhatikan musim spesifik suatu wilayah atau daerah sehingga pemantauan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Penyediaan anggaran pemantauan harus tetap mempertimbangkan kebutuhan logis dari kegiatan pemantauan, antara lain menyediakan waktu dan biaya yang mencukupi termasuk biaya untuk keperluan pelaksanaan uji lanjutan (rujukan, konfirmasi, verifikasi) yang dapat melibatkan pakar di perguruan tinggi maupun di lembaga penelitian, termasuk Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian (BBUSKP). Oleh sebab itu, Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati dituntut untuk menyusun standar anggaran pelaksanaan pemantauan, sekurang-kurangnya untuk pemenuhan kebutuhan riil kegiatan pemantauan dengan mempertimbangkan luas wilayah pemantauan dan musim.

Pejabat Fungsional POPT dituntut untuk meningkatkan kompetensinya, baik melalui pelatihan, magang, workshop, atau bentuk lainnya. Selain itu, dituntut pula untuk dapat melakukan deteksi dan identifikasi OPTK target sesuai dengan standar metode yang telah ditetapkan dan dapat dipertanggungjawabkanserta didukung dengan dokumentasi yang baik dan benar.

Petugas Karantina Tumbuhan di UPT-KP diminta untuk tidak mempublikasikan temuan OPT/OPTK hasil intersepsi maupun hasil pemantauan. Publikasi temuan OPT/OPTK harus dilakukan melalui Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati selaku contact point NPPO Indonesia.Hasil pemantauan OPTK agar dilengkapi dengan data sekunder (antara lain: varietas dan umur tanaman, sejarah pertanaman, tingkat serangan, intensitas serangan, dan metode sampling) yang bermanfaat untuk keperluan analisis risiko OPT (Pest Risk Analysis) dan untuk penelusuran asal usul munculnya OPTK.

Penyediaan bahan uji untuk pengujian OPTK secara molekuler, harus disesuaikan dengan kebutuhan pengujian di UPT yang didasarkan pada jenis OPTK yang mungkin terbawa dalam komoditas impor yang memiliki frekuensi dan volume yang sangat besar.

UPT Karantina Pertanian didorong untuk melakukan validasi atau konfirmasi atas temuan OPTK baik dari hasil intersepsi maupun hasil pemantauan hanya kepada BBUS KP.

Hasil SeminarPemantauan OPTK TA. 2014 akan ditindaklanjuti dalam pertemuan komisi ahli karantina tumbuhan/NPPO sebagai bahan dalam penyempurnaan Peraturan Menteri Pertanian tentang Daftar OPTK.

Penerapan sistem manajemen surveilen secara elektronik perlu ditetapkan oleh Kepala Badan Karantina Pertanian agar dapat diimplementasikan secara seragam oleh seluruh UPT Karantina Pertanian untuk kegiatan pemantauan tahun 2015.

Pseudomonas syringae p. lachrymans

Ostrinia nubilalis

Gambar 44 Peta OPT/OPTK Kab. Pandeglang

Helicotylenchus multicinctus

Hirschmanniella spinicaudata

Dokumen terkait