• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANTAUAN PENGELOLAAN TERUMBU KARANG BERBASIS MASYARAKAT

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang (Halaman 111-121)

4.1. Pemantauan Program

Desain COREMAP telah membuat beberapa kerangka untuk membantu pemantauan program sebagai berikut

4.1.1. Pemanfaatan Sumberdaya COREMAP a. Monitoring Keuangan

Tujuan

Untuk menjamin penggunaan dana, alat, dan waktu yang bersumber dari program COREMAP

Hasil yang ingin dicapai

 Bukti dalam bentuk kwitansi yang sah dari semua transaksi keuangan dari tingkat desa sampai Nasional

 Bukti proses pengadaan barang dan jasa mengikuti panduan Managemen Keuangan Manual yang di sepakati antar Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia

Bahan dan alat yang dipakai

 Barang dan jasa yang dibeli langsung harus ada bukti kwitansi yang jelas.

 Untuk barang yang perlu mengikuti proses pengadaan tertentu (barang dan jasa mahal) proses pengadaan barang sesuai dengan Managemen Keuangan Manual

 Pengakuan yang jujur terhadap barang dan jasa yang disediakan oleh masyarakat (inkind).

 Sistem laporan keuangan yang sederhana sesuai dengan pelatihan pengelolaan keuangan di tingkat desa.

 Semua pelaku COREMAP wajib membuat laporan keuangan bulanan.

Strategi pelaksanaan

1. Masyarakat yang ditunjuk untuk menjadi penanggung jawab terhadap penggunaan dana COREMAP, dan semua pelaku COREMAP akan diberikan pelatihan awal dalam pengelolaan keuangan.

2. Pelatihan akan menjelaskan mengenai bukti pembayaran, serta cara membuat laporan keuangan yang transparen dan terbuka.

3. Kegiatan yang didanai langsung ke rekening desa harus

dipertanggung jawabkan sebelum dana berikutnya dikirim ke rekening 4. Selama proses laporan keuangan dibuat secara tepat, dana program

akan diberikan langsung kepada lembaga keuangan desa.

5. Jika terjadi kesalahan dalam pelaporan keuangan maka dana program tidak akan bisa dikirim lagi, sebelum kesalahan dikoreksi dan Pertanggungjawaban di PMU menyepakati untuk memulai pengiriman dana bantuan berikutnya.

6. Akan dibentuk sistem ”Anti-Corruption Plan” yang menjelaskan cara menghadapi dan mengatasi kemungkinan penyalahgunaan dana

atau jasa COREMAP.

4.1.2. Tingkat Partisipasi dan Kegiatan Monitoring Tujuan

Menjamin kegiatan yang direncanakan dilaksanakan sesuai dengan partisipasi masyarakat.

Hasil yang ingin dicapai

 Adanya rasa memiliki dan bertanggungjawab atas semua kegiatan yang dilaksanakan dengan dukungan dari COREMAP.

 Ada bukti pelaksanaan kegiatan yang bisa didapatkan melalui kerjasama antara program dan masyarakat yang menjadi dasar untuk pengembangan desa.

Bahan dan alat yang dipakai

Kerangka monitoring yang telah disiapkan oleh unit keuangan dan Monev officer di PMU ( contoh lihat Lampiran 8).

Strategi pelaksanaan

1. Setiap kegiatan yang direncanakan didanai oleh COREMAP, akan disiapkan kerangka aktifitas monitoring seperti contoh dibawah

2. Kegiatan yang dilaksanakan disesuaikan dengan Kerangka yang telah disepakati oleh monitoring and evaluating officer di PMU

3. Kegiatan yang dilaksanakan, nama peserta harus jelas 4. Daftar hadir dilampirkan

5. Formulir Monitoring diisi dan dikirim ke PMU dan simpan di arsip desa. 4.1.3. Proses Program

Tujuan

Merekam apa yang terjadi dalam program COREMAP, serta kemajuan antara perencanaan sampai dengan evaluasi,

Hasil yang ingin dicapai

 Adanya parameter yang bisa membuktikan proses PBM menuju ke pencapaian target yang telah ditetapkan

 Bila ada kesulitan untuk memastikan proses kemajuan yang diinginkan maka perlu ada revisi terhadap kegiatan berikutnya. Bahan dan alat yang dipakai

Alat monitoring yang disediakan dapat dipakai sewaktu - waktu (misalnya satu kali per tahun).

Strategi pelaksanaan

Tim PBM COREMAP akan melakukan pemantauan bersama masyarakat setiap tahun dan Hasilnya akan disampaikan kepada PMU, melalui KaBag Pemantauan dan Evaluasi PMU.

4.1.4. Hasil Program Output dan Outcome Tujuan

Untuk melihat sampai seberapa jauh COREMAP telah mencapai tujuan program.

Hasil yang ingin dicapai

Hasil yang ingin dicapai menggunakan tolok ukur yang ditetapkan dalam kerangka program yang telah dicapai.

Bahan dan alat yang dipakai

Sistem Monitoring dan Evaluasi yang disusun mulai dari tingkat desa sampai Nasional

Strategi pelaksanaan

1. Apabila semua pelaku COREMAP memenuhi kewajiban

pelaporannya, maka setiap tingkat akan melihat perubahan yang terjadi selama program COREMAP dilaksanakan.

2. Pelaporan kegiatan bulanan dan tahunan akan memberikan kontribusi terhadap dokumentasi yang diperlukan untuk membuktikan tujuan COREMAP tercapai.

3. Secara langsung nelayan diharapkan mampu mengukur berubahan konkrit yang dapat meyakinkan mereka untuk tetap berupaya mengelola wilayah terumbu karang secara berkesinambungan.

4.2. Pemantauan Terumbu Karang, Ikan Karang, Padang Lamun dan Bakau

Kunci kesuksesan program COREMAP adalah dengan cara memastikan wilayah sasaran COREMAP telah mengalami suatu perubahan sesuai dengan tujuan COREMAP, yaitu kondisi sumberdaya alam dan tingkat ekonomi masyarakat. Ada dua perubahan yang perlu diukur:

1. Perubahan fisik, - misalnya apakah ikan makin banyak atau sedikit? Apakah hutan bakau di pantai makin lebih tipis atau lebar?

2. Perubahan perilaku – apakah masyarakat nelayan telah mengikuti kesepakatan-kesepakatan pengelolaan atau tidak? untuk memantau perubahan perilaku, maka ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan :

 Kesadaran,

 Keinginan untuk berubah,  Berani mengambil tindakan  Puas dengan dampak tindakan

Program COREMAP akan mendukung tim PBM untuk mempelajari perubahan diatas. Perubahan perilaku telah dibahas di bagian 3.1.1. Pengkajian dan sosialisasi awal dan 3.3.2. Pengkajian partisipatif di tingkat desa.

4.2.1. Berbasis Masyarakat

Pengalaman selama ini adalah bahwa masyarakat menjadi obyek dalam pembangunan. Obyek penelitian dan pengamatan sehingga tidak jarang peneliti dan pengamat yang sudah mendapatkan informasi (dengan melibatkan masyarakat setempat) Peneliti dan pengamat datang, bertanya-tanya, mengukur, merekam, menganggu dan merepotkan masyarakat sebelum mereka ucapkan terima kasih dan pulang. Hasil dari pengkajian-kajian ini jarang sekali diberi kembali kepada sumber informasi awal. Mungkin ini keliru, dalam negara seluas ini dengan dukungan pemerintah sangat terbatas, COREMAP ingin mengajakkan masyarakat pesisir untuk berperan penuh dalam pengembangan wilayah

masing masing. COREMAP akan mendukung secara teknis dan dengan waktu tim PBM agar masyarakat bisa memantau semua segala hal yang masyarakat merasa penting di darat dengan alat-alat PRA dan di laut dengan sistem pemantauan berbasis masyarakat.

Tidak perlu khawatir bahwa masyarakat kurang pintar atau tidak mampu mengumpul data, kebutuhan paling mendasar adalah SAYA MAU BELAJAR, dan kesediaan waktu secara sukerela . Untuk beberapa cara memantau perlu juga bisa berenang dan rasa tenang di laut!

Tujuan

Membangun sistem pemantauan yang mudah, efektif, fleksibel, terpadu, dan sukarela untuk memantau perubahan pesisir yang terjadi dengan membakukan cara (atau protokol) yang ada untuk setiap sumberdaya pesisir dan laut serta pengaruh kwalitas lingkungan tersebut (kegiatan manusia dan alam).

Hasil yang ingin dicapai

Meningkatkan informasi yang tersedia dan kesepakatan dari pihak terkait dalam melihat adanya perubahan wilayah pesisir di tingkat desa, antar

desa, sampai dengan tingkat Kabupaten untuk memperbaiki

pengelolaan sumberdaya alamnya dan menjamin perkembangan masyarakat berbasis kekayaan sumberdaya karang, ikan karang, bakau dan padang lamun.

Bahan dan Alat yang diperlukan  Alat perahu berbahan bakar  Masker dan snorkel

 Alat ukur, tali, kuadrat, tape measure dll  Papan tulis dibawah air

 Pensil

 Peta-peta wilayah  Jam tangan  GPS

Strategi pelaksanaan

1. Cara mendapatkan tim pemantauan yang baik

 Motivator Desa dan Fasiliator Masyarakat yang tinggal di desa sasaran COREMAP akan melihat siapa-siapa yang cocok untuk diajak berpartisipasi dalam kegiatan pemantauan. Nelayan yang sering menyelam (misalnya pencari teripang dan mutiara) dapat diikut sertakan karena kemampuannya membantu monitoring dibawah laut. Petugas monitoring tidak dibatasi, artinya laki-laki dan perempuan bisa melakukan pemantauan ini.

 Mencari masyarakat desa setempat yang berminat untuk belajar sesuatu mengenai pengamatan karang, ikan karang, bakau dan padang lamun.

 Mencari kelompok orang yang bervariasi, mudah, tua, pelajar dan kelompok masyarakat yang kurang berperan. Memulai berdiskusi membedakan ikan yang pernah mereka lihat sebelumnya. Mengunakan gambar-gambar dan mencari nama lokal untuk masing masing jenis biota laut yang pernah mereka jumpai sebelumnya. Mencari manfaat dari berbagai macam jenis biota dll.

2. Persiapan aksi

 Membagi pekerjaan: siapa yang akan mengamati langsung dilaut; siapa akan mengemudikan perahu; siapa yang akan mengolah data; siapa yang akan membuat gambar. Membuat satu tim kemudian Menyepakati siapa akan menjadi penanggungjawab.  Masing masing desa sudah ada anggaran yang disediakan untuk

kegiatan pelatihan dan PRA, menyusun perkiraan dana yang dibutuhkan. Merencanakan seminimal mungkin, - agar kegiatan dapat dilaksanakan setelah dukungan dari program tidak ada lagi  Membuat jadwal untuk pelatihan, melalui koordinasi dengan PMU

dan Perguruan tinggi akan membuat pelatihan pertama untuk instruktur, yang ditindaklanjuti dengan praktek lapangan bagi masyarakat tim di setiap desa.

 Dalam pelatihan diajarkan metode-metode praktis, kemudian dilanjutkan turun ke lapangan dan membuat uji-coba,

 Setelah diadakan standarisasi dilakukan pemantauan yang lengkap, ke wilayah pantai dan sekitar pulau-pulau atau atol/napo yang dikelola desa masing-masing.

3. Pelaksanaan

 Merekam hasil dan mengolah data langsung, baru melanjutkan survei.

 Membuat pertemuan desa dan desa untuk mendiskusi hasil dari pemantauan

 Memulai mendiskusikan wilayah pemantauan dan membuat peta sederhana, dimana merupakan wilayah yang sangat penting bagi nelayan dan kondisi wilayah saat ini; mendiskusi wilayah yang telah rusak; wilayah yang diminati penyelam (jika ada) wilayah bakau yang diambil untuk kayu bakar atau bangunan.

4. Mengkaitkan situasi saat ini dengan kebutuhan pengelolaan

Diskusi apakah itu perlu dikelola supayah tetap ada dan tetap berperan. Diskusi mengenai cara mengelola, Wilayah yang perlu dikelola adalah wilayah yang masih terbaik, karena memberi kontribusi terbesar terhadap ekologi dan ekonomi desa. Diskusi mengenai cara yang terbaik. Mendiskusi apa dampak dari pengelolaan tersebut. Menjamin keterlibatan pengguna sumberdaya alam dalam pembahasan ini. Menghadap intervensi pengelolaan

sebagai investasi ke depan bukan pengorbanan saat ini.

Mendiskusikan dengan pengguna kebutuhan mereka untuk

menyepakati dan menegakkan pengelolaan yang baik. 5. Menyepakati zonasi atau wilayah-wilayah pengelolaan

Secara teknis wilayah yang memiliki tingkat kerusakan yang rendah diberi tanda sebagai kesepakatan wilayah pengelolaan. Untuk menyelamatkan wilayah tersebut, maka dilakukan pengelolaan berupa penanaman atau perawatan bakau disekitar wilayah pengelolaan. Penangkapan ikan di “Buffer Zone” sebaiknya menggunakan alat sederhana misalnya pancing.

6. Membuat usulan rehabilitasi

Wilayah yang telah rusak, perlu perilaku khusus untuk meningkatkan nilai ekonomis, seperti penanaman bakau, pembuatan tanggul kecil untuk menahan ombak; wilayah karang yang sudah rusak oleh bom atau badai, sulit sekali kembali ke situasi sebelumnya, - karena setiap kali anak karang yang mulai tumbuh terhempas ombak. Cara memperbaiki karang yang rusak ini harus diuji, dengan mengambil pecahan karang, supaya ada dasar yang keras yang tidak digulingkan oleh ombak.

Wilayah yang telah bersih dari krikil dan pecahaan karang, karang kecil akan kembali selama masih ada karang bagus disekitarnya. Untuk masyarakat awam, bisa menjelaskan dengan contoh kebun yang dibuat dalam hutan. Jika hutan bagus, dan kebun ditinggalkan beberapa tahun hutan akan menutupi kebun dengan cepat. Jika hutan telah dibabat, kebun yang ditinggalkan akan hanya ditumbuhi semak-semak.

7. Pemantauan lanjutan

Semua kegiatan diatas disebut kondisi awal ”baseline data.” Informasi yang diperlukan untuk membuat kesepakatan wilayah yang akan dikelola, serta cara pengelolaannya. Setelah ditetapkan cara pengelolaan (Bab 3.4. Pengelolaan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat) disepakati adanya pola pemantauan. Untuk terumbu karang, bakau dan padang lamun cukup sekali setahun, sedangkan untuk ikan bisa dua kali per tahun. Dalam wilayah Daerah Perlindungan Laut (DPL), setiap tahun hasil pemantauannya dibahas di tingkat desa dan desa, sebelum diumumkan di papan informasi. Perlu diketahui bahwa perubahan yang terjadi memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat dilihat. Percepatan pertumbuhan karang bervariasi, antara 1 mm dan 3 cm per tahun, ikan karang mungkin hanya bisa berterlur setelah umurnya mencapai 3-5 tahun. Pengelolaan tetap diperlukan selama minimal lima tahun sebelum keuntungan nyata dapat dirasakan oleh nelayan. Pemantauan tahunan dapat dilakukan dengan cara memperbaruhi komitmen para pengguna agar tetap mengikuti aturan bersama.

Tanpa keikutsertaan para pengguna, pengelolaan hanya sebatas konsep saja dan program COREMAP tidak akan mencapai sasaran yang diinginkan.

4.2.2. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Dinamisme dan komitmen dari Dinas KP Kabupaten adalah kunci kesuksesan program COREMAP. Sebagai instansi teknis terkait yang akan mendukung PBM, staf Dinas KP Kabupaten akan diberikan fasilitas agar sering berada di desa/ desa untuk menggarap bersama tim PBM akan kebutuhan dan minat dari para nelayan terhadap pengelolaan terumbu karang. Pada tahap awal PBM akan membantu staf lapangan Dinas KP kabupaten untuk mendapatkan informasi terkini dan akurat dari setiap desa. Dinas KP akan didukung oleh Konsultan MPA/Perikanan untuk menyusun atau memperbaruhi Rencana Strategis Pengelolaan Perikanan

Berkelanjutan berdasarkan informasi yang didapatkan melalui RRA, PRA, RRI, data sekunder dan pemantauan berbasis masyarakat.

Staf dari Dinas KP akan menjadi anggota District Monitoring Team, yang akan melaksanakan pelatihan pada nelayan di desa sasaran COREMAP. Dinas KP akan menampung aspirasi masyarakat dan memberikan dukungan kepada PBM melalui pengajuan perbaikan kerangka hukum dan kebijakan, serta memantau kegiatan PBM seluruhnya.

4.2.3. Standardisasi Pemantauan Peran LIPI dan Perguruan Tinggi

Untuk meyakinkan dukungan pada monitoring yang dilakukan

masyarakat , CRITC akan melakukan survey dasar (baseline survey) dan TOT di setiap lokasi COREMAP. Masyarakat dengan bantuan dari perguruan tinggi dan LSM lokal melakukan monitoring indikator biofisik, sehingga tercipta keterlibatan tingkat lokal. CRITC akan melakukan standarisasi base line monitoring . Perguruan tinggi melaksanakan pelatihan monitoring biofisik sebagai bentuk bantuan teknis untuk Dinas KP.

4.2.4. Pelaksanaan Pemantauan terhadap Ekosistem Terumbu Karang

Secara langsung Dinas KP akan bertindak tegas terhadap kegiatan yang merusak terumbu karang. Dinas KP akan menyiapkan tenaga PPNS untuk bersama masyarakat melaksanakan patroli, kunjungan pasar dan pedagang untuk sosialisasi pemanfaatan terumbu karang sebagaimana mestinya.

Ikan Karang

Selain bertanggung jawab terhadap perijinan untuk kapal penangkapan 3-10 ton, Dinas KP akan memonitor hasil di pasar dan secara periodik langsung di tempat pendaratan ikan (TPI). Pemantauan ukuran dan jumlah indikator kunci spesies, serta diketahui jumlah ikan yang diduga hasil tangkapan dengan bom atau sianida, sebagai data yang membantu pengukuran perubahan yang terjadi selama program COREMAP dijalankan.

Padang Lamun

Daerah padang lamun merupakan tempat yang penting sebagai filter/saringan dan pelindung/shelter ikan-ikan muda, kuda laut dan berbagai ikan hias yang menjadi makanan dugong. Kualitas dan jumlah lamun menunjukan tingkat kesehatan suatu perairan. Kehilangan padang lamun secara langsung akan mengancam keberadaan karang dan ikan-ikan yang berasosiasi dengan lamun.

MD, Fasilitator Masyarakat akan memonitor perubahan padang lamun baik dari sisi komposisi dan distribusi, dan bila perlu Dinas KP akan melaksanakan intervensi pemeliharaan dari sumberdaya ini.

Hutan Bakau

Pertanggungjawaban untuk mengelola hutan bakau ada di dua instansi pemerintah, DKP dan Departemen Kehutanan. COREMAP akan melibatkan instansi tersebut untuk mendukung program PBM. Diharapkan melalui CCE Board akan terjalin koordinasi erat dan perencanaan bersama untuk mendukung penghijauan, penanaman kembali maupun penetapan wilayah-wilayah dan zonasi hutan bakau.

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang (Halaman 111-121)

Dokumen terkait