• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Program COREMAP merupakan perwujudan nyata dari upaya

pengelolaan sumberdaya pesisir dan kepulauan khususnya ekosistem terumbu karang dan sumberdaya ikannya secara berkelanjutan, dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut tampak dari hasil suatu penelitian yang menunjukkan bahwa pada ekosistem terumbu karang yang terkelola dapat dihasilkan 30 ton ikan per km2.

Nilai ini dapat dipertahankan secara berkelanjutan bila sumberdaya ini dikelola dengan baik. Sebaliknya, jika ekosistem terumbu karang ini dibiarkan rusak hasilnya bisa turun secara drastis mencapai 5 ton per km2.

(2)

Tabel 1. Perkiraan Perbandingan Luasan dan Hasil Perikanan berdasarkan kondisi Terumbu Karang

Kabupaten

Ekosistem Terumbu Karang

Perkiraan kehilangan keuntungan dari pengelolaan perikanan akibat rusaknya ekosistem terumbu karang1 (Rp per tahun) Luasan terumbu dan ekosistem terkait (km2) Hasil perikanan pada ekosistem terumbu karang yang terdegradasi per tahun (5 ton/km2) Hasil perikanan pada ekosistem terumbu karang yang terkelola per tahun (25 ton/km2) Pangkep 374 1,870 9,350 125 Milyar Selayar 1,098 5,490 27,450 367 Milyar Buton 1,402 7,010 35,050 468 Milyar

Raja Ampat 1,299 6,495 32,475 434 Milyar

Biak 424 2,120 10,600 142 Milyar

Sikka 128 640 3,200 43 Milyar

Sumber: Komunikasi langsung dengan Herman Cesar (Ghofar, tt). Keterangan:

 Setiap 20 ton ikan bernilai Rp 16,7 Juta

Dari hasil penilaian kondisi terumbu karang di Indonesia selama tahun 2005 oleh P2O LIPI didapatkan bahwa status terumbu karang di Indonesia yang berada dalam kondisi bagus hanya berkisar 21,03 – 24,10 persen. Umumnya kondisi terumbu karang yang bagus tersebut berada di wilayah Indonesia Tengah dan Indonesia Timur. Data selengkapnya tentang kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Status Terumbu Karang Indonesia 2005

KONDISI

LOKASI

SANGAT

BAGUS BAGUS SEDANG RUSAK

JUMLAH STATION Indonesia Barat 5,40 24,10 34,17 36,33 2787 Indonesia Tengah 6,10 31,92 45,07 16,90 213 Indonesia Timur 6,15 21,03 30,77 42,05 195 Total 5,83 25,66 36,59 31,92 686

(3)

Keterangan:

Sangat Bagus = Tutupan Karang Hidup 76 - 100 % Bagus = Tutupan Karang Hidup 51 - 75 % Sedang =Tutupan Karang Hidup 26 - 50 % Rusak = Tutupan Karang Hidup 0 - 25 %

COREMAP fase pertama merupakan periode inisiasi, dimulai sejak tahun anggaran 1998/1999 yang berakhir pada tahun 2004 dan pada tahun itu juga dilanjutkan dengan pelaksanaan COREMAP Fase II (selanjutnya cukup ditulis COREMAP) yang akan dilaksanakan hingga tahun 2010. COREMAP lebih menekankan pada upaya peningkatan kapasitas kelembagaan dan masyarakat serta pengembangan berbagai alternatif kegiatan masyarakat dalam upaya memenuhi kebutuhannya dari

pemanfaatan sumberdaya ekosistem terumbu karang secara

berkelanjutan.

Pada COREMAP, masyarakat terus didorong dan ditingkatkan

kemampuannya dalam mengorganisir diri, termasuk menentukan pilihan kegiatan pembangunan di daerahnya secara musyawarah dengan mengacu kepada azas COREMAP yaitu; Dari, Oleh dan Untuk Masyarakat (DOUM). Cakupan jenis kegiatannya terbuka luas (open menu) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pedesaan dan menjamin ketersediaan sumberdaya ikan secara lestari.

Dalam kerangka otonomi daerah, COREMAP dikembangkan sebagai media untuk membangun kesadaran masyarakat dan semua pemangku kepentingan terhadap perubahan arah dan nafas pembangunan. COREMAP merupakan media pembelajaran dan pengembangan

kemampuan para pelaku pembangunan, serta media untuk

mewujudkan masyarakat sebagai penggagas dalam sebuah kegiatan pembangunan. Pengembangan konsep COREMAP ini juga diarahkan pada penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Beberapa proses dan

kegiatan yang dilaksanakan dalam COREMAP juga selalu

mempertimbangkan pencapaian pemerintahan yang baik.

COREMAP dalam pelaksanaannya terdiri dari beberapa komponen yang pada dasarnya setiap komponen menitikberatkan partisipasi aktif

masyarakat dalam merehabilitasi, melindungi dan melestarikan

sumberdaya ekosistem terumbu karang. Manifestasi dari hal tersebut adalah dengan dibuatnya rencana strategis pengelolaan sumberdaya ekosistem terumbu karang (RPTK), serta pelaksanaan sistem pemantauan dan pengawasan oleh masyarakat (SISWASMAS) melalui jaringan kemitraan dan kerjasama strategis dengan berbagai pihak yang dapat memberikan dukungan terhadap pengelolaan sumberdaya yang bernilai manfaat tinggi dan berkelanjutan.

(4)

Seluruh proses kegiatan dalam COREMAP pada hakekatnya memiliki dua prinsip, yaitu :

1) Memberikan wewenang dan kepercayaan kepada masyarakat untuk menentukan sendiri kebutuhannya, merencanakan dan mengambil keputusan secara terbuka dan penuh tanggungjawab.

2) Menyediakan dukungan lingkungan yang kondusif untuk mewujudkan peran masyarakat dalam pembangunan, khususnya dalam upaya peningkatan kesejahteraan mereka sendiri.

1.2. Maksud Penyusunan Buku Panduan

Buku Panduan ini disusun untuk memberikan suatu arahan tentang pelaksanaan program pengelolaan terumbu karang berbasis masyarakat (PBM COREMAP) secara teknis untuk lokasi program di wilayah Indonesia Timur. Dengan demikian dapat dibangun kesamaan persepsi dalam pelaksanaan program di lapangan, baik antar petugas pelaksana di lapangan maupun antara petugas lapangan dengan manajemen proyek di pusat maupun di daerah.

1.3. Tujuan dan Sasaran PBM COREMAP

1.3.1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan COREMAP adalah menjamin ketersediaan sumberdaya ikan karang dan melestarikan habitatnya (terumbu karang)

secara berkelanjutan, sebagai kekayaan dan modal utama

pembangunan desa pesisir, untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaan dalam penyelenggaraan pembangunan desa dan atau antar desa serta peningkatan penyediaan sarana dan prasarana sosial ekonomi sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Indikator dampak dari tujuan umum CBM adalah sebagai berikut :

a Indikator Pengelolaan dan Pemberdayaan :

Kawasan konservasi laut yang dikelola secara kolaboratif meliputi 10 % dari terumbu karang di kabupaten program sebelum berakhirnya program.

70 % biaya operasi untuk semua kegiatan Program yang

sepenuhnya terintegrasi ke sasaran program pemerintah

kabupaten dan didanai tanpa dana COREMAP II sebelum

(5)

Penyadaran tentang pentingnya terumbu karang meningkat ke

dan atau dipertahankan pada angka 70 % di semua kabupaten1

program b Indikator Biofisik :

Hamparan karang hidup (live coral cover) di kabupaten program

meningkat 5 % per tahun sampai tingkatan dicapai dan tetap dipertahankan agar sebanding dengan tingkatan untuk karang sejenis di wilayah yang tertata baik atau wilayah yang sudah lama ada.2

Rata-rata tangkapan (catch-per-unit-effort / CPUE) untuk spesis indikator yang menetas-awal dan dipanen dengan teknik penangkapan secara berkelanjutan di kabupaten program naik 35% sebelum masa berakhirnya proyek (EoP), sedangkan rata-rata CPUE untuk spesis indikator ukuran-sedang yang menetas-awal dan dipanen dengan cara penangkapan secara berkelanjutan di kabupaten program naik 10% sebelum masa berakhirnya proyek (EoP).3

c Indikator Sosial-Ekonomi dan Kemiskinan :

Total pendapatan yang didapat dari, dan total jumlah orang

yang menerima pendapatan dari, berbagai cara kegiatan4

berkelanjutan berbasis terumbu karang dan pengganti-karang di kabupaten program meningkat 10 % sebelum masa berakhirnya proyek (EoP).

Sedikitnya 70% nelayan/ penerima manfaat di masyarakat pesisir

dalam kabupaten program merasa bahwa program berdampak positif pada kesejahteraan dan status ekonomi mereka sebelum berakhirnya Proyek.

1

A.C. Nielson dalam COREMAP Tahap I melaporkan bahwa kesadaran tentang pentingnya terumbu karang naik ke tingkat 63% sampai 71 % di kabupaten program.

2

Indikator dasar ini merupakan kumpulan indikator kesehatan terumbu karang yang akan dipantau dan yang akan dikaji agar manunjukkan perbaikan kesehatan ekosistem terumbu karang di kabupaten program, termasuk :

Berlimpahnya spesis bentos indikator dan ikan (dikategorikan dengan genus, kelompok trofik dan kategori pasar) Ukuran kelas (dan selanjutnya bomasa) ikan indikator dan spesis bentos

Peningkatan terjadinya kerusakan karang di kabupaten program 3

Spesis indikator menetas-awal (early-breeding species) adalah spesis yang mencapai maturitas dalam 1 sampai 2 tahun, sedangkan species ukuran sedang adalah spesis yang mencapai maturitas dalam 5 sampai 6 tahun, dan spesis indikator yang terlambat menetas adalah predator tertinggi (mis: ikan hiu). Di samping target-target di atas, spesis indikator yang terlambat menetas ditetapkan adalah untuk CPUE untuk menstabilkan menjelang berakhirnya Tahap II. Target untuk spesis indikator berdasarakan Roberts dan Gill (2001), rangkuman pengalaman dan manfaat perikanan dari marine reserves dan tingkat pertumbuhan untuk kelompok-kelompok spesis ini.

4

Kegiatan mengganti karang mengacu pada mata-pencarian alternatif bagi perikanan karang yang dikenalkan melalui program, juga diversifikasi ekonomi yang meninggalkan kegiatan-kegiatan ekstraksi karang.

(6)

Secara detail dapat dilihat dalam logframe pada Lampiran 1. 1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus PBM COREMAP adalah :

1) Memberdayakan masyarakat pesisir dan lembaganya di wilayah COREMAP agar mampu melestarikan terumbu karang dan ekosistem terkait lainnya melalui pengelolaan bersama dengan institusi pemerintah;

2) Meningkatkan pendapatan melalui diversifikasi usaha yang

transparan, dapat dipertanggungjawabkan dan layak untuk dibiayai; dan

3) Meningkatkan peran aktif pemerintah dalam memenuhi kebutuhan

masyarakat pesisir dalam kerangka pengelolaan bersama

perlindungan laut dan daerah perlindungan laut (DPL). Secara detail dapat dilihat dalam logframe pada Lampiran 2. 1.3.3. Sasaran

Sasaran pelaksanaan PBM COREMAP adalah :

1) Terbentuknya hukum dan kebijakan strategis di wilayah COREMAP yang mendukung kegiatan pengelolaan bersama ekosistem terumbu karang oleh masyarakat;

2) Rencana Pengelolaan Terumbu Karang (RPTK) terbentuk;

3) Hilangnya/menurunnya tekanan terhadap sumberdaya terumbu karang karena telah membaiknya pemahaman dan kesadaran masyarakat akan arti penting keberadaan terumbu karang;

4) Meningkatnya kapasitas kelembagaan dalam mengelola dan melestarikan sumberdaya alam Iautnya;

5) Meningkatnya pendapatan masyarakat melalui usaha

pengembangan mata pencaharian alternatif; dan

6) Semakin membaiknya kualitas terumbu karang seiring dengan semakin berkurangnya kegiatan-kegiatan yang bersifat merusak.

1.4. Luaran

(7)

1) Terjaminnya kelestarian sumberdaya laut yang berdampak pada meningkatnya hasil tangkapan ikan oleh nelayan lokal.

2) Keberlanjutan usaha nelayan skala kecil.

3) Terbentuknya jejaring kawasan konservasi laut di kabupaten (KKLD). 4) Terbentuknya lembaga pengelola keuangan yang transparan dan

dapat dipertanggungjawabkan.

5) Terbentuknya sistem pengawasan sumberdaya ekosistem terumbu karang berbasis masyarakat.

6) Adanya perubahan perilaku masyarakat ke arah yang lebih positif dalam pengelolaan terumbu karang dan ekosistem terkait secara berkelanjutan.

1.5. Prinsip-prinsip PBM COREMAP

Untuk mencapai sasaran sebagaimana tercantum di atas, maka pelaku PBM COREMAP perlu memahami Prinsip-prinsip PBM COREMAP yang mencakup :

1.5.1. Keberpihakan kepada Masyarakat Miskin di Pesisir dan Kepulauan Orientasi setiap kegiatan yang dilaksanakan, baik dalam proses maupun kegiatan pemanfaatan hasil, PBM ditujukan bagi masyarakat miskin di pesisir dan kepulauan. Keberpihakan ini sangat penting mengingat

penanggulangan kemiskinan atau peningkatan kualitas hidup

masyarakat miskin merupakan tujuan utama dari COREMAP. 1.5.2. Transparansi

Pengelolaan seluruh kegiatan COREMAP harus dilakukan secara transparan (terbuka) dan diketahui oleh masyarakat luas. Dengan transparansi atau keterbukaan maka segala sesuatu yang dilakukan akan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat (accountable). Salah satu aspek penting dalam transparansi adalah kepercayaan dari para pelaku COREMAP bahwa transparansi akan sangat berpengaruh pada keberhasilan COREMAP. Transparansi ini harus bisa diwujudkan oleh semua pelaku COREMAP di semua tingkatan dan semua unsur.

Transparansi bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam :

a. Mengambil keputusan yang berkaitan dengan COREMAP, misalnya

(8)

b. Memperoleh informasi secara lengkap dan berkelanjutan mengenai segala sesuatu yang menyangkut COREMAP.

c. Menumbuhkembangkan kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan.

d. Mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan COREMAP.

e. Meningkatkan rasa saling percaya di antara sesama pelaku COREMAP.

1.5.3. Desentralisasi

Desentralisasi bermakna sebagai pemberian kewenangan dan

tanggungjawab kepada masyarakat dalam mengelola COREMAP secara mandiri dan partisipatif.

Bentuk wewenang dan tanggungjawab masyarakat adalah :

a. Menyusun strategi pengelolaan sumberdaya karang dan perikanan secara berkelanjutan sebagai arahan pembangunan desa;

b. Memanfaatkan dan mengelola dana COREMAP; c. Memperoleh hak pendampingan;

d. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan

kebutuhannya;

e. Mempertanggungjawabkan pengelolaan dana COREMAP; dan

f. Memelihara dan melestarikan kegiatan yang telah dilaksanakan.

1.5.4. Pemberdayaan

Pemberdayaan dimaksudkan sebagai upaya meningkatkan kepekaan dan daya kritis masyarakat dalam merespon fenomena pembangunan sekelilingnya. Selain itu, pemberdayaan juga dimaksudkan untuk mengembangkan kapasitas dan kemampuan masyarakat untuk memegang kendali pengelolaan sumberdaya alam pesisir secara berkelanjutan, guna meningkatkan taraf hidup mereka. Dengan kuatnya akses dan baiknya kapasitas, maka posisi tawar masyarakat terhadap berbagai pemangku kepentingan semakin tinggi yang berdampak pada terbukanya peluang bagi masyarakat untuk berpartisipasi secara efektif dan bertanggung jawab dalam mengelola sumberdaya ekosistem terumbu karang. Dengan begitu, maka masyarakat akan mendapatkan jaminan untuk memperoleh manfaat secara ekonomi atas sumberdaya yang ada.

(9)

1.5.5. Partisipasi Pemangku Kepentingan

Partisipasi dalam COREMAP adalah keterlibatan masyarakat secara aktif, terutama nelayan dan masyarakat pesisir, termasuk perempuan dalam

setiap tahap kegiatan COREMAP, mulai dari persiapan, pra

perencanaan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan. Salah satu wujud partisipasi adalah adanya keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan, baik mengenai pengelolaan

wilayah terumbu karang maupun konstribusi terhadap strategi

pengembangan perikanan secara berkelanjutan dengan dukungan dari COREMAP dalam bentuk pemberian informasi dan pengkajian bersama di desa dan antar desa.

Para pelaku COREMAP perlu mengembangkan suatu pendekatan yang dapat menjamin keterlibatan para pengguna sumberdaya karang. Hal ini dikarenakan mereka, nelayan yang menangkap ikan pada sore atau malam hari, perempuan yang mengambil kerang, rumput laut, lamun di terumbu karang, dan penambang karang, sering tidak mempunyai kesempatan mengikuti pertemuan-pertemuan formal di desa. Setiap pengambilan keputusan penting dalam COREMAP harus melibatkan pendapat mereka. Dengan demikian, proses pengambilan keputusan melalui musyawarah di desa akan mengakomodir aspirasi semua pihak. Dengan prinsip keterlibatan seluruh kelompok sasaran dan kepentingan, maka masyarakat akan memperoleh pilihan terbaik dari berbagai alternatif yang ada.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengambil keputusan adalah :

a. Mengutamakan pilihan terbaik berdasarkan pada pemanfaatan sumberdaya laut secara adil dan berkelanjutan dalam setiap pengambilan keputusan.

b. Mengutamakan keterlibatan masyarakat dalam pengambilan

keputusan bersama.

c. Menghindari setiap upaya dominasi dari individu atau kelompok tertentu demi kepentingannya sendiri.

d. Menempatkan aparat pemerintah dan konsultan sebagai fasilitator dalam setiap pengambilan keputusan di masyarakat.

1.5.6. Pemerataan

Prinsip pemerataan erat kaitannya dengan pemberdayaan yang diwarnai kesetaraan akses serta peluang. Pemerataan akan dicapai jika

(10)

nelayan kecil dan perempuan telah memiliki kesamaan akses terhadap

peluang untuk mengembangkan, melindungi, dan mengelola

sumberdaya mereka. COREMAP harus mengarah pada terbinanya pemerataan kesempatan antar generasi sekarang dan generasi masa depan, terutama dengan menyediakan mekanisme pengelolaan yang menjamin perlindungan dan pelestarian sumberdaya pesisir bagi pemanfaatan di masa depan.

1.5.7. Ramah Lingkungan

COREMAP mempromosikan penerapan teknologi dan praktek-praktek pengelolaan ramah lingkungan sesuai dengan kebutuhan sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Oleh karena itu, teknologi pengelolaan yang diterapkan harus sesuai dengan daya dukung lingkungan serta kapasitas sumberdaya dan ekosistemnya.

1.5.8. Berkelanjutan

Pembangunan yang berkelanjutan berarti menyeimbangkan kondisi dan karakteristik lingkungan alam dengan pembangunan ekonomi, sehingga menjamin pemeliharaan sumberdaya tersebut bagi kesejahteraan generasi mendatang. COREMAP menyadarkan masyarakat akan peran dan fungsinya sebagai penjaga dan pemelihara kekayaan alam yang merupakan titipan bagi generasi berikutnya.

Prinsip ramah lingkungan dan berkelanjutan diatas dapat terwujud apabila semua pelaku COREMAP mempelajari ”Kebijakan Pengamanan Lingkungan Pengakuan Terhadap Pengetahuan dan Kearifan Tradisional. COREMAP mengakui nilai-nilai pengetahuan dan kearifan tradisional yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya terumbu karang dan mendorong penerapan serta penggunaan pengetahuan tradisional tersebut dalam berbagai kegiatan PBM.

1.5.9. Kesetaraan Jender

COREMAP menyadari keunikan peran dan konstribusi baik dari laki-laki maupun perempuan dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pesisir. Karena itu COREMAP mempromosikan serta mendorong kesetaraan peluang bagi laki-laki maupun perempuan untuk berperan dan berpartisipasi aktif dalam pengelolaan sumberdaya terumbu karang berbasis masyarakat ini.

(11)

1.5.10. Kemitraan

Pengelolaan sumberdaya ekosistem terumbu karang mencakup dimensi yang luas dan bersentuhan dengan berbagai pemangku kepentingan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Status interaksi antar pemangku kepentingan sangat mempengaruhi proses dan hasil yang dicapai dalam pengelolaan sumberdaya tersebut. Untuk memastikan proses dan hasilnya bernilai manfaat utamanya bagi masyarakat, maka relasi antar berbagai pemangku kepentingan harus berlangsung secara harmonis dengan prinsip berperan produktif, profesional dan proporsional. Potensi berbagai pemangku kepentingan perlu dikelola secara sistematis agar terbangun konsolidasi dan sinergisitas yang konstruktif, dengan begitu orientasi COREMAP untuk menjaga keseimbangan sumberdaya ekonsistrem terumbu karang dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.

1.6. Strategi PBM COREMAP

1.6.1. Keterlibatan Berbagai Pemangku Kepentingan Dalam Pengelolaan Sumberdaya Terumbu Karang

Pelaksanaan kegiatan yang didukung COREMAP perlu melibatkan pemangku kepentingan terutama nelayan dan masyarakat yang hidupnya bergantung pada sumberdaya terumbu karang dan sumberdaya lainnya. Pengelolaan sumberdaya ekosistem terumbu karang tidak hanya terkait dengan tata cara pemanfaatan, tetapi juga oleh hal-hal lain yang mempengaruhi tata cara pemanfaatan tersebut, dimana kesemuanya itu melibatkan berbagai pemangku kepentingan pada jenjang yang berbeda (nasional, provinsi, kabupaten dan desa), antara lain pengambil kebijakan, perguruan tinggi, NGO, Pelaku usaha perikanan, asosiasi nelayan, penegak hukum. Dengan begitu, kehadiran pemangku kepentingan secara bersama-sama dengan mengetahui peran dan fungsinya dalam konteks pengelolaan sumberdaya ekosistem terumbu karang akan mempermudah terlaksananya sebuah model

pengelolaan yang responsif, berorientasi pada pemanfaatan

berkelanjutan dan mendorong proses pensejahteraan masyarakat nelayan.

1.6.2. Keberlanjutan Usaha Nelayan Skala Kecil

Memberikan perlindungan terhadap usaha nelayan utamanya yang berskala kecil dimaksudkan agar kebutuhan ekonomi keluarga nelayan dapat terpenuhi secara permanen dan berkelanjuran, maka COREMAP mendukung lima kegiatan utama untuk lebih mengarahkan nelayan

(12)

memperhatikan kelestarian lingkungan dan memberikan peluang untuk meningkatkan pendapatannya, yaitu:

1) Pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah yang memberi kesempatan kepada masyarakat untuk mengelola terumbu karang di wilayahnya.

2) Memfasilitasi proses penyusunan kesepakatan di antara masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya umum secara bersama.

3) Penegakan hukum terhadap penangkapan ikan yang ilegal.

4) Pengembangan cara penangkapan ikan yang ramah lingkungan dan peningkatan nilai tambah hasil tangkapan untuk mengurangi tekanan terhadap terumbu karang.

5) Pengembangan usaha alternatif untuk mengurangi tekanan terhadap terumbu karang.

1.6.3. Pengembangan Jejaring Kawasan Konservasi Laut di kabupaten COREMAP dilaksanakan berdasarkan keberhasilan yang dicapai oleh COREMAP fase I, dan inisiatif-inisiatif lain dalam pengelolaan berbasis masyarakat di berbagai negara. Salah satu strategi yang dapat memberikan hasil yang signifikan utamanya dalam upaya merehabilitasi, melindungi dan mengelola sumberdaya ekosistem terumbu karang secara berkelanjutan adalah dengan penetapan wilayah-wilayah tertentu sebagai areal kawasan konservasi laut. Meskipun cakupan arealnya terbilang masih sempit (tidak lebih dari 10 % dari rataan terumbu karang), akan tetapi secara ekologis perubahan status biota dan lingkungan perairan lebih baik, dan secara sosial masyarakat

mendapatkan pembelajaran mengenai tata cara pengelolaan

sumberdaya. COREMAP akan mendukung pengembangan kawasan konservasi laut daerah di Kabupaten, dengan mengembangkan jaringan antar kawasan-kawasan konservasi tersebut, “tabungan ikan”, dan kawasan pemanfaatan lainnya. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan produksi perikanan karang secara lestari, dan meningkatkan potensi perikanan jangka panjang serta melindungi keanekaragaman hayati. Jejaring kawasan konservasi laut tingkat daerah (DPL) dapat dilihat dari 2 (dua) perspektif, yaitu interaksi ekologis antar kawasan konservasi dan interaksi institusi antar pengelola kawasan konservasi. Selain itu, COREMAP mendukung upaya pengelolaan kawasan konservasi berbasis kolaboratif manajemen, dimana para pengambil keputusan dalam pengelolaan kawasan konservasi terdiri dari berbagai pemangku kepentingan, seperti instansi pemerintah (DKP, KSDA, dan pemerintah daerah), LSM (lokal, nasional, dan internasional), sektor swasta (Pelaku usaha), perguruan

(13)

tinggi, masyarakat lokal, dll.

1.6.4. Pengelolaan Keuangan yang Bertanggungjawab

Kunci keberhasilan pemanfaatan dukungan sumberdaya keuangan bagi pelaksanaan program baik di tingkat Kabupaten maupun Desa secara efektif dan berdaya guna (tepat sasaran) adalah dengan pengelolaan sumberdaya keuangan yang dilakukan secara tertib dan transparan. Seluruh pelaku COREMAP harus mempelajari buku pedoman dan tata cara penggunaan dana yang bertanggung jawab.

Dalam pengelolaan keuangan, segala jenis transaksi harus dilengkapi dengan bukti penggunaan dananya, dan memenuhi kriteria yang tercantum dalam buku pegangan manajemen keuangan. Kegagalan untuk memenuhi kriteria tersebut akan mengakibatkan suatu klaim menjadi tidak sah, yang dapat mengarah pada pembekuan sementara dana-dana terkait pada penanggung jawab dana tersebut, dan akan dicairkan apabila permasalahan tersebut dapat terselesaikan secara tuntas.

Setiap pihak yang bertanggung jawab dalam pengelolaan dana COREMAP akan diberikan pelatihan dalam administrasi, pelaporan dan pengelolaan keuangannya. Semua pihak yang menerima tanggung jawab pengelolaan keuangan dan sumber-sumber dalam program COREMAP harus mematuhi kode etik (code of conduct) pelaksanaan COREMAP.

1.6.5. Pengawasan dan Pemantauan

Pemantauan dan pengawasan yang efektif dapat terwujud apabila dilakukan secara terus menerus di wilayah-wilayah yang menjadi obyek, dan segera memberikan respon seketika pada saat terjadi tindakan yang melanggar. Pihak yang paling relevan untuk memain peran ini adalah masyarakat nelayan yang berdiam di sekitar sumberdaya. Peran masyarakat sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari upaya

penciptaan lingkungan yang kondusif, memiliki

keterbatasan-keterbatasan, sehingga dalam hal-hal tertentu perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak, utamanya dari sistem dan perangkat pengawasan yang telah ada. Untuk itu, COREMAP akan memediasi agar pihak-pihak yang mengendalikan sistem dan perangkat pengawasan (Polisi, Tentara, Jagawana, PPNS) untuk mengambil peran dalam sistem COREMAP.

(14)

Dengan begitu, COREMAP dapat memberikan pelayanan dan fasilitasi bagi kelompok nelayan yang akan berpartisipasi dalam mengatasi praktek-praktek penangkapan ikan yang merusak lingkungan, melalui : 1. Proses pengawasan berbasis masyarakat (siswasmas), pengamatan

dan pelaporan,

2. Mendukung kegiatan operasional bagi aparat penegak hukum di daerah,

3. Melaporkan nelayan perusak dan oknum (aparat pemerintah yang bekerja di luar wilayah hukum mereka),

4. Melaporkan penyaluran dan penyimpanan bahan-bahan peledak dan racun,

5. Meminta tindakan penegakan hukum oleh aparat terkait.

6. Terpadu dengan komponen Monitoring,Controlling and Surveilance (MCS) menyelengggarakan pemantauan dan pengawasan berbasis radio.

1.6.6. Pembangunan Pusat Informasi Masyarakat

Data dan informasi merupakan kebutuhan mendasar bagi masyarakat pesisir dan kepulauan agar dapat melakukan upaya atau tindakan yang memberikan nilai manfaat, baik secara sosial, ekonomi maupun ekologis terkait dengan pengelolaan sumberdaya ekosistem terumbu karang. Informasi juga dapat membantu masyarakat dalam peningkatan pengetahuan, pemahaman serta mendorong partisipasi mereka untuk melakukan rehabilitasi, pemantauan dan pengawasan. Untuk itu, COREMAP akan memfasilitasi perbaikan gedung atau tempat yang akan dijadikan sebagai media penyedia data dan informasi bagi masyarakat. Gedung ini akan dijadikan sebagai pusat informasi sekaligus sebagai tempat bagi masyarakat untuk melakukan pertemuan atau kegiatan, termasuk tempat menyajikan data-data perkembangan pengelolaan dana-dana berbantuan COREMAP, baik untuk usaha ekonomi maupun untuk pembangunan prasarana sosial atau pendukung pengelolaan sumberdaya ekosistem terumbu karang. Secara berkala pemantauan akan kondisi pusat informasi ini akan di pantau oleh Fasilitator Masyarakat kemudian dilaporkan ke PMU. (lihat Lampiran 5)

1.7. Komponen PBM COREMAP

Tujuan komponen ini adalah untuk memberdayakan seluruh masyarakat dan lembaga di pesisir pada kabupaten program agar mampu

(15)

melaksanakan kerjasama pengelolaan terumbu karang dan ekosistem terkait secara berkelanjutan untuk menjaga keseimbangan dan ketersediaan sumberdaya agar dapat dimanfaatkan terus menerus untuk

meningkatkan penghasilan dan pada gilirannya meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Komponen PBM meliputi :

(1) Pemberdayaan Masyarakat, terdiri dari beberapa kegiatan utama, yaitu : (i) pelatihan perikanan terumbu karang berkelanjutan, (ii) pemasaran sosial pengelolaan terumbu karang berkelanjutan, penilaian pedesaan secara cepat (Rapid Rural Assessment, RRA), (iii) studi banding masyarakat dan kunjungan silang, (iv) fasilitasi desa dan bantuan teknis, (v) pembentukan pusat informasi terumbu karang desa, dan (vi) pembentukan jaringan radio;

(2) Pengelolaan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat, terdiri dari beberapa kegiatan utama, yaitu : (i) pengkajian dan pemetaan sumberdaya secara partisipatif (Participatory Rural Appraisal, PRA), (ii) penyusunan Rencana Pengelolaan Terumbu Karang (RPTK) dan rancangan pengelolaan antar desa yang disahkan melalui peraturan desa, (iii) pembentukan wilayah perlindungan laut desa untuk mendukung RPTK, (iv) inventarisasi nelayan, perahu, peralatan, sarana dan pengembangan pengelolaan perikanan, (v) kegiatan rintisan di

desa-desa terpilih, untuk menggantikan pemakaian peralatan

penangkapan ikan yang merusak, (vi) pemantauan terumbu karang dan ekosistem terkait oleh masyarakat, (vii) kerjasama pengawasan dan penegakan hukum (MCS), (viii) memberdayakan dan memperluas wilayah pengelolaan oleh masyarakat;

(3) Pengembangan Masyarakat, terdiri dari beberapa kegiatan utama, yaitu : (i) membentuk dan melaksanakan sistem pengelolaan keuangan desa untuk mengelola dana masyarakat, (ii) bantuan teknis bagi BMT/LKM (lembaga keuangan serupa) untuk membentuk cabang di desa-desa program, (iii) mendukung perputaran kredit di tiap-tiap desa untuk melaksanakan kegiatan mata pencaharian, (iv) peninjauan, revisi dan pelaksanaan bantuan teknis untuk usulan kegiatan mata pencaharian, (v) dana perbaikan desa, (vi) penyediaan mata pencaharian alternatif di luar program desa;

(4) Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut di Kabupaten, terdiri dari beberapa kegiatan utama, yaitu : (i) dukungan bagi pembentukan Dewan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Kabupaten, (ii) membentuk Unit Pengelola Program di kabupaten untuk mendukung kerjasama

(16)

pengelolaan, (iii) mengembangkan Rancangan Strategis Sumberdaya Kelautan Tingkat Kabupaten dan membentuk jaringan KKLD;

(5) Dukungan bagi Taman Laut, terdiri dari beberapa kegiatan utama, yaitu : (i) memberdayakan kapasitas PHKA untuk mendukung kerjasama

pengelolaan wilayah perlindungan laut, (ii) pertukaran hasil

pembelajaran di antara pengelola taman laut, (iii) pemberdayaan kerjasama pengelolaan taman laut nasional dan KSDA, yang meliputi (a) pelatihan, (b) dukungan teknologi, (c) dukungan kerjasama penegakan hukum, (d) peninjauan, revisi, dan sosialisasi rancangan pengelolaan taman laut/ KSDA secara partisipatif.

Penjelasan tentang bagian-bagian dari PBM tersebut di atas, merupakan hal-hal pokok yang akan menjadi pijakan dalam pelaksanaan PBM oleh pihak atau pelaku yang akan terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam struktur organisasi COREMAP. Pada bab berikutnya, akan dideskripsikan peran dan tanggung jawab pelaku-pelaku COREMAP secara sistematis dan berjenjang, mulai dari tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten, Kecamatan sampai Desa.

(17)

BAB II

FUNGSI DAN PERAN PELAKU COREMAP

2.1. Organisasi Pelaku COREMAP

Struktur organisasi COREMAP pada hakekatnya merupakan struktur

hierarki fungsional atau hubungan tugas, wewenang dan

tanggungjawab dari para pelaku COREMAP dalam rangka pelaksanaan program. Struktur tersebut telah mempertimbangkan kebutuhan lingkup kerja COREMAP serta sistem informasi yang akan digunakan. Agar struktur yang dimaksud dapat berjalan sesuai dengan rencana, maka perlu adanya dukungan kemampuan berkomunikasi dan koordinasi dari tiap unsur yang ada.

Disamping dukungan diatas maka yang lebih penting adalah bagaimana setiap unsur atau pelaku yang terlibat dalam struktur tersebut mampu memahami, melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Tugas dan tanggung jawab setiap pelaku dapat dilihat dalam Lampiran 3 dan Lampiran 4.

(18)

Pelaku utama COREMAP adalah masyarakat selaku pengambil keputusan di desa. Sedangkan pelaku-pelaku di tingkat kecamatan, kabupaten dan seterusnya lebih berfungsi sebagai fasilitator, pembimbing dan pembina agar tujuan, prinsip-prinsip, kebijakan, prosedur dan mekanisme COREMAP dapat tercapai, dipenuhi dan dilaksanakan secara benar dan konsisten.

National Coordination Unit Konsultan Nasional Komite Pengarah Nasional Regional Coordination Unit Project Management Unit

Senior Fasilitator Training dan Penyuluhan (SETO) CCEB Konsultan Kabupaten Fasilitator Masyarakat (FM) LPSTK Motivator Desa (MD) Kelompok Masyarakat Bidang Produktif Kelompok Masyarakat Bidang Konservasi Kelompok Masyarakat Bidang Pemb. Perempuan

Pusat Propinsi BUPATI CAMAT DPRD PEMDES BPD Desa GUBERNU R Komite Teknis Nasional Taman Nasional/KSDA Keterangan: —————— : Garis Komando - - - : Garis Koordinasi

(19)

Keterangan:

—————— : Garis Komando - - - : Garis Koordinasi

Gambar 2. Struktur Kelembagaan Pengelolaan Berbasis Masyarakat COREMAP

Struktur Kelembagaan dan Tata Hubungan Kerja Kelembagaan COREMAP A. Struktur kelembagaan COREMAP berdasarkan hirarki fungsional

terbagi menjadi 5 tingkatan, yakni Nasional, Provinsi, Kabupaten, Kecamatan dan Desa.

B. Kelembagaan COREMAP di Tingkat Nasional terdiri atas Komite Pengarah (National Steering Committee/NSC), Komite Teknis (National

National Coordinating Unit (NCU) Individual / Firm Consultants Panitia Pengarah National Regional Coordinating Unit Project Management Unit (PMU) Senior Fasilitator (SETO) Taman Nasional/KSDA Consultant Firms Fasilitator Masyarakat (FM)

Lembaga Pengelola Sumberdaya Terumbu Karang (LPSTK) Motivator Desa (MD) Kelompok Masyarakat Bidang Produksi Kelompok Masyarakat Bidang Konservasi KelompokMasyarakat Bidang Pemb. Perempuan Pengarah Teknis Nasional Dewan Pemberdayaan MasyarakatPesisir NPIU LIPI NPIU PHKA Komite Pengarah Daerah Nasional Propinsi Kabupaten Kecamatan Desa Bid.CBM Asd.CBM National Coordinating Unit (NCU) Nasional Konsultan Panitia Pengarah National Regional Coordinating Unit Project Management Unit (PMU) Senior Fasilitator (SETO) Taman Nasional/KSDA Kabupaten Konsultan Fasilitator Masyarakat (FM)

Lembaga Pengelola Sumberdaya Terumbu Karang (LPSTK) Motivator Desa (MD) Kelompok Masyarakat Bidang Produksi Kelompok Masyarakat Bidang Konservasi KelompokMasyarakat Bidang Pemb. Perempuan Pengarah Teknis Nasional Dewan Pemberdayaan MasyarakatPesisir NPIU LIPI NPIU PHKA Komite Pengarah Daerah Nasional Propinsi Kabupaten Kecamatan Desa Bid.CBM Asd.CBM

(20)

Technical Committee/NTC), dan National Coordinating Unit (NCU) sebagai pengelola COREMAP Tingkat Nasional.

1. NSC Memberikan arahan-arahan kebijakan kepada NTC dan NCU dalam pengembangan rehabilitasi pengelolaan terumbu karang dan pengelolaan COREMAP.

2. NTC memberikan arahan-arahan teknis kepada NCU dalam penetapan kebijakan pengelolaan COREMAP.

3. NCU menetapkan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan dalam pengelolaan COREMAP di Tingkat Nasional berdasarkan arahan-arahan yang diberikan oleh NCS dan NTC.

4. NCU memberikan arahan-arahan kebijakan pengelolaan terumbu karang dan pengelolaan COREMAP di Tingkat Nasional ke pengelola COREMAP Tingkat Provinsi (RCU).

5. NCU memberikan instruksi ke PMU Tingkat Kabupaten untuk menjabarkan kebijakan pengelolaan COREMAP di Tingkat Nasional.

6. Pengelolaan COREMAP di Tingkat Nasional oleh NCU dibantu secara teknis oleh individual dan atau lembaga konsultan.

7. Pengelolaan keuangan COREMAP di kelembagaan NCU

dikoordinir oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Pusat.

C. Kelembagaan COREMAP di Tingkat Provinsi terdiri atas Komite Pengarah Provinsi (Provincial Advisory Committe-PAC), dan Regional Coordinating Unit (RCU) sebagai pengelola COREMAP Tingkat Provinsi. Dalam pelaksanaannya, peran Gubernur akan memberikan dukungan untuk efektifitas peran dan fungsi kelembagaan COREMAP di tingkat provinsi. Hubungan tata kerja kelembagaan digambarkan sebagai berikut :

1. Gubernur akan memfasilitasi koordinasi lintas instansi dalam lingkup pemerintahan provinsi dan Bupati-Bupati lokasi COREMAP dalam rangka evaluasi dan optimalisasi pelaksanaan COREMAP di daerah-daerah lokasi.

2. PAC memberikan masukan-masukan kepada Gubernur untuk mempertimbangkan dukungan kebijakan dan anggaran.

3. PAC memberikan arahan-arahan kebijakan kepada RCU dalam pengembangan rehabilitasi pengelolaan terumbu karang dan pengelolaan COREMAP di Tingkat Provinsi.

(21)

4. RCU memberikan arahan-arahan kebijakan pengelolaan terumbu karang dan pengelolaan COREMAP di Tingkat Provinsi ke pengelola COREMAP Tingkat Kabupaten.

5. RCU melaporkan kebijakan pengelolaan terumbu karang dan pengelolaan COREMAP yang ditempuh di Tingkat Provinsi kepada Gubernur selaku Kepala Pemerintahan Provinsi.

6. Pengelolaan keuangan COREMAP di kelembagaan RCU dikoornidir oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Provinsi.

7. Melaksanakan kegiatan MCS, Pendidikan, Penyadaran Masyarakat dan Kemitraan Bahari.

D. Kelembagaan COREMAP di Tingkat Kabupaten terdiri dari Dewan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (CCEB), UPT Taman Nasional Laut/KSDA, dan Project Management Unit (PMU) sebagai pengelola COREMAP Tingkat Kabupaten. Dalam pelaksanaannya Bupati dan DPRD akan memberikan dukungan untuk efektifitas peran dan fungsi kelembagaan COREMAP. Hubungan tata kerja kelembagaan COREMAP digambarkan sebagai berikut :

1. CCEB melakukan konsultasi kepada DPRD dan Bupati untuk mendapatkan input tentang kebijakan-kebijakan pengelolaan terumbu karang dan COREMAP di Tingkat Kabupaten.

2. CCEB memberikan arahan kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh PMU dalam pengelolaan COREMAP di Tingkat Kabupaten. 3. Taman Nasional Laut/KSDA memberikan arahan teknis yang terkait

proses implementasi COREMAP di lokasi-lokasi Taman Nasional Laut di Tingkat Kabupaten.

4. PMU menjabarkan secara teknis kebijakan-kebijakan yang pengelolaan COREMAP yang telah ditetapkan oleh pengelola COREMAP di Tingkat Nasional (NCU) serta arahan-arahan yang diberikan oleh CCEB dan Taman Nasional Laut/KSDA.

5. PMU memberikan instruksi pelaksanaan COREMAP kepada pengelola COREMAP di Tingkat Desa berdasarkan kebijakan pengelolaan COREMAP yang sudah dijabarkan secara teknis. 6. PMU melaporkan kebijakan pengelolaan terumbu karang dan

pengelolaan COREMAP yang ditempuh di Tingkat Kabupaten kepada Bupati selaku Kepala Pemerintahan Kabupaten.

7. Pengelolaan COREMAP di Tingkat Kabupaten oleh PMU dibantu secara teknis oleh individual dan atau lembaga konsultan.

(22)

8. Pengelolaan keuangan COREMAP di kelembagaan PMU dikoordinir oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Kabupaten. E. COREMAP di Tingkat Kecamatan dikelola oleh Senior Extension and

Training Officer (SETO).

1. SETO adalah individu-individu yang direkrut dan dikoordinir langsung oleh PMU.

2. SETO menjalankan kebijakan-kebijakan pengelolaan COREMAP sesuai dengan penjabaran dari PMU.

3. SETO bertanggungjawab kepada PMU dan mengkordinasikan program-program lainnya dengan Pemerintahan Kecamatan sehingga tercipta kegiatan yang sinergis.

4. SETO mengkonsultasikan kebijakan-kebijakan pengelolaan

COREMAP kepada PMU dan mengkoordinasikannya dengan Kepala Pemerintahan Kecamatan (CAMAT).

5. CAMAT melakukan koordinasi dengan pemerintah desa dalam rangka memperlancar pelaksanaan COREMAP.

6. SETO dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh tenaga Fasilitator Masyarakat yang bekerja di Tingkat Desa.

7. SETO, Fasilitator Masyarakat dan Motivator Desa berkoordinasi dengan pemerintah desa dan BPD dalam pelaksanaan COREMAP. F. Kelembagaan COREMAP di Tingkat Desa dikelola Lembaga Pengelola

Sumberdaya Terumbu Karang (LPSTK).

1. LPSTK adalah lembaga yang mengkoordinir teknis pelaksanaan COREMAP yang dijalankan oleh kelompok-kelompok masyarakat (Pokmas) di Tingkat Desa.

2. LPSTK melakukan konsultasi kepada Badan Perwakilan Desa (BPD) dan Pemerintah Desa untuk mendapatkan arahan tentang pelaksanaan COREMAP di Tingkat Desa.

3. LPSTK memberikan arahan, bimbingan dan asistensi kepada Pokmas dalam pelaksanaan COREMAP di lapangan.

4. LPSTK melapor dan mengkonsultasikan pelaksanaan COREMAP yang dijalankan oleh Pokmas kepada Kepala Desa selaku Kepala Pemerintahan Desa.

5. LPSTK dalam menjalanakan tugasnya dibantu oleh tenaga SETO, Fasilitator Masyarakat, serta tenaga Motivator Desa yang direkrut dari unsur masyarakat.

(23)

6. POKMAS sebagai pelaksana teknis program COREMAP terdiri atas Bidang Produksi, Bidang Konservasi dan Bidang Pemberdayaan Perempuan.

7. Dalam menjalankan kegiatan-kegiatannya, Pokmas akan

mendapat bantuan dan fasilitasi dari SETO, Fasilitator Masyarakat, Motivator Desa dan kelembagaan desa lainnya (seperti; pemerintah desa dan BPD).

2.2. Pelaku COREMAP di Desa

Pelaku COREMAP di desa merupakan pelaku-pelaku yang berkedudukan atau memiliki wilayah kerja di desa. Fungsi dan Peran pelaku COREMAP di desa sebagai berikut:

2.2.1. Fasilitator Masyarakat (CF=Community Facilitator)

Fasilitator Masyarakat adalah pihak yang diangkat secara khusus oleh PMU untuk mendukung dan memfasilitasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengelolaan berbasis masyarakat COREMAP di lokasi-lokasi terpilih. Fasilitator Masyarakat akan bertugas selama masa kontrak dan berkedudukan di Desa / Pulau.

2.2.1.1. Kriteria

1) Berpendidikan minimal SMU dengan pengalaman 7 tahun, atau D-3 dengan pengalaman 5 tahun, atau S-1 dengan pengalaman minimal 3 (tiga) tahun melakukan program pemberdayaan masyarakat pesisir dan kepulauan atau program sejenis,

2) Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan masyarakat, 3) Memiliki kemampuan teknik fasilitasi masyarakat,

4) Memiliki kemampuan mendisain dan melakukan pelatihan dan kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat,

5) Memahami kondisi sosial dan budaya masyarakat lokasi dimana akan ditempatkan,

6) Memiliki kemampuan berkoordinasi dengan berbagai pelaku COREMAP pada tingkat desa hingga kecamatan,

7) Memiliki kemampuan membuat perencanaan dan pelaporan kegiatan,

8) Bersedia bekerja penuh waktu dan tinggal dalam waktu yang lama di lapangan (Kecamatan / Desa / Kampung), dan

(24)

9) Lebih diutamakan yang menguasai bahasa dan budaya lokal. 2.2.1.2. Tugas dan Tanggung Jawab

Tugas

1) Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan SETO,

2) Melakukan sosialisasi kegiatan pengelolaan berbasis masyarakat COREMAP kepada masyarakat,

3) Mengumpulkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan materi sosialisasi terkait dengan kegiatan pengelolaan berbasis masyarakat,

4) Memfasilitasi proses pengangkatan Motivator Desa,

5) Memfasilitasi pembentukan kelompok-kelompok masyarakat

(Pokmas),

6) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan untuk peningkatan

kemampuan sumberdaya LPSTK dan kelompok masyarakat,

7) Memfasilitasi dan melakukan pelatihan / penyuluhan bagi

masyarakat,

8) Memfasilitasi proses pengangkatan Reef Watcher, 9) Memfasilitasi proses pembentukan LPSTK,

10) Mengindentifikasi kebutuhan untuk pertemuan dan lokakarya di tingkat masyarakat,

11) Memfasilitasi LPSTK dalam proses pembuatan Rencana Pengelolaan Terumbu Karang (RPTK)

12) Memfasilitasi proses penentuan Daerah Perlindungan Laut (village sanctuary),

13) Mengindentifikasi kebutuhan-kebutuhan untuk pelaksanaan dan pengembangan mata pencaharian alternatif,

14) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan untuk pembangunan

prasarana sosial pendukung RPTK,

15) Membantu penyusunan proposal untuk usaha ekonomi dan pembangunan prasarana sosial,

16) Mengidentifikasi kebutuhan administrasi serta pengelolaan keuangan LPSTK dan Pokmas,

17) Memfasilitasi Pokmas dan LPSTK dalam penyiapan rencana program untuk mengimplementasikan RPTK,

(25)

18) Melakukan proses monitoring dan evaluasi atas semua kegiatan berbasis masyarakat,

19) Memfasilitasi dan membantu pengambilan data perikanan dan hasil perdagangannya (Community Led Fisheries,CREEL), dan berkoordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan,

20) Memfasilitasi koordinasi dengan komponen MCS, CRITC, PA, MCA/MPA, SDM dan Kelembagaan di tingkat Desa,

21) Memfasilitasi dan membantu Kepala Desa dan BPD dalam dalam membuat peraturan desa untuk mendukung pelaksanaan RPTK dan sistem pengawasan sumberdaya perikanan terumbu karang, dan 22) Membuat laporan pelaksanaan dan perkembangan program

pengelolaan berbasis masyarakat secara berkala. Tanggung Jawab

1) Menyampaikan maksud dan tujuan pengelolaan berbasis

masyarakat COREMAP kepada masyarakat dan pemangku

kepentingan lainnya di tingkat Desa,

2) Menyampaikan informasi secara benar dan tepat kepada masyarakat,

3) Bersama masyarakat menetapkan kriteria Motivator Desa dan terpilihnya Motivator yang sesuai dengan kualifikasi,

4) Mengkoordinir kegiatan-kegiatan motivator,

5) Mendampingi Pokmas-Pokmas dalam menjalankan fungsinya 6) Meningkatkan kemampuan sumberdaya Pokmas dan masyarakat, 7) Memberikan asistensi reef watcher dalam menjalakan tugasnya,

8) Memberikan asistensi dan menyediakan kebutuhan LPSTK

menjalankan fungsi,

9) Melakukan dan memfasilitasi pertemuan dan lokakarya, 10) Melakukan dan memfasilitasi pelatihan-pelatihan masyarakat,

11) Membantu Pokmas dan LPSTK dalam menjalankan administrasi dan manajemen keuangan,

12) Membantu LPSTK dan masyarakat dalam mengimplementasikan RPTK,

13) Memfasilitasi LPSTK dan LPSTK dalam pelaksanaan mata pencaharian alternatif dan Seed Fund Desa serta pembangunan infrastruktur desa,

(26)

14) Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengelolaan berbasis masyarakat serta memberikan rekomendasi-rekomendasi. Monitoring dan pemantauan tahunan dilakukan dengan menggunakan model pendataan yang ada pada lampiran monev,

15) Mengirim kumpulan data sumberdaya perikanan dan hasil perdagangannya ke SETO serta Dinas Kelautan dan Perikanan, dan 16) Menciptakan mekanisme koordinasi antar komponen program

dengan semua stakeholder pengelolaan berbasis masyarakat di tingkat desa.

2.2.2. Kepala Desa dan BPD

Fungsi dan peran Kepala Desa adalah sebagai pembina dan pengendali kelancaran serta keberhasilan pelaksanaan COREMAP di desa. Untuk mendukung pelaksanaan COREMAP, Kepala Desa bersama-sama BPD akan memberikan konsultasi kepada LPSTK dalam proses penyusunan rencana pengelolaan terumbu karang. Untuk memperkuat pelaksanaan rencana pengelolaan terumbu karang, maka Kepala Desa dan BPD akan untuk membuat Peraturan Desa (Perdes) tentang RPTK dan sistem

pengawasan sumberdaya ekosistem terumbu karang berbasis

masyarakat.

2.2.3. Lembaga Pengelola Sumberdaya Terumbu Karang (LPSTK)

Lembaga Pengelola Sumberdaya Terumbu Karang (LPSTK) adalah suatu organisasi yang terdiri dari wakil-wakil pokmas ditambah dengan Motivator Desa. Pembentukan LPSTK ini difasilitasi oleh Fasilitator Masyarakat dengan melibatkan Pemerintah desa dan BPD. LPSTK bertanggung jawab kepada masyarakat dan PMU. LPSTK mempunyai peran memberikan dukungan operasional kepada Pokmas khususnya untuk meningkatkan kinerja Pokmas pada masing-masing sesuai bidang kipahnya.

LPSTK terdiri dari anggota kelompok masyarakat yang dipilih melalui musyawarah desa, yang secara umum mempunyai fungsi dan peran mengelola kegiatan yang didanai oleh COREMAP. Struktur organisasi LPSTK terdiri dari Ketua, sekretaris, dan bendahara masing-masing memiliki tugas dan tanggung jawab sendiri (lihat Lampiran 4).

(27)

1) Menerima dan menyalurkan dana bantuan desa untuk pembangunan prasarana sosial (village grant fund) kepada masyarakat,

2) Mencatat dan mendokumentasikan kegiatan Pokmas 3) Membukukan penggunaan dana bantuan

4) Membantu pembuatan RPTK terpadu

5) Membantu mengatasi penyelesaian Pokmas bermasalah

6) Melakukan pemeriksaan pembukuan Pokmas (mingguan, bulanan dan tahunan)

7) Berperan sebagai tim verifikasi dalam memeriksa usulan proposal Pokmas

8) Membantu melakukan identifikasi seluruh potensi dan

mengembangkan investasi usaha Pokmas

9) Membantu menyeleksi lembaga keuangan penyalur Seed Fund Desa dan Village Grant

10) Mengevaluasi kinerja kerja Motivator Desa dan melakukan pelaporan ke PMU,

11) Mengelola Pusat Informasi masyarakat, dan

12) Membuat pelaporan pelaksanaan RPTK kepada pemerintah desa. 2.2.4. Kelompok Masyarakat (Pokmas)

Kelompok Masyarakat (Pokmas) adalah suatu organisasi atau kelompok masyarakat desa yang telah ada atau yang sengaja dibentuk di Desa. Pokmas berfungsi sebagai wadah aspirasi, pikiran dan tujuan bersama untuk memudahkan diseminasi informasi atau melibatkan sejumlah masyarakat di Desa. Pokmas-pokmas ini disesuaikan dengan kebutuhan lokal berdasarkan masukan dari masyarakat desa. Dalam pelaksanaan program COREMAP, pokmas yang telah ada diharapkan berperan aktif dalam kegiatan COREMAP. COREMAP bisa juga mendukung penyusunan Pokmas baru.

Penguatan Pokmas adalah suatu proses meningkatkan kemampuan dan peran suatu kelompok masyarakat ke arah bidang kegiatan tertentu (konservasi, produksi, peningkatan peran dan kemampuan perempuan), agar dapat berperan aktif dalam pelaksanaan pengelolaan terumbu karang. Pembentukan Pokmas adalah suatu proses membentuk kelompok atau organisasi masyarakat agar memiliki peran dan fungsi pada salah satu bidang tertentu, di mana bidang-bidang tersebut tidak

(28)

bersifat kaku artinya bahwa masyarakat bisa menjadi anggota pada lebih dari satu bidang.

2.2.5. Motivator Desa (MD)

Motivator Desa (MD) adalah pihak yang pilih dan diangkat oleh masyarakat setempat secara demokratis sebanyak 2 (dua) orang, yang terdiri dari 1 (satu) orang laki-laki dan 1 (satu) orang perempuan dalam kerangka memperlancar pelaksanaan pengelolaan berbasis masyarakat COREMAP. Motivator Desa akan bertugas selama masa kontrak dan berkedudukan di Desa / Pulau.

2.2.5.1. Kriteria

1) Perempuan dan laki-laki, 2) Berpendidikan minimal SMP, 3) Sehat jasmani dan rohani,

4) Memiliki dedikasi yang tinggi untuk mendukung COREMAP,

5) Memiliki minat dan bakat untuk memberikan motivasi kepada masyarakat agar berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan COREMAP, 6) Calon harus penduduk desa setempat,

7) Dapat diterima secara sosial oleh masyarakat,

8) Dalam 3 (tiga) bulan terakhir tidak melakukan tindakan tercela termasuk melakukan kegiatan pengelolaan sumberdaya yang merusak, dan

9) Target 30 persen partisipasi wanita sebagai Motivator Desa 2.2.5.2. Tugas dan Tanggung Jawab

Tugas

1) Membantu Fasilitator Masyarakat dan SETO dalam mengumpulkan bahan-bahan untuk pembuatan materi sosialisasi,

2) Membantu dan bersama-sama Fasilitator Masyarakat melakukan sosialisasi pengelolaan berbasis masyarakat COREMAP,

3) Membantu Fasilitator Masyarakat menyusun kriteria pembentukan LPSTK, Pokmas dan Reef Watcher,

4) Membantu dan bersama-sama Fasilitator Masyarakat memfasilitasi pembentukan LPSTK, Pokmas dan pengangkatan Reef Watcher,

(29)

5) Memfasilitasi pertemuan-pertemuan LPSTK dan Pokmas,

6) Membantu dan melakukan penyuluhan serta pelatihan peningkatan kapasitas bagi LPSTK dan Pokmas,

7) Memfasilitasi penyusunan rencana kerja LPSTK dan kelompok masyarakat,

8) Mengidentifikasi kebutuhan informasi bagi LPSTK, Pokmas dan masyarakat umum,

9) Memfasilitasi dan membantu LPSTK dalam membuat PRA, RPTK dan penetapan Daerah Perlindungan Laut (village sanctuary),

10) Membantu Pokmas-Pokmas mengindentifikasi usulan kegiatan untuk memperoleh dana bantuan desa untuk pembangunan prasarana sosial (village grant), dan dana bantuan untuk revolving fund melalui Seed Fund Desa,

11) Membantu LPSTK dan Pokmas dalam merumuskan dan penyelesaian masalah, yang dihadapi, dan

12) Membuat laporan pelaksanaan dan perkembangan kegiatan LPSTK dan Pokmas secara berkala.

Tanggung Jawab

1) Meminimalkan kendala teknis dan budaya yang mungkin dihadapi oleh Fasilitator Masyarakat,

2) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan rencana kegiatan LPSTK dan Pokmas,

3) Membantu Fasilitator dan SETO dalam pembuatan PTK,

4) Memastikan Rencana kerja tersusun atas dasar kebutuhan LPSTK, Pokmas dan masyarakat,

5) Menyediakan informasi yang dibutuhkan Pokmas-Pokmas terkait dengan rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang, usaha-usaha produktif dan pasar,

6) Memberikan informasi yang terkait dengan pengelolaan Daerah Perlindungan Laut,

7) Membantu Fasilitator Masyarakat dan SETO untuk mempersiapkan bahan-bahan Pusat Informasi Masyarakat,

8) Membantu masyarakat dalam proses pelaksanaan pekerjaan

pembangunan prasarana sosial dan pengembangan mata

(30)

9) Dapat berperan sebagai Fasilitator Masyarakat apabila sedang tidak berada ditempat (Desa lokasi COREMAP) dan atau masa kerja Fasilitator Masyarakat telah selesai.

2.3. Pelaku COREMAPdi Kecamatan

Pelaku COREMAP II di kecamatan merupakan pelaku-pelaku yang berkedudukan atau memiliki wilayah kerja lingkup kecamatan dalam satu wilayah yang berdekatan misalnya kelompok pulau, atau satu Kecamatan. Beberapa pihak karena tugasnya berada di kecamatan dan memiliki peran yang dapat memperlancar pelaksanaan COREMAP, seperti Camat.

2.3.1. Camat

Camat akan berkoodinasi dengan SETO dan pemangku kepentingan dalam rangka memperlancar proses dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan COREMAP di Kecamatan. Secara berkala, Camat memberikan masukan-masukan atas pelaksanaan program yang disampaikan pada forum-forum konsultasi yang dilaksanakan oleh PMU atau CCEB.

2.3.2. Pelatih dan Penyuluh Senior (Senior Extension and Training Officer) Senior Extension and Training Officer (SETO) adalah pihak yang diangkat secara khusus oleh PMU untuk mendukung dan memfasilitasi pelaksanaan pengelolaan berbasis masyarakat di lokasi-lokasi COREMAP. SETO akan bertugas selama masa kontrak. SETO berkoordinasi dengan PMU dan Camat. Ruang lingkup area pekerjaan tergantung dengan kondisi lokal lokasi program.

2.3.2.1. Kriteria

1) Berpendidikan S-1 dalam bidang kelautan, perikanan, lingkungan, sosial, komunikasi, ekonomi, hukum dan humaniora dan atau memiliki

pengalaman minimal 5 (lima) tahun melakukan program

pemberdayaan masyarakat pesisir dan kepulauan atau program sejenis,

2) Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan masyarakat, 3) Memiliki kemampuan teknik fasilitasi masyarakat,

4) Memahami kondisi sosial dan budaya masyarakat lokasi COREMAP, 5) Memiliki kemampuan mendisain dan melakukan pelatihan dan

(31)

6) Memiliki kemampuan berkoordinasi dengan berbagai pelaku COREMAP pada berbagai jenjang,

7) Memiliki kemampuan membuat perencanaan dan pelaporan kegiatan,

8) Diutamakan yang dapat menggunakan bahasa lokal,

9) Bersedia bekerja penuh waktu dan tinggal dalam waktu yang lama di lapangan (Kecamatan / Desa / Kampung).

10) Target Partisipasi perempuan sebagai SETO adalah 30 persen. 2.3.2.2. Tugas dan Tanggung Jawab

Tugas

1) Mengkoordinir kerja Fasilitator Masyarakat,

2) Memfasilitasi dan melakukan penyuluhan dan pelatihan peningkatan kapasitas / kemampuan Fasilitator Masyarakat dan Motivator Desa secara berkala,

3) Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan PMU dan NCU,

4) Bersama-sama dengan PMU melakukan verifikasi proposal dana bantuan untuk pembangunan prasarana sosial di Desa,

5) Berkoordinasi dengan Camat dalam merencanakan kegiatan-kegiatan untuk mendukung pelaksanaan pengelolaan berbasis masyarakat di Desa-Desa,

6) Membantu LPSTK melakukan verifikasi proposal dana bantuan untuk revolving fund / Seed Fund Desa (bergulir)

7) Memfasilitasi dan membantu Motivator Desa dalam penyusunan RPTK dan penentuan Daerah Perlindungan Laut (Village Sanctuary),

8) Memantau dan mengevaluasi proses pemanfaatan dana bantuan untuk revolving fund dan pembangunan prasarana sosial,

9) Memfasilitasi proses koordinasi dengan komponen MCS, CRITC, PA, MCA/MPA, SDM dan Kelembagaan di tingkat Desa,

10) Memberikan konsultasi kepada Fasilitator Masyarakat, Motivator Desa dan Pokmas dalam melakukan pendataan sumberdaya perikanan dan hasil perdagangannya,

11) Memfasilitasi dan membantu Kepala Desa, BPD dan LPSTK dalam membuat peraturan desa untuk mendukung pelaksanaan RPTK dan sistem pengawasan sumberdaya perikanan terumbu karang,

(32)

12) Memfasilitasi proses konsultasi dan persetujuan peraturan desa (PERDES) di tingkat desa dan Kabupaten, dan

13) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan dan perkembangan program secara berkala.

Tanggung Jawab

1) Mengasistensi penyusunan rencana kerja Fasilitator Masyarakat,

2) Memfasilitasi rangkaian proses pengelolaan berbasis masyarakat, mulai dari tahap pra perencanaan, perencanaan, pelaksanaan sampai pada tahap monitoring dan evaluasi,

3) Memberikan penguatan terhadap kapasitas dan kemampuan Fasilitator Masyarakat, Motivator serta pokmas,

4) Mengoptimalkan sistem koordinasi desa ke PMU dan NCU agar pelaksanaan program berjalan dengan efektif dan efisien,

5) Mensosialisasikan kriteria pemanfaatan dana bantuan untuk Seed Fund Desa dan pembangunan prasarana sosial ,

6) Mensosialisasikan mekanisme pemantauan dan pengawasan dana bantuan untuk Seed Fund Desa dan pembangunan prasarana sosial,

7) Menyediakan kebutuhan Motivator Desa dalam menfasilitasi

masyarakat dan LPSTK dalam PRA, penyusunan RPTK dan penentuan Daerah Perlindungan Laut (village sanctuary),

8) Mengirim kumpulan data sumberdaya perikanan dan hasil

perdagangannya ke PMU, Dinas Kelautan Dan Perikanan untuk dianalisis,

9) Memfasilitasi berjalannya sistem dan mekanisme koordinasi dengan komponen lain dalam program, dan

10) Mendistribusikan informasi pelaksanaan dan perkembangan program PBM ke PMU, NCU dan pihak terkait lainnya.

2.4. Pelaku COREMAP di Kabupaten

Dalam kerangka otonomi daerah peran Kabupaten sebagai daerah otonom menjadi sangat vital dan strategis, karena berbagai kebijakan perencanaan, anggaran dan pelaksanaan program akan diputuskan. Sumberdaya ekosistem terumbu karang sebagai obyek yang akan direhabilitasi, diproteksi dan dikelola terletak di wilayah yurisdiksi

Kabupaten, dengan demikian otoritas pelaksanaan COREMAP

(33)

untuk mewujudkan model pengelolaan sumberdaya ekosistem terumbu karang yang dapat dirasakan manfaatnya secara ekologis (kelestarian) dan secara ekonomis (peningkatan kesejahteraan masyarakat).

Untuk kepentingan tersebut, maka dipilih 7 (tujuh) Kabupaten di wilayah Indonesia bagian Timur sebagai lokasi pilot COREMAP, yaitu (1) Kabupaten Sikka (NNT), (2) Kabupaten Pangkep (Sulsel), (3) Kabupaten Selayar (Sulsel), (4) Kabupaten Buton (Sultra), (5) Kabupaten Wakatobi (Sultra), (6) Kabupaten Biak, dan (7) Kabupaten Raja Ampat sebagai lokasi COREMAP dengan beberapa pertimbangan :

1) Keanekaragaman sumberdaya hayati ekosistem terumbu karang, 2) Luasan terumbu karang,

3) Ketergantungan masyarakat setempat terhadap sumberdaya

ekosistem terumbu karang, dan

4) Minat dari pemerintah daerah untuk mengelola wilayah pesisir dan laut secara berkesinambungan.

Pelaku COREMAP di Kabupaten adalah aparat pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dengan fungsi dan peran sebagai berikut :

2.4.1. Bupati

Bupati merupakan pembina: (i) Dewan Pemberdayaan Masyarakat

Pesisir (atau lembaga sejenis) Kabupaten, (ii) PMU serta

bertanggungjawab atas pelaksanaan COREMAP di tingkat kabupaten. Bupati secara berkala melakukan pertemuan dengan PMU untuk mengevaluasi proses dan perkembangan COREMAP. Bupati akan memberikan supervisi dan advise dalam kerangka meningkatkan kinerja PMU, melakukan optimasi pelaksanaan program dan mengefektifkan koordinasi antar pemangku kepentingan. Dalam waktu-waktu tertentu, Bupati akan melakukan rapat dengar pendapat dan berkonsultasi dengan DPRD untuk mempersiapkan dukungan bagi pelaksanaan COREMAP, baik dari sisi kebijakan maupun anggaran.

2.4.2. Dewan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (Coastal Community Empowerment Board)

Coastal Community Empowerment Board (CCEB) terdiri dari instansi terkait, dan perwakilan pemangku kepentingan lainnya (Masyarakat, LSM, Perusahaan swasta, perguruan tinggi, perempuan ) yang diwakili secara berimbang, dibentuk oleh Bupati untuk melakukan pembinaan

(34)

pengembangan peran serta masyarakat, pembinaan administrasi dan fasilitasi pemberdayaan masyarakat pada seluruh tahapan program. CCEB juga berfungsi dalam memberikan dukungan koordinasi program antar instansi, pelayanan dan proses administrasi di kabupaten. Dalam melaksanakan fungsi dan perannya, CCEB dibantu oleh PMU COREMAP Kabupaten. Fungsi dan tugas CCEB dalam COREMAP adalah sebagai berikut :

1) Memberikan masukan/saran dalam penyusunan kebijakan dan Rencana Strategis (Renstra) pengelolaan terumbu karang di Kabupaten;

2) Mereview dan memberikan masukan rencana kerja tahunan yang disusun oleh Unit Pengelola Program (PMU) sebelum diajukan kepada DPRD;

3) Memberikan rekomendasi untuk pelaksanaan kegiatan COREMAP; 4) Menganalisis kemajuan yang dicapai dan opini publik mengenai

COREMAP;

5) Melaksanakan koordinasi dengan program-program sejenis; 6) Memantau kemajuan pelaksanaan program di kabupaten; dan

7) Memberikan dukungan informasi mengenai pengelolaan kepada DPRD, pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya.

2.4.3. Unit Pengelola Program (Program Management Unit)

Program Management Unit (PMU) adalah struktur organisasi COREMAP II di kabupaten. PMU berperan dalam memfasilitasi proses perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian COREMAP di wilayahnya agar dapat

berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip, kebijakan, prosedur dan

mekanisme COREMAP. PMU di setiap Kabupaten terdiri dari unsur-unsur Dinas KP, Bappeda, KSDA atau Taman Nasional Laut terkait serta instansi lain terkait. Secara khusus mereka akan dibantu oleh tim konsultan yang akan mendukung kegiatan PMU selama beberapa waktu sampai tim PMU berjalan sesuai pedoman yang telah ditetapkan.

Secara rinci PMU bertanggung jawab dan berfungsi : 1) Melaksanakan kebijakan dan rekomendasi CCEB

2) Mempersiapkan rencana kerja dan anggaran tahunan (sesudah mendapat persetujuan dari CCEB)

(35)

4) Mengelola anggaran, administrasi, pemantauan dan evaluasi. 5) Mengadakan Sosialisasi di wilayah program

6) Menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan (keuangan dan fisik) ke NCU

7) Mempersiapkan strategi untuk mengatasi hal-hal yang berpotensi menimbulkan masalah dalam pelaksanaan program

8) Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan program

2.5. Pelaku COREMAP di Provinsi

Pelaku COREMAP di Provinsi adalah pelaku-pelaku yang berkedudukan di provinsi.

Pelaku COREMAP di provinsi adalah : 2.5.1. Gubernur

Gubernur merupakan penanggungjawab pelaksanaan COREMAP di provinsi yang berfungsi dan berperan membina pelaksanaan lintas kabupaten. Gubernur secara berkala akan memberikan supervisi dan

advise kepada RCU dalam kerangka meningkatkan kinerja,

mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan-kegiatan di bawah koordinasi RCU dan mengefektifkan sistem koordinasi lintas Kabupaten. Pada waktu-waktu tertentu, Gubernur akan melakukan pertemuan terbatas dengan para Bupati/Walikota untuk mengevaluasi perkembangan program di daerah, melakukan rapat dengar pendapat dengan DPRD untuk membahas dukungan yang perlu diberikan untuk mengefektifkan pelaksanaan program, dan juga melakukan pertemuan dengan institusi penegak hukum terkait dengan kondisi keamanan di wilayah perairan serta aktifitas pemanfaatan sumberdaya ekosistem terumbu karang. 2.5.2. Unit Koordinasi Provinsi (Regional Coordinating Unit)

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi berfungsi dan berperan dalam melakukan pemantauan dan evaluasi program, serta melaksanakan kegiatan pendidikan,penyadaran masyarakat, dan kemitraan bahari dan pelaksanaan MCS seperti pengawasan berbasis dinas, patroli gabungan dan sistem pengawasan berbasis masyarakat (SISWASMAS) yang dikembangkan di kabupaten dan desa. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi bisa diikutsertakan atas permintaan dari Pusat atau Kabupaten, dan bersedia mendukung dengan SDM yang berkompetensi sesuai dengan kebutuhan dimasing-masing kabupaten. Dinas KP akan dibantu

(36)

dalam koordinasi kegiatan yang bersifat lintas kabupaten oleh Bappeda Provinsi.

2.6. Pelaku COREMAP di Pusat

Pelaku COREMAP adalah pelaku-pelaku yang berkedudukan atau memiliki wilayah kerja di tingkat nasional. Pelaku COREMAP di pusat terdiri dari :

2.6.1. Komite Pengarah (Steering Committee – SC)

Komite Pengarah bertanggung jawab dan berfungsi untuk:

1) Memberikan arahan kepada Komite Teknis dalam pengembangan kebijakan yang terkait dalam bidang rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang;

2) Memberikan arahan kepada Komite Teknis dan Pengelola Program dalam pelaksanaan COREMAP II;

3) Melakukan pertemuan dan koordinasi dengan Komite Teknis COREMAP II; dan

4) Melakukan pengawasan dan evaluasi kinerja Komite Teknis COREMAP II

2.6.2. Komite Teknis (Technical Committee – TC)

Komite Teknis bertanggung jawab dan berfungsi untuk:

1) Memberikan bimbingan dan pembinaan teknis pelaksanaan

COREMAP II kepada Pengelola Program;

2) Menetapkan kebijakan dan arahan teknis kepada Pengelola Program COREMAP II sesuai dengan komponen teknisnya;

3) Memfasilitasi pelaksanaan program baik di pusat maupun daerah; 4) Melakukan koordinasi dengan Komite Pengarah;

5) Melakukan pengawasan dan evaluasi kinerja Kantor Pengelola Program;

6) Melakukan koordinasi dengan Komite Pengarah; dan

7) Melakukan pengawasan dan evaluasi kinerja Kantor Pengelola Proyek.

(37)

2.6.3. Unit Koordinasi Nasional (National Coordination Unit)

Fungsi dan perannya adalah melakukan pembinaan kepada Tim COREMAP di Provinsi dan Kabupaten yang meliputi pembinaan teknis dan administrasi, melakukan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan di pusat, pemantauan dan evaluasi serta tindak lanjut pelaksanaan COREMAP di pusat dan daerah. Dalam melaksanakan fungsi dan perannya NCU dibantu oleh sekretariat COREMAP.

2.6.4. Konsultan

Status konsultan bersifat individual dan institusi (perusahaan). Konsultan yang berstatus institusi akan dipimpin oleh seorang ketua tim (Project Management Advisory) dan didukung oleh beberapa staf profesional (tenaga spesialis). Fungsi dan perannya adalah menyediakan keahlian yang diperlukan oleh PBM dan pelaku COREMAP lainnya dalam menjalankan proses perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan implementasi COREMAP secara nasional sesuai dengan prinsip-prinsip, kebijakan, prosedur dan mekanisme COREMAP.

Konsultan yang direkrut akan membantu pelaksanaan COREMAP dalam bidang keuangan, mata pencaharian alternatif, pengadaan barang dan jasa, serta bidang teknis.

Organisasi dan pelaku COREMAP yang dijelaskan diatas adalah pelaksana kegiatan-kegiatan, baik bersifat teknis maupun non teknis. Organisasi dan kelembagaan diharapkan konsisten dalam menjalankan program ini, sehingga program dapat berjalan dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan serta targetnya. Penjabaran secara rinci perihal tahapan dan tata cara pelaksanaan pengelolaan terumbu karang yang berbasis masyarakat akan dibahas pada bab selanjutnya.

(38)

BAB III

PENGELOLAAN TERUMBU KARANG

BERBASIS MASYARAKAT

Siklus Pengelolaan Berbasis Masyarakat terdiri atas 6 tahapan yaitu persiapan, praperencanaan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi (P5E). Setiap tahap berbeda jangka waktu dan tingkat kompleksitasnya, tergantung kepada kapasitas masyarakat yang melakukan kegiatan-kegiatan di setiap tahap.

3.1. Persiapan

Persiapan merupakan kegiatan PBM di tingkat nasional maupun kabupaten. Tahapan ini meliputi; (i) penyusunan rencana dan sosialisasi program, (ii) perekrutan SETO dan Fasilitator Masyarakat (Community Facilitator), (iii) pelatihan, (iv) kegiatan-kegiatan penyusunan rencana program dan sosialisasi program dari tingkat nasional sampai ke tingkat desa. Pada tahap ini juga dilakukan rekruitmen konsultan, SETO dan

Gambar

Tabel 1.  Perkiraan Perbandingan Luasan dan Hasil Perikanan berdasarkan kondisi  Terumbu Karang
Gambar 1. Tata Hubungan Kerja Pengelolaan Berbasis Masyarakat COREMAP
Gambar 2.  Struktur Kelembagaan Pengelolaan Berbasis Masyarakat COREMAP  Struktur Kelembagaan dan Tata Hubungan Kerja Kelembagaan COREMAP  A
Gambar 3.  Pentahapan Penyusunan Rencana Pengelolaan Terumbu  Karang (RPTK)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kompetensi adalah suatu kemampuan (keterampilan, sikap, dan pengetahuan) yang dimiliki seseorang yang dapat menunjukkan kinerja unggul dalam melakukan pekerjaan..

Tujuan dan manfaat desain adalah melestarikan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam cerita nusantara serta menyajikan cerita rakyat Jaka Tarub dan 7 Bidadari

Pengaruh Konsentrasi Hidroksipropil Metilselulosa (HPMC) terhadap Sifat Fisikokimia dan Organoleptik Selai Lembaran Nanas, Skripsi S-1, Fakultas Teknologi Pertanian

2 Wakil Dekan Bidang I SALINAN TERKENDALI 02 3 Wakil Dekan Bidang II SALINAN TERKENDALI 03 4 Manajer Pendidikan SALINAN TERKENDALI 04 5 Manajer Riset dan Pengabdian

Pengawasan kualitas merupakan alat bagi manajemen untuk memperbaiki kualitas produk bila dipergunakan, mempertahankan kualitas produk yang sudah tinggi dan

Dengan keragaman fungsi tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan jenis-jenis anggrek di Distrik Oksibil, Kabupaten

Pertunjukan Nini Thowong merupakan salah satu kesenian yang ada di Desa Panjangrejo Kecamatan Pundong Kabupaten Bantul.Pada awalnya warga sekitar mempunyai keyakinan bahwa

Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam