• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN TERUMBU KARANG BERBASIS MASYARAKAT

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang (Halaman 38-111)

Siklus Pengelolaan Berbasis Masyarakat terdiri atas 6 tahapan yaitu persiapan, praperencanaan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi (P5E). Setiap tahap berbeda jangka waktu dan tingkat kompleksitasnya, tergantung kepada kapasitas masyarakat yang melakukan kegiatan-kegiatan di setiap tahap.

3.1. Persiapan

Persiapan merupakan kegiatan PBM di tingkat nasional maupun kabupaten. Tahapan ini meliputi; (i) penyusunan rencana dan sosialisasi program, (ii) perekrutan SETO dan Fasilitator Masyarakat (Community Facilitator), (iii) pelatihan, (iv) kegiatan-kegiatan penyusunan rencana program dan sosialisasi program dari tingkat nasional sampai ke tingkat desa. Pada tahap ini juga dilakukan rekruitmen konsultan, SETO dan

Fasilitator Masyarakat berikut penempatannya. Tahapan persiapan terdiri dari :

3.1.1. Penyusunan Rencana dan Sosialisasi Program

Konsep program PBM disusun oleh komponen PBM di tingkat nasional dengan mengacu kepada panduan COREMAP, pembelajaran COREMAP I dan program lain yang sejenis serta dokumen Pedoman Umum Pengelolaan Terumbu Karang, Pedoman Umum COREMAP II, Perjanjian Pinjaman dengan Bank Dunia, Perjanjian Pinjaman Kredit dengan IDA/IBRD, Perjanjian Hibah dengan GEF, Dokumen Penilaian Proyek, Dokumen Rencana Pelaksanaan Proyek (PIP), serta dokumen kebijakan pengelolaan terumbu karang berbasis masyarakat yang ada. Luaran dari rencana dari program PBM ini adalah tersedianya Pedoman PBM ini beserta dokumen pendukung kegiatan PBM lainnya, yang dilanjutkan dengan sosialisasi ke kabupaten sampai dengan tingkat desa calon lokasi PBM.

Maksud pokok tahap ini adalah menawarkan dan bersama-sama dengan kabupaten untuk merencanakan program PBM yang dilanjutkan oleh PMU Kabupaten ke masing-masing desa calon lokasi. Tahap perencanaan akan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, untuk melakukan penggalangan input dan pengkayaan materi-materi perencanaan, sehingga diperoleh hasil yang bersifat akomodatif dan berdasarkan kebutuhan ril. Dalam tahap sosialisasi akan dikaitkan konsep program PBM yang telah disusun dengan hasil diskusi bersama masyarakat nelayan dan pemangku kepentingan lainnya. Melalui sosialisasi ini diupayakan terwujudnya kondisi masyarakat yang betul-betul siap menerima dan menjalankan komponen PBM pada Program COREMAP. Sosialisasi ini ditujukan untuk memperoleh dukungan penuh dari Pemerintah Desa, para tokoh kunci dan masyarakat setempat.

Sosialisasi dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan penjelasan mengenai konsepsi dasar, tujuan, sasaran, prinsip-prinsip, kebijakan, serta proses dan mekanisme pelaksanaan COREMAP melalui berbagai forum di tingkat pusat maupun daerah.

Tahap sosialisasi ini dipandang penting dalam mendukung keberhasilan proses dan kegiatan yang dilaksanakan pada tahap-tahap berikutnya. Tahap ini perlu dimanfaatkan oleh seluruh pelaku COREMAP di semua tingkatan sebagai upaya untuk mendorong partisipasi dan pengawasan dari semua pihak. Dengan demikian, maka semua pelaku PBM memiliki pemahaman yang sama mengenai PBM.

3.1.2. Perekrutan SETO dan Fasilitator Masyarakat

Keberhasilan program COREMAP akan ditentukan oleh profesionalisme dan dedikasi dari SETO dan tim Fasilitator. Kualifikasi yang tepat akan menguntungkan dalam proses pengangkatannya. Untuk menunjang keberhasilan PBM, maka SETO dan Fasilitator Masyarakat akan diberikan sejumlahn pelatihan sambil bekerja dan PMU.

Proses pengangkatan SETO dan Fasilitator Masyarakat mengacu kepada prosedur dan ketentuan yang berlaku, yaitu pengiklanan, penyaringan, mengundang untuk wawancara dan proses wawancara. Selanjutnya, para pelamar yang telah terpilih dalam proses rekruitmen akan mendapatkan pelatihan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan peningkatan pengetahuan tentang COREMAP II.

3.1.3. Pelatihan

SETO dan Fasilitator Masyarakat yang direkrut serta staf PBM kabupaten, akan mengikuti tiga kegiatan pelatihan, yaitu pengelolaan perikanan karang secara berkelanjutan, pemasaran sosial pengelolaan terumbu karang berkelanjutan, dan PRA.

(a) Pelatihan Pengelolaan Perikanan Karang Secara Berkelanjutan

Perikanan terumbu karang merupakan sektor yang paling produktif. Jika dikelola dengan baik, dapat menjadi sumberdaya yang dapat terbaharui yang mampu menyediakan kebutuhan protein dan sumber makanan yang murah bagi kurang lebih 60 juta manusia yang hidup di wilayah pesisir.

Pelatihan ini akan memberikan informasi awal kepada SETO dan Fasilitator Masyarakat yang selanjutnya akan didiseminasikan kepada pemangku kepentingan pada semua tingkatan tentang alternatif dan kelebihan serta kekurangan dari strategi pengelolaan, yang dilihat dari sudut pandang nelayan, manajer sumberdaya dan organisasi lingkungan. Pelatihan diselenggarakan oleh PMU, diberikan dalam bentuk kursus singkat yang dilengkapi dengan dukungan informasi secara penuh, seperti buku saku, video dan sesi diskusi, selain juga checklist dan latihan penilaian pribadi yang akan dapat dipakai untuk mengetahui pemahaman peserta tentang berbagai masalah dan pilihan.

Setelah pelatihan seluruh peserta diharapkan dapat memahami mengapa COREMAP memfokuskan diri pada pengelolaan perikanan terumbu karang berkelanjutan, relevansinya bagi masyarakat dan sarana

yang dapat dipergunakan untuk pengelolaan sumberdaya perikanan dan terumbu karang dengan lebih baik.

(b) Pelatihan Pemasaran Sosial Terumbu Karang secara Berkelanjutan Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk memperdalam kemampuan tim

PBM COREMAP dalam menarik perhatian kelompok-kelompok

masyarakat untuk mengerti kebutuhan dan menjadi berminat dalam mengelola sumberdaya perikanan dan ekosistem terumbu karang.

Pelatihan pemasaran sosial dapat dilaksanakan di setiap kabupaten oleh satu tim ahli pemasaran sosial yang dikontrak PMU. Pelatihan ini akan dimulai dengan pembahasan peran pemasaran sosial atau kampanye penyebarluasan dalam rangka mempermudah suatu perubahan dalam masyarakat.

Pelatihan pemasaran sosial ini menawarkan suatu pendekatan baru dalam rangka mendorong usaha pelestarian dan pengelolaan berkelanjutan di wilayah pesisir Indonesia dengan menggunakan kekayaan alam Indonesia sebagai landasan untuk membangun rasa bangga terhadap usaha-usaha pengelolaan dan pelestarian.

Pelatihan ini akan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : a) Menyepakati wilayah sasaran

b) Identifikasi visi dan tujuan kampanye c) Menentukan kelompok sasaran

d) Identifikasi kunci emosional (emotional key) e) Menentukan spesies sasaran

f) Slogan kampanye

g) Identifikasi pesan-pesan kunci

h) Melakukan penelitian (penelitian penerapan) pasar

Peserta akan melakukan langsung semua langkah dan mengunakan alat peraga yang tepat untuk mencapai target. Kegiatan yang akan dilaksanakan selama pelatihan ini antara lain adalah:

a) Penampilan dan menganalisa kuesioner survei, focus group discussion (FGD) dan software seperti Survei Pro (yang mudah dipakai dan sangat mempermudahkan analisa data kuesioner, b) Penyiapan dan penerapan siaran pers,

c) Pembuatan panggung boneka, d) Lagu lagu anak ,

e) Komik tentang pengelolaan, f) Lagu popular,

g) Khotbah, h) Papan iklan,

i) Kegiatan sesuai dengan ciri khas masing masing wilayah (dongeng, drama dsb).

Para peserta akan dipilih dengan menggunakan kriteria yang jelas, termasuk di antaranya kriteria berikut ini: (i) Pengalaman bekerja dalam jangka panjang di masyarakat di kabupaten; (ii) Menunjukkan kemampuan sebagai fasilitator atau pelatih dan (iv) Kesediaan untuk bekerja dalam waktu yang lama di lapangan. Dua atau tiga wakil-wakil media juga akan ikut serta dalam pelatihan serta memberikan laporan tentang kegiatan lapangan yang dilaksanakan setelah pelatihan.

(c) Pelatihan Participatory Rural Appraisal (PRA)

Bersamaan dengan menumbuhkan kesadaran masayarakat dan distribusi informasi, melalui proses sosialisasi COREMAP merupakan kesempatan yang ideal untuk mengumpulkan data/informasi terbaru dari nelayan dan nara sumber lain yang ada di desa. Pengumpulan informasi ini dilakukan dengan menggunakan metode PRA oleh tim yang dibentuk. Informasi yang diperoleh akan disampaikan kepada PMU untuk masukan penyusunan draft pertama “Rencana Strategis Pengelolaan Sumberdaya Laut Kabupaten”.

Tujuan dari pelatihan ini untuk menjamin Tim PBM memahami metode (alat/cara) pengumpulan data yang akan digunakan selama masa sosialisasi dan untuk menstandardisasi data-data yang akan dikumpulkan untuk diolah ole PMU. Pelatihan ini akan menerapkan metode-metode

tersebut dan mendiskusikan pengalaman-pengalaman Tim PBM

menggunakan beberapa metode di bawah ini : 1) Melaksanakan wawancara semi-struktural 2) Mengadakan rapat-rapat desa

3) Mengamati sejarah desa terutama yang berkaitan dengan perkembangan perikanan tangkap, migrasi ikan dan trend hasil tangkapan

4) Memetakan daerah tangkapan terutama ikan karang (diatas peta yang disiapkan oleh PMU) setiap bulannya, diikuti dengan nelayan individu dengan metode penangkapan yang berbeda.

5) Kalender musiman untuk berbagai bentuk/garis nelayan termasuk reef gleaners, penjual kayu bakar, pria dan wanita.

6) Jadwal harian untuk nelayan, khususnya reef gleaners dan pria, wanita pada umumnya.

Bahan-bahan untuk penerapan PRA dalam Perencanaan dapat dilihat pada Lampiran 16.

3.1.4. Pengkajian dan Sosialisasi Awal

PBM COREMAP memberikan kesempatan bagi pelaksana program untuk mendapatkan data yang diperlukan dan menciptakan perencanaan yang baik. Pelaksana program harus menyepakati informasi apa saja yang dibutuhkan untuk menciptakan pengelolaan wilayah terumbu karang secara berkelanjutan dan mengoptimalkan hasil penangkapan serta daya dukung lingkungan karang untuk generasi ini dan masa depan.

Pengkajian dan sosialisi awal memberikan kesempatan pertama kepada pelaksana PBM COREMAP ini dan mengunjungi lokasi COREMAP serta membuat sosialisasi dan pengkajian selama tinggal di setiap desa.

Tujuan kegiatan ini adalah melakukan pengumpulan data dan pengkajian kondisi ekologi dan sosial secara obyektif untuk dijadikan bahan-bahan dalam menetapan strategi dan rencana implementasi PBM. Pada saat yang bersamaan dilakukan sosialisasi program kepada pihak-pihak yang memiliki relevansi dan yang potensial untuk berkostribusi pada program.

Pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam proses pengkajian dan sosialisasi awal adalah :

1) Aparat desa-kepala desa, SEKDES, Bendahara Kampung 2) Perwakilan dari BPD

3) Pastur, Imam, Pendeta

4) Pelaku usaha kunci dan anggota masyarakat yang berpengaruh 5) Perwakilan dari nelayan.

7) Kelompok PKK, and Posyandu

8) Organisasi di Desa (contoh, lembaga simpan pinjam, BMT, kelompok nelayan dan kelompok petani),

9) Pemuda dan pemudi. Tahapan dan Strategi Kegiatan :

1) Mempersiapkan pertemuan secara informal dengan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya,

2) Melakukan diskusi intensif dengan materi-materi yang terfokus dengan menggunakan metode FGD, kuisioner dan wawancara, 3) Mencatat dan mendokumentasikan hasil-hasil yang diperoleh,

4) Menganalisis hasil-hasil dan selanjutnya dijadikan sebagai bahan untuk penyusunan rencana dan strategi implementasi PBM.

(a) Rapid Rural Appraisal (RRA)

(i) Pengkajian Potensi dan Status Sosial Ekonomi Desa Secara Cepat Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengumpulkan, menganalisis dan memetakan potensi dan status sosial ekonomi masyarakat untuk mengenali deskripsi situasi obyektif desa lokasi COREMAP. Data dan informasi desa yang dibutuhkan adalah :

1) Organisasi Desa

2) Kelompok Masyarakat yang ada 3) LSM setempat

4) Pimpinan Masyarakat 5) Masalah dan Potensi Desa

6) Pentingnya berbagai kegiatan ekonomi 7) Perubahan mata pencaharian musiman

Pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam kegiatan ini adalah masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya, seperti Kepala Desa, anggota BPD, rohaniawan, pimpinan kelembagaan sosial, pokmas yang telah exist

Tahapan, strategis dan metode yang dipergunakan di dalam kegiatan ini adalah:

1) Pengumpulan data dan informasi melalui pertemuan formal dengan aparat dan tokoh desa

2) Penggalian pengetahuan dan pandangan masyarakat melalui diskusi kelompok, dengan kelompok wanita, nelayan, anak-anak, petani dan pedagang

3) Wawancara pribadi semi-struktural dengan pemangku kepentingan utama dan kunjungan rumah secara acak 4) Identifikasi lokasi penangkapan pada peta yang telah

disiapkan

5) Kalender musim bagi nelayan, petani dan wanita 6) Sejarah desa dari berbagai sumber

7) Kunjungan langsung dengan nelayan

8) Pemantauan Sosial Ekonomi Masarakat Pesisir: - Kondisi Sosek Penduduk

- Kegiatan Penangkapan Ikan

- Pemantauan Sumberdaya Alam Non-ikan - Indikator Kemakmuran Rumah Tangga - Pengkajian Sikap Individu

- Pemantauan Hasil Tangkapan Ikan

Hasil dari RRA dan peta sketsa masyarakat ini akan dievaluasi oleh tim PMU dan dikombinasikan dengan data yang telah ada (hasil survey LSM, penelitian Universitas, data sekunder dari instansi yang ada di kabupaten) dan digunakan untuk menyusun draft pertama strategic plan pengelolaan sumberdaya ekosistem terumbu karang Kabupaten. (ii) Penggalian Persepsi Masyarakat Tentang Status Ikan dan Terumbu Karang

Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui pengetahuan, pandangan dan respon masyarakat terhadap kondisi sumberdaya ekosistem terumbu karang, bentuk dan pola pemanfaatannya.

Untuk mengetahui hal-hal yang dimaksud, maka Tim PBM akan mengadakan diskusi intensif dengan berbagai nelayan, untuk mengidentifikasi berbagai aktivitas mereka, terutama yang terkait dengan aktivitas penangkapan. Berbagai pendekatan akan dilakukan untuk merangkul mereka dalam melaksanakan kegiatan.

Interview akan mencakup beberapa perwakilan dari nelayan yang menggunakan alat yang berbeda untuk mengetahui :

1) Wilayah penangkapan (dibuat oleh nelayan dalam peta yang telah dipersiapkan sebelumnya, menurut jenis dan musim), Kecenderungan penangkapan (cpue);

2) Alasan-alasan kenapa mereka menggunakan alat tangkap tersebut (bila mereka menggunakan alat tangkap baru, apa

alasan penggunaan alat baru? Apa alat tangkap

sebelumnya?);

3) Lokasi dengan potensi khusus (lokasi pemijahan, nursery ground, dsb.);

4) Lokasi yang memiliki potensi unik secara ilmiah;

5) Wilayah yang secara khusus dipengaruhi oleh pihak-pihak luar; 6) Perpindahan nelayan musiman dari wilayah lain; dan

7) Identifikasi praktek penangkapan illegal oleh nelayan asing, tetangga desa dan nelayan setempat.

Hasil survei ini akan diserahkan kepada Dinas Perikanan dan Kelautan untuk disusun oleh PMU, bersama dengan seluruh data sekunder yang tersedia yang berhasil diperoleh dari berbagai sumber seperti : jasa selam, LSM, industri perikanan, dan perguruan tinggi setempat untuk membuat konsep peta potensi perikanan yang terfokus pada wilayah penangkapan, dan semua titik penting di dalam peta kabupaten. Peta tersebut akan dibagikan kepada masyarakat yang ingin berpartisipasi di dalam Program COREMAP untuk membantu mereka di dalam menentukan lokasi wilayah kritis yang perlu pengelolaan dan bagi yang ingin terlibat di dalam pembuatan keputusan manajemen. Karena proses perencanaan dan pengelolaan dilaksanakan untuk setiap kelompok masyarakat, wilayah penangkapan, terumbu karang, padang lamun dan bakau, pemerintah kabupaten akan membentuk sistem pengelolaan laut yang terkoordinasi untuk seluruh wilayah kabupaten.

(b) Studi Banding untuk Tokoh Kunci dalam Pengelolaan (Pro dan Kontra) Pengelolaan ekosistem terumbu karang secara berkelanjutan merupakan konsep yang relatif baru di Indonesia, untuk itu perlu memberikan kesempatan untuk mengajak nelayan turut mendukung pengelolaan tersebut melalui pemahaman masyarakat terhadap tujuan COREMAP. Berdasarkan alasan ini, beberapa tokoh dari desa akan diikutsertakan

dalam kegiatan studi banding ke beberapa lokasi agar mereka dapat melihat manfaat dari suatu bentuk pengelolaan terumbu karang berkelanjutan.

Kriteria Seleksi Lokasi Tujuan Studi Banding

Lokasi tujuan studi banding sebaiknya memiliki kesamaan karakteristik dengan lokasi COREMAP di Indonesia, seperti habitat (perikanan karang), kegiatan penangkapan (skala kecil dan menengah), keberhasilan dan kegagalan suatu pengelolaan (perijinan, zonasi, pembatasan alat tangkap, dll). Berdasarkan pertimbangan ini, dapat ditetapkan lokasi kegiatan tersebut baik di dalam maupun di luar negeri.

Kriteria Seleksi Peserta

Peserta studi banding adalah orang-orang yang paling berpengaruh diantara para nelayan dan pemangku kepentingan lainnya. Adapun kriteria seleksi peserta diantaranya :

1) Anggota masyarakat setempat yang mempunyai komitmen terhadap COREMAP

2) Bersedia mengikuti kegiatan studi banding secara penuh 3) Minimal 30% adalah perempuan

4) Bersedia menyebarluaskan hasil-hasil studi banding terutama kepada pemangku kepentingan COREMAP.

3.1.5. Pembangunan Pusat Informasi Masyarakat

Tujuan pembangunan pusat informasi adalah agar masyarakat dapat mengakses dengan mudah informasi-informasi yang secara khusus terkait dengan aktifitas kenelayanan maupun informasi yang bersifat umum. Pusat informasi juga akan menyediakan informasi tentang perkembangan kegiatan-kegiatan COREMAP utamanya pemanfaatan dana bantuan untuk Seed Fund Desa dan pembangunan prasarana sosial pendukung pengelolaan terumbu karang.

Untuk hal tersebut, COREMAP akan menyediakan dana sebesar Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) setiap Desa untuk melakukan renovasi atau perbaikan gedung/tempat selanjutnya akan dijadikan sebagai pusat informasi bagi masyarakat.

Strategi dan Tahapan Pelaksanaannya

1) Fasilitator Masyarakat dan Motivator Desa akan memfasilitasi LPSTK untuk menentukan tempat yang akan dijadikan sebagai pusat informasi,

2) LPSTK akan mengkordinasikan dengan pemilik tempat/gedung, Kepala Desa dan BPD untuk menetapkan statusnya,

3) Apabila gedung/tempat yang dimaksud adalah milik masyarakat, maka yang bersangkutan akan membuat pernyataan kesediaannya untuk menjadikan gedung/tempatnya sebagai pusat informasi bagi masyarakat,

4) Apabila gedung/tempat yang dimaksud adalah milik pemerintah, maka Kepala Desa akan membuat surat keputusan atau berita acara penetapan gedung/tempat sebagai pusat informasi bagi masyarakat,

5) Selanjutnya dibentuk panitia renovasi gedung pusat informasi,

6) Panitia akan meneliti kondisi gedung, dan selanjutnya menyusun perencanaan renovasi dan anggarannya,

7) Rencana renovasi dan anggaran yang telah disusun oleh panitia, diajukan kepada Kepala Desa untuk disetujui,

8) Rencana renovasi dan anggaran yang telah disetujui oleh Kepala Desa diteruskan ke PMU atas fasilitasi Fasilitator Masyarakat dan SETO untuk diverifikasi dan mendapatkan persetujuan,

9) Setelah PMU menyetujui usulan tersebut, maka PMU akan memerintahkan pencairan dana melalui rekening LPSTK,

10) Panitia akan menunjuk pihak yang akan melakukan renovasi gedung, dan

11) Setelah kegiatan renovasi telah selesai, maka LPSTK akan membuat laporan pelaksanaan dan pengelolaan keuangan melalui asistensi Fasilitator Masyarakat dan SETO, kemudian diserahkan kepada PMU.

3.2. Pra - Perencanaan

3.2.1. Pembuatan Peta Rencana Strategis Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Berkelanjutan

Sebagai langkah awal dalam proses perencanaan PBM COREMAP adalah penyediaan data dan informasi tentang obyek-obyek yang menjadi fokus perencanaan. Untuk itu, PMU akan melakukan

pengumpulan data-data yang berkaitan dengan ekosistem terumbu karang. Status data yang akan digunakan adalah data sekunder dan primer. Data-data yang dibutuhkan mencakup peta potensi sumberdaya ekosistem terumbu karang, dan model-model pengelolaannya. Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai pihak seperti :

 Data perikanan dari Dinas Kelautan dan Perikanan, provinsi, kabupaten maupun perusahaan perikanan;

 Peta-peta dan laporan-laporan Proyek MREP;  Atlas pesisir dan laut;

 Hasil penelitian dari Perguruan Tinggi, LSM dan organisasi lain yang peduli terhadap ekosistem terumbu karang;

 Titik posisi (GPS) tempat penyelaman utama dari operator selam lokal;

Peta dasar yang akan digunakan dalam PRA berskala 1 : 50.000 yang disediakan oleh PMU. Peta-peta dimaksud akan digandakan untuk disediakan bagi Tim PBM selama melakukan sosialisasi Rapid Rural Assessment. PMU juga akan melakukan pendigitasian data yang dikumpulkan dari para nelayan yang merupakan hasil PRA.

Sementara untuk data primer, diperoleh dari pengukuran dan pengambilan data yang mencakup rataan terumbu karang dan daratan pulau. Untuk melakukan pengukuran data dibutuhkan peta dasar sebagai acuan atau pembanding dalam proses pembuatan peta pada setiap wilayah desa/pulau. Pembuatan peta akan dilakukan bersama-sama (partisipatoris), dengan melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya yang intensif berinteraksi secara sosial, ekonomi dengan wilayah yang akan dipetakan. Tim PBM bertugas memfasilitasi dan membantu masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya dalam pembuatan peta. Obyek-obyek yang akan dipetakan adalah, wilayah daratan pulau yang meliputi tata jalan, tata pemukiman, tata bangunan pemerintahan (kantor), tata bangunan sosial (peribadatan dan makam), tata bangunan ekonomi, tata vegetasi pantai/darat, serta wilayah rataan terumbu karang yang meliputi biota yang terkandung pada perairan mulai dari garis pantai sampai dengan garis slope.

Hasil yang diperoleh berupa peta tematik dengan tema-tema tertentu, seperti peta sebaran terumbu karang, peta pemukiman, peta wilayah penangkapan, dan lain sebagainya, akan dikembangkan oleh PMU dalam penyajian informasi tentang sumberdaya ekosistem terumbu karang di atas peta. Peta tersebut akan menjadi dasar untuk membangun rancangan awal Rencana Strategis Pengelolaan Ekosistem

Terumbu Karang Berkelanjutan. Data dasar dan peta tersebut akan disesuaikan secara berkala melalui program COREMAP. Selanjutnya didesiminasi kepada kepala desa, LPSTK dan stakeholder terkait.

Untuk memperkuat hasil pengkajian dan pemetaan tersebut, akan dilakukan pembaruan data dan informasi secara berkala. Untuk itu, PMU dan tim PBM akan melakukan sebuah kegiatan pengumpulan dan pengkajian data sosial, ekonomi, budaya dan lain sebagainya terkait dengan pengelolaan sumberdaya ekosistem terumbu karang dengan menggunakan pendekatan atau metode PRA (participatory rural appraisal atau pengkajian kondisi desa / kampung secara partisipatif). 3.2.2. Mempersiapkan Rekrutment Motivator Desa

Motivator Desa (Village Motivator) adalah anggota masyarakat desa setempat yang menjadi panutan dan mempunyai bakat kepemimpinan, serta motivasi untuk membangun desa, yang dipilih oleh masyarakat untuk membantu Fasilitator Masyarakat dalam membimbing dan memotivasi masyarakat agar mampu berperan aktif dalam kegiatan pengelolaan terumbu karang secara lestari.

Calon Motivator Desa akan dipilih oleh masyarakat dengan masukan dari SETO dan Fasilitator Masyarakat yang melakukan sosialisasi dan pengkajian awal terlebih dahulu. Seleksi ini akan dilakukan sesuai kriteria yang disepakati dan disetujui masyarakat. Hasil seleksi motivator oleh masyarakat akan ditetapkan oleh Kepala Desa. Motivator Desa akan dikontrak oleh PMU COREMAP untuk membantu pelaksanaan kegiatan Pengelolaan Berbasis Masyarakat di desa.

Strategi Pemilihan Motivator Desa

1. Susun Kerangka Acuan untuk Motivator Desa.

2. Penentuan pemenang didasarkan pada perolehan jumlah suara yang terbanyak.

3. Masing-masing Pokmas atau anggota masyarakat mengajukan calon sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati.

Isi Kerangka Acuan

Tugas dan tanggung jawab Motivator Desa

Syarat-syarat untuk menjadi Motivator Desa

4. Sebelum dilakukan pemilihan, Fasilitator Masyarakat akan menjelaskan secara rinci tentang tugas dan tanggung jawab Motivator Desa. 5. Kandidat menyampaikan pendapatnya tentang terumbu karang,

program PBM -COREMAP, dan program-program yang akan

dilaksanakan untuk mengembangkan masyarakat, agar para pemilih dapat menilai kemampuan dan kesungguhan masing-masing calon. 6. Sebelum dilakukan proses pemilihan, pastikan bahwa para calon

bersedia untuk dipilih dan telah memenuhi persyaratan seperti yang tertuang di dalam Kerangka Acuan.

7. Proses pemilihan secara demokratis.

8. Motivator yang dipilih di setiap desa sebanyak 2 orang, 1 orang laki-laki dan 1 orang perempuan.

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang (Halaman 38-111)

Dokumen terkait