• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

B. Pemaparan Subjek II

Tabel 4.9. Data Diri Subjek II

Nama NS

Jenis Kelamin Laki-laki

Tempat Lahir Medan

Tanggal Lahir 11 Februari 2004

Usia 9 tahun 11 bulan

Suku Batak Toba

Kelas IV

Sekolah SD Swasta

2. Deskripsi Subjek II

Subjek kedua dalam penelitian ini adalah seorang anak laki-laki berusia 9 tahun 11 bulan. Ia merupakan anak pertama dari dua bersaudara dan ia memiliki adik perempuan. NS memiliki ciri fisik berkulit putih dan memiliki berat badan tergolong ideal dengan tinggi badan ± 100 cm. Rambut terlihat rapi dengan potongan pendek dan ia memiliki fisik dan mata yang normal. NS selalu berpenampilan dengan memakai pakaian rumah yang sederhana jika sedang di rumah.

Sehari-harinya NS hampir selalu melakukan rutinitas yang sama, seperti sekolah, pulang sekolah bermain PSP, makan siang, mengerjakan tugas sekolah, saat teduh (membaca renungan Alkitab) dan membuat kesimpulan berdasarkan ayat Alkitab yang ia baca dan kemudian menuliskannya di buku dengan kalimat

yang masih belum terstruktur, kembali bermain PSP sampai waktu untuk mandi sore, menonton TV, dan makan malam.

NS menunjukkan perilaku rigid, sehingga jika ada perubahan jadwal maka orangtua harus memberikan penjelasan supaya NS mengerti dan menerima situasi. NS akan marah jika perubahan jadwal yang berhubungan dengan game. Ia akan marah dan memukul kepala, menangis sambil menggigit tangan karena tidak boleh bermain game. Ia tidak akan berhenti sampai ibunya menarik tangannya atau setiap orang yang ada di rumah mengikuti perilaku NS. Biasanya NS akan berhenti jika orangtuanya ikut menggigit tangan mereka dan NS akan menarik tangan ibunya.

Beberapa perilaku stereotype yang ia miliki seperti akan meletakkan tangannya di depan mulut untuk merasakan sensasi sentuhan dan bau pada tangan. Biasanya ketika ia merasa bosan atau sedang mengalami kesulitan. Sensitifitas terhadap suara yang sangat tinggi membuat ia tidak suka mendengar suara teriak atau riuh. Ia akan menggigit tangan dan kepalanya jika hal tersebut terjadi. Demikian halnya jika berada di dekat orang lain. NS secara sengaja akan menyentuhkan tangan ke tubuh temannya untuk memperoleh sensitifitas sentuhan. Selain itu ingin mengatakan bahwa ia membutuhkan bantuan temannya karena ia tidak paham bagaimana menyelesaikan permasalahannya.

NS sangat tertarik bermain puzzle, hal ini membuat ia termotivasi untuk mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya dengan baik dan waktu yang cepat. Ketertarikannya tersebut membantu pemeriksa dalam menjalankan pemeriksaan. NS cukup patuh ketika mengerjakan tugas yang diberikan. Terlihat ketika

mengerjakan tugas ia mau diajak untuk duduk dan menyelesaikan tugasnya. Walaupun dengan waktu yang relatif terbatas. Ia mencoba untuk mengerjakan tugas sampai selesai karena ada pemberian reward puzzle.

NS memiliki kemampuan komunikasi ekspresif yang kurang baik. NS belum konsisten mengucapkan kata atau kalimat sederhana, terkadang bahasanya masih belum terstruktur misalnya ketika ia mengatakan “mama ibu guru Siantar 3 hari” artinya bahwa ibu gurunya bertanya, libur 3 hari NS pergi kemana?, NS menjawab gurunya pergi ke Siantar. Selain itu NS juga mengalami kesulitan dalam hal pengucapan kata atau kalimat yang mengandung huruf s, r yang berada di awal, tengah, atau akhir kata. Misalnya kata “sapi” diucapkan “tapi”, “selimut” diucapkan “telimut”, dan “sayur” diucapkan “tayul”. Pengucapan huruf yang tidak jelas tidak mengganggu arti dari kalimat yang diucapkan.

Kemampuan komunikasi reseptif NS tergolong cukup baik. Ia sudah mengerti perkataan atau pertanyaan orang lain yang diucapkan secara jelas dan singkat, memahami instruksi tunggal, seperti NS main “game di kamar mama mau bicara dengan tante” atau “NS kecilkan suara game nya, mama sedang bicara dengan tante”. Sama halnya dengan instruksi yang lebih kompleks namun dengan pengucapan kalimat yang jelas, NS juga mengerti, seperti “NS setelah BAB siram kamar mandi dan tangannya di sabun”.

NS memiliki hubungan yang dekat dengan orangtunya, ia lebih sering berinteraksi dengan ibunya karena ayahnya harus bekerja. Sepulang ayahnya kerja, ayahnya akan mengajak ia bermain atau berbicara. Hubungan NS dengan adiknya sangat baik, ia sangat sayang kepada adiknya. Terlihat ketika ia bermain

puzzle ia memanggil adiknya untuk bermain bersama, mau membantu adiknya mengambil air minum atau membantu menyusun kepingan puzzle milik adiknya. Berbeda dengan adik NS yang sering mengejek abangnya yang terkadang berbicara dengan kata-kata yang kurang jelas, seperti “abang ini belum jelas bicaranya bilang sayur tayul” ungkap adik kepada pemeriksa. Walaupun demikian adiknya cukup menunjukkan sayang dan perhatian kepada abangnya.

NS memiliki kemampuan bantu diri yang cukup baik, dimana ia sudah dapat mengambil makanan dan mandi seorang diri tanpa dibantu oleh ibunya. Ia juga sudah dapat menghidangkan teh kepada tamu, membuat teh, dan menggoreng kue walaupun masih dalam pengawasan ibu. Pada saat pemeriksaan NS menuangkan teh ke gelas adiknya, ibu, dan pemeriksa. Hasilnya, hanya sedikit teh yang tumpah dan secara keseluruhan terlihat bahwa gerakan tangan NS sudah tidak kaku ketika memegang dan mengangkat teko.

NS memiliki daya ingat jangka pendek yang cukup baik jika berhubungan dengan gambar, terlihat ketika ia bermain castle ia mengingat bentuk dan posisinya, sehingga ketika diminta untuk menggambar bebas, ia menggambar sesuai pola yang dilihatnya dari pola castle. Ia juga berusaha mengingatnya dengan memikirkannya terlebih dahulu sebelum menggambar. Setelah ia mengingatnya ia pun segera menggambarkan di kertas. Kemampuan mengingat NS yang berhubungan dengan informasi berupa kata-kata dan abstrak tergolong kurang baik. Terlihat ketika ibunya meminta NS untuk mengulang materi pelajaran PPKN mengenai “kerjasama” yang sudah dihafalnya NS tidak dapat melakukannya dengan baik, padahal 2 jam yang lalu ia sudah mampu

mengucapkan pengertian dari kerjasama berdasarkan kalimat yang ada di dalam buku.

NS memiliki rentang perhatian yang relatif singkat dan mudah bosan, namun jika ada pemberian reward dan stimulus berupa objek visual, NS akan berusaha bertahan untuk mengerjakan tugas dengan jadwal yang telah ditentukan dari awal pengerjaan. NS akan menyelesaikan tugas sekolah atau tugas yang berhubungan dengan pemeriksaan psikologis dengan cepat karena ia ingin mendapat reward dari hasil pekerjaannya. Reward yang ia suka adalah berupa permainan puzzle, sedangkan orangtua NS biasanya memberikan game PSP atau dari HP.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa NS mengalami masalah perkembangan perpasif Autistic spectrum disorder (ASD) yang high function yaitu memiliki kapasitas intelektual tergolong rata-rata (Average), memahami komunikasi reseptif, kemampuan daily living skill, dan mengalami kendala ketika melakukan keterampilan sosial. Ia sudah memiliki kemampuan dasar keterampilan sosial seperti kemampuan komunikasi namun sulit untuk mempertahankannya. Memiliki keinginan untuk bermain dan terlibat interaksi sosial dengan orang lain. Hanya saja ia kurang paham bagaimana melakukannya. Hal inilah yang membuat peneliti menentukan bahwa NS akan menjadi subjek pada penelitian ini.

3 . Hasil Wawancara

Hasil wawancara yang telah dilakukan kepada ibu dan guru subjek, diperoleh gambaran umum mengenai kemampuan keterampilan sosial NS.

Perkembangan kemampuan sosial NS akan tergambar melalui pemaparan dimensi keterampilan sosial. Kemampuan NS dalam understanding emotional skill tergolong cukup baik dan cukup sering digunakan di aktivitas sehari-hari. Keterampilan tersebut berhubungan dengan kemampuan menunjukkan rasa simpati terhadap orang lain, mudah mengetahui ketertarikan terhadap orang lain atau tidak. NS cendrung bersikap malu dan menhindar ketika bertemu dengan orang yang ia sangat suka atau yang tidak ia suka. NS mengenal ekspresi wajah orang lain sehingga dengan mudah memahami ekspresi sedih dan bahagia orangtua atau adiknya. JE memahami lelucon atau humor orang lain dalam bentuk cerita, NS masih belum mampu melakukannya. Ia akan tertawa jika melihat orang lain tertawa atau menonton TV.

Selain itu conversational skill NS untuk memahami pertanyaan sederhana cukup baik, cukup mampu melakukan percakapan dua arah, merespon dengan teliti saat berbicara, mengekspresikan perasaan perasaan secara verbal, memperkenalkan diri sendiri kepada orang lain walaupun dengan menutup mata. Sementara itu untuk melakukan kontak mata saat berbicara, mengambil jarak yang pantas saat berinteraksi dengan teman sebaya, dan ketika berinteraksi jarang sekali menggunakan suara yang pantas saat berbicara, NS masih sulit mengontrol kekuatan suarannya di situasi umum, dan kurang baik dalam mengutarakan keinginannya. NS masih terbiasa untuk mendapatkan yang ia inginkan tanpa mengatakannya secara langsung.

NS memiliki kemampuan friendship skill yang kurang baik seperti jarang terlibat dalam kegiatan dengan teman sebaya, mengajak teman untuk melakukan

kegiatan bersama baik kegiatan yang terstruktur maupun yang tidak terstruktur, jarang sekali melibatkan teman-teman dalam kegiatan yang ia inginkan, mengalami interaksi positif dengan teman sebaya, dan mengalami interaksi negatif dengan teman sebaya, menunjukkan ketertarikan terhadap interaksi sosial, dan jarang melakukan kegiatan dengan teman sebaya secara sukarela, tidak pernah menunjukkan rasa ingin tahu melakukan interaksi sosial dan merespon teman sebaya untuk melakukan kegiatan bersama-sama. Di sekolah NS masih sering mendapat perlakuan kurang baik dari teman-teman dan guru. Ia masih sering diejek dan diganggu. Terkadang uang NS atau snack dari dalam tas dicuri teman-temannya. Sikap guru yang keras dan memberikan hukuman fisik membuat NS merasa takut.

Sama halnya mengenai kemampuan play skill, NS lebih suka bermain sendiri dan bermain permainan game di ipad dan komputer. NS masih kurang mampu dalam memecahkan masalahnya ketika teman-temannya mengganggu, NS merasa takut melakukan interaksi sosial karena sering mendapat perlakuan negatif, sensitifitas terhadap suara sangat tinggi sehingga NS suka menyakiti diri sendiri atau orang lain, dan sulit mengontrol emosinya untuk menggigit tangan atau memukul kepala jika ada keinginannya tidak terpenuhi sesuai rencana (dealing with conflict).

4. Analisis data Fase Baseline

a. Tempat, waktu, dan jumlah pengambilan baseline

Tempat melaksanakan baseline adalah di sekolah sebanyak 5 kali. Baseline dilakukan pada saat terapi dan jam sekolah. Pemilihan waktu disesuaikan

dengan aktivitas keterampilan sosial yang subjek lakukan di sekolah. Baseline dilakukan sebanyak 5 kali.

b. Hasil pelaksanaan baseline subjek II

Baseline 1: Di Sekolah 30 Januari 2014 (09.00-12.00 WIB)

Observasi dilakukan di dalam kelas dan di lapangan bermain. Kondisi kelas sangat kacau, berisik, kotor. NS sedang keluar ketika peneliti tiba di kelas. Kondisi kelas sangat kacau. Guru berbicara dengan kasar dan siswa bermain-main tanpa ada rasa takut kepada guru. Pada saat itu sedang mengikuti pelajaran olahraga. Guru meminta siswa untuk memeriksa hasil ujian mereka. NS yang saat itu tidak tahu apa yang harus dikerjakan, guru olahraga mengijinkan NS pergi ke lapangan olahraga. Setelah ia masuk ke kelas, NS senyum melihat peneliti dan ia menyapa “halo Bu Wini, selasa kamis NS main dengan Bu Wini?” peneliti segera memberikan bahasa tubuh “pelan suara” akhirnya ia mengecilkan suara dan duduk. Lalu ia mengatakan “Selasa dan Kamis kita main lagi?” (understanding emotion). Dilanjutkan dengan mata pelajaran Bahasa Inggris dan NS cukup tertarik mempelajrainya. Ia aktif menulis vocabulary sebanyak 100 kata dan membaca percakapan ke depan kelas. NS terlihat mengangkat tangan ketika gurunya bertanya “saya bu..saya bu”. Ia cukup mampu bertanya dan menjawab dengan kalimat yang cukup baik walaupun pengucapannya kurang jelas, namun kurang mampu untuk melakukan percakapan dua hari dan menentukan topik pembicaraan (conversational skill). Kondisi kelas yang sangat berisik dan tidak teratur membuat NS stres sehingga beberapa kali menggigit tangan dan memukul kepalanya. Ia cukup mampu mengakhiri permainan, bermain timbal balik, dan

kemampuan berbagi makanan atau mainan yang ia miliki kepada orang lain (play skill). Di sekolah ia belum menunjukkan ketertarikan bermain dengan teman-temannya. Permainan mereka cenderung berbahaya, seperti berkelahi, keroyok-keroyokan (friendship skill). Selain itu mereka merasa takut dan sensitif dengan suara keras. Biasanya ia menggigit tangan jika mendengar suara keras. NS menghindar dan merasa takut ketika abang seniornya melewati kelas mereka. Menurut temannya ia sering diganggu. Terlihat ketika mereka lewat ia secara spontan menggeser badannya ke belakang (dealing with conflict). NS terlihat merasa kurang nyaman berada di sekolah dan di dalam kelas. Selain lingkungan sekolah, konsep dan metode belajar yang digunakan tidak sesuai dengan kondisi NS.

Baseline 2: Di Sekolah, 31 Januari 2014 (09.00-12.00 WIB)

Peneliti menyapa NS dan ia menjawab dengan jawaban “hai bu Wini”. Saat itu mereka sedang belajar mata pelajaran IPS dan NS asyik dengan lamunannya. Ia asyik menggoyang kursinya ke belakang seperti kursi goyang. Ia tidak membuka buku ataupun menulis. Ia sangat sulit memahami pelajaran IPS mengenai Kebutuhan Dasar Manusia. Guru hanya menyuruh siswa membuka buku dan mengerjakan tugas yang ada di buku. Sesekali keluar ia karena tidak mampu menahan berisiknya kelas dan menggigit tangan. Setelah jam istirahat, terlihat semua siswa bermain permainan dan mereka mencoba untuk mengajak NS. Ia sangat senang sekali, tertawa melihat kebersamaan dengan teman-temannya, namun karena berisiknya suara di dalam kelas membuat ia menggigit tangannya. Secara keseluruhan NS masih harus diarahkan dalam bermain.

NS cukup mampu berbagi dengan teman dan mampu bermain timbal balik jika prosedur permainan ia pahami. Ia cukup baik dengan teman-temannya, mau berbagi, dan menolong teman yang sudah dekat dengannya. Ia melihat dan memahami teman yang mengalami kesusahan. Pada saat itu kondisi kelas sangat kacau hal tersebut membuat ia tidak nyaman bermain dengan teman. Ketika ia mengalami stres di dalam kelas, biasanya NS keluar kelas, atau memainkan kursinya seperti kursi goyang.

Baseline 3: Di sekolah, 21 Januari 2014 (09.00-12.00 WIB)

NS sedang duduk di kursi sambil melihat teman-temanya bermain. Ia menggoyang-goyang kursinya sedangkan anak yang lain bermain bersama. NS mendekati mereka sambil menjaga diri untuk agar tidak diganggu mereka. Permainan anak laki-laki sangat kasar, seperti mendorong, berkelahi, menimpa badan, dan berkejaran. Sesekali bahasa kotor mereka ucapkan kepada temannya. Sedangkan anak perempuan saling bercerita, berkejaran, pergi ke kantin, dan ada beberapa dari mereka bermain tepuk-tepuk tangan. Adik NS masuk ke kelas abangnya untuk memberikan makanan yang ia bawa dari rumah. Percakapan sederhana mereka komunikasikan sambil menikmati snack. Teman-teman NS kemudian datang menghampirinya dan ia tidak memberikan reaksi. Mereka mendekati NS dengan suara teriakan keras, NS tidak suka mendengar suara teriakan. Ia menutup telinganya dan memukul badan temannya pelan. NS pergi ke luar kelas dan melihat temannya yang sedang membaca buku. NS melihat buku temannya dan menanyakan buku yang sedang ia baca. NS tidak mengikuti permainan bahkan kegiatan dengan teman-temannya selama jam istirahat.

Baseline 4: Di sekolah, 22 Januari 2014 (09.00-12.00 WIB)

NS menyapa peneliti sebelum bermain. Ia bermain kejar-kejaran bersama temannya Beberapa menit kemudian adiknya masuk ke dalam kelas dan mencoba untuk mengikuti kegiatan. Ia mau berbagi dan menolong adiknya ketika adiknya masuk ke dalam kerumunan teman-temannya. NS dengan senang hati membiarkan adiknya mengikuti permainan (play skill dan friendship skill). Setelah selesai bermain, NS kembali duduk di kursi sambil menggoyang-goyangkannya. Beberapa teman perempuan datang menghampiri NS dan menanyakan apakah NS mau ikut bermain. NS menjawab tidak mau. Mereka bermain tepuk aladin. Berbeda dengan anak laki-laki yang sibuk dengan permainannya sendiri. Selama di kelas ia kurang mampu mengontrol kemarahan ketika dipeluk atau dirangkul teman laki-laki. Ia akan merasa lebih tenang dan nyaman ketika tidak ada yang mengganggu dan tidak bertanya kepadanya (dealing with conflict). Ia paham ketika dikatakan “tidak gigit tangan” ia akan melepaskan tangannya sambil mengatakan “tidak boleh gigit tangan ya”. Secara keseluruhan ia masih terlihat baik dengan teman, hanya saja ia kurang suka dengan percakapan. Hal ini membuat ia marah dan menggigit tangan.

Baseline 5: Di Sekolah, 2 Februari 2014 (10.00-12.00 WIB)

Peneliti kembali datang ke sekolah pada saat mereka sedang istirahat. NS mengambil snack dari adiknya dan kemudian duduk di kursi. Beberapa menit kemudian salah satu dari temannya mengadu kalau uang NS dicuri. Peneliti bertanya kepada NS, namun ia tidak menjawab nama teman yang mengambil uangnya. Adik NS merasa bahwa uangnya pasti jatuh. Biasanya NS meletakkan

uang di sepatu agar tidak terjatuh atau diambil teman-temannya. Suara di dalam kelas sangat berisik, anak-anak bermain-main kasar sambil menendang atau memukul temannya. NS tidak melihat mereka dan segera pergi meninggalkan kelas. Ia mengambil penggaris yang terbuat dari besi, ia menggunakan sebagai mainannya. NS memasukkan penggaris ke dalam lubang yang ada di dinding. Ia menanyakan apakah penggarisnya boleh dijatuhkan ke bawah dari lantai kedua. Di lantai satu ada anak yang berdiri tepat dibawah penggaris akan dijatuhkan. NS kembali menanyakan hal yang sama, namun rasa takut NS telah membatalkan niatnya. Ia kembali memasukkan penggaris ke lubang dan tidak berani menjatuhkannya. Beberapa menit kemudian muncul beberapa anak perempuan dari kelas lima. Mereka menanyakan kabar NS dan ada anak yang memperkenalkan dirinya. NS bersalaman dan menjawab pertanyaan mereka tanpa mengajukan pertanyaan tambahan. Beberapa anak sibuk dengan kegiatan dengan teman-temannya, NS asyik bermain sendiri.

Tabel 4.10 Data Baseline Subjek II Tugas : Keterampilan Sosial score system:

Diberi skor 0 : Jika tanpa ada prompt skor 1 : Jika anak di gesture prompt

skor 2 : Verbal prompt skor 3 : physical prompt skor 4 : tidak dilakukan

Komponen Prompt

Sesi 1 Sesi 2 Sesi 3

Sesi 4 Sesi 5 Conversational Skill

Kemampuan anak mengucapkan salam, menyapa, dan memperkenalkan diri.

4 2 3 2 2

Ikut serta dalam percakapan (ada diskusi atau sedang belajar subjek berada di dalam kelompok)

4 4 3 2 4

Kemampuan mendengar (memperhatikan dan menjawab

pertanyaan).

Mampu menentukan topik pemicaraan 4 4 2 2 2

Memperhatikan orang lain ketika berbicara

4 2 2 2 4

TOTAL 20 14 12 11 15

Play Skill

Kemampuan mengatakan kepada teman untuk ikut permainan atau aktivtas bersama (“aku ikut”)

4 4 2 2 4

Kemampuan berbagi permainan dan makanan

4 4 4 4 4

Kemampuan mengajukan pendapat dengan mengangkat tangan “saya bu”.

2 2 2 3 2

Memiliki kemampuan bermain timbal balik

4 2 4 4 4

Mengajak teman melakukan aktivitas bersama (“Ayo”)

4 4 2 0 4

Mengambil bagian dalam permainan dan kegiatan.

4 4 3 3 2

TOTAL 22 20 17 15 20

Friendship Skill

Mengetahui kondisi teman

4 4 2 4 4

Mampu bermain permaianan terstruktur 2 2 2 2 2

Mampu bermain permainan tidak terstruktur

0 4 4 0 0

Kemampuan berbagi mainan dan makanan kepada orang lain

4 4 4 4 4

Mampu menghadapi tekanan dalam hubungan berteman.

4 4 0 2 2

Mampu untuk tidak memukul atau menganggu teman

4 4 2 2 2

TOTAL

18 22 14 14 14

Dealing With conflict

Kemampuan untuk manajemen Kemarahan (tidak berteriak, pukul kepala, atau merengek).

4 4 4 4 4

Memiliki kemauan untuk menolong orang lain “ aku bantu ya” “ Gini caranya”

4 4 0 2 4

Mengatakan kepada guru, orangtua jika ada yang bullying

4 4 4 4 4

Jika tidak paham mengenai tugas baru anak mengatakan minta tolong dan tidak merengek.

4 4 2 4 2

TOTAL

16 16 10 14 14

Understanding Emotions

Mampu mengungkapkan perasaan sedih dan bahagia

4 4 4 4 0

Mampu mengungkapkan perasaan sakit dan marah

4 4 4 4 4

Mampu memahami perasaan orang lain (sakit dan marah)

0 0 0 0 2

TOTAL

Gambar 4.4. Hasil Baseline Subjek II

NS sering memilih untuk bermain sendiri atau melihat temannya bermain.

Keterampilan sosial

kurang baik

ASD (Autistic Spectrum Disorder) Ciri dan kriteria ASD yang dimiliki NS.

Sekolah memiliki situasi lingkungan yang kurang kondusif, kurang disiplin, manajemen sekolah kurang baik sehingga NS mudah stres jika berada di sekolah.

NS menjadi korban bully di sekolah hal ini membuat NS merasa takut dan tidak nyaman dengan siswa di sekolah.

NS takut kepada guru yang suka memukul dan memberi hukuman, sehingga NS lebih memilih diam dan tidak aktif ketika di kelas.

Perilaku negatif NS, seperti suka melukai diri sendiri dan terkadang melukai orang lain. Hal ini menyebabkan teman-teman NS merasa takut.

Teman-teman NS masih kurang memahami kondisi, keinginan NS dan NS cendrung ditolak.

NS kurang jelas berbicara karena ada masalah dalam rongga mulut.

Lingkungan NS sering memberikan apa yang ia minta dengan komunukasi nonverbal.

NS lebih tertarik bermain game dan mengabaikan teman-temannya Tidak menjawab ketika ada orang yang bertanya dan cendrung menghindar.

NS tidak memiliki teman dan tidak mengetahui bagaimana cara berinteraksi dengan teman.

Sulit mengungkapkan perasaan marah dan bosan.

5. Perbandingan Perkembangan Keterampilan Sosial Pada Pretest,

Intervensi, dan Postest Subjek II

a. Conversational Skill

1) Mampu menyapa dan memberikan salam

0 1 2 3 4 p ro m p t

2) Ikut serta dalam percakapan (bercerita)

0 1 2 3 4 p ro m p t 3) Menjawab pertanyaan 0 1 2 3 4 p ro m p t

4) Mampu menentukan topik pembicaraan

0 1 2 3 4 p ro m p t

5) Memperhatikan orang lain ketika berbicara 0 1 2 3 4 p ro m p t

Kesimpulannya, hasil pretest kemampuan conversational skill NS kurang optimal, setelah posttest menurut ibu NS mengalami perubahan menjadi lebih ramah, mau menyapa orang lain walaupun untuk bertemu dengan orang dekat ia masih malu. Setiap pulang sekolah ia tidak lupa menceritakan kegiatannya dan pengalamannya di sekolah, misalnya ketika uangnya hilang atau dipukul dan

Dokumen terkait