• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAAN

5. Pemasaran Ternak Sap

Pemasaran ternak sapi di daerah penelitian ini dilakukan dengan penjualan sapi hidup. Pada umumnya peternak menjual ternaknya melalui agen ternak yang langsung datang kerumah peternak atau kepada calon pembelinya langsung. Penjualan ternak biasanya dilakukan pada saat umur ternak < 1 tahun (anakan) dan umur 1-2 tahun (muda/dara). Pada umur tersebut bobot rata-rata karkas 90- 125 kg. penjualan sapi didasarkan pada bobot karkas ternak yang nilai setiap kilogram karkas sapi adalah Rp.60.000,-. Penjualan ternak biasanya dilakukan pada saat musim haji, musim hajatan (pernikahan, dan lain-lain), untuk kebutuhan anak sekolah dan lainnya. Selain itu penjualan ternak muda juga dilakukan untuk dijadikan bibit indukan bagi calon pembeli. Untuk pejantan biasanya penjualan bertujuan untuk dijadikan bibit pejantan sebgai tipe pekerja.

Pengaruh Variabel Bebas/Independent Terhadap Pendapatan Peternak

Untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat digunakan analisis regresi

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

linier berganda, dimana yang menjadi variabel bebas (independent) adalah jumlah ternak (X1), umur peternak (X2), tingkat pendidikan (X3), pengalaman beternak

(X4), jumlah tanggungan keluarga (X5), motivasi beternak (D1), jumlah tenaga

kerja (X6), sedangkan yang menjadi variabel terikat/tidak bebas (dependent)

adalah pendapatan (Y).

Adapun hasil pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat dapat di lihat pada Tabel 8 dan Tabel 9.

Tabel 8. Analisis varian pendapatanb dan hasil penduga parameter

Sumber Derajat Bebas F tabel F hitung Tingkat Signifikansi

Regresi 7 2.72 8.104 0.000a

Residual 45

Total 52

Sumber : Lampiran (11)

Keterangan : a. Predictors: (constant), jumlah tenaga kerja, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan, motivasi beternak, jumlah ternak, pengalaman beternak,umur.

b. Dependent Variabel : Pendapatan Bersih

Tabel 9. Analisis Regresi Linier Berganda Pengaruh Jumlah Ternak, Jumlah Tenaga Kerja, Jumlah Tanggungan Keluarga, Pendidikan, Motivasi, Umur, dan Pengalaman Beternak terhadap Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Variabel Koefisien

Regresi

Std.Error t-hitung Signifikan

Konstanta 2196248 5751671 0.382 0.704 X1 3524652 558806.8 6.307 0.000 X2 -18162.3 81684.037 -0.222 0.825 X3 -376583 296907.8 -1.268 0.211 X4 -113907 95596.168 -1.192 0.240 X5 -876534 650634.1 -1.347 0.185 D1 -603043 1736565 -3.47 0.730 X6 1069250 1066446 1.003 0.321 R square 0.558 Regresion 1E+015 Residual 1E+015 F Ratio 8.104 F-tabel ( =0,05) 2.72 T-tabel ( =0,05) 2.02 Sumber : (Lampiran 12)

Berdasarkan Tabel 12 di atas di peroleh persamaan sebagai berikut:

= 2196248 + 3524652X1 – 18162.3X2 – 376583 X3 – 113907 X4 – 876534 X5 – 603043D1 + 1069250X6 + µ

Keterangan:

: pendapatan peternak sapi potong (baca : Y topi)

X1 : skala usaha (jumlah ternak sapi) dalam ST

X2 : umur peternak (tahun)

X3 : tingkat pendidikan (tahun)

X4 : pengalaman beternak (tahun)

X5 : jumlah tangunggan keluarga (jiwa)

D1 : motivasi beternak (variable dummy)

X6 : jumlah tenaga kerja (jiwa)

Berdasarkan Hasil Regresi di atas dapat diketahui:

1. Nilai Konstanta/Intersept adalah sebesar 2196248. Artinya apabila variabel bebas yaitu skala usaha (jumlah ternak), umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja tidak ada maka peternak sapi potong tetap memperoleh pendapatan sebesar nilai Konstanta yaitu 2196248.

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

2. R Square bernilai 0.558, artinya bahwa semua variabel bebas skala usaha (jumlah ternak), umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja mempengaruhi variabel terikat sebesar 55.8% dan selebihnya yaitu sebesar 44.2% dijelaskan oleh variabel lain (

µ)

yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

3. Secara serempak nilai F-hitung (8.104) lebih besar daripada F-tabel (2.72). Hal ini menunjukkan bahwa secara serempak ketujuh variabel tersebut yaitu skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja berpengaruh secara nyata (ada pengaruh positif) terhadap pendapatan peternak sapi potong dengan taraf signifikansi 0.000 dan pada taraf kepercayaan 95%.

4. Secara partial nilai t-hitung variabel yang mempengaruhi adalah variabel jumlah ternak (6.307), variabel umur peternak (-0.222), variabel tingkat pendidikan (-1.268), variabel pengalaman beternak (-1.268), variabel jumlah tanggungan keluarga (-1,347), variabel motivasi beternak (-0.730) dan variabel jumlah tenaga kerja (0,321).

a. Variabel jumlah ternak sapi berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X1) sebesar 6.307 lebih besar dari nilai

t-tabel ( = 0.05) yakni sebesar 2.02. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah ternak yang dipelihara maka akan semakin

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

besar pula pendapatan yang akan diperoleh peternak sapi potong. Menurut Soekartawi (1995), bahwa pendapatan usahaternak sapi sangat dipengaruhi oleh banyaknya ternak yang dijual oleh peternak itu sendiri sehingga semakin banyak jumlah ternak sapi maka semakin tinggi pendapatan bersih yang dipeoleh.

b. Variabel umur tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X2) sebesar -0.222 lebih kecil dari nilai

t-tabel ( = 0.05) yakni sebesar 2.02. Variabel ini bernilai negatif karena disebabkan karena kriteria umur peternak tidak mendorong peternak dalam mengembangkan usahaternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Faktor umur biasanya lebih diidentikkan dengan produktivitas kerja, dan jika seseorang masih tergolong usia produktif ada kecenderungan produktivitasnya juga tinggi. Chamdi (2003) mengemukakan, semakin muda usia peternak (usia produktif 20-45 tahun) umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi teknologi semakin tinggi.

c. Variabel pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X3) sebesar -1.268 lebih kecil dari nilai

t-tabel ( = 0.05) yakni sebesar 2.02. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan. Menurut

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Soekartawi (1986), menyatakan bahwa tingkat pendidikan peternak cenderung mempengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi dan teknologi baru. Peternak yang tingkat pendidikannya lebih tinggi seharusnya dapat meningkatkan lebih besar pendapatan peternak namun kenyataan di lapangan berbeda seperti yang telah diuraikan diatas karena pada dasarnya pernak yang ada di daerah peneltian masih tergolong berpendidikan rendah.

d. Variabel pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X4) sebesar

-1,192 lebih kecil dari nilai t-tabel ( = 0.05) yakni sebesar 2.02.

Berdasarkan tingkat pengalaman peternak, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar peternak memiliki pengalaman beternak 10-20 tahun (39.62%) dari total responden, dengan rata-rata pengalaman beternak sekitar 14 tahun. Selain itu, sebanyak 52.83% yang berpengalaman dalam beternak kurang dari 10 tahun dan sebanyak 7,54% responden yang berpengalaman beternak 21-30 tahun. Umumnya pengalaman beternak diperoleh dari orang tuanya secara turun-temurun. Dengan pengalaman beternak yang cukup lama memberikan indikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan peternak terhadap manajemen pemeliharaan ternak mempunyai kemampuan yang lebih baik. Namun di lapangan tidak diperoleh pengaruh seperti yang diharapkan. Hal ini dapat disebabkan banyak peternak yang

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

memiliki pengalaman yang memadai namun masih mengelola usaha tersebut dengan kebiasaan-kebiasaan lama yang sama dengan sewaktu mereka mengawali usahanya sampai sekarang. Menurut Abidin dan Simanjuntak (1997), faktor penghambat berkembangnya peternakan pada suatu daerah tersebut dapat berasal dari faktor-faktor topografi, iklim, keadaaan sosial, tersedianya bahan-bahan makanan rerumputan atau penguat, disamping itu faktor pengalaman yang dimiliki peternak masyarakat sangat menentukan pula perkembangan peternakan didaerah itu.

e. Variabel jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak dalam memelihara ternak sapi. jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X5) sebesar -1,347 lebih kecil dari nilai t-tabel ( = 0.05)

yakni sebesar 2.02. Hal ini menyatakan bahwa tanggungan anak dalam keluarga peternak tidak dapat memberikan dorongan positif terhadap peningkatan pendapatan peternak. Menurut Bossard and Boll yang disitir Ahmadi (2003), bahwa masyarakat itu mula-mula terdiri dari small family (keluarga kecil), yaitu suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anaknya paling banyak 2 atau 3 anak. Pada keluarga kecil ini anak-anak lebih banyak menikmati segi sosial ekonomi dan lebih banyak diperhatikan orang tuanya.

f. Variabel motivasi beternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong di daerah penelitian. jika diukur pada

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh nilai t-hitung (D1)

sebesar -0.347, lebih kecil dari nilai t-tabel ( = 0.05) yakni sebesar 2.02. Berdasarkan motivasi beternak, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar peternak memiliki motivasi beternak karena inisiatif (keinginan) sendiri sebesar 81,13% responden dan sebesar 18,86% motivasi beternak berasal dari dorongan orang tua. Umumnya motivasi beternak (dari dorongan orang tua) diperoleh dari orang tuanya secara turun-temurun. Menurut Fathoni (2004), kekuatan motivasi dari sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh faktor extrinsic (motivasi yang timbul oleh dorongan yang ditimbulkan dari dalam dirinya) dan lingkungannya. Demikian juga menurut Sudrajad (2005) yang menyatakan bahwa tanpa ada motivasi dari diri sendiri jelas tipe orang yang sulit untuk diajak bekerja atau berusaha. Jadi, orang-orang yang demikian perlu diberikan motivasi atau dorongan sehingga timbul niat untuk bekerja.

g. Variabel jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong di daerah penelitian. Jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X6)

sebesar 1.003 lebih kecil dari nilai t-tabel ( = 0.05) yakni sebesar 2.02. Hal ini menunjukkan, walaupun penambahan jumlah tenaga kerja peternak menyebabkan penurunan tingkat pendapatan namun tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan peternak di daerah penelitian. Hal ini di duga karena skala pemeliharaan ternak sapi dalam

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

skala kecil, dimana menurut Dinas Peternakan (1983), bahwa dengan pemeliharaan ternak sapi secara intensif 29 ekor sapi dapat dikelola oleh 1 orang tenaga kerja. Dapat juga disebabkan karena tenaga kerja dalam keluarga digunakan tidak ada bedanya dengan tenaga kerja upahan melainkan menambah jumlah tenaga kerja. Volume kerja masing masing peternak hampir sama, begitupun untuk tenaga kerja upahan. Disini upahan bukanlah sebagai pekerja tetap melainkan tenaga pekerja yang menggantikan tenaga kerja keluarga yang berhalangan. Demikian juga menurut Sembel (1999), yang menyatakan bagi banyak orang, penurunan aktivitas bisnis ini berarti tersedianya banyak waktu luang. Selain itu, saat aktivitas bisnis menurun,

opportunity cost penggunaan waktu untuk aktivitas non bisnis semakin

kecil. Yang dimaksud opportuniy cost disini adalah penghasilan yang bisa diperoleh kalau waktu tersebut digunakan untuk kegiatan yang langsung menghasilkan pekerjaan.

5. Arti dari nilai persamaan berikut adalah :

= 2196248 + 3524652X1 – 18162.3X2 – 376583 X3 – 113907 X4 – 876534 X5 – 603043D1 + 1069250X6 + µ

Bedasarkan model persamaan diatas dapat diinterpretasi bahwa:

a. Apabila variabel bebas Jumlah Ternak (X1) mengalami kenaikan sebesar 1

ST, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp. 3.524.652 b.Apabila variabel bebas Umur (X2) mengalami penurunan sebesar 1 tahun,

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

c.Apabila variabel bebas Pendidikan (X3) mengalami penurunan sebesar 1

tahun, maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar Rp. 376.583. d.Apabila variabel bebas Pengalaman Beternak (X4) mengalami penurunan

sebesar 1 tahun, maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar Rp. 113.907.

e.Apabila variabel bebas Jumlah Tanggungan (X5) mengalami penurunan

sebesar 1 jiwa, maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar Rp. 876.534.

f.Apabila variabel bebas Motivasi Beternak (D1) mengalami kenaikan sebesar

1%, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp. 603.043

g. Apabila variabel bebas Jumlah Tenaga Kerja (X6) mengalami kenaikan

sebesar 1 orang, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp. 1.069.250

h. Apabila variabel X1, X2, X3, X4, X5, D1, dan X6 yang dianalisis dianggap

nol (tidak melakukan aktivitas), maka peternak sapi potong akan menanggung biaya sebesar Rp 2.196.248/tahun atau Rp 183.020/bulan.

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Dokumen terkait