• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

OLEH :

SURYA AMRI SIREGAR 040306020/ PETERNAKAN

DEPARTEMEN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

OLEH :

SURYA AMRI SIREGAR 040306020/PETERNAKAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

2009

Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di

Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

Nama : Surya Amri Siregar

NIM : 040306020

Program Studi : Ilmu Produksi Ternak

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

(Ir. Iskandar Sembiring, MM) (Ir. Edhy Mirwandhono,MSi) Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Ketua Departemen

ABSTRACT

Surya Amri Siregar, 2008. Analisys of Income’s Farmers who arise beef cattle in Subdistrict of Stabat District of Langkat, guided by Mr. Ir. Iskandar Sembiring, MM as the leader of Guidance Commission and Mr. Ir. Edhy Mirwandhono, M.Si as the member of Guidance commission.

This research conduct in subdistrict of Stabat, District of Langkat, North Sumatera, started since December 14st 2008 until January 31st 2009. These research aims to know analisys of income’s Farmers who arise beef cattle in subdistrict of Stabat, District of Langkat.

This research used survey method by analysing the families, who keep the cattles. The writer used Proportional Stratified Random Sampling as the method to take the Respondens. That was by choosing 3 villages based on cattle’s population, that were Banyumas village (high population), Perdamean village (medium population), and Kwala Begumit village (low population). The writer took 53 family as farmers arise cattle’s as the samples, wich gotten from 30%

families in each village. Banyumas (30 farmers beef cattle), Perdamean (17 farmers beef cattle) and Stabat (6 farmers beef cattle).

The parameter inclusive of : owning mixfarming (sum of cows), age that farmers beef catlle, education that farmers beef cattle, experience that farmers beef cattle, family’s obligation that farmers beef catlle, motivation that farmers beef cattle, and the workers to influence of income’s farmers beef cattle in subdistrict of Stabat, District of Langkat.

The result of the data analyzing found that scale of owning mixfarming (sum of cows) very significant effected (P<0,01) on the income’s farmers beef catlle. Where as age that farmers beef cattle, education that farmer beef cattle, experience that farmers beef catlle, motivation that farmers beef cattle, family’s obligation that farmers beef cattle, and the workers no significant effect (P>0,05) on the income’s farmers beef cattle.

In spite of F-test found that scale of owning mixfarming (sum of cows), age that farmers beef cattle, education that farmers beef cattle, experience that farmers beef cattle, family’s obligation that farmers beef cattle, motivation that farmers beef cattle, and the workers to enclose entirely significant effect (P<0,05) on the income’s farmers beef cattle.

(5)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

farmers beef cattle, motivation that farmers beef cattle, and the workers

ABSTRAK

Surya Amri Siregar, 2008. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong

Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, dibawah bimbingan Bapak Ir.

Iskandar Sembiring, MM sebagai ketua komisi pembimbing dan bapak Ir. Edhy Mirwandhono, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini dilaksanakan Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, Sumatera Utara yang dimulai dari tanggal 14 Desember 2008 sampai 31 Januari 2009. tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan unit analisis keluarga yang memelihara ternak sapi potong. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Random Sampling yaitu dengan cara memilih 3 buah desa berdasarkan populasi ternak sapinya, yaitu desa Banyumas (populasi tinggi), desa Perdamean ( populasi sedang) dan desa Kwala Begumit (populasi rendah). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 53 keluarga peternak sapi potong yang didapat dari 30% peternak masing-masing desa, yaitu desa Banyumas (30 peternak), desa Perdamean (17 peternak) dan desa Kwala Begumit (6 peternak).

Parameter yang diamati meliputi : skala usaha (jumlah ternak sapi), umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa skala usaha (jumlah ternak sapi) berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap pendapatan peternak sapi potong. Sedangkan umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, motivasi beternak, jumlah tanggungan keluarga dan jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap pendapatan peternak sapi potong.

(6)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Kata Kunci : Pendapatan peternak sapi potong, skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas

segala rahmah dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan , sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “ANALISIS PENDAPATAN

PETERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT “ yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar

sarjana di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kepada

Bapak Ir. Iskandar Sembiring, MM, selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak

Ir. Edhy Mirwandhono, M.Si, selaku anggota komisi pembimbing yang telah

banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar,

MP selaku ketua Departemen Peternakan dan Ibu Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc

(7)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Akhirnya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

kita semua.

Medan, Februari 2009

Penulis

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Kerangka Pemikiran ... 6

Identifikasi Masalah ... 8

Tujuan Penelitian ... 8

Kegunaan Penelitian ... 9

Hipotesa Penelitian... 9

(8)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Usaha Peternakan Rakyat ... 10

Panca Usaha Ternak Potong ... 15

Analisis Usaha ... 19

Pendapatan Usaha Ternak ... 20

Biaya Produksi ... 21

Penerimaan dan Pendapatan ... 22

BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 23

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 23

Metode Penentuan Responden Penelitian ... 23

Metode Pengumpulan Data ... 24

Metode Analisis Data ... 24

Defenisi dan Batasan Operasional ... 28

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

Karakteristik Responden ... 30

Sistem Pemeliharaan Pada Usahaternak Sapi Potong Di Daerah Penelitian .... 39

Pemberian Pakan/Minum ... 39

Pembersihan Kandang ... 41

Pembersihan Ternak Sapi ... 41

Pengendalian Penyakit ... 42

Pemasaran Ternak Sapi ... 42

Pengaruh Variabel Bebas/Independent Terhadap Pendapatan Peternak ... 43

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 52

Saran ... 52

(9)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

Hal

1. Kandungan gizi dalam tiap gram daging dari beberapa jenis ternak ...3

2. Perkembangan populasi sapi potong di Sumatera Utara ...3

3. Jenis dan populasi ternak besar di Kabupaten Langkat

provinsi Sumatera Utara dari tahun 2004 – 2006 ...4

4. Populasi ternak sapi potong menurut kecamatan di Kabupaten Langkat

tahun 2005 – 2007 ...5

5. Karekteristik responden di daerah penelitian ...30

6. Rata-rata penerimaan peternak dari usahaternak sapi potong

per responden per tahun (Rp/tahun) ...38

7. Rata-rata pendapatan bersih peternak dari usahaternak sapi potong

(10)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

8. Analisis varian pendapatanb dan hasil penduga parameter ...43

9. Analisis regresi linier berganda pengaruh jumlah ternak, jumlah tenaga kerja,

Jumlah tanggungan keluarga, pendidikan, motivasi, umur, dan pengalaman

Beternak ...44

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Karekteristik responden di daerah penelitian (2008) ...57

2. Perkembangan ternak sapi potong selama kurun waktu 1 tahun

(Desember 2007-Desember 2008) ...58

3. Nilai Perkembangan ternak sapi potong selama kurun waktu 1 tahun

(Desember 2007-Desember 2008) ...59

4. Curahan tenaga kerja dewasa dan anak-anak pada setiap kegiatan

usahaternak sapi potong per peternak per tahun (HKP/tahun) ...60

5 Total biaya produksi pada usahaternak sapi potong per peternak per tahun (Rp/Tahun) ...63

6. Jumlah investasi pada usahaternak sapi potong per peternak di daerah penelitian tahun 2008 ...64

(11)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

penelitian tahun 2008 ...65

8. Biaya perlengkapan dan peralatan pada usahaternak sapi potong

peternak di daerah penelitian tahun 2008 ...66

9. Penerimaan usahaternak sapi potong per peternak di daerah penelitian Tahun 2008 ...68

10. Pendapatan bersih usahaternak sapi potong per peternak di daerah

penelitian tahun 2008 ...69

11. Analisis regresi linier Berganda ...70

DAFTAR GAMBAR

Hal

(12)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Strategi pembangunan peternakan mempunyai prospek yang baik dimasa

depan, karena permintaan akan bahan-bahan yang berasal dari ternak akan terus

meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pendapatan, dan

kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi pangan bergizi tinggi sebagai

pengaruh dari naiknya tingkat pendidikan rata-rata penduduk (Santosa, 1997).

Pembangunan dan pengembangan tersebut salah satunya adalah

pembangunan di bidang pertanian yang meliputi pembangunan di bidang

(13)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

masyarakat di pedesaan adalah beternak sapi potong, yang berbentuk usaha

peternakan rakyat.

Berkaitan dengan hal tersebut, perlu diidentifikasi alternatif pola

pengembangan peternakan rakyat yang mempunyai skala usaha yang ekonomis

yang mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga yang cukup

memadai. Dalam perspektif kedepan, usaha peternakan rakyat harus mengarah

menopang dalam pengembangan agribisnis peternakan, sehingga tidak hanya

sebagai usaha sampingan, namun sudah mengarah pada usaha pokok dalam

perekonomian keluarga. Dengan kata lain, usaha ternak rakyat diharapkan

menjadi sumber pendapatan utama rakyat peternak (paling tidak) dan dapat

memberikan kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan kelurga peternak, seperti

pada kegiatan ekonomi keluarga lainnya dan bahkan mengarah pada usaha

peternakan keluarga.

Usaha pengembangan ternak sapi potong tidak terlepas dari usaha ternak

rakyat. Dirjen Peternakan (1998) melaporkan bahwa potensi besar pengembangan

peternakan Ruminansia di Indonesia hingga saat ini dan kemungkinan di masa

mendatang berasal dari peternakan rakyat (skala usaha kecil). Hal ini ditegaskan

lagi dengan laporan Dwi Yanto (2002) yang menyatakan bahwa 99% produksi

sapi bakalan dalam negeri dilakukan oleh peternakan rakyat.

Sektor pertanian secara nasional, masih merupakan faktor yang signifikan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena mayoritas penduduk masih

(14)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

sub-sektor yang terkandung didalamnya, memiliki peranan cukup penting dalam

memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara ini.

Salah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan sektor peternakan

adalah upaya untuk mencukupi kebutuhan protein hewani. Pada akhirnya, upaya

ini akan berpengaruh terhadap peningkatan kecerdasan bangsa (Santoso, 1997).

Ternak sapi khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya

penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomis yang

tingggi dan penting artinya di dalam kehidupan masyarakat. Ternak sapi bisa

menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan

berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kompos,

biogas, kulit, tulang dan lain sebagainya.

Daging sangat besar manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein

hewani. Namun penyediaan daging sapi belum mencukupi kebutuhan konsumsi

yang terus meningkat. Salah satu penyebabnya adalah laju pertumbuhan populasi

manusia yang tinggi tidak diikuti dengan laju pertumbuhan populasi sapi potong.

Laju pertumbuhan populasi sapi yang menurun ini diakibatkan oleh pengelolalaan

yang masih bersifat tradisional. Demikian juga lahan usaha peternakan dan pakan

ternak yang semakin sempit. Kandungan gizi daging beberapa jenis ternak dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Gizi dalam Tiap 100 Gram Daging Dari Beberapa Jenis Ternak

No Daging Kalori (cal) Protein Lemak

1 Sapi 281 13,8 17,7

2 Domba 254 12,6 22,2

(15)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

4 Kerbau 96 14,2 3,9

5 Ayam 193 11,5 16,0

6 Kelinci 111 16-20 2,5-6,5

Sumber : Hatardi,dkk, 1986

Ada beberapa faktor yang menyebabkan jumlah produksi daging masih

rendah, antara lain populasi dan produksi sapi rendah. Khususnya daerah

Sumatera Utara yang masih mengalami rendahnya tingkat penyebaran populasi

ternak sapi potong yang dihasilkan, dimana dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Populasi Sapi Potong Di Sumatera Utara

Tahun Populasi Ternak Sapi Potong (Ekor)

2002 248.375

2003 248.673

2004 248.971

2005 250.465

2006 251.488

Sumber : Dinas Peternakan Sumatera Utara ( 2007 )

Kabupaten Langkat di Sumatera Utara merupakan salah satu kabupaten

yang menjadi sentra produksi ternak sapi potong. Perkembangan populasi ternak

sapi potong di Kabupaten Langkat provinsi Sumatera Utara dari tahun 2004 –

2007 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis dan Populasi Ternak Besar Di Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara Dari Tahun 2004-2006

(16)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Sumatera Utara memiliki beberapa daerah yang sangat padat, ada yang

sedang, tetapi ada yang sangat jarang atau terbatasnya populasi ternak sapi

potong. Tentu saja hal ini sangat mempengaruhi besarnya pendapatan masyarakat

pada daerah tersebut sehingga timbulnya perbedaan dalam pemenuhan gizi

hewani khususnya daging sapi di setiap daerah. Sehubungan dengan hal diatas

maka penulis mencoba untuk meneliti dan menganalisis faktor - faktor yang

mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong pada suatu daerah yang

berdasarkan jumlah kepemilikan ternak sapi potong. Perkembangan populasi

ternak besar menurut jenis ternak dan Kecamatan di Kabupaten Langkat tahun

2007 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Populasi Ternak Sapi Potong Menurut Kecamatan di Kabupaten Langkat Tahun 2005 – 2007

No Kecamatan Jumlah Populasi (Ekor)

2005 2006 2007

1 Bahorok 1.569 4.069 4.383

2 Salapian 4.142 4.142 4.970

3 Sei Bingei 3.752 3.752 4.502

4 Kuala 5.646 6.649 6.076

(17)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

6 Binjai 2.373 2.373 2.848

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Langkat Dalam Angka (2008)

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa jumlah populasi ternak sapi potong

di Kecamatan Stabat selama tahun 2005 – 2007 mengalami peningkatan dari

tahun ketahunnya dimana pada tahun 2005 populasi ternak sapi potong sebanyak

9.662 ekor, pada tahun 2006 meningkat menjadi 11.662 ekor dan pada tahun 2007

populasi ternak sapi potong meningkat sebanyak 16.995 ekor. Seiring dengan

peningkatan jumlah populasi ternak sapi potong dari tahun ketahunnya yang

selalu meningkat maka penulis mencoba untuk mengetahui dan menganalisis

seberapa besar menguntungkan usaha yang dilakukan peternak sapi potong di

daerah Kecamatan Stabat serta faktor - faktor yang mempengaruhi pendapatan

peternak sapi potong di daerah Kecamatan Stabat yang berdasarkan jumlah

kepemilikan ternak sapi potong.

(18)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Bertani merupakan pekerjaan utama bagi sebagian besar penduduk

Indonesia yang tinggal di pedesaan. Disamping kegiatan bercocok tanam, petani

memelihara ternak sebagai usaha tambahan untuk memanfaatkan kelebihan tenaga

kerja keluarga. Ternak merupakan komponen penting dalam sistem usahatani

yang ditangani para petani secara keseluruhan.

Dalam melaksanakan usahaternak sapinya, peternak berfungsi sebagai

pembuat keputusan yang berusaha mengambil keputusan yang efektif dan efisien

dalam menjalankan dan mengelola usaha ternaknya. Karakteristik sosial ekonomi

peternak (Jumlah ternak, umur, tingkat pendidikan, lamanya beternak, jumlah

tanggungan keluarga, jumlah tenaga kerja, luas kandang, jumlah invastasi, total

penerimaan produksi dan total biaya produksi) dapat mempengaruhi peternak

dalam mengambil keputusan yang dapat memberikan keuntungan bagi usaha

ternaknya.

Peternak berusaha untuk mengalokasikan faktor produksi (lahan, modal

dan tenaga kerja) seefisien mungkin untuk memperoleh hasil dan keuntungan

maksimal. Proses pemeliharaan ternak juga perlu diperhatikan seperti

perkandangan, seleksi bibit, pemberian pakan dan minum, kebersihan ternak, dan

obat-obatan.

Pendapatan peternak dipengaruhi oleh faktor permintaan dan harga jual.

Harga akan naik ketika permintaan terhadap suatu komoditi meningkat, apabila

harga naik maka permintaan akan menurun.

Penerimaan akan diperoleh peternak tergantung pada jenis usahaternaknya

(19)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

masih anakan, mereka akan menjual ternaknya ketika mereka membutuhkan uang

tunai untuk keperluan keluarganya.

Pendapatan bersih usaha ternak sapi diperoleh dari hasil pengurangan

dengan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi/ pemeliharaan.

Secara singkat dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:

Keterangan:

Pengaruh Hubungan

Gambar 1. Skema kerangka Pemikiran

Identifikasi Masalah

Usaha Ternak Sapi

Faktor-faktor yang mempengaruhi :

- Jumlah Ternak

- Umur Peternak

- Tingkat Pendidikan

- Pengalaman Beternak

- Jumlah Tanggungan

Keluarga

- Motivasi Beternak - Jumlah Tenaga Kerja

(20)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Usaha ternak sapi dalam bentuk usahatani merupakan salah satu usaha

yang dikelola oleh petani/peternak dengan peran ekonomi yang relatif terbatas.

Usaha ternak sapi potong merupakan salah satu jenis usaha yang dilakukan oleh

sebagian masyarakat Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat. Usaha peternakan

ini ada yang dijadikan sebagai pekerjaan utama, dan ada juga yang dijadikan

sebagai pekerjaan sampingan.

Permasalahan umum yang perlu diketahui antara lain berkaitan dengan

hal–hal penting yang menyangkut segi ekonomi peternak sapi potong di

Kecamatan Stabat. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk

menjawab pertanyaan berikut :

Apakah ada pengaruh skala usaha (jumlah ternak sapi), umur peternak,

tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi

beternak, dan jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan peternak sapi potong di

Kecamatan Stabat Kabupaten langkat.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh

skala usaha (jumlah ternak sapi), umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman

beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja

terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten

(21)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009 Kegunaan Penelitian

1. Bagi peternak dapat menjadi acuan dalam menentukan jumlah

kepemilikan ternak untuk mengembangkan usaha ternak sapi potong guna

meningkatkan pendapatan dengan menganalisis faktor–faktor yang

mempengaruhinya.

2. Bagi Instansi yang terkait khususnya, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi dimasa mendatang, terutama bagi para pengambil

keputusan dan para pembuat kebijakan yang sesuai dengan kondisi daerah

yang bersangkutan dan dapat menjadi acuan dalam rangka pembangunan

usaha ternak sapi potong di wilayah tersebut atau di daerah lain.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi

kalangan akademisi dan peneliti lainnya.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti mengambil dugaan sementara

bahwa ada pengaruh skala usaha (jumlah kepemilikan ternak sapi), umur

peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga,

motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan peternak sapi

(22)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

TINJAUAN LITERATUR

Rendahnya populasi ternak sapi merupakan salah satu faktor penyebab

volume produksi daging masih rendah. Pada umumnya, selama ini di Negara kita

sebagian besar ternak sapi potong yang dipelihara oleh peternak masih dalam

skala kecil, dengan lahan dan modal yang sangat terbatas (Parakkasi, 1998).

Menurut Sugeng (2000), tingkat produksi yang rendah diakibatkan

beberapa faktor sebagai berikut : faktor tujuan pemeliharaan, faktor bibit dan

faktor pakan tersedia yang terbatas.

Disamping itu, ternak sapi yang dipelihara ini masih merupakan bagian

kecil dari seluruh usaha pertanian dan pendapatan total. Tentu saja usaha berskala

kecil ini terdapat banyak kelemahan. Diantarannya adalah sebagai produsen

perorangan pasti tidak dapat memanfaatkan sumber daya produktivitas yang tinggi

seperti pada sektor usaha besar dan modern. Sebab pada usaha kecil ini baik

dalam pengadaan pakan, bibit, transportasi, pemeliharaan, dan lain sebagainya

akan menjadi jauh lebih mahal bila dibandingkan dengan usaha skala besar

(Tafal, 1981).

Menurut Berg dan Butterfield (1976) bahwa faktor–faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan dan pertambahan berat badan adalah bangsa ternak,

umur ternak, jenis kelamin dan makanan serta lingkungannya.

Usaha Peternakan Rakyat

Usaha peternakan rakyat mempunyai ciri-ciri antara lain : skala usaha

(23)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

produk kurang terjamin, belum sepenuhnya berorientasi pasar dan kurang peka

terhadap perubahan–perubahan (Cyrilla dan Ismail, 1988).

Tujuan pokok dari sebuah usahatani keluarga adalah untuk memperoleh

hasil setinggi mungkin guna mencukupi kebutuhan bagi pelaksanaan usahataninya

dan pembentukan modal. Maka selain berusahatani peternak juga memiliki usaha

tani lain untuk mendukung usahanya (Tohir, 1991).

Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak

(Mubyarto, 1991). Pada umumnya, ciri-ciri usahatani yang ada di Indonesia

berlahan sempit, permodalan terbatas, tingkat pengetahuan petani yang terbatas

dan kurang dinamik, serta pendapatan petani yang rendah

(Soekartawi, dkk, 1986).

Di dalam pertanian rakyat, hampir tidak ada usahatani yang yang

memproduksi satu macam hasil saja. Disamping hasil–hasil tanaman, usaha

pertanian rakyat meliputi pula usaha–usaha peternakan, perikanan, dan

kadang-kadang usaha pencarian hasil hutan (Mubyarto, 1991).

Usahatani atau usaha peternakan mempunyai ciri khas yang

mempengaruhi prinsip–prinsip manajemen dan teknik–teknik yang digunakan.

Usahatani dan usaha peternakan sering dianggap sebagai usaha yang lebih banyak

resikonya dalam hal output dan perubahan harga serta pengaruh cuaca terhadap

keseluruhan proses produksi (Kay dan Edward, 1994).

Menurut Kay dan Edward (1994), dalam usahatani dan usaha peternakan,

pembagian kerja dan tugas manajemen jarang dilakukan, kecuali untuk skala

(24)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

tetapi lebih dari itu. Dia adalah pemimpin (manager) usahatani yang mengatur

organisasi produksi secara keseluruhan (Mubyarto, 1991).

Beberapa karekteristik sosial peternak yang diduga berpengaruh terhadap

pendapatan para peternak yaitu :

a. Skala Kepemilikan

Menurut Prawirokusumo (1991), usaha yang bersifat tradisional diwakili

oleh para petani dengan lahan sempit yang mempunyai 1-2 ekor ternak.

Berdasarkan kepemilikan lainnya, petani Indonesia dibedakan menjadi tiga

jenis, yaitu: (1) petani yang tidak memilki lahan (landless labor); (2) petani

pemilik lahan; dan (3) petani pemilik penyewa penggarap, artinya selain menyewa

lahan, juga memiliki lahan sendiri (Mubyarto, 1991).

Tipe lahan yang akan digunakan untuk usahatani, termasuk usaha

peternakan harus diselidiki dahulu tingkat kesuburannya. Pada dasarnya lahan

yang baik dapat ditingkatkan kesuburannya, tetapi lahan yang kurus juga dapat

ditingkatkan kesuburannya. Lahan harus sesuai untuk ditanami jagung, rumput–

rumputan dan leguminosa (Sudono, 1999).

b. Umur

Semakin tinggi usia seseorang semakin kecil ketergantungannya kepada

orang lain atau semakin mandiri. Chamdi (2003) mengemukakan, semakin muda

usia peternak (usia produktif 20-45 tahun) umumnya rasa keingintahuan terhadap

sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi teknologi

(25)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

berusia lanjut biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan

pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara

hidupnya. Petani ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru.

c. Tingkat pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan peternak maka akan semakin tinggi

kualitas sumberdaya manusia, yang pada gilirannya akan semakin tinggi pula

produktivitas kerja yang dilakukannya. Oleh karena itu, dengan semakin tingginya

pendidikan peternak maka diharapkan kinerja usaha peternakan akan semakin

berkembang (Syafaat, et al, 1995).

Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang

kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya.

Keterbatasan keterampilan/pendidikan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan

kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja (Ahmadi, 2003).

Seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan mampu

memanfaatkan potensi didalam maupun diluar dirinya dengan lebih baik. Orang

itu akan menemukan pekerjaan yang paling tidak setara dengan pendidikannya

(Soekartawi (d), 1996).

Menurut Soekartawi (1986), menyatakan bahwa tingkat pendidikan

peternak cenderung mempengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka

terhadap inovasi dan teknologi baru.

(26)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh terhadap

penerimaan inovasi dari luar. Dalam melakukan penelitian, lamanya pengalaman

diukur mulai sejak kapan peternak itu aktif secara mandiri mengusahakan

usahataninya tersebut sampai diadakan penelitian

(Fauzia dan Tampubolon, 1991).

Menurut Abidin dan Simanjuntak (1997), faktor penghambat

berkembangnya peternakan pada suatu daerah tersebut dapat berasal dari

faktor-faktor topografi, iklim, keadaaan sosial, tersedianya bahan-bahan makanan

rerumputan atau penguat, disamping itu faktor pengalaman yang dimiliki peternak

masyarakat sangat menentukan pula perkembangan peternakan didaerah itu.

e. Motivasi Beternak

Menurut Fathoni (2004), kekuatan motivasi dari sumber daya manusia

sangat dipengaruhi oleh faktor extrinsic (motivasi yang timbul oleh dorongan

yang ditimbulkan dari dalam dirinya) dan lingkungannya. Demikian juga menurut

Sudrajad (2005) yang menyatakan bahwa tanpa ada motivasi dari diri sendiri jelas

tipe orang yang sulit untuk diajak bekerja atau berusaha. Jadi, orang-orang yang

demikian perlu diberikan motivasi atau dorongan sehingga timbul niat untuk

bekerja.

f. Jumlah Tanggungan Keluarga

Semakin banyak anggota keluarga akan semakin meningkat pula beban

hidup yang harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi

(27)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

tetap saja jumlahnya semakin sempit dengan bertambahnya anggota keluarga

sementara kebutuhan akan produksi terutama pangan semakin bertambah

(Daniel, 2002).

Menurut Bossard and Boll yang disitir Ahmadi (2003), bahwa masyarakat

itu mula-mula terdiri dari small family (keluarga kecil), yaitu suatu keluarga yang

terdiri dari ayah, ibu dan anaknya paling banyak 2 atau 3 anak. Pada keluarga

kecil ini anak-anak lebih banyak menikmati segi sosial ekonomi dan lebih banyak

diperhatikan orang tuanya.

g. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan alat kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak

dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi. Tenaga kerja

berkaitan erat dengan konsep penduduk, dalam hal ini pengertian tenaga kerja

adalah semua penduduk usia kerja (15-64 tahun) yakni penduduk yang potensial

dapat bekerja dan yang tidak bekerja tetapi siap untuk bekerja atau yang sedang

mencari pekerjaan (Hernanto, 1993).

Tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja pria, wanita dan tenaga kerja

anak-anak yang berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Satu hari kerja setara

pria (1 HKP) menggunakan jumlah jam kerja selama 8 jam dengan standard :

Tenaga kerja pria dewasa > 15 Tahun = 1 HKP

Tenaga kerja wanita dewasa > 15 Tahun = 0.8 HKP

Tenaga kerja anak-anak 10-15 Tahun = 0.5 HKP

(28)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Panca Usaha Ternak Potong

Bibit

Menurut Sugeng (2000), dalam hal pemilihan bibit dengan cara seleksi

dan penyingkiran sapi–sapi yang kurang baik dari kelompok sapi yang dipelihara

perlu dilakukan. Laju pertumbuhan sapi macam apapun kerapkali tidak

dihiraukan, dan yang terpenting bagi peternak ialah kelompok sapi yang

dipelihara itu tetap bisa berkembang biak.

Salah satu faktor keberhasilan beternak adalah keterampilan memilih bibit

ternak. Pejantan yang digunakan sebagai pemacek seyogianya adalah milik desa

atau milik pemerintah atau dengan Inseminasi Buatan (Dinas Peternakan, 1983).

Pakan

Keberhasilan usaha ternak sapi, baik sapi potong atau kerja hanya

mungkin tercapai apabila fakto –faktor penunjangnya memperoleh perhatian yang

penuh. Salah satu faktor utama ialah makanan, disamping faktor genetik dan

manajemen. Oleh karena itu, bibit sapi yang baik dari jenis unggul hasil seleksi

harus diimbangi dengan pemberian makanan yang baik pula (AAk, 1991).

Terbatasnya pakan ternak sapi, terutama pakan hijauan yang tersedia

sepanjang tahun merupakan kendala besar dalam memproduksi daging

(Sugeng, 2000).

Sistem pencernaan dari berbagai jenis – jenis ternak mencerminkan pula

macam bahan makanan yang dapat dimakannya. Ternak ruminansia/pemamahbiak

(29)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

menggunakan hijauan sebagai bahan makanan utama sebaliknya ternak–ternak

non ruminansia menggunakan konsentrat sebagai bahan makanan pokok

(Abidin dan Simanjuntak, 1997).

Ternak sapi sebagai salah satu hewan ruminansia beralat pencernaan yang

terbagi atas empat bagian, yakni rumen, reticulum, omasum, dan abomasum.

Dengan alat ini sapi mampu menampung jumlah bahan pakan yang lebih besar

dan mampu mencerna bahan pakan yang kandungan serat kasarnya tinggi.

Sehingga pakan pokok hewan ini berupa hijauan atau rumput dan pakan penguat

sebagai tambahan. Pada umumnya bahan pakan hijauan diberikan dalam jumlah

10% dari berat badan dan pakan penguat cukup 1% dari berat badan

(Sugeng, 2000).

Dinegara kita pemberian makanan pada ternak belum begitu diperhatikan.

Pada umumnya ternak hanya diberikan makanan hijauan dengan cara

menggembalakan di lapangan ataupun diarit untuk diberikan kepada ternaknya.

Pada umumnya kualitas rumput tersebut sangat rendah, karena jarang terdapat

pemeliharaan rumput–rumputan hijauan makanan ternak secara khusus untuk

makanan ternaknya (Abidin dan Simanjuntak, 1997).

Kandang

Perkandangan dan peralatan sangat penting dalam menentukan sukses

tidaknya suatu perusahaan ternak sapi. Oleh karena itu sangat perlu untuk

merencanakan pembuatan kandang dengan peralatan seefisien mungkin.

Peternakan sapi dengan sistem pemeliharaan di pasture (padang penggembalaan),

(30)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

harinya dilepas pada padang penggembalaan ini dapat dibuat pula kandang yang

dilengkapi dengan atap yang bisa terbuat dari genteng atau rumbia atau bisa juga

tanpa atap. Lantainya sebaiknya disemen. Sebagai patokan umum seekor sapi

dewasa membutuhkan tempat seluas 2,5 sampai 3 m2 (kira–kira 1,5 x 2 m )/

ekornya (Abidin dan Simanjuntak, 1977).

Kontruksi kandang menurut Sugeng (2000), dibangun dengan perencanaan

yang benar akan menjamin kenyamanan hidup ternak sebab bangunan kandang

sangat erat hubungannya dengan kehidupan ternak.

Sehubungan dengan kebutuhan hidup ternak sapi untuk beradaptasi ini,

maka perencanaan bangunan kandang yang perlu diperhatikan ialah : iklim

setempat, konstruksi dan bahan bangunan. Ketiga faktor ini perlu diperhatikan

karena faktor–faktor tersebut akan membawa kenyamanan bagi ternak apabila

kesemuannya tadi dipadu dengan baik (AAK, 1991).

Pencegahan dan Pengobatan Penyakit

Penyakit yang timbul pada sapi potong biasanya dibagi atas empat macam

yaitu (1) external parasitis; (2) internal parasitis; (3) penyakit menular;

(4) penyakit tidak menular. Pencegahan terhadap timbulnya penyakit lebih

penting daripada mengobati. Oleh karena itulah maka para peternak selalu

menjaga kesehatan daripada ternak–ternaknya melalui sanitasi yang baik,

penyemprotan dengan desinfektan, vaksinasi secara teratur. Ternak–ternak akan

mudah tertular penyakit bila manajemenya kurang baik. Parasit–parasit dan

(31)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

baik dan dapat menyebar pada ternak–ternak yang sehat lainnya

(Abidin dan Simanjuntak, 1977).

Pemasaran

Permintaan pasar akan daging sapi meningkat terus dari tahun ketahun

sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan taraf hidup rakyat

disertai dengan pengertian mengenai kepentingan pangan dan gizi. Biasanya

kebutuhan daging dipasaran. Hal tersebut sangat erat hubungannya dengan

kehidupan sosial dan agama, seperti musim haji, musim hajatan (pernikahan dan

lain–lain), hari natal dan tahun baru, dan puncaknya adalah hari raya Idul Fitri

atau bulan Syawal (Darmono, 1993).

Pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan pengetahuan

masyarakat tentang gizi berpengaruh terhadap pola konsumsi masyarakat kearah

gizi berimbang sehingga memberikan peluang pemasaran hasil–hasil peternakan.

Disamping itu, terbukanya perdagangan international mengakibatkan

kemungkinan ekspor ternak dan hasil semakin meningkat bila diikuti dengan

peningkatan kualitas (Gunawan, dkk, 1993).

Analisis Usaha

Analisis usaha ternak merupakan pendekatan yang sangat penting bagi

suatu usaha ternak komersil. Melalui hasil analisis ini dapat dicari langkah

pemecahan berbagai kendala yang di hadapi. Analisis usaha peternakan bertujuan

mencari titik tolak untuk memperbaiki hasil dari usaha ternak tersebut. Hasil

(32)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

cabang usaha atau memperbesar skala usaha. Hernanto (1996) menyatakan bahwa

analisis usaha dimaksudkan untuk mengetahui kinerja usaha secara menyeluruh.

Ada tiga laporan utama yang berkaitan dengan analisis usaha yaitu : (1) cash flow

(arus biaya dan penerimaan), (2) neraca (balance sheet), (3) pertelaan pendapatan

(income statement).

Pertelaan pendapatan (income statement) lebih menunjukkan kepada

sumber–sumber penerimaan dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk mencapai

penerimaan tersebut. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha

dan tersedianya dana riil untuk periode selanjutnya. Menurut Suharno dan

Nazaruddin (1994), gambaran mengenai usaha ternak yang memilki prospek cerah

dapat dilihat dari analisis usahanya. Analisis usaha juga dapat memberikan

informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya

untuk bibit, pakan, dan kandang, lamanya modal akan kembali dan tingkat

keuntungan yang diperoleh.

Pendapatan Usaha Ternak

Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu

kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen

itu masih dapat ditingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila

pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi.

Analisis usaha tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan

pengeluaran selama jangka waktu tertentu (Aritonang, 1993).

Analisis usahaternak sapi sangat penting sebagai kegiatan rutin suatu

(33)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

mencari langkah pemecahan berbagai kendala, baik usaha untuk mengembangkan,

rencana penjualan maupun mengurangi biaya-biaya yang tak perlu

(Murtidjo, 1993).

Usaha ternak sapi telah memberi kontribusi dalam peningkatan pendapatan

keluarga peternak. Soekartawi (c), (1995) menyatakan bahwa peningkatan

pendapatan keluarga peternak sapi tidak dapat dilepaskan dari cara mereka

menjalankan dan mengelola usahaternaknya yang sangat dipengaruhi oleh

berbagai faktor sosial dan faktor ekonomi.

Pendapatan usahaternak sapi sangat dipengaruhi oleh banyaknya ternak

yang dijual oleh peternak itu sendiri sehingga semakin banyak jumlah ternak sapi

maka semakin tinggi pendapatan bersih yang diperoleh ( Soekartawi, 1995).

Biaya Produksi

Biaya adalah nilai dari semua pengorbanan ekonomis yang diperlukan,

yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan, dan dapat diukur untuk

menghasilkan suatu produk (Cyrilla dan Ismail, 1988).

Menurut Boediono (1998), biaya mencakup suatu pengukuran nilai

sumberdaya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas–aktivitas yang

bertujuan untuk mencari keuntungan. Berdasarkan volume kegiatan, biaya

dibedakan atas biaya tetap dan biaya tidak tetap (variabel).

a. Biaya tetap (fixed cost)

Biaya tetap adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan

(34)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

depresiasi asuransi, perbaikan rutin, pajak, dan bunga modal termasuk kedalam

biaya tetap (Widjaja, 1999).

b. Biaya variabel (variable cost)

Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah–ubah sebanding

dengan perubahan volume kegiatan (Widjaja, 1999).

Seperti pakan, pupuk, bibit, dan obat–obatan, bahan bakar, dan kesehatan

ternak termasuk kedalam biaya tidak tetap (Kay dan Edward, 1994).

Pengeluaran atau biaya adalah nilai penggunaan secara produksi (input)

yang diperlukan pada proses produksi. Untuk sarana produksi yang dibeli

dimasukkan dalam biaya tunai, sedangkan untuk sarana produksi yang tidak

dibeli, dimasukkan dalam biaya diperhitungkan (Soeharjo dan Patong, 1973).

Penerimaan dan Pendapatan

Soekartawi, dkk (1986), menyatakan bahwa penerimaan merupakan nilai

produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun

yang tidak dijual. Soeharjo dan Patong (1973), menyatakan bahwa penerimaan

merupakan hasil perkalian dari produksi total dengan harga peroleh satuan.

Produksi total adalah hasil utama dan sampingan, sedangkan harga adalah harga

pada tingkat usahatani atau harga jual petani.

Penerimaan dalam usahatani meliputi seluruh penerimaan yang dihasilkan

selama periode pembukuan yang sama, sedangkan pendapatan adalah penerimaan

dengan biaya produksi (Kay dan Edward, 1994).

Soeharjo dan Patong (1973), menyebutkan bahwa dalam analisis

(35)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Selanjutnya disebutkan bahwa

tujuan analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang dan

keadaan yang akan datang dari kegiatan usaha. Dengan kata lain analisis

(36)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,

Sumatera Utara. Kecamatan Stabat terdapat diantara Kotamadya Medan,

Kotamadya Binjai, dan Selat Malaka. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan

Secanggang, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Binjai, sebelah barat

berbatasan dengan Kecamatan Wampu dan sebelah timur berbatasan dengan

Kabupaten Deli Serdang (Kecamatan Hamparan Perak) Luas wilayah lebih kurang

9064 Ha (90,64 Km2) hektar dari luas Kabupaten Langkat. Iklim di daerah ini

seperti umumnya daerah–daerah lainnya yang berada di kawasan Sumatera Utara,

Kabupaten Langkat termasuk daerah yang beriklim tropis.

(Badan Pusat Statistik, 2007).

Metode Penentuan Responden Penelitian

Persyaratan responden adalah para peternak sapi potong di Kecamatan

Stabat Kabupaten Langkat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode

survey dengan unit analisis keluarga yang memelihara ternak sapi potong. Metode

penarikan responden yang digunakan adalah sebagai berikut :

- Pada tahap pertama pemilihan 3 buah desa dari beberapa desa yang ada di

kecamatan Stabat dengan metode penarikan responden secara

Proportional Stratified Random Sampling (Soekartawi, 1995), yaitu desa

yang populasi ternak sapinya tinggi Desa Banyumas, sedang Desa

(37)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

ternak sapi yang tinggi, sedang dan jarang tersebut ditentukan dengan

melihat data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten langkat dalam angka

2007.

- Pada tahap kedua pemilihan responden secara acak sederhana, diambil

masing-masing 30% dari seluruh peternak dari setiap desa sampel.

Wirartha, (2006) menyatakan bahwa untuk penelitian yang akan

menggunakan data statistik ukuran sampel paling kecil 30 % sudah dapat

mewakili populasi.

Metode Pengumpulan Data

Data yang di peroleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder

- Data Primer diperoleh langsung dari monitoring responden terhadap

kegiatan usaha ternak sapi potong melalui wawancara dan pengisian daftar

Kuesioner.

- Data Sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait seperti Badan

Pusat Statistik Medan, Kantor Kecamatan Stabat, Kantor Kepala Desa

Kwala Begumit, Kantor Kepala Desa Banyumas dan Kantor Kepala Desa

Perdamean di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara responden dilapangan diolah

(38)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

pendapatan dan diolah dengan model pendekatan ekonometri dan dijelaskan

secara metode deskriptif.

Adapun untuk menghitung pendapatan dari kegiatan beternak sapi, dapat

dihitung dengan rumus:

Pd = TR - TC

Keterangan:

Pd adalah total pendapatan atau keuntungan yang diperoleh peternak sapi

potong (rupiah/tahun).

TR adalah total revenue atau penerimaan yang diperoleh peternak sapi potong

(rupiah/tahun)

TC adalah biaya yang dikeluarkan peternak sapi potong (rupiah/tahun)

(Soekartawi (c), 1995).

Jumlah pendapatan ditabulasi secara sederhana, yaitu dengan menghitung

pendapatan peternak pada usaha beternak sapi terhadap pendapatan keluarga di

daerah penelitian.

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka untuk melihat faktor-faktor

yang mempengaruhi pendapatan dapat dilihat dengan menggunakan Model

Pendekatan Teknik Ekonometri dengan menggunakan analisis regresi linear

berganda (alat bantu Software (SPSS 13) Statistical Package for Social Sciences)

dengan model penduga sebagai berikut:

= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6D1 + b7X7 + µ

(39)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

( )

1

/

(

1

)

adalah pendapatan peternak (Y : topi) yang dipengaruhi berbagai faktor

dalam memelihara ternak sapi potong (rupiah)

a adalah koefisien Intercept (konstanta)

b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 adalah koefisien regresi

X1 adalah skala usaha (jumlah ternak sapi) dalam ST

X2 adalah umur peternak (tahun)

X3 adalah tingkat pendidikan (tahun)

X4 adalah pengalaman beternak (tahun)

X5 adalah jumlah tangunggan keluarga (jiwa)

D1 adalah motivasi beternak (Variabel Dummy, untuk Motivasi Sendiri =1,

untuk yang lain = 0)

X7 adalah jumlah tenaga kerja (jiwa)

µ adalah Variabel lain yang tidak diteliti

( Djalal dan Usman, 2002 ).

Variabel-variabel pada hipotesis di uji secara serempak dan parsial untuk

mengetahui apakah variabel tersebut mempunyai pengaruh dominan atau tidak.

Jika variabel tersebut berpengaruh secara serempak maka digunakan uji F yakni :

yakni :

Keterangan :

r2 = Koefisien determinasi

n = Jumlah responden

k = Derajat bebas pembilang n-k-1 = Derajat bebas penyebut

Kriteria uji:

(40)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

F-hit > F-tabel... H0 ditolak (H1 diterima)

Jika variabel berpengaruh secara parsial dapat diuji dengan uji t yakni :

Keterangan:

Karakteristik sosial peternak sebagai variabel bebas/independent penelitian ini meliputi :

- Skala usaha adalah jumlah ternak sapi yang dipelihara (Satuan ternak).

- Umur peternak adalah umur peternak yang memelihara ternak sapi yang

diukur berdasarkan usia kerja produktif yaitu 16-60 tahun.

- Tingkat pendidikan adalah lamanya pendidikan yang ditempuh peternak

(tahun).

- Pengalaman beternak adalah lamanya peternak dalam memelihara ternak

sapi (tahun).

- Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah tanggungan yang ditanggung

peternak dalam satu kepala keluarga (jiwa).

(41)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

- Motivasi beternak adalah asal atau dorongan niat untuk memulai usaha

ternak sapi (dorongan orang tua atau inisistif sendiri).

- Jumlah tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja dalam keluarga atau

upahan yang dibiayai oleh peternak (jiwa).

Data dianalisis secara metode deskriptif.

Defenisi Dan Batasan Operasional

Defenisi

1. Pendapatan adalah total semua pemasukan yang diperoleh dikurang biaya

yang dikeluarkan

2. Sapi Potong adalah ternak sapi yang bertujuan untuk memproduksi daging

3. Karekteristik sosial peternak adalah faktor yang ada pada diri peternak

sebagai responden yang dapat mempengaruhi pendapatan peternak dalam

usahaternaknya.

4. Ekonometrika adalah ilmu yang mempelajari analisis kuantitatif dari

fenomena ekonomi dalam artian secara umum

5. Model Regresi Linier Berganda adalah model regresi yang digunakan

untuk membuat hubungan antara satu variabel terikat dan beberapa

variabel bebas.

6. Analisis Pendapatan berguna untuk mengetahui atau mengukur berapa

besar pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode tertentu. Pendapatan

(42)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

menguntungkan usaha yang dilakukan apakah pendapatan tersebut dapat

memberikan sumbangan bagi kehidupan yang layak.

7. Karekteristik sosial peternak adalah faktor yang ada pada diri peternak

sebagai responden yang dapat mempengaruhi pendapatan peternak dalam

usahaternaknya.

8. Investasi adalah merupakan nilai kandang, perlengkapan, peralatan, modal

peternak dan pertambahan nilai ternak per tahun.

9. Total penerimaan pada usahaternak sapi meliputi penerimaan dari

penjualan ternak sapi, penerimaan dari penjualan pupuk kandang dan

pertambahan nilai ternak.

10.Total biaya produksi meliputi biaya investasi atau biaya tetap yakni biaya

penyusutan (kandang, perlengkapan dan peralatan) dan biaya variabel

meliputi biaya bahan pakan, biaya atau upah tenaga kerja,

obat-obatan/Vaksinasi dan biaya Inseminasi Buatan (IB) dihitung per tahun.

11.Pendapatan bersih usahaternak sapi merupakan selisih antara penerimaan

usahaternak per tahun dengan biaya produksi per tahun.

Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan pada tanggal 14 Desember 2008 - 31 Januari 2009

di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

2. Responden Penelitian adalah peternak yang memelihara ternak sapi

sebagai pekerjaan utama maupun sampingan yang bertempat tinggal di

Desa Banyumas, Desa Perdamaean dan Desa Kwala Begumit di

(43)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

3. Responden Penelitian adalah peternak yang tidak melakukan sistem bagi

hasil (sistem belah) tetapi milik pribadi

4. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data

skunder dimana data primer langsung diperoleh dari para peternak

sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi–instansi yang berkaitan.

HASIL DAN PEMBAHASAAN

Karekteristik Responden

Karekteristik responden dalam penelitian ini meliputi karekteristik sosial

dan ekonomi. Karekteristik sosial peternak yang dianalisis meliputi umur, tingkat

pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak

dan jumlah tenaga kerja. Sedangkan karekteristik ekonomi responden yang

dianalisis meliputi luas kandang, jumlah ternak, jumlah investasi, total

penerimaan dari usahaternak sapi dan total biaya produksi. Karekteristik sosial

ekonomi responden di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Karekteristik Responden di Daerah Penelitian Tahun 2008

No. Karakteristik Peternak Satuan Rentang Rataan

1. Umur Tahun 29-70 46,34

2. Tingkat Pendidikan Tahun 6-12 7,98

3. Pengalaman Beternak Tahun 1-30 9,98

(44)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

keluarga

10 Total Penerimaan dari usahaternak sapi

12. Pendapatan Bersih Usaha Ternak Sapi

Rp/Thn 1.336.000 –

31.237.257

7.229.989

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2008 (Lampiran 1)

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa umur responden di daerah penelitian

berkisar antara 29-70 tahun dengan rataan sebesar 46 tahun dari total responden.

Bila dikaji dari karakteristik umur di atas, sebagian besar peternak dalam kategori

usia yang produktif (16-60 tahun), sehingga potensi untuk bekerja dan mengelola

usahaternaknya masih sangat besar.

Tingkat pendidikan peternak sapi menyebar antara 6-12 tahun dengan

rataan 8 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden

umumnya tergolong rendah dengan kisaran tidak pernah sekolah hingga tamat

sekolah dasar. Rata-rata hanya tamat sekolah dasar (SD), dimana tingkat

pendidikan responden masih tergolong sangat rendah oleh karena itu sangat

diperlukan sekali tenaga teknis lapangan khususnya penyuluh lapangan dari dinas

yang terkait di daerah tersebut yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas

dari para peternak dalam menjalankan usahaternaknya.

Berdasarkan tingkat pengalaman peternak, hasil penelitian menunjukkan

(45)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

rataan 10 tahun. Pada umumnya pengalaman beternak di daerah penelitian

diperoleh dari orang tuanya secara turun-temurun. Dengan pengalaman beternak

yang cukup lama memberikan indikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan

peternak terhadap manajemen pemeliharaan ternak mempunyai kemampuan yang

lebih baik.

Jumlah tanggungan keluarga responden berkisar antara 0-4 orang dengan

rataan sebesar 2 orang. Berdasarkan data tersebut bahwa jumlah tangggungan

keluarga responden di daerah penelitian dapat dikatakan relatif sedang.

Dari hasil wawancara dengan responden di daerah penelitian diperoleh

bahwa motivasi beternak responden pada rentang skor 1-0 dimana kriteria angka

(1) merupakan motivasi dari diri sendiri sedangkan (0) adalah untuk yang lain

misal dorongan dari orang tua atau dari orang lain dengan rata-rata 0,811. dengan

demikian responden di daerah penelitian ini umumnya memiliki motivasi sendiri

dalam menjalankan usaha ternaknya.

Jumlah tenaga kerja responden di daerah penelitian ini berkisar antara 1-3

orang dengan rataan 2,15 orang. Tenaga kerja yang digunakan oleh peternak di

kelompokkan menjadi dua yaitu tenaga kerja dalam keluarga yang tidak dibayar

dan tenaga kerja luar keluarga (upahan). Dimana kriteria tenaga kerja dalam

keluarga ditunjukkan dengan angka 1 artinya yang bekerja sendiri yaitu bapak,

sedangkan angka 2 adalah bapak/anak dan bapak/ibu sedangkan angka 3

menunjukkan bahwa bapak, ibu dan anak ikut bekerja dalam mengelola

ternaknya. Sedangkan tenaga kerja upahan disini bukanlah tenaga kerja tetap

(46)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

berhalangan tidak dapat mengerjakan rutinitas sehari-hari umumnya dalam

mencari hijauan.

Luas kandang sapi di daerah penelitian menyebar antara 9-32 m2 dengan

rataan sebesar 18,15 m2. dengan jumlah ternak sapi yang dipelihara menyebar

antara 1,25-6,5 ST dengan rataan sebesar 2,91 ST.

Pada usahaternak sapi di daerah penelitian diperoleh jumlah investasi per

peternak per tahun menyebar antara Rp. 2.464.000 sampai Rp. 46.562.999 dengan

rataan jumlah total investasi sebesar Rp. 15.476.207 per tahun.

Total penerimaan peternak selama 1 tahun dari usahaternak sapi berkisar

antara Rp.4.144.000 sampai Rp. 34.839.999 dengan rataan sebesar Rp. 10.335.735

per tahun. Sedangkan total biaya produksi peternak selama 1 (satu) tahun dari

usahaternak sapi per responden berkisar antara Rp. 2.171.250 sampai dengan

Rp.4.569.250 dengan rataan sebesar Rp.3.100.746 per tahun.

Pendapatan bersih peternak di daerah penelitian selama 1 tahun dari

usahaternak sapi per peternak berkisar antara Rp. 1.336.000 sampai

Rp.31.237.257 dengan rataan sebesar Rp. 7.229.989 per tahun.

Total Biaya Produksi Pada Usaha ternak Sapi

Total biaya produksi pada usaha ternak sapi meliputi biaya investasi atau

biaya tetap yakni biaya penyusutan (kandang, perlengkapan dan peralatan) dan

biaya variabel meliputi biaya bahan pakan, biaya upah tenaga kerja dan

obat-obatan/Vaksinasi, biaya inseminasi buatan, biaya operasional (bahan bakar dan

(47)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009 Biaya Variabel

Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, misalnya biaya untuk sarana produksi

(pakan, obat-obatan, biaya operasional kendaraan, dan upah).

Bahan Pakan

Pada usaha ternak sapi responden menggunakan bahan pakan berupa

hijauan yang diambil sendiri dengan cara diarit. Dalam memperoleh hijauan ini

responden tidak mengeluarkan biaya karena diperoleh langsung dari alam dan

diambil sendiri. Peternak hanya mengeluarkan biaya bahan bakar untuk

mengambil pakan hijuan tersebut.

Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan oleh peternak dikelompokkan menjadi dua

kelompok besar yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga

(upahan). Dalam hal ini tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan tidak diupah.

Pada usaha ternak sapi ini hanya dikeluarkan upah untuk tenaga kerja luar

keluarga (TKLK) sebesar Rp. 30.000,00/HKP. Peternak memakai tenaga kerja

luar keluarga disebabkan karena kurangnya tenaga kerja keluarga. TKLK yang

digunakan untuk usahaternak sapi ini bekerja untuk mencari hijauan dan

kegiatan pembuatan kandang serta kegiatan pengendalian penyakit.

(48)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Biaya ini mencakup biaya obat-obatan/vaksinasi, biaya Inseminasi Buatan

(IB) dan biaya operasional (bahan bakar dan perawatan kendaraan).

Obat-obatan yang digunakan hanya pada saat ternak mengalami sakit dan

obat yang digunakan tergolong sederhana biasanya peternak melakukannya

dengan pengobatan tradisional saja. Dan vaksinasi dilakukan dengan tujuan agar

ternak tidak mudah terserang penyakit. Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan

responden per tahun dapat dilihat pada lampiran 5.

Sedangkan untuk biaya Inseminasi Buatan (IB) dapat dilihat pada

lampiran 5, kebanyakan responden di daerah penelitian tidak memiliki pejantan

sendiri untuk mengawinkan ternaknya. Untuk menghasilkan keturunan yang baik,

mereka menggunakan sistem perkawinan buatan (inseminasi buatan). Dengan

perkawinan buatan, peternak bisa memilih jenis semen sapi apa yang akan

digunakan.

Kebanyakan peternak memilih mengawinkan sapi betinanya dengan hasil

persilangan dengan bangsa sub-tropik seperti Simmental dan Limosin atau yang

berjenis lokal seperti Brahman dan Peranakan ongole. Perkawinan buatan ini

merupakan solusi dari peternak untuk mendapatkan keturunan sapi dengan bobot

tubuh yang lebih tinggi dan harga sapi hasil dari perkawinan Buatan (IB) jauh

lebih mahal dibandingkan dengan sapi lokal, oleh kerana itu mayoritas responden

didaerah penelitian lebih banyak memilih memelihara sapi dari hasil kawin suntik

menurut Darmono (2000), perkawinan silang antara bangsa sapi tipe pedaging

dapat menghasilkan berat badan yang memuaskan. Misalnya kawin silang dengan

(49)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

kawin silang tersebut berat badanya akan naik. Perkawinan buatan dilakukan oleh

Inseminator Dinas Peternakan yang ada di Kecamatan Stabat, Besarnya biaya

variabel yang dikeluarkan responden per tahun dapat dilihat pada lampiran 5.

Berdasarkan lampiran 5 dapat dilihat besarnya biaya bahan bakar plus

perawatan kendaraaan yang dikeluarkan peternak untuk mengangkut hijauan

biaya tersebut menyebar antara Rp. 1.551.250,00 sampai Rp 2.007.500,00 per

tahun.

Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang relative tetap jumlahnya dan terus

dikeluarkan walaupun produksi yang dihasilkan banyak atau sedikit. Jadi besarnya

biaya tetap tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh,

misalnya bunga modal, sewa tanah dan pajak.

Biaya Penyusutan

Nilai kandang ternak sapi bervariasi tergantung pada bahan yang

digunakan dan ukuran kandangnya. Bahan yang digunakan untuk pembuatan

kandang sapi pada usahaternak responden adalah beton, papan, kayu atau bambu

untuk bagian dinding, seng atau rumbia untuk atap dan pada lantai ada yang

menggunakan semen dan ada juga langsung ke tanah. Peternak lebih banyak

mendapatkan bahan-bahan dari alam sekitar. Ini mengakibatkan biaya kandang

dapat ditekan lebih murah. Pemakaian beton ditujukan untuk menjaga keamanan

ternak dari pencurian.

Nilai kandang sapi per unit yang dimiliki responden dapat dilihat pada

(50)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

rataan sebesar Rp.1.889.622,64. dalam satu tahun terakhir ada juga peternak

memperbaiki kandangnya, dimana biaya perbaikan kandang tersebut menyebar

antara Rp.100.000,00 sampai dengan Rp.2.000.000,00 dengan rataan sebesar

Rp.497.169,81. biaya penyusutan kandang yang dikeluarkan ditentukan oleh luas

kandang yang dimiliki peternak dan juga umur ekonomis atau masa pakai

kandang tersebut. Biaya kandang diperoleh dari dari penjumlahan biaya

penyusutan kandang dan biaya perbaikan kandang per responden. Biaya kandang

yang dimiliki responden menyebar antara Rp.270.000,00 sampai Rp.2.300.000,00

dengan rataan Rp.804.339,62.

Usahaternak sapi ini menggunakan perlengkapan kandang seperti tempat

makan dan tempat minum. Berdasarkan data yang sudah diolah pada lampiran 8

Dapat dilihat bahwa usahaternak ini menggunakan tempat makan yang nilainya

menyebar antara Rp. 50.000,00 sampai Rp. 350.000,00 per unit dan tempat

minum yang nilainya sebesar Rp.15.000,00.

Biaya penyusutan dan perlengkapan yang dikeluarkan ditentukan oleh

jumlah perlengkapan yang dimiliki responden dan juga umur ekonomis atau masa

tahan pakai perlengkapan tersebut. Biaya penyusutan perlengkapan pada

usahaternak sapi responden menyebar antara Rp.20.000,00 sampai Rp.90.000,00.

Peralatan yang digunakan pada usaha ternak sapi responden meliputi Arit,

cangkul, kereta sorong (angkong), sapu lidi, sekop dan tali. Harga arit per unit

menyebar antara Rp.20.000,00 sampai Rp. 50.000,00, harga cangkul per unit

Rp. 25.000,00, harga kereta sorong (angkong) per unit menyebar antara

(51)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Rp. 3.000,00 sampai Rp. 8.000,00, harga sekop per unit menyebar antara

Rp. 20.000,00 sampai Rp. 30.000,00 dan harga tali per unit sebesar

Rp. 25.000,00.

Biaya penyusutan peralatan yang dikeluarkan ditentukan oleh banyaknya

peralatan yang dimilki peternak sapi dan juga umur ekonomis atau masa tahan

pakai peralatan tersebut. Total biaya penyusutan peralatan per responden per

tahun menyebar antara Rp. 124.666,67 sampai Rp. 168.000,00 dengan rataan

sebesar Rp. 75.132,08. Pada usahaternak sapi di daerah penelitian total biaya

produksi yang dikeluarkan per responden selama satu tahun rata-rata sebesar

Rp. 3.100.746,48.

Jumlah Investasi Pada Usaha Ternak Sapi

Jumlah investasi pada usahternak sapi meliputi nilai investasi kandang,

perlengkapan, peralatan, modal peternak dan pertambahan nilai ternak per athun.

Pada usahaternak sapi di daerah penelitian sperti terlihat di lampiran 6 diperoleh

total jumlah investasi per responden per tahun menyebar antara Rp. 2.464.000,00

sampai Rp. 37.563.000,00 dengan rata-rata total jumlah investasi sebesar

Rp. 14.212.056,60 per tahun.

Penerimaan Pada Usahaternak Sapi

Penerimaan pada usaha ternak sapi meliputi penerimaan dari penjualan

ternak sapi, penerimaan dari penjualan feses (pupuk kandang) dan pertambahan

nilai ternak. Pada usahaternak sapi di daerah penelitian dapat dilihat pada

Gambar

Tabel 3. Jenis dan Populasi Ternak Besar Di Kabupaten Langkat Provinsi               Sumatera Utara Dari Tahun 2004-2006
Tabel 4. Populasi Ternak Sapi Potong Menurut  Kecamatan di  Kabupaten Langkat Tahun 2005 – 2007
Gambar 1. Skema kerangka Pemikiran
Tabel 5. Karekteristik Responden di Daerah Penelitian Tahun 2008
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo menunjukkan bahwa umur, pendidikan dan pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong

Tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik peternak (Umur, tingkat pendidikan, serta lama pengalaman beternak) dan jumlah ternak yang

Selain itu diperoleh juga bahwa jumlah ternak berpengaruh sangat nyata terhadap pendapatana peternak kerbau sedangkan umur peternak dan pengalaman beternak tidak berpengaruh

Hal ini menunjukkan bahwa secara serempak semua variabel tersebut yaitu skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman peternak, jumlah tanggungan keluarga, tingkat

Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan karakteristik peternak (umur, pendidikan, pengalaman beternak, dan jumlah tanggungan keluarga) dengan skala usaha ternak

Hal ini menunjukkan bahwa secara serempak semua variabel tersebut yaitu skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman peternak, jumlah tanggungan keluarga, tingkat

sebagian besar ternak sapi potong yang dipelihara oleh peternak masih dalam skala kecil, dengan lahan dan modal yang sangat terbatas (Parakkasi, 1998).. Disamping itu, ternak sapi

jumlah tanggungan keluarga, skala usaha dan biaya produksi terhadap. pendapatan peternak