• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN SIEMPAT NEMPU HULU

KABUPATEN DAIRI

SKRIPSI

Oleh :

SARTIKA BANCIN 090306065

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN SIEMPAT NEMPU HULU

KABUPATEN DAIRI

SKRIPSI

Oleh :

SARTIKA BANCIN 090306065/PETERNAKAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi

Nama : Sartika Bancin

NIM : 090306065

Program studi : Peternakan

Disetujui oleh,

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. H. Hasnudi, MS Usman Budi, SPt,MSi

Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, MSi Ketua Program Studi Peternakan

(4)

ABSTRAK

SARTIKA BANCIN: “Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan

Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi”, dibimbing oleh HASNUDI dan

USMAN BUDI.

Peternakan sapi potong penggemukan merupakan usaha sampingan

mayoritas masyarakat di Kecamatan Siempat Nempu Hulu dimana terdapat

perbedaan profil dari masyarakat tersebut. Oleh sebab itu perlu diketahui

analisis pendapatan peternak sapi potong di kecamatan tersebut. Penelitian ini

dilaksanakan di Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi Propinsi

Sumatera Utara mulai bulan Juni sampai September 2013. Penelitian ini

menggunakan metode survey dengan unit responden keluarga yang memelihara

ternak sapi potong. Sampel diperoleh melalui metode Proportional Stratified Random Sampling dan diperoleh 69 orang peternak , yaitu dari desa Gunung Meriah berjumlah 42 responden, desa Silumboyah berjumlah 21 responden dan

desa Sungai Raya berjumlah 6 responden. Metode analisis data pendapatan

menggunakan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa skala usaha, pendidikan peternak

berpengaruh positif terhadap pendapatan peternak sapi potong sedangkan umur,

pengalaman beternak dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negatif

terhadap pendapatan peternak sapi potong.

(5)

ABSTRACT

SARTIKA BANCIN : "The Analysis of Farmer income Beef Cattle in Siempat Nempu Hulu Subdistrict Dairi District", supervised by HASNUDI and USMAN BUDI.

Beef cattle fattening constitute the sideline majority of the community in the Siempat Nempu Hulu subdistrict where there are differences in the profile of the community. Therefore need to analyze farmer income beef cattle in these subdistricts. This research was conducted in the Siempat Nempu Hulu subdistrict Dairi district, which began on Juny until September 2013. This study used respondents, who had beef cattle traditional fattening. Samples obtained through proportional stratified random sampling method and retrieved 69 farmers, there was 42 respondens of Gunung Meriah, 21 respondens of Silumboyah and 6 respondens of Sungai Raya. Income data analysis methods using multiple linear regression analysis.

The results showed that the scale of business, education level farmer positive effect on increasing revenue beef cattle. While age, ecperience and number of dependents negatively affect earnings beef cattle farmers in Siempat Nempu Hulu subdistrict Dairi district.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sidikalang pada tanggal 04 April 1991 dari ayah

Jairus Bancin dan ibu Arlina Sinaga. Penulis merupakan putrid ketujuh dari

delapan bersaudara.

Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Siempat Nempu Hulu pada tahun 2009

dan pada tahun yang sama penulis masuk ke Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara Program Studi Peternakan melalui jalur seleksi nasional masuk

perguruan tinggi negeri (SNMPTN).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai Asisten

laboratorium Genetika Dasar dan Evaluasi dan proyeksi peternakan. Penulis juga

aktif di Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan (IMAKRIP). Penulis melaksakan

praktek kerja lapangan (PKL) di Kabupaten Samosir Desa Pardugul mulai dari

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas

segala berkat dan karuniaNya yang telah memberikan penulis kesehatan,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis

Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan Siempat Nempu Hulu

Kabupaten Dairi”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua

orang tua penulis yang telah membesarkan dan mendidik penulis, untuk abang

dan kakak serta adik penulis yang selalu mendukung penulis sehingga bisa

menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada bapak

Prof. Dr. Ir. H. Hasnudi, MS dan bapak Usman Budi, S.Pt, M.Si selaku ketua

dan anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing dan

memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dan kepada ibu

Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc dan bapak Hamdan, S.Pt, M.Si sebagai dosen

undangan saya yang telah memberikan masukan berharga kepada penulis.

Disamping itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada civitas

akademika di Program Studi Peternakan, serta semua rekan mahasiswa yang tak

dapat disebutkan satu per satu disini yang telah membantu penulis dalam

(8)

DAFTAR ISI

Penerimaan dan Pendapatan ... 14

Analisis Usaha ... 14

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

Metode Penelitian ... 16

Pengumpulan Data ... 17

Analisis Data ... 18

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Letak dan Geografis Kecamatan Siempat Nempu Hulu ... 22

Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Potong ... 22

Profil Responden ... 23

Pendapatan Peternak ... 26

Pengaruh Variabel Terhadap Pendapatan Peternak Sapi Potong ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 35

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Karakteristik Sosial Responden ... 38

2. Karakteristik Ekonomi Responden ... 40

3. Anovab ... 42

4. Model Summaryb ... 42

5. Coefficientsa ... 43

(12)

ABSTRAK

SARTIKA BANCIN: “Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan

Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi”, dibimbing oleh HASNUDI dan

USMAN BUDI.

Peternakan sapi potong penggemukan merupakan usaha sampingan

mayoritas masyarakat di Kecamatan Siempat Nempu Hulu dimana terdapat

perbedaan profil dari masyarakat tersebut. Oleh sebab itu perlu diketahui

analisis pendapatan peternak sapi potong di kecamatan tersebut. Penelitian ini

dilaksanakan di Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi Propinsi

Sumatera Utara mulai bulan Juni sampai September 2013. Penelitian ini

menggunakan metode survey dengan unit responden keluarga yang memelihara

ternak sapi potong. Sampel diperoleh melalui metode Proportional Stratified Random Sampling dan diperoleh 69 orang peternak , yaitu dari desa Gunung Meriah berjumlah 42 responden, desa Silumboyah berjumlah 21 responden dan

desa Sungai Raya berjumlah 6 responden. Metode analisis data pendapatan

menggunakan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa skala usaha, pendidikan peternak

berpengaruh positif terhadap pendapatan peternak sapi potong sedangkan umur,

pengalaman beternak dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negatif

terhadap pendapatan peternak sapi potong.

(13)

ABSTRACT

SARTIKA BANCIN : "The Analysis of Farmer income Beef Cattle in Siempat Nempu Hulu Subdistrict Dairi District", supervised by HASNUDI and USMAN BUDI.

Beef cattle fattening constitute the sideline majority of the community in the Siempat Nempu Hulu subdistrict where there are differences in the profile of the community. Therefore need to analyze farmer income beef cattle in these subdistricts. This research was conducted in the Siempat Nempu Hulu subdistrict Dairi district, which began on Juny until September 2013. This study used respondents, who had beef cattle traditional fattening. Samples obtained through proportional stratified random sampling method and retrieved 69 farmers, there was 42 respondens of Gunung Meriah, 21 respondens of Silumboyah and 6 respondens of Sungai Raya. Income data analysis methods using multiple linear regression analysis.

The results showed that the scale of business, education level farmer positive effect on increasing revenue beef cattle. While age, ecperience and number of dependents negatively affect earnings beef cattle farmers in Siempat Nempu Hulu subdistrict Dairi district.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan sub-sektor peternakan merupakan bagian dari

pembangunan pertanian yang bertujuan untuk mencapai suatu kondisi

peternakan yang tangguh, yang dicirikan dengan kemampuan mensejahterakan

para petani-ternak dan kemampuannya dalam mendorong pertumbuhan sektor

terkait secara keseluruhannya.

Pembangunan sub sektor peternakan di Indonesia mempunyai tujuan

untuk meningkatkan produksi ternak. Peningkatan produksi ini diharapkan akan

membawa dampak terhadap peningkatan pendapatan peternak, memperbaiki

keadaan lingkungan, meningkatkan kesempatan berusaha, membuka lapangan

kerja baru dan memperluas kesempatan kerja yang telah ada. Tujuan jangka

panjang pembangunan sub sektor peternakan salah satunya adalah tercapainya

standar kecukupan gizi dari hasil ternak bagi masyarakat Indonesia.

Berkaitan dengan hal tersebut, perlu diidentifikasi alternatif pola

pengembangan peternakan rakyat yang mempunyai skala usaha yang ekonomis

yang mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga yang cukup

memadai. Dalam perspektif ke depan, usaha peternakan rakyat harus mengarah

pada pengembangan agribisnis peternakan sehingga tidak hanya sebagai usaha

sampingan namun sudah mengarah pada usaha pokok dalam perekonomian

keluarga. Dengan kata lain, usaha ternak rakyat diharapkan menjadi sumber

(15)

kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga peternak, seperti pada

kegiatan ekonomi keluarga lainnya dan bahkan mengarah usaha peternakan

keluarga.

Salah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan sektor peternakan

yaitu berupaya untuk mencukupi kebutuhan protein hewani. Pada akhirnya,

upaya ini akan berpengaruh terhadap peningkatan kecerdasan bangsa.

Daging sangat besar manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein

hewani, namun pemenuhan daging belum mencukupi kebutuhan konsumsi yang

terus meningkat. Peningkatan produksi daging sangat berhubungan dengan

penyebaran populasi ternak pada suatu daerah, lebih mendukung lagi apabila

pengolahan ataupun pemeliharaan dilakukan secara modern. Namun

pemeliharaan yang dilakukan masih bersifat tradisional.

Ternak sapi khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya

penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekenomis tinggi

dan penting artinya dalam kehidupan masyarakat dalam pemenuhan protein

hewani. Ternak sapi potong selain sebagai penghasil daging dapat juga

menghasilkan pupuk kandang, kulit, tulang, dan sebagainya dari hasil ikutannya.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan jumlah produksi daging rendah,

yaitu populasi dan produksi sapi yang masih rendah khususnya daerah Sumatera

Utara. Sumatera Utara memiliki beberapa daerah yang sangat padat, sedang dan

ada yang sangat jarang atau terbatas penyebaran populasi ternak sapi potong.

(16)

tersebut sehingga menimbulkan perbedaan dalam segi ekonomi maupun

pemenuhan gizi hewani khususnya daging sapi.

Usaha sapi potong di Sumatera Utara tersebar di berbagai daerah dengan

tingkat kepadatan populasi yang berbeda-beda. Kecamatan Siempat Nempu

Hulu merupakan salah satu daerah penyebaran populasi ternak di Kabubaten

Dairi dimana kawasan tersebut perkembangan popolasi ternak sapinya pada

tahun 2013 mencapai 898 ekor (Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten

Dairi, 2013).

Dalam melakukan usaha ternak sapinya, peternak berperan sebagai

pembuat keputusan yang berusaha mengambil keputusan yang efektif dan efisien

dalam menjalankan dan mengelola usahanya. Karakteristik sosial ekonomi

peternak (skala usaha, jumlah ternak sapi, umur peternak, tingkat pendidikan,

pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga dan motivasi beternak dapat

mempengaruhi dalam mengambil keputusan yang dapat memberikan pengaruh

keuntungan bagi usahanya. Peternak berusaha untuk mengalokasikan faktor

produksi seefisien mungkin (lahan, modal, dan tenaga kerja) untuk memperoleh

hasil dan keuntungan maksimal.

Sehubungan dengan hal tersebut penulis mencoba meneliti dan

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong

pada suatu daerah berdasarkan profil peternak.

Identifikasi Masalah

Usaha ternak sapi dalam bentuk usaha tani yang merupakan salah satu

(17)

terbatas. Usaha ternak sapi merupakan salah satu jenis usaha yang dilakukan

oleh sebagian masyarakat di Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi.

Usaha peternakan ini ada yang dijadikan sebagai pekerjaan utama,

ada juga yang dijadikan pekerjaan sampingan.

Permasalahan umum yang perlu diketahui antara lain berkaitan dengan

hal-hal penting yang menyangkut segi sosial ekonomi peternak sapi di

Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi. Berdasarkan hal tersebut

maka penelitian ini akan dilakukan untuk menjawab pertanyaan berikut :

• adakah pengaruh skala usaha (jumlah ternak sapi), umur peternak,

tingkat pendidikan, lama beternak dan jumlah tanggungan keluarga

terhadap pendapatan peternak sapi di Kecamatan Siempat Nempu Hulu,

Kabupaten Dairi.

Tujuan Penelitian

Mengukur pengaruh profil peternak, skala usaha (jumlah ternak sapi),

umur peternak, tingkat pendidikan, lama beternak dan jumlah tanggungan

keluarga terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Siempat

Nempu Hulu, Kabupaten Dairi.

Kegunaan Penelitian

Bagi Instansi yang terkait khususnya dapat menjadi acuan dalam rangka

pembangunan usaha ternak sapi potong di wilayah yang bersangkutan atau di

daerah lain, menjadi acuan bagi peternak sapi potong dalam melakukan

pemeliharaan guna meningkatkan pendapatannya dan menjadi sumber informasi

(18)

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh skala usaha (jumlah ternak sapi), umur peternak, tingkat

pendidikan, lama beternak dan jumlah tanggungan keluarga terhadap pendapatan

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Geografi Kabupaten Dairi a. Geografis

Secara geografis letak Kabupaten Dairi berada diantara 98º00’ -98º30’

Bujur Timur dan 2º15’00”-3º00’00” Lintang Utara dengan luas 192.780 Haatau

sekitar 2,69% dari luas Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Dairi terletak di

sebelah Barat Daya Sumatera Utara. Kota Sidikalang adalah ibukota Kabupaten

Dairi (Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi, 2013).

Sesuai dengan letaknya yang berada pada jajaran Bukit Barisan, maka

sebagian wilayahnya merupakan dataran tinggi dengan ketinggian antara

700-1.250 m di atas permukaan laut. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten

Aceh Tenggara (Propinsi NAD) dan Kabupaten Tanah Karo, sebelah selatan

dengan Kabupaten Pakpak Barat, sebelah timur dengan Kabupaten Toba

Samosir dan sebelah barat dengan Kabupaten Aceh Selatan (Propinsi NAD)

(Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi, 2013)

b. Iklim

Kabupaten Dairi beriklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu

musim kemarau dan musim hujan. Musim hujan yang paling berpengaruh

biasanya berlangsung pada bulan Januari, April, Mei, September, Oktober,

November dan Desember setiap tahunnya (Badan Pusat Statistik Kabupaten

Dairi, 2013)

Curah hujan di kabupaten Dairi tahun 2009 tertinggi pada bulan Oktober

(20)

jumlah hari hujan tertinggi pada bulan Oktober sebanyak 24 hari dan terendah

pada bulan Juni sebanyak 8 hari. Suhu udara rata-rata berkisar 15,8ºC sampai

dengan 23,9ºC dengan kelembapan udara rata-rata setinggi 87,38%

(Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi, 2013)

Kecamatan Siempat Nempu Hulu merupakan kawasan yang berpotensi

dalam pengembangan usaha ternak sapi potong. Hal ini dikarenakan pada

kawasan tersebut memiliki sumber daya alam yang cukup memadai dalam

pengembangan usaha ternak sapi potong, dimana di daerah tersebut mencapai

898 ekor pada tahun 2011 (Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi, 2012).

Tabel 1. Populasi Ternak Sapi Potong di Kabupaten Dairi

No

Kecamatan Luas Wilayah

(Ha) Silima Pungga-pungga Lae Parira Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi (2013)

Dari Tabel 1 dapat dilihat jumlah populasi ternak sapi potong yang

paling besar ada di Kecamatan Siempat Nempu Hulu.

Sebagian besar sapi potong yang ada dihasilkan oleh peternakan rakyat

yang mempunyai ciri-ciri skala usaha kecil dan merupakan usaha sampingan,

(21)

rendah, produktivitas ternak yang rendah dan belum menerapkan inovasi-inovasi

baru (Azis, 1993).

Rendahnya populasi ternak sapi merupakan salah satu faktor penyebab

volume produksi daging masih rendah. Pada umumnya, di negara kita sebagian

besar ternak sapi potong dipelihara oleh peternak masih dalam skala kecil,

dengan lahan dan modal yang sangat terbatas (Parakkasi, 1998).

Ternak sapi sebagai ternak ruminansia besar lebih digemari oleh petani

karena mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi dari ternak ruminansia besar

lainnya, dimana daging dan kulit sapi mempunyai kualitas yang lebih tinggi dari

pada kulit kerbau, sapi lebih tahan bekerja diterik matahari dari pada kerbau

(Sosroamidjojo dan Soeradji, 1990).

Ternak ruminansia yang dipelihara petani dapat berfungsi ganda yaitu

sebagai penghasil pupuk kandang dan tabungan yang memberikan rasa aman

pada saat kekurangan pangan (paceklik) disamping berfungsi sebagai ternak

kerja. Menurut Najib et al. (1997), ternak sapi mempunyai peran yang cukup penting bagi petani sebagai penghasil pupuk kandang, tenaga pengolah lahan,

pemanfaat limbah pertanian dan sebagai sumber pendapatan.

Menurut Syafruddin et al. (2003), ternak merupakan salah satu sumber protein hewani masyarakat, mempunyai prospek yang cerah dan menjanjikan

untuk dikembangkan. Selain itu, ternak dapat menjadi sumber pendapatan petani

ternak, lapangan kerja, tenaga kerja dan sumber devisa yang potensial serta

perbaikan kualitas tanah.

Di samping itu, ternak sapi ini masih merupakan bagian kecil dari

(22)

terdapat banyak kelemahan, diantaranya adalah sebagai produsen perorangan

pasti tidak dapat memanfaatkan sumber daya bahan produksi yang tinggi seperti

pada sektor usah besar dan modern (Tafal, 1981).

Usaha Peternakan Rakyat

Usaha peternakan di Indonesia 90% merupakan peternakan rakyat. Ciri

usaha peternakan rakyat ini antaralain : skala usaha kecil, motif produksi rumah

tangga, dilakukan sebagai usaha sampingan, menggunakan teknologi sederhana

sehingga produktivitasnya rendahdan mutu produk bervariasi (Soehadji, 1991).

Demikian juga menurut Cyrilla dan Ismail (1988), yang menyatakan bahwa

usaha peternakan rakyat yang mempunyai ciri-ciri antara lain : skala usaha kecil

dengan cabang usaha, teknologi sederhana, produktivitas rendah, mutu produk

kurang terjamin, belum sepenuhnya berorientasi pasar dan kurang peka terhadap

perubahan-perubahan.

Usaha tani dapat berupa bercocok tanam atau memelihara ternak. pada

umumnya ciri-ciri usahatani yang ada di Indonesia berlahan sempit, pemodalan

terbatas, tingkat pengetahuan petani terbatas dan kuarang dinamis, serta

pendapatan petani yang rendah ( Soekartawi et al., 1986).

Peternakan yang berlangsung dewasa ini tidak dapat dikatakan sebagai

bagian integral dari pola usahatani. Maksudnya tidak merupakan cabang usaha

yang mendapatkan alokasi tersendiri dalam penggunaan bagian lahan, sehingga

sumber hijauan pakan ternak tidak dihasilkan khusus dalam pola usahatani

tersebut (Widodo, 1984).

Tujuan pokok dari sebuah usahatani keluarga adalah untuk memperoleh

(23)

usahataninya dan pembentukan modal. Maka selain berusahatani peternak juga

memiliki usaha tani lain untuk mendukung usahanya ( Tohir, 1991).

Menurut Kay dan Edward (1994), dalam usahatani dan usaha peternakan,

pembagian kerja dan tugas manajemen jarang dilakukan, kecuali usaha besar.

Petani dalam usahatani tidak hanya menyumbangkan tenaga saja, tetapi lebih

dari itu. Petani adalah pemimpin (manager) usahatani yang mengatur organisasi

produksi secara keseluruhan (Mubyarto, 1991).

Beberapa karakteristik peternak yang diduga berpengaruh terhadap

pendapatan peternak yaitu:

a. Skala usaha

Pendapatan usaha ternak sangat di pengaruhi oleh banyaknya ternak yang

dijual oleh peternak itu sendiri sehingga semakin banyak jumlah ternak maka

semakin tinggi pendapatan bersih yang diperoleh (Soekartawi, 1995).

Pendapatan yang tinggi dapat diperoleh dengan skala usaha yang besar

dan didukung oleh pengoperasian usaha yang efisien. Masalah yang

berhubungan dengan minimalisasi biaya salah satunya adalah skala usaha ternak,

dimana peternak harus memutuskan tentang besar dan volume usaha ternaknya.

Peternakan perlu mempertimbangkan besar dan volume usaha untuk

memperoleh skala usaha yang ekonomis (Noegroho et al,. 1991). b. Umur peternak

Menurut Saihani (2011), bahwa umur petani bukanlah faktor yang begitu

dominan dalam perolehan pendapatan. Baik itu petani yang muda maupun yang

tua dapat memperoleh pendapatan yang tinggi sesuai dengan seberapa besar

(24)

Semakin muda usia peternak, umumnya rasa keingintahuan terhadap

sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi

teknologi semakin tinggi (Chamdi, 2003)

Santoso (1979), usia manusia antara 30 sampai 60 tahun mempunyai

kemampuan berfikir yang lebih baik sehingga diharapkan dapat mengelola

usahanya dengan baik pula.

c. Tingkat pendidikan

Winarno (1985) menyatakan bahwa pendidikan sedikit banyak mempunyai

peranan penting terhadap produktivitas peternak dalam mengelola ternaknya.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan peternak maka semakin

tinggi daya serap dan pola pikir terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi,

sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan maka daya serap dan pola pikir

terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi juga semakin rendah sehingga sulit

untuk mengikuti perkembangan teknologi.

Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang

kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya.

Keterbatasan keterampilan/pendidikan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan

kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja (Ahmadi, 2003).

Menurut Soekartawi (1986), menyatakan bahwa tingkat pendidikan

peternak cenderung mempengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka

terhadap inovasi dan teknologi baru. Peternak yang tingkat pendidikannya lebih

tinggi seharusnya dapat meningkatkan lebih besar pendapatan peternak namun

(25)

dasarnya peternak yang ada di daerah penelitian masih tergolong berpendidikan

menengah.

d. Lama beternak

Pengalaman (lama) seseorang dalam berusahatani berpengaruh terhadap

penerimaan inovasi dari luar. Dalam melakukan penelitian, lamanya pengalaman

diukur mulai sejak kapan peternak itu aktif secara mandiri mengusahakan

usahataninya tersebut sampai diadakan penelitian (Fauzia dan Tampubolon,

1991)

Pengalaman (lama) dalam beternak akan menentukan keberhasilan usaha

peternakannya. Peternak dengan pengalaman beternak yang lebih lama akan

lebih mudah mengambil keputusan yang baik pada saat yang tepat. pengalaman

yang lebih lama dalam pekerjaan akan lebih efektif dalam pengalokasian sumber

daya yang dimiliki. Semakin banyak pengalaman yang diperoleh petani maka

diharapkan produktivitas petani akan semakin tinggi, sehingga dalam

mengusahakannya usahatani akan semakin baik dan sebaliknya jika petani

tersebut belum atau kurang berpengalaman akan memperoleh hasil yang kurang

memuaskan. Pengalaman beternak yang cukup lama akan memberikan informasi

pada tujuan beternak yaitu memberikan nilai tambah bagi kehidupannya

(Hasan, 2000).

e. Jumlah Tanggungan Keluarga

Semakin banyak anggota keluarga akan semakin meningkat pula beban

hidup yang harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi

keputusan petani dalam berusahatani. Keluarga yang memiliki sebidang lahan

(26)

sementara kebutuhan akan produksi terutama pangan semakin bertambah

(Daniel, 2002).

Pendapatan Usaha Ternak Biaya Produksi

Biaya adalah nilai dari semua pengorbanan ekonomis yang diperlukan,

yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan dan dapat di ukur untuk

menghasilkan suatu produk (Cyrilla danIsmail, 1988).

Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk

menghasilkan produk yang dinilai dengan uang atau dengan pengertian lain

biaya produksi adalah besarnya nilai pengeluaran (Siregar, 2009).

Biaya produksi adalah sebagai kompensasi yang di terima oleh para

pemilik faktor-faktor produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh

petani/peternak dalam proses produksi baik secara tunai maupun tidak tunai

(Daniel, 2002).

Rasyaf (1995) biaya produksi dalam usaha peternakan di bagi atas dua

bagian utama yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya

yang harus dikeluarkan misalnya gaji pegawai bulanan,penyusutan, bunga atas

modal, pajak bumi dan bangunan dan lain-lain.

Biaya tetap (fix cost) adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegitan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu,

(27)

Penerimaan dan Pendapatan

Penerimaan dalam usaha tani meliputi seluruh penerimaan yang dihasilkan

selama periode pembukuan yang sama, sedangkan pendapatan adalah

penerimaan dikurangi dengan biaya produksi (Kay dan Edward, 1994).

Untuk mempertimbangkan biaya dan pendapatan dalam usahatani

diperlukan beberapa pengertian. Pendapatan kotor atau penerimaan adalah

seluruh pendapatan yang diperoleh dari usahatani selama periode diperhitungkan

dari hasil penjualan dan penaksiran kembali (Hadisapoetra, 1973).

Hernanto (1991) menyatakan bahwa penerimaan usaha tani (farm receipts) sebagai penerimaan dari semua sumber usahatani yang meliputi jumlah

penambahan investasi dan nilai penjualan hasil serta nilai penggunaan yang

dikonsumsi rumah tangga.

Menurut Noegroho, et al (1991), menyatakan bahwa pendapatan usaha ternak menggambarkan imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan

faktor- faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal yang diinvestasikan

kedalam usaha tersebut. Pendapatan bersih usaha tani merupakan selisih antara

pendapatan kantor dan pengeluaran total tanpa memperhitungkan tenaga kerja

keluarga petani, bunga modal sendiri dan pinjaman. Analisis pendapatan dapat

memberikan bantuan untuk mengukur keberhasilan usaha dan dapat digunakan

untuk mengevaluasi kegiatan usahatani dalam satu tahun.

Analisis Usaha

Analisis usaha ternak merupakan kegiatan yang sangat penting bagi suatu

(28)

berbagai kendala yang di hadapi. Analisis usaha peternakan bertujuan mencari

titik tolak untuk memperbaiki hasil dari usaha ternak tersebut. Hasil analisis ini

dapat digunakan untuk merencanakan perluasan usaha baik menambah cabang

usaha atau memperbesar skala usaha. Hernanto (1996), menyatakan bahwa

analisis usaha dimaksudkan untuk mengetahui kinerja usaha secara menyeluruh.

Ada tiga laporan utama yang berkaitan dengan analisis usaha yaitu :

(1) arus biaya dan penerimaan (cash flow), yaitu berupa biaya operasional (2) neraca (balance sheet), yaitu berupa harta, utang dan modal

(3) pertelaan pendapatan (income statement), yaitu menyangkut laporan laba-rugi berupa pendapatan dikurangi dengan beban (biaya).

Soeharjo dan Patong (1973) menyebutkan bahwa dalam analisis pedapatan

diperlukan dua keterangan pokok, yaitu keadaan penerimaan dan pengeluaran

selama jangka waktu yang ditetapkan. Selanjutnya disebutkan bahwa tujuan

analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang dan

keadaan yang akan datang dari kegiatan usaha. Dengan kata lain analisis

(29)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gunung meriah, Desa Silumboyah

dan Desa Sungai Raya Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi

Provinsi Sumatera Utara mulai dari 25 Juni sampai dengan 10 September 2013.

Metode Penelitian

1. Penentuan Responden dan Analisis Pendapatan

Responden terdiri dari para peternak sapi di Kecamatan Siempat Nempu

Hulu Kabupaten Dairi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey

dengan unit responden yang memelihara ternak sapi. Metode penarikan

responden yang digunakan adalah sebagai berikut :

- Pada tahap pertama 3 buah desa dari beberapa desa yang ada di Kecamatan

Siempat Nempu Hulu dengan penarikan responden secara Proportional Stratified Random Sampling. Soekartawi (1995), yaitu desa yang populasi ternak sapinya tinggi, sedang dan jarang tersebut ditentukan dengan melihat

data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi dalam angka 2013 dipilih tiga

desa yaitu,

Desa yang kepadatan populasi ternaknya padat adalah Gunung Meriah

Desa yang kepadatan populasi ternaknya sedang adalah Silumboyah

Desa yang kepadatan populasi ternaknya jarang adalah Sungai Raya

- Pada tahap kedua pemilihan responden secara acak sederhana, diambil

(30)

penelitian yang akan menggunakan data statistik ukuran sampel paling kecil

30% sudah dapat mewakili populasi (Wirartha, 2006). Dari masing-masing

desa di peroleh jumlah peternak yang menjadi sampel sebanyak:

- desa Gunung Meriah 139 orang peternak, maka jumlah sampel 42 0rang

peternak

- desa Silumboyah 70 orang peternak, maka jumlah sampel 21 peternak

- desa Sungai Raya 6 orang peternak, maka jumlah sampel 6 peternak

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

sekunder.

1. Data primer diperoleh dari monitoring terhadap kegiatan usaha ternak

sapi potong melalui wawancara dan pengisian daftar kuisioner.

2. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait seperti Badan

Pusat Statistik Kabupaten Dairi dan kantor kepala desa.

Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara di lapangan diolah dan

ditabulasi kemudian dibuat rataannya. Kemudian data rataan dimasukkan ke

dalam neraca keuangan masing-masing peternak dan diambil rataan pendapatan

peternak.

Kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode analisis

pendapatan dan analisis regresi berganda dengan rumus sebagai berikut : • Analisis pendapatan

(31)

Pd : adalah total pendapatan atau keuntungan yang diperoleh peternak sapi

potong (rupiah/tahun)

TR : adalah total revenue atau penerimaan yang diperoleh peternak sapi

potong (rupiah/tahun)

TC : adalah biaya yang dikeluarkan peternak sapi potong (rupiah/tahun).

Jumlah pendapatan ditabulasi secara sederhana, yaitu dengan menghitung

pendapatan peternak pada usaha beternak sapi potong terhadap keluarga di

daerah penelitian.

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka untuk melihat faktor-faktor

yang mempengaruhi pendapatan dapat dilihat dengan menggunakan model

pendekatan teknik Ekonometri dengan menggunakan analisis regresi linear

berganda dengan alat bantu software Statistical Package for Sosial Sciences (SPSS 16). Menurut Djalal dan Usman (2002) model pendugaan yang

digunakan:

Ŷ = a+ bX + bX + bX + bX + bX + µ

Keterangan:

Ŷ : adalah pendapatan peternak (Y : topi) yang dipengaruhi

beberapa faktor dalam memelihara ternak sapi potong

a : adalah koefisien intercept (konstanta) b₁,b₂,b₃ : adalah koefisien regresi

X₁ : adalah skala usaha/jumlah sapi (ekor)

X₂ : adalah umur peternak (tahun)

(32)

X₄ : adalah lama beternak (tahun)

X₅ : adalah jumlah tanggungan keluarga (jiwa)

µ : adalah variabel lain yang tidak diteliti

Variabel-variabel pada hipotesis diuji secara serempak dan parsial untuk

mengetahui apakah variabel tersebut mempunyai pengaruh dominan atau tidak.

Jika variabel tersebut berpengaruh secara serempak maka digunakan uji F yakni:

Keterangan:

r² = Koefisien determinasi n = Jumlah responden n-k-1 = Derajat bebas penyebut Kriteria uji:

F-hit F-tabel ………... H0 diterima (H1 ditolak)

F-hit F-tabel ... H0 ditolak (H1 diterima)

Menurut Sudjana (2002) jika variabel berpengaruh secara parsial dapat diuji dengan uji t yakni:

Keterangan:

(33)

�² = Standart error parameter b

= Standart error estimatis

xᵢ = Variabel bebas (i= 1,2,3) Kriteria uji:

t-hit t-tabel ……… H0 diterima (H1 ditolak)

t-hit t-tabel ……… H0 ditolak (H1

diterima)

Kriteria pengambilan keputusan:

t-tabel = (α ; db)

(α = 5%; db = n – k – 1)

Keterangan:

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel bebas (X)

a. t-hitung > t-tabel (taraf signifikan α ≤ 0,010) : H0 ditolak, berarti

koefisien regresi dari faktor tertentu berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

b. t-hitung < t-tabel (taraf signifikan α ≥ 0,100) : H0 diterima, berarti

koefisien regresi dari faktor tertentu berpengaruh tidak nyata

terhadap variabel terikat.

Parameter Penelitian Analisis Pendapatan

(34)

b. Umur peternak adalah umur peternak yang memelihara sapi yang diukur

berdasarkan usia kerja produktif yaitu 16-60 tahun

c. Tingkat pendidikan adalah lamanya pendidikan formal yang ditempuh

peternak (tahun)

d. Pengalaman (lama) beternak adalah lamanya peternak memelihara ternak

sapi dan pernah mengikuti pelatihan (tahun)

e. Jumlah tanggungan keluarga yaitu jumlah tanggungan yang ditanggung

peternak dalam satu keluarga (jiwa)

f. Penerimaan adalah jumlah perkalian antara total produksi dengan harga

jual (Rp)

g. Pengeluaran adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha

h. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan pengeluaran selama

pemeliharaan ternak sapi dalam kurun waktu tertentu, misalnya 1 (satu)

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Letak dan Geografi Kecamatan Siempat Nempu Hulu

Kecamatan Siempat Nempu Hulu berada di ketinggian 700-1.250 meter

diatas permukaan laut, luas wilayah 93,93 Km². Kecamatan Siempat Nempu

Hulu sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pegagan Hilir dan Tigalingga,

sebelah Selatan dengan Siempat Nempu, sebelah Barat dengan Kecamatan

Tigalingga dan sebelah Timur dengan Kecamatan Sidikalang. Serta jarak kantor

camat ke kantor bupati yaitu 11 Km.

Untuk lebih mengetahui jumlah populasi ternak sapi potong secara rinci

dalam Kecamatan Siempat Nempu Hulu dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Populasi Ternak Sapi Potong di Kecamatan Siempat Nempu Hulu

No Desa Luas Desa

(km²)

Jumlah sapi Potong

Jumlah KK Kepadatan Sapi/Km²

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi (2013)

Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Potong

Jenis sapi potong yang di pelihara peternak responden 90% PO

(peranakan ongole) dan 10% jenis sapi lainnya. Pemeliharaan sapi potong di

(36)

pagi sampai malam hari di padang pengembalaan. Pada siang hari ternaknya

diberi minum secara terbatas.

Lokasi kandang ternak umumnya berada di ladang peternak itu sendiri,

biasanya ternaknya diikat di bawah pohon rindang sehingga jika saat hujan

ataupun panas ternaknya dapat berlindung di bawah pohon tersebut.

Pemberian obat cacing di berikan 6 bulan sekali, dengan dosis 1 tablet

dalam sekali pemberian, harga 1 tablet obat cacing tersebut yaitu

Rp 50.000. Obat cacing yang digunakan adalah Brenkazol, obat cacing tersebut

diperoleh dari poultry shop.

Profil Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi karakteristik sosial

dan ekonomi. Karakteristik sosial peternak yang dianalisis meliputi umur

peternak, tingkat pendidikan dan pengalaman beternak. Sedangkan karakteristik

ekonomi responden yang dianalisis meliputi: total penerimaan dari usaha ternak,

total biaya produksi dan pendapatan bersih usaha. Karakteristik responden di

(37)

Tabel 3. Karakteristik responden di daerah penelitian tahun 2013 No. Karakteristik peternak sampel Satuan (orang) %

1. Jumlah ternak/ Skala Usaha (ekor) 1-5

2. Umur peternak (tahun) 21-25

3. Lama pendidikan (tahun) 6-10

4. Lama Beternak (tahun) 1-5

5. Jumlah tanggungan keluarga (orang) 0-4

Skala usaha peternak sapi didominasi pada jumlah ternak 1 ekor sampai 5

ekor dengan banyaknya peternak 56 orang yaitu 81,15%. Berdasarkan data

tersebut dapat dikatakan bahwa jumlah kepemilikan ternak sapi dalam usaha

beternak masih sedikit, sementara di daerah penelitian masih cukup luas lahan

kosong sebagai tempat penggembalaan ternak sapi dan untuk penanaman hijauan

(38)

Umur peternak dapat di dominasikan pada umur 51 tahun sampai 55 tahun

dengan jumlah 15 orang yaitu 21,73%. Bila dikaji dari karakteristik umur di atas,

sebagian besar peternak dalam kategori usia yang produktif (16-60 tahun),

sehingga potensi untuk bekerja dan mengelola usaha ternaknya masih besar.

Lama pendidikan peternak sapi di dominasikan pada 6 tahun sampai 10

tahun dengan jumlah peternak 50 orang dengan jumlah persen 72,46%. Hal ini

menunjukkan bahwa lamanya pendidikan responden umumnya tergolong

Sekolah Dasar (SD), sehingga lama pendidikan responden digolongkan rendah.

Pendidikan non formal di daerah penelitian yang khusus mengenai usaha ternak

sapi tidak berjalan dengan baik.

Pengalaman beternak di dominasikan pada 6 tahun sampai 10 tahun

dengan banyaknya peternak 34 orang jumlah persen yaitu 49,27%. Hal ini

menunjukkan bahwa tingkat pengalaman beternak responden dapat dikatakan

cukup, tetapi kurang menguasai dan mengikuti perkembangan teknologi dalam

pengelolaan usaha ternak sapinya.

Jumlah tanggungan keluarga dapat di dominasikan dari 0 orang sampai 4

orang sebanyak 46 orang dengan persen 66,66%. Hal ini menunjukkan bahwa

dalam jumlah tanggungan keluarga tersebut dapat dikatakan seimbang dengan

(39)

Pendapatan Peternak

Pada usaha ternak sapi potong di daerah penelitian diperoleh total

penerimaan dari usaha ternak sapi selama 1 (satu) tahun adalah berkisar

antara Rp 3.000.000 sampai dengan Rp 47.500.000/tahun/peternak dengan

rataan sebesar Rp. 9.647.826,087/tahun/peternak.

Total biaya produksi pada usaha ternak sapi potong meliputi biaya

jumlah tanggungan keluarga, biaya obat-obatan dan biaya lainnya. Menurut data

yang diperoleh selama 1 tahun dari usaha ternak sapi per responden adalah

berkisar antara Rp. 5.200.000 sampai dengan Rp 164.100.000 dengan nilai

pengeluaran rata-rata adalah Rp. 27.942.028,99/tahun/peternak.

Pendapatan bersih setiap responden dari usaha ternak sapi potong selama

1 (satu) tahun berkisar antara Rp. 3.000.000 sampai dengan Rp. 47.500.000

dengan rataan sebesar Rp 9.647.826,087/tahun/peternak. Dari nilai rata-rata

pendapatan keluarga dari usaha ternak sapi potong ini dapat menggambarkan

bahwa responden kurang termotivasi untuk melakukan pengembangan usaha

(40)

yang mereka usahakan dapat mendatangkan pendapatan yang lebih besar

apabila dilakukan dengan serius.

Analisis B/C Ratio digunakan dalam suatu usaha untuk mengetahui layak

atau tidak usaha itu untuk dilanjutkan ke periode berikutnya atau sebaliknya

usaha tersebut dihentikan karena kurang layak. Dari tabel diatas diperoleh B/C

Ratio 1,35. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ternak rakyat tersebut layak untuk

dilanjutkan. Suatu usaha dapat dikatakan memberikan keuntungan bila nilai B/C

ratio diatas 1 (>1). Semakin besar nilai B/C ratio maka semakin efisien usaha

tersebut dan sebaliknya semakin kecil nilai B/C ratio maka semakin tidak efisien

usaha tersebut.

Pengaruh variabel penelitian terhadap pendapatan peternak sapi potong Pengujian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak

sapi potong di Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi digunakan

analisis regresi linier berganda, dimana yang menjadi variabel bebas

(independent) adalah skala usaha (X1), umur peternak (X2), tingkat pendidikan

(X₃), lama beternak (X₄) dan jumlah tanggungan keluarga (X₅) sedangkan yang

menjadi variabel terikat/tidak bebas (dependent) adalah pendapatan (Y).

Hasil pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak

sapi potong di Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi dapat di lihat

(41)

Tabel 4. Analisis varian pendapatan dan hasil penduga variabel

a. Predictors : (constant),motivasi beternak, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman beternak, umur peternak, tingkat pendidikan, skala usaha

b. Dependent Variabel : Pendapatan Peternak

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka untuk melihat faktor-faktor

yang mempengaruhi pendapatan dengan menggunakan Model Pendekatan

Teknik Ekonometri dengan menggunakan analisis regresi linear berganda alat

bantu Software Statistical Package for Sosial Sciences (SPSS 16) dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Analisis regresi linier berganda pengaruh pengalaman beternak, tingkat pendidikan dan umur peternak terhadap pendapatan peternak sapi potong

Variabel Koefisien Regresi Std. Error t-hitung Signifikan

Konstanta 1111752.019 381102.418 2.917 0.005

X1 1990426.502 16995.448 117.115 0,000

Sumber: Lampiran 3

Keterangan:

Ŷ : Pendapatan peternak sapi

X1 : Skala usaha (jumlah ternak sapi) dalam Satuan Ternak (ST)

(42)

X3 : Tingkat pendidikan (tahun)

X4 : Lama beternak ( tahun)

X5 : Jumlah tanggungan keluarga (orang)

Berdasarkan Tabel di atas di peroleh persamaan sebagai berikut: Ŷ = 1.111.752,019 +1.990.426,502X1 -10.573,771X2+125.201,236X3

+1.124,790X4 - 27503.449X5 + µ

Keterangan:

Ŷ : Pendapatan peternak sapi potong (baca : Y topi)

X1 : Skala usaha (jumlah ternak sapi) dalam Satuan Ternak (ST)

X2 : Umur peternak (tahun)

X3 : Tingkat pendidikan (tahun)

X4 : Lama beternak ( tahun)

X5 : Jumlah tanggungan keluarga (orang)

µ : Variabel yang tidak di teliti

Berdasarkan Hasil Regresi di atas dapat diketahui:

1. Nilai Konstanta/Intersept adalah sebesar 1.111.752,019. Artinya apabila variabel bebas yaitu, skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan,lama

beternak dan jumlah tanggungan keluarga tidak ada maka peternak sapi

potong tetap akan menerima pendapatan sebesar nilai konstanta yaitu Rp

1.111.752,019/tahun.

2. R Square bernilai 0,998 artinya bahwa semua variabel bebas skala usaha

ternak (jumlah ternak),umur peternak, tingkat pendidikan, lama beternak

(43)

99,8% dan selebihnya yaitu sebesar 0,2% dijelaskan oleh variabel lain (µ)

yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

3. Secara serempak nilai F-hitung (5.945,220) lebih besar daripada F-tabel

(2,79). Hal ini menunjukkan bahwa secara serempak semua variabel

tersebut yaitu skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, lama beternak

dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh secara nyata terhadap

pendapatan peternak sapi potong dengan taraf signifikansi 0.000a dan pada

taraf kepercayaan 95%.

4. Secara parsial nilai t-hitung variabel yang mempengaruhi adalah variabel

jumlah ternak (skala usaha) 117,115 variabel umur peternak (-2,249)

variabel tingkat pendidikan (4,802), variabel lama peternak ( 0,101),

variabel jumlah tanggungan keluarga (-1,146) .

a. Variabel jumlah ternak sapi berpengaruh nyata terhadap pendapatan

peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang

ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X1) sebesar 117,115 lebih besar dari t-tabel

(α = 0.05) yakni sebesar 2,00.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak ternak yang dipelihara maka

akan semakin besar pula pendapatan yang akan diperoleh peternak sapi

potong. Menurut Soekartawi (1995), bahwa pendapatan usaha ternak kerbau

sangat dipengaruhi oleh banyaknya ternak yang dijual oleh peternak itu

sendiri sehingga semakin banyak jumlah ternak kerbatu maka semakin

tinggi pendapatan bersih yang diperoleh.

b. Variabel umur peternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan ternak

(44)

oleh nilai t-hitung (X2) sebesar -2,249 lebih kecil dari t-tabel (α = 0,05)

yakni sebesar 2,00 variabel ini bernilai negatif karena di sebabkan kriteria

umur peternak tidak mendorong peternak dalam mengembangkan usaha

ternak sapi potong di Kecamatan Siempat Nempu Hulu. Faktor umur

biasanya lebih di identikkan dengan produktifitas kerja jika seseorang masih

tergolong usaha produktif ada kecenderungan produktifitasnya juga tinggi.

Chamdi ( 2003), mengemukakan semakin muda usia peternak (usia

produktif 20-45 tahun) umumnya rasa keingin tahuan terhadap sesuatu

semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi teknologi

semakin tinggi.

c. Variabel tingkat pendidikan berpengaruh nyata terhadap pendapatan

peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang

ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X3) sebesar 4.802 lebih kecil dari nilai

t-tabel (α = 0,05) yakni sebesar 2,00. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan

berpengaruh nyata terhadap pendapatan, ini dikarenakan usaha di daerah

penelitian bervariasi dan memiliki jenjang jabatan. Winarno (1985)

menyatakan bahwa pendidikan sedikit banyak mempunyai peranan penting

terhadap produktivitas peternak dalam mengelola ternaknya. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan peternak maka semakin

tinggi daya serap dan pola pikir terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi,

sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan maka daya serap dan pola

pikir terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi juga semakin rendah

(45)

d. Variabel lama beternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan

peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang

ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X3) sebesar 0,101 lebih kecil dari nilai

t-tabel (α = 0,05) yakni sebesar 2,00. Berdasarkan tingkat pengalaman

peternak, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar peternak

memiliki pengalaman (lama) beternak diatas 5 tahun (62,32%) dari total

responden dan sebanyak 37,68% yang pengalamannya dalam beternak lebih

dibawah 5 tahun, dengan rata-rata pengalaman (lama) beternak seluruhnya

7,1 tahun. Umumnya pengalaman (lama) beternak diperoleh dari orang

tuanya secara turun-temurun. Pengalaman beternak didaerah penelitian

cukup tinggi, hal ini seharusnya dapat memberikan pengaruh yang nyata

tehadap pendapatan, namun pada kenyataannya tidak memberi pengaruh

yang nyata karena masyarakat didaerah tersebut lebih cenderung

menggunakan metode lama secara tradisional dari pada menerapkan inovasi

baru dari luar.

e. Variabel jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap

pendapatan peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95%

yang ditunjukkan oleh t-hitung (X5) sebesar (-1,146) lebih kecil dari

t-tabel (α = 0.05) yakni sebesar 2,00 hal ini menunjukkan bahwa

tanggungan anak dalam keluarga peternak tidak dapat memberikan

dorongan positif terhadap peningkatan pendapatan peternak.

Arti dari nilai persamaan berikut adalah:

Ŷ = 1.111.752,019 + 1.990.426,502X1 - 10.573,771X2+ 125.201,236

(46)

Berdasarkan model persamaan di atas dapat diinterpresikan bahwa:

a. Apabila variabel bebas jumlah ternak (X1) mengalami kenaikan sebesar 1

ST, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp. 1.990.426,502

b. Apabila variabel bebas umur peternak (X2) mengalami peningkatan sebesar

1 tahun, maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar Rp

10.573,771

c. Apabila variabel bebas tingkat pendidikan (X3) mengalami kenaikan

sebesar 1 tingkat, maka akan terjadi kenaikan pendapatan peternak (Y)

sebesar Rp125.201,236

d. Apabila variabel bebas lama beternak (X4) mengalami peningkatan sebesar

1 tahun, maka akan terjadi peningkatan pendapatan peternak (Y) sebesar Rp

1.124,790.

e. Apabila variabel bebas jumlah tanggungan keluarga (X5) mengalami

kenaikan sebesar 1 orang, maka akan terjadi penurunan pendapatan

peternak (Y) sebesar Rp 27.503,449.

f. Apabila varibel X1, X2, X3, X4 dan X5 yang di analisis diabaikan( tidak

melakukan aktivitas), maka peternak sapi potong akan tetap menerima

(47)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Skala usaha dan tingkat pendidikan peternak memberikan pengaruh positif

dalam meningkatkan pendapatan peternak sedangkan umur peternak, lama

beternak dan jumlah tanggungan keluarga tidak memberikan peningkatan

pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Siempat Nempu Hulu,

Kabupaten Dairi.

Saran

Sebaiknya usaha ternak sapi potong yang dilakukan peternak menambah

skala usaha sesuai dengan tingkat pendidikan sehingga dapat memberikan

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. H., 2003. Sosiologi Pendidikan. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Azis, M. A., 1993. Agroindustri Sapi Potong, Prospek pengembangan pada PJPT II. Bangkit. Jakarta.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi, 2013.

Chamdi, A. N., 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing Di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobongan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 29-30 September 2003. Bogor: Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian.

Cyrilla, L. dan A. Ismail. 1988. Usaha Peternakan. Diktat Kuliah. Jurusan Sosial Ekonomi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Daniel,Moehar., 2002. Pengantar Ekanomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Fathoni, A. H., 2004. Manajemen Sumber Ddaya Manusia. Penerbit PT. Rhineka Cipta. Jakarta.

Fauzia, L. dan H. Tampubolon. 1991. Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi Petani Terhadap Keputusan Petani dalam Penggunaan Sarana Produksi. Universitas Sumatera Utara Press. Medan.

Hadisapoetra, S., 1973. Biaya dan Pendapatan dalam Usahatani. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.

Handoko, N., 1998. Analisa Motivasi Beternak Sapi Potong. BPFE. Yogyakarta.

Hasan, I., 2000. Analisis Produksi Kopi di Desa Mbenti Kecamatan Minyambow

Kabupaten Manokwari Papuaweb.

Org/unipa/dlib-s123/hasan/s1. Pdf.

Hernanto, F., 1991. Ilmu Usaha Tani.Cetakan ke-2. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hernanto, F., 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kay, R. D. dan Edward ,W. M., 1994. Farm Management. Third Edition. Mc. Graw – Hill. Inc, Singapore.

(49)

Mulyono, S. dan B. Sarwono. 2007. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

Najib, M., E.S. Rohaeni dan Tarmudji. 1997. Peranan Ternak Sapi Dalam Sistem Usahatani Tanaman Pangan di Lahan Kering. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 18 – 19 Nopember 1997. Jilid II. hlm. 759 – 766.

Noegroho, Wisaptiningsih dan Fanani, Z. 1991. Ilmu Usaha Tani. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang.

Parakkasi, A., 1998. Ilmu Nutrisi dan makanan Ternak Ruminan. UI-Press. Jakarta.

Rasyaf, M., 1995. Pengelolaan usaha Peternakan Ayam Pedaging. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Saihani , A., 2011. Analisis Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pendapatan Petani Padi Ciherang di Desa Sunggai Durait Tengah Keccamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara. Amutai-Press. Kalimantan.

Santoso., 1979. Analisis Usaha Ternak Sapi Perah di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Buletin LPP. No. 23. Bogor.

Soehadji. 1991. Kebijaksanaan Pemerintah untuk Mendukung Pengembangan Teknologi dan Produksi Peternakan. Departemen Pertanian. Dirjen Peternakan. Bogor.

Soekartawi, A., Soeharjo, Dillon, j. L.,dan Hardaker, J. B. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Perkembangan Petani Kecil. UI – Press. Jakarta. Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta.

Sosroamidjojo, S. dan Soeradji. 1990. Peternakan Umum.Yasaguna. Jakarta.

Sudrajad. 2005. Kiat Mengatasi Pengangguran Melalui Wirausaha. PT Bumi Aksara. Jakarta

Sugeng, Y. B., 2001. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suherman, R., 1991. Pengantar Teori Ekonomi.Duta Jasa. Surabaya.

Syafruddin, A. N., Kairupon. dan F.F. Munier. 2003. Potensi dan Kesesuaian Lahan Untuk Pengembangan Pakan Ruminansia di Lembah Palu. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 29 – 30 September 2003. hlm. 266 – 271.

(50)

Tohir, K. A., 1991. Seuntai Pengetahuan Usahatani Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta.

Widjaja, K., 1999. Analisis Pengambilan Keputusan Usaha Produksi Peternakan. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Widodo, M.W. 1984. Eksistensi dan Esensi Usaha Ternak Sapi Perah Dalam Kondisi Pola Tanam di Pujon. Makalah Desertasi Gelar Doktor. Bandung.

Winarno. 1985. Analisis Manajemen dan Pemasaran Susu Usaha Peternakan Sapi Perah di Kota Madya Yogyakarta. Tesis S-2. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

(51)

LAMPIRAN

Lampiran 1.

Karakteristik Sosial Responden dalam Usaha Sapi Potong

(52)
(53)

Lampiran 2.

Karakteristik Ekonomi Responden dalam Usaha Sapi Potong NO.

2 virgo 55800000 35400000 15000000

3 sumurung 46000000 30500000 11000000

4 tianur 46000000 29500000 12000000

5 horas 9200000 5700000 3500000

6 renti 36800000 28300000 8500000

7 sehat 9200000 6100000 3100000

8 joel 27600000 19800000 7800000

9 tumbur 64400000 48400000 16000000

10 marismauli 27600000 19600000 8000000

11 saur 18400000 13600000 4800000

12 tongam 27600000 20100000 7500000

13 sudirman 27600000 20100000 7500000

14 gabe 46000000 34000000 12000000

15 jaudiman 9200000 6200000 3000000

16 jamian 18400000 12900000 5500000

17 yusrizzal 73600000 56100000 17500000

18 j.sihotang 18400000 12600000 5800000

19 jasmian 9200000 6200000 3000000

20 paian 18400000 12900000 5500000

21 sulaiman 18400000 13400000 5000000

22 jasmin 36800000 27800000 9000000

23 melita 9200000 5700000 3500000

24 benget 27600000 20100000 7500000

25 e.sigalingging 46000000 34000000 12000000

26 hadisah 27600000 20100000 7500000

27 harapan 46000000 34000000 12000000

28 sahabat 100800000 77300000 23500000

29 dahniar 36800000 26800000 10000000

30 james 100800000 77300000 23500000

31 dahnur 73600000 55600000 18000000

32 arjuna 27600000 20100000 7500000

33 tengku 184000000 142000000 42000000

34 masrin 27600000 20600000 7000000

35 israk 27600000 19600000 8000000

36 jhon 27600000 20600000 7000000

37 toni 18400000 12900000 5500000

38 s.sebayang 9200000 5700000 3500000

39 s.sinaga 9200000 5700000 3500000

(54)

41 u.nainggolan 73600000 55600000 18000000

42 s.maha 9200000 6200000 3000000

43 sahren 211600000 164100000 47500000

44 d.anak ampun 128800000 99300000 29500000

45 p.tamba 18400000 13400000 5000000

46 j.simanullang 55200000 42200000 13000000

47 h.silaban 27600000 19600000 8000000

48 sehat 18400000 13400000 5000000

49 d.pasaribu 18400000 12900000 5500000

50 t.sitohang 18400000 12900000 5500000

51 sitanggang 18400000 12900000 5500000

52 katibin 36800000 27300000 9500000

53 ramaita 9200000 5200000 4000000

54 j.sagala 18400000 13400000 5000000

55 l.manik 18400000 13400000 5000000

56 m.purba 18400000 12400000 6000000

57 sihombing 9200000 6200000 3000000

58 h.simbolon 82800000 63800000 19000000

59 u.simanullang 82800000 63600000 19200000

60 t.simbolon 36800000 27300000 9500000

61 l.manullang 9200000 5700000 3500000

62 m.sihombing 18400000 14400000 4000000

63 mangasi 46000000 34500000 11500000

64 sunggul 27600000 20100000 7500000

65 anuar 27600000 20100000 7500000

66 pardamean 27600000 20600000 7000000

67 aprianto 9200000 6200000 3000000

68 sobirin 18400000 12900000 5500000

(55)

Lampiran 3.

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 4643641103322872.000 6 773940183887145.400 5945.220 .000a Residual 8071070590171.503 62 130178557905.992

Total 4651712173913044.000 68

a. Predictors: (Constant), motivasi beternak, jumlah tanggungan, pengalaman, umur, tingkat pendidikan, Skala usaha

b. Dependent Variable: pendapatan

Model Summaryb

a. Predictors: (Constant), motivasi beternak, jumlah tanggungan, pengalaman, umur, tingkat pendidikan, Skala usaha

b. Dependent Variable: pendapatan

Coefficientsa

Skala usaha 1990426.502 16995.448 .981 117.115 .000

tingkat pendidikan 125201.236 26074.307 .035 4.802 .000

pengalaman 1124.790 11102.122 .001 .101 .920

jumlah tanggungan -27503.449 23994.457 -.006 -1.146 .256

motivasi beternak -154161.007 136824.926 -.007 -1.127 .264

(56)

KUISIONER PETERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN SIEMPAT

NEMPU HULU KABUPATEN DAIRI

Desa :

Kecamatan :

Nama Responden :

P/W, Umur peternak :

I. KARAKTERISTIK PETERNAK

1. Sampai sejauh mana pendidikan yang bapak/ibu tempuh?

a. ≤ SD ( ≤ 6 tahun)

b. SMP ( 7-9 tahun)

c. SMA ( 10-12 tahun)

d. ≥SMA (˃ 12 tahun)

2. Sudah berapa lama (pengalaman) bapak/Ibu memelihara ternak sapi potong?

a. 1-2 tahun

b. 2-4 tahun

c. 4-6 tahun

d. 6-8 tahun

3. Pernahkah Bapak/Ibu mengikuti pelatihan mengenai pemeliharaan sapi

potong?

a. 1 kali

b. 2 kali

c. 3 kali

d. ˃ 3 kali

(57)

a. Intensif ( ternak selalu dikandangkan,rumput dan konsentrat diberikan

dikandang)

b. Semi intensif -1 (siang hari ternak digembalakan, malam dikandangkan,

rumput dan konsentrat diberikan di kandang)

c. Semi intensif -2 ( ternak selalu dikandangkan, hhanya rumput yang di

berikan di kandang)

d. Digembalakan (siang ternak digembalakan, rumput dan konsentrat tidak

disediakan).

5. Bentuk kandang yang dimiliki adalah:

a. Permanen (panggung, beton, kayu)

b. Semi permanen ( panggung, bamboo)

c. Sederhana ( bukan panggung)

d. Lainnya ( sebutkan) ……

6. Jenis dan kriteria ternak apakah yang Bapak/Ibu jual?

a. Anakan/pedet

b. Dara

c. Dewasa

d. Indukan

7. Berapa jumlah tanggungan keluarga Bapak/Ibu sekarang?

……….

II. BIAYA PENGELUARAN PETERNAK

8. Biaya pembuatan kandang

a. Luas kandang (m²)…..

(58)

9. Berapa jumlah pakan yang diberikan (kg/ekor/hari)?

a. Hijauan /rumput …..

b. Konsentrat/pakan tambahan …..

10. Berapa harga pakan yang Bapak/Ibu berikan (Rp/kg)?

a. Hijauan/rumput ….

b. Konsentrat/pakan tambahan ….

11. Biaya obat-obatan

a. Obat cacing (dosis)… Rp. …

b. Pemacu pertumbuhan (dosis) … Rp. ….

c. Obat-obatan lain (dosis) … Rp. ….

Data-data biaya pengeluaran bapak/Ibu :

Biaya pengeluaran Jumlah /bln/thn Rp

Kandang ternak

Tanggungan kelurga

Bibit ternak

Pakan ternak

Obat-obatan

Lain-lain

Jumlah

III. Produksi

12. Berapa jumlah ternak sapi potong (skala) yang Bapak/ibu pelihara: ……..

ekor

(59)

a. Pedet (anakan) b. Dewasa c. Indukan

IV. Pendapatan

14. Berapa jumlah penjualan Bapak/Ibu per tahun? …..

15. Harga ternak sapi potong:

a. Pedet betina (Rp/ekor) ……. dan pedet jantan (Rp/ekor) …….

b. Dewasa betina (Rp/ekor) …. dan dewasa jantan (Rp/ekor) …...

c. Induk betina (Rp/ekor) ….... dan induk jantan (Rp/ekor) ……..

16. Penjualan kotoran ternak per tahun? ……..

17. Harga kotoran ternak :

a. Per goni Rp……

b. Per beko/angklung Rp. …..

c. Per pick up Rp. …..

18. Berapa pendapatan Bapak/Ibu?

Penerimaan Jumlah/bln/thn Rupiah (Rp)

Penjualan anak ternak

Penjualan ternak dewasa

Penjualan induk ternak

Kotoran terrnak

Lain-lain

Gambar

Tabel 1. Populasi Ternak Sapi Potong di Kabupaten Dairi
Tabel 2. Populasi Ternak Sapi Potong di Kecamatan Siempat Nempu Hulu
Tabel 3. Karakteristik responden di daerah penelitian tahun 2013
Tabel 4. Penerimaan dan pengeluaran peternak di daerah penelitian tahun 2013
+2

Referensi

Dokumen terkait

For mathematics teacher, in teaching the material of algebraic expression or other appropriate topics can be used learning models namely Group Investigation

N-Methyl perfluoroctan sulfonamid ethanol / N-Methyl perfluorooctane sulfonamide ethanol 24448-09-7 N-Me-FOSE. N-Ethyl perfluoroctan sulfonamid ethanol / N-Ethyl perfluorooctane

Maka mau tidak maun, pendidikan Islam harus meninggalkan paradigma lama menuju paradigma baru, berorientasi pada masa depan, merintis kemajuan, berjiwa demokratis,

Berfikir kritis merupakan suatu bentuk pemikiran yang berusaha memahami masalah secara mendalam, memiliki pemikiran terbuka terhadap keputusan dan pendapat orang lain,

Kandungan C-organik, N- total, P-total, P-tersedia, K-tukar, KTK, KB tanah pada masing-masing sub grup tergolong dalam kriteria sangat rendah hingga rendah kecuali KTK pada Typic

KESIMPULAN Berdasarkan uraian yang telah peneliti paparkan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan dari penerapan Project Based Learning pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pemerintah beserta Bank Indonesia dapat mensatbilkan inflasi yang memiliki pengaruh negatif terhadap kurs dollar Amerika dengan cara mengurangi mata uang asing

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok. Pertimbangan untuk nasihat lain •