ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN SIEMPAT NEMPU HULU
KABUPATEN DAIRI
SKRIPSI
Oleh :
SARTIKA BANCIN 090306065
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN SIEMPAT NEMPU HULU
KABUPATEN DAIRI
SKRIPSI
Oleh :
SARTIKA BANCIN 090306065/PETERNAKAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi
Nama : Sartika Bancin
NIM : 090306065
Program studi : Peternakan
Disetujui oleh,
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. H. Hasnudi, MS Usman Budi, SPt,MSi
Ketua Anggota
Mengetahui,
Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, MSi Ketua Program Studi Peternakan
ABSTRAK
SARTIKA BANCIN: “Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan
Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi”, dibimbing oleh HASNUDI dan
USMAN BUDI.
Peternakan sapi potong penggemukan merupakan usaha sampingan
mayoritas masyarakat di Kecamatan Siempat Nempu Hulu dimana terdapat
perbedaan profil dari masyarakat tersebut. Oleh sebab itu perlu diketahui
analisis pendapatan peternak sapi potong di kecamatan tersebut. Penelitian ini
dilaksanakan di Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi Propinsi
Sumatera Utara mulai bulan Juni sampai September 2013. Penelitian ini
menggunakan metode survey dengan unit responden keluarga yang memelihara
ternak sapi potong. Sampel diperoleh melalui metode Proportional Stratified Random Sampling dan diperoleh 69 orang peternak , yaitu dari desa Gunung Meriah berjumlah 42 responden, desa Silumboyah berjumlah 21 responden dan
desa Sungai Raya berjumlah 6 responden. Metode analisis data pendapatan
menggunakan analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skala usaha, pendidikan peternak
berpengaruh positif terhadap pendapatan peternak sapi potong sedangkan umur,
pengalaman beternak dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negatif
terhadap pendapatan peternak sapi potong.
ABSTRACT
SARTIKA BANCIN : "The Analysis of Farmer income Beef Cattle in Siempat Nempu Hulu Subdistrict Dairi District", supervised by HASNUDI and USMAN BUDI.
Beef cattle fattening constitute the sideline majority of the community in the Siempat Nempu Hulu subdistrict where there are differences in the profile of the community. Therefore need to analyze farmer income beef cattle in these subdistricts. This research was conducted in the Siempat Nempu Hulu subdistrict Dairi district, which began on Juny until September 2013. This study used respondents, who had beef cattle traditional fattening. Samples obtained through proportional stratified random sampling method and retrieved 69 farmers, there was 42 respondens of Gunung Meriah, 21 respondens of Silumboyah and 6 respondens of Sungai Raya. Income data analysis methods using multiple linear regression analysis.
The results showed that the scale of business, education level farmer positive effect on increasing revenue beef cattle. While age, ecperience and number of dependents negatively affect earnings beef cattle farmers in Siempat Nempu Hulu subdistrict Dairi district.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sidikalang pada tanggal 04 April 1991 dari ayah
Jairus Bancin dan ibu Arlina Sinaga. Penulis merupakan putrid ketujuh dari
delapan bersaudara.
Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Siempat Nempu Hulu pada tahun 2009
dan pada tahun yang sama penulis masuk ke Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara Program Studi Peternakan melalui jalur seleksi nasional masuk
perguruan tinggi negeri (SNMPTN).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai Asisten
laboratorium Genetika Dasar dan Evaluasi dan proyeksi peternakan. Penulis juga
aktif di Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan (IMAKRIP). Penulis melaksakan
praktek kerja lapangan (PKL) di Kabupaten Samosir Desa Pardugul mulai dari
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
segala berkat dan karuniaNya yang telah memberikan penulis kesehatan,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan Siempat Nempu Hulu
Kabupaten Dairi”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang tua penulis yang telah membesarkan dan mendidik penulis, untuk abang
dan kakak serta adik penulis yang selalu mendukung penulis sehingga bisa
menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada bapak
Prof. Dr. Ir. H. Hasnudi, MS dan bapak Usman Budi, S.Pt, M.Si selaku ketua
dan anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing dan
memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dan kepada ibu
Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc dan bapak Hamdan, S.Pt, M.Si sebagai dosen
undangan saya yang telah memberikan masukan berharga kepada penulis.
Disamping itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada civitas
akademika di Program Studi Peternakan, serta semua rekan mahasiswa yang tak
dapat disebutkan satu per satu disini yang telah membantu penulis dalam
DAFTAR ISI
Penerimaan dan Pendapatan ... 14
Analisis Usaha ... 14
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 16
Metode Penelitian ... 16
Pengumpulan Data ... 17
Analisis Data ... 18
HASIL DAN PEMBAHASAN
Letak dan Geografis Kecamatan Siempat Nempu Hulu ... 22
Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Potong ... 22
Profil Responden ... 23
Pendapatan Peternak ... 26
Pengaruh Variabel Terhadap Pendapatan Peternak Sapi Potong ... 27
DAFTAR PUSTAKA ... 35
DAFTAR TABEL
No. Hal.
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Karakteristik Sosial Responden ... 38
2. Karakteristik Ekonomi Responden ... 40
3. Anovab ... 42
4. Model Summaryb ... 42
5. Coefficientsa ... 43
ABSTRAK
SARTIKA BANCIN: “Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan
Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi”, dibimbing oleh HASNUDI dan
USMAN BUDI.
Peternakan sapi potong penggemukan merupakan usaha sampingan
mayoritas masyarakat di Kecamatan Siempat Nempu Hulu dimana terdapat
perbedaan profil dari masyarakat tersebut. Oleh sebab itu perlu diketahui
analisis pendapatan peternak sapi potong di kecamatan tersebut. Penelitian ini
dilaksanakan di Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi Propinsi
Sumatera Utara mulai bulan Juni sampai September 2013. Penelitian ini
menggunakan metode survey dengan unit responden keluarga yang memelihara
ternak sapi potong. Sampel diperoleh melalui metode Proportional Stratified Random Sampling dan diperoleh 69 orang peternak , yaitu dari desa Gunung Meriah berjumlah 42 responden, desa Silumboyah berjumlah 21 responden dan
desa Sungai Raya berjumlah 6 responden. Metode analisis data pendapatan
menggunakan analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skala usaha, pendidikan peternak
berpengaruh positif terhadap pendapatan peternak sapi potong sedangkan umur,
pengalaman beternak dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negatif
terhadap pendapatan peternak sapi potong.
ABSTRACT
SARTIKA BANCIN : "The Analysis of Farmer income Beef Cattle in Siempat Nempu Hulu Subdistrict Dairi District", supervised by HASNUDI and USMAN BUDI.
Beef cattle fattening constitute the sideline majority of the community in the Siempat Nempu Hulu subdistrict where there are differences in the profile of the community. Therefore need to analyze farmer income beef cattle in these subdistricts. This research was conducted in the Siempat Nempu Hulu subdistrict Dairi district, which began on Juny until September 2013. This study used respondents, who had beef cattle traditional fattening. Samples obtained through proportional stratified random sampling method and retrieved 69 farmers, there was 42 respondens of Gunung Meriah, 21 respondens of Silumboyah and 6 respondens of Sungai Raya. Income data analysis methods using multiple linear regression analysis.
The results showed that the scale of business, education level farmer positive effect on increasing revenue beef cattle. While age, ecperience and number of dependents negatively affect earnings beef cattle farmers in Siempat Nempu Hulu subdistrict Dairi district.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan sub-sektor peternakan merupakan bagian dari
pembangunan pertanian yang bertujuan untuk mencapai suatu kondisi
peternakan yang tangguh, yang dicirikan dengan kemampuan mensejahterakan
para petani-ternak dan kemampuannya dalam mendorong pertumbuhan sektor
terkait secara keseluruhannya.
Pembangunan sub sektor peternakan di Indonesia mempunyai tujuan
untuk meningkatkan produksi ternak. Peningkatan produksi ini diharapkan akan
membawa dampak terhadap peningkatan pendapatan peternak, memperbaiki
keadaan lingkungan, meningkatkan kesempatan berusaha, membuka lapangan
kerja baru dan memperluas kesempatan kerja yang telah ada. Tujuan jangka
panjang pembangunan sub sektor peternakan salah satunya adalah tercapainya
standar kecukupan gizi dari hasil ternak bagi masyarakat Indonesia.
Berkaitan dengan hal tersebut, perlu diidentifikasi alternatif pola
pengembangan peternakan rakyat yang mempunyai skala usaha yang ekonomis
yang mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga yang cukup
memadai. Dalam perspektif ke depan, usaha peternakan rakyat harus mengarah
pada pengembangan agribisnis peternakan sehingga tidak hanya sebagai usaha
sampingan namun sudah mengarah pada usaha pokok dalam perekonomian
keluarga. Dengan kata lain, usaha ternak rakyat diharapkan menjadi sumber
kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga peternak, seperti pada
kegiatan ekonomi keluarga lainnya dan bahkan mengarah usaha peternakan
keluarga.
Salah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan sektor peternakan
yaitu berupaya untuk mencukupi kebutuhan protein hewani. Pada akhirnya,
upaya ini akan berpengaruh terhadap peningkatan kecerdasan bangsa.
Daging sangat besar manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein
hewani, namun pemenuhan daging belum mencukupi kebutuhan konsumsi yang
terus meningkat. Peningkatan produksi daging sangat berhubungan dengan
penyebaran populasi ternak pada suatu daerah, lebih mendukung lagi apabila
pengolahan ataupun pemeliharaan dilakukan secara modern. Namun
pemeliharaan yang dilakukan masih bersifat tradisional.
Ternak sapi khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya
penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekenomis tinggi
dan penting artinya dalam kehidupan masyarakat dalam pemenuhan protein
hewani. Ternak sapi potong selain sebagai penghasil daging dapat juga
menghasilkan pupuk kandang, kulit, tulang, dan sebagainya dari hasil ikutannya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan jumlah produksi daging rendah,
yaitu populasi dan produksi sapi yang masih rendah khususnya daerah Sumatera
Utara. Sumatera Utara memiliki beberapa daerah yang sangat padat, sedang dan
ada yang sangat jarang atau terbatas penyebaran populasi ternak sapi potong.
tersebut sehingga menimbulkan perbedaan dalam segi ekonomi maupun
pemenuhan gizi hewani khususnya daging sapi.
Usaha sapi potong di Sumatera Utara tersebar di berbagai daerah dengan
tingkat kepadatan populasi yang berbeda-beda. Kecamatan Siempat Nempu
Hulu merupakan salah satu daerah penyebaran populasi ternak di Kabubaten
Dairi dimana kawasan tersebut perkembangan popolasi ternak sapinya pada
tahun 2013 mencapai 898 ekor (Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten
Dairi, 2013).
Dalam melakukan usaha ternak sapinya, peternak berperan sebagai
pembuat keputusan yang berusaha mengambil keputusan yang efektif dan efisien
dalam menjalankan dan mengelola usahanya. Karakteristik sosial ekonomi
peternak (skala usaha, jumlah ternak sapi, umur peternak, tingkat pendidikan,
pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga dan motivasi beternak dapat
mempengaruhi dalam mengambil keputusan yang dapat memberikan pengaruh
keuntungan bagi usahanya. Peternak berusaha untuk mengalokasikan faktor
produksi seefisien mungkin (lahan, modal, dan tenaga kerja) untuk memperoleh
hasil dan keuntungan maksimal.
Sehubungan dengan hal tersebut penulis mencoba meneliti dan
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong
pada suatu daerah berdasarkan profil peternak.
Identifikasi Masalah
Usaha ternak sapi dalam bentuk usaha tani yang merupakan salah satu
terbatas. Usaha ternak sapi merupakan salah satu jenis usaha yang dilakukan
oleh sebagian masyarakat di Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi.
Usaha peternakan ini ada yang dijadikan sebagai pekerjaan utama,
ada juga yang dijadikan pekerjaan sampingan.
Permasalahan umum yang perlu diketahui antara lain berkaitan dengan
hal-hal penting yang menyangkut segi sosial ekonomi peternak sapi di
Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi. Berdasarkan hal tersebut
maka penelitian ini akan dilakukan untuk menjawab pertanyaan berikut :
• adakah pengaruh skala usaha (jumlah ternak sapi), umur peternak,
tingkat pendidikan, lama beternak dan jumlah tanggungan keluarga
terhadap pendapatan peternak sapi di Kecamatan Siempat Nempu Hulu,
Kabupaten Dairi.
Tujuan Penelitian
Mengukur pengaruh profil peternak, skala usaha (jumlah ternak sapi),
umur peternak, tingkat pendidikan, lama beternak dan jumlah tanggungan
keluarga terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Siempat
Nempu Hulu, Kabupaten Dairi.
Kegunaan Penelitian
Bagi Instansi yang terkait khususnya dapat menjadi acuan dalam rangka
pembangunan usaha ternak sapi potong di wilayah yang bersangkutan atau di
daerah lain, menjadi acuan bagi peternak sapi potong dalam melakukan
pemeliharaan guna meningkatkan pendapatannya dan menjadi sumber informasi
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh skala usaha (jumlah ternak sapi), umur peternak, tingkat
pendidikan, lama beternak dan jumlah tanggungan keluarga terhadap pendapatan
TINJAUAN PUSTAKA
Geografi Kabupaten Dairi a. Geografis
Secara geografis letak Kabupaten Dairi berada diantara 98º00’ -98º30’
Bujur Timur dan 2º15’00”-3º00’00” Lintang Utara dengan luas 192.780 Haatau
sekitar 2,69% dari luas Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Dairi terletak di
sebelah Barat Daya Sumatera Utara. Kota Sidikalang adalah ibukota Kabupaten
Dairi (Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi, 2013).
Sesuai dengan letaknya yang berada pada jajaran Bukit Barisan, maka
sebagian wilayahnya merupakan dataran tinggi dengan ketinggian antara
700-1.250 m di atas permukaan laut. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten
Aceh Tenggara (Propinsi NAD) dan Kabupaten Tanah Karo, sebelah selatan
dengan Kabupaten Pakpak Barat, sebelah timur dengan Kabupaten Toba
Samosir dan sebelah barat dengan Kabupaten Aceh Selatan (Propinsi NAD)
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi, 2013)
b. Iklim
Kabupaten Dairi beriklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu
musim kemarau dan musim hujan. Musim hujan yang paling berpengaruh
biasanya berlangsung pada bulan Januari, April, Mei, September, Oktober,
November dan Desember setiap tahunnya (Badan Pusat Statistik Kabupaten
Dairi, 2013)
Curah hujan di kabupaten Dairi tahun 2009 tertinggi pada bulan Oktober
jumlah hari hujan tertinggi pada bulan Oktober sebanyak 24 hari dan terendah
pada bulan Juni sebanyak 8 hari. Suhu udara rata-rata berkisar 15,8ºC sampai
dengan 23,9ºC dengan kelembapan udara rata-rata setinggi 87,38%
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi, 2013)
Kecamatan Siempat Nempu Hulu merupakan kawasan yang berpotensi
dalam pengembangan usaha ternak sapi potong. Hal ini dikarenakan pada
kawasan tersebut memiliki sumber daya alam yang cukup memadai dalam
pengembangan usaha ternak sapi potong, dimana di daerah tersebut mencapai
898 ekor pada tahun 2011 (Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi, 2012).
Tabel 1. Populasi Ternak Sapi Potong di Kabupaten Dairi
No
Kecamatan Luas Wilayah
(Ha) Silima Pungga-pungga Lae Parira Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi (2013)
Dari Tabel 1 dapat dilihat jumlah populasi ternak sapi potong yang
paling besar ada di Kecamatan Siempat Nempu Hulu.
Sebagian besar sapi potong yang ada dihasilkan oleh peternakan rakyat
yang mempunyai ciri-ciri skala usaha kecil dan merupakan usaha sampingan,
rendah, produktivitas ternak yang rendah dan belum menerapkan inovasi-inovasi
baru (Azis, 1993).
Rendahnya populasi ternak sapi merupakan salah satu faktor penyebab
volume produksi daging masih rendah. Pada umumnya, di negara kita sebagian
besar ternak sapi potong dipelihara oleh peternak masih dalam skala kecil,
dengan lahan dan modal yang sangat terbatas (Parakkasi, 1998).
Ternak sapi sebagai ternak ruminansia besar lebih digemari oleh petani
karena mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi dari ternak ruminansia besar
lainnya, dimana daging dan kulit sapi mempunyai kualitas yang lebih tinggi dari
pada kulit kerbau, sapi lebih tahan bekerja diterik matahari dari pada kerbau
(Sosroamidjojo dan Soeradji, 1990).
Ternak ruminansia yang dipelihara petani dapat berfungsi ganda yaitu
sebagai penghasil pupuk kandang dan tabungan yang memberikan rasa aman
pada saat kekurangan pangan (paceklik) disamping berfungsi sebagai ternak
kerja. Menurut Najib et al. (1997), ternak sapi mempunyai peran yang cukup penting bagi petani sebagai penghasil pupuk kandang, tenaga pengolah lahan,
pemanfaat limbah pertanian dan sebagai sumber pendapatan.
Menurut Syafruddin et al. (2003), ternak merupakan salah satu sumber protein hewani masyarakat, mempunyai prospek yang cerah dan menjanjikan
untuk dikembangkan. Selain itu, ternak dapat menjadi sumber pendapatan petani
ternak, lapangan kerja, tenaga kerja dan sumber devisa yang potensial serta
perbaikan kualitas tanah.
Di samping itu, ternak sapi ini masih merupakan bagian kecil dari
terdapat banyak kelemahan, diantaranya adalah sebagai produsen perorangan
pasti tidak dapat memanfaatkan sumber daya bahan produksi yang tinggi seperti
pada sektor usah besar dan modern (Tafal, 1981).
Usaha Peternakan Rakyat
Usaha peternakan di Indonesia 90% merupakan peternakan rakyat. Ciri
usaha peternakan rakyat ini antaralain : skala usaha kecil, motif produksi rumah
tangga, dilakukan sebagai usaha sampingan, menggunakan teknologi sederhana
sehingga produktivitasnya rendahdan mutu produk bervariasi (Soehadji, 1991).
Demikian juga menurut Cyrilla dan Ismail (1988), yang menyatakan bahwa
usaha peternakan rakyat yang mempunyai ciri-ciri antara lain : skala usaha kecil
dengan cabang usaha, teknologi sederhana, produktivitas rendah, mutu produk
kurang terjamin, belum sepenuhnya berorientasi pasar dan kurang peka terhadap
perubahan-perubahan.
Usaha tani dapat berupa bercocok tanam atau memelihara ternak. pada
umumnya ciri-ciri usahatani yang ada di Indonesia berlahan sempit, pemodalan
terbatas, tingkat pengetahuan petani terbatas dan kuarang dinamis, serta
pendapatan petani yang rendah ( Soekartawi et al., 1986).
Peternakan yang berlangsung dewasa ini tidak dapat dikatakan sebagai
bagian integral dari pola usahatani. Maksudnya tidak merupakan cabang usaha
yang mendapatkan alokasi tersendiri dalam penggunaan bagian lahan, sehingga
sumber hijauan pakan ternak tidak dihasilkan khusus dalam pola usahatani
tersebut (Widodo, 1984).
Tujuan pokok dari sebuah usahatani keluarga adalah untuk memperoleh
usahataninya dan pembentukan modal. Maka selain berusahatani peternak juga
memiliki usaha tani lain untuk mendukung usahanya ( Tohir, 1991).
Menurut Kay dan Edward (1994), dalam usahatani dan usaha peternakan,
pembagian kerja dan tugas manajemen jarang dilakukan, kecuali usaha besar.
Petani dalam usahatani tidak hanya menyumbangkan tenaga saja, tetapi lebih
dari itu. Petani adalah pemimpin (manager) usahatani yang mengatur organisasi
produksi secara keseluruhan (Mubyarto, 1991).
Beberapa karakteristik peternak yang diduga berpengaruh terhadap
pendapatan peternak yaitu:
a. Skala usaha
Pendapatan usaha ternak sangat di pengaruhi oleh banyaknya ternak yang
dijual oleh peternak itu sendiri sehingga semakin banyak jumlah ternak maka
semakin tinggi pendapatan bersih yang diperoleh (Soekartawi, 1995).
Pendapatan yang tinggi dapat diperoleh dengan skala usaha yang besar
dan didukung oleh pengoperasian usaha yang efisien. Masalah yang
berhubungan dengan minimalisasi biaya salah satunya adalah skala usaha ternak,
dimana peternak harus memutuskan tentang besar dan volume usaha ternaknya.
Peternakan perlu mempertimbangkan besar dan volume usaha untuk
memperoleh skala usaha yang ekonomis (Noegroho et al,. 1991). b. Umur peternak
Menurut Saihani (2011), bahwa umur petani bukanlah faktor yang begitu
dominan dalam perolehan pendapatan. Baik itu petani yang muda maupun yang
tua dapat memperoleh pendapatan yang tinggi sesuai dengan seberapa besar
Semakin muda usia peternak, umumnya rasa keingintahuan terhadap
sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi
teknologi semakin tinggi (Chamdi, 2003)
Santoso (1979), usia manusia antara 30 sampai 60 tahun mempunyai
kemampuan berfikir yang lebih baik sehingga diharapkan dapat mengelola
usahanya dengan baik pula.
c. Tingkat pendidikan
Winarno (1985) menyatakan bahwa pendidikan sedikit banyak mempunyai
peranan penting terhadap produktivitas peternak dalam mengelola ternaknya.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan peternak maka semakin
tinggi daya serap dan pola pikir terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi,
sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan maka daya serap dan pola pikir
terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi juga semakin rendah sehingga sulit
untuk mengikuti perkembangan teknologi.
Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang
kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya.
Keterbatasan keterampilan/pendidikan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan
kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja (Ahmadi, 2003).
Menurut Soekartawi (1986), menyatakan bahwa tingkat pendidikan
peternak cenderung mempengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka
terhadap inovasi dan teknologi baru. Peternak yang tingkat pendidikannya lebih
tinggi seharusnya dapat meningkatkan lebih besar pendapatan peternak namun
dasarnya peternak yang ada di daerah penelitian masih tergolong berpendidikan
menengah.
d. Lama beternak
Pengalaman (lama) seseorang dalam berusahatani berpengaruh terhadap
penerimaan inovasi dari luar. Dalam melakukan penelitian, lamanya pengalaman
diukur mulai sejak kapan peternak itu aktif secara mandiri mengusahakan
usahataninya tersebut sampai diadakan penelitian (Fauzia dan Tampubolon,
1991)
Pengalaman (lama) dalam beternak akan menentukan keberhasilan usaha
peternakannya. Peternak dengan pengalaman beternak yang lebih lama akan
lebih mudah mengambil keputusan yang baik pada saat yang tepat. pengalaman
yang lebih lama dalam pekerjaan akan lebih efektif dalam pengalokasian sumber
daya yang dimiliki. Semakin banyak pengalaman yang diperoleh petani maka
diharapkan produktivitas petani akan semakin tinggi, sehingga dalam
mengusahakannya usahatani akan semakin baik dan sebaliknya jika petani
tersebut belum atau kurang berpengalaman akan memperoleh hasil yang kurang
memuaskan. Pengalaman beternak yang cukup lama akan memberikan informasi
pada tujuan beternak yaitu memberikan nilai tambah bagi kehidupannya
(Hasan, 2000).
e. Jumlah Tanggungan Keluarga
Semakin banyak anggota keluarga akan semakin meningkat pula beban
hidup yang harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi
keputusan petani dalam berusahatani. Keluarga yang memiliki sebidang lahan
sementara kebutuhan akan produksi terutama pangan semakin bertambah
(Daniel, 2002).
Pendapatan Usaha Ternak Biaya Produksi
Biaya adalah nilai dari semua pengorbanan ekonomis yang diperlukan,
yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan dan dapat di ukur untuk
menghasilkan suatu produk (Cyrilla danIsmail, 1988).
Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang dinilai dengan uang atau dengan pengertian lain
biaya produksi adalah besarnya nilai pengeluaran (Siregar, 2009).
Biaya produksi adalah sebagai kompensasi yang di terima oleh para
pemilik faktor-faktor produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
petani/peternak dalam proses produksi baik secara tunai maupun tidak tunai
(Daniel, 2002).
Rasyaf (1995) biaya produksi dalam usaha peternakan di bagi atas dua
bagian utama yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya
yang harus dikeluarkan misalnya gaji pegawai bulanan,penyusutan, bunga atas
modal, pajak bumi dan bangunan dan lain-lain.
Biaya tetap (fix cost) adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegitan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu,
Penerimaan dan Pendapatan
Penerimaan dalam usaha tani meliputi seluruh penerimaan yang dihasilkan
selama periode pembukuan yang sama, sedangkan pendapatan adalah
penerimaan dikurangi dengan biaya produksi (Kay dan Edward, 1994).
Untuk mempertimbangkan biaya dan pendapatan dalam usahatani
diperlukan beberapa pengertian. Pendapatan kotor atau penerimaan adalah
seluruh pendapatan yang diperoleh dari usahatani selama periode diperhitungkan
dari hasil penjualan dan penaksiran kembali (Hadisapoetra, 1973).
Hernanto (1991) menyatakan bahwa penerimaan usaha tani (farm receipts) sebagai penerimaan dari semua sumber usahatani yang meliputi jumlah
penambahan investasi dan nilai penjualan hasil serta nilai penggunaan yang
dikonsumsi rumah tangga.
Menurut Noegroho, et al (1991), menyatakan bahwa pendapatan usaha ternak menggambarkan imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan
faktor- faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal yang diinvestasikan
kedalam usaha tersebut. Pendapatan bersih usaha tani merupakan selisih antara
pendapatan kantor dan pengeluaran total tanpa memperhitungkan tenaga kerja
keluarga petani, bunga modal sendiri dan pinjaman. Analisis pendapatan dapat
memberikan bantuan untuk mengukur keberhasilan usaha dan dapat digunakan
untuk mengevaluasi kegiatan usahatani dalam satu tahun.
Analisis Usaha
Analisis usaha ternak merupakan kegiatan yang sangat penting bagi suatu
berbagai kendala yang di hadapi. Analisis usaha peternakan bertujuan mencari
titik tolak untuk memperbaiki hasil dari usaha ternak tersebut. Hasil analisis ini
dapat digunakan untuk merencanakan perluasan usaha baik menambah cabang
usaha atau memperbesar skala usaha. Hernanto (1996), menyatakan bahwa
analisis usaha dimaksudkan untuk mengetahui kinerja usaha secara menyeluruh.
Ada tiga laporan utama yang berkaitan dengan analisis usaha yaitu :
(1) arus biaya dan penerimaan (cash flow), yaitu berupa biaya operasional (2) neraca (balance sheet), yaitu berupa harta, utang dan modal
(3) pertelaan pendapatan (income statement), yaitu menyangkut laporan laba-rugi berupa pendapatan dikurangi dengan beban (biaya).
Soeharjo dan Patong (1973) menyebutkan bahwa dalam analisis pedapatan
diperlukan dua keterangan pokok, yaitu keadaan penerimaan dan pengeluaran
selama jangka waktu yang ditetapkan. Selanjutnya disebutkan bahwa tujuan
analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang dan
keadaan yang akan datang dari kegiatan usaha. Dengan kata lain analisis
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gunung meriah, Desa Silumboyah
dan Desa Sungai Raya Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi
Provinsi Sumatera Utara mulai dari 25 Juni sampai dengan 10 September 2013.
Metode Penelitian
1. Penentuan Responden dan Analisis Pendapatan
Responden terdiri dari para peternak sapi di Kecamatan Siempat Nempu
Hulu Kabupaten Dairi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey
dengan unit responden yang memelihara ternak sapi. Metode penarikan
responden yang digunakan adalah sebagai berikut :
- Pada tahap pertama 3 buah desa dari beberapa desa yang ada di Kecamatan
Siempat Nempu Hulu dengan penarikan responden secara Proportional Stratified Random Sampling. Soekartawi (1995), yaitu desa yang populasi ternak sapinya tinggi, sedang dan jarang tersebut ditentukan dengan melihat
data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi dalam angka 2013 dipilih tiga
desa yaitu,
Desa yang kepadatan populasi ternaknya padat adalah Gunung Meriah
Desa yang kepadatan populasi ternaknya sedang adalah Silumboyah
Desa yang kepadatan populasi ternaknya jarang adalah Sungai Raya
- Pada tahap kedua pemilihan responden secara acak sederhana, diambil
penelitian yang akan menggunakan data statistik ukuran sampel paling kecil
30% sudah dapat mewakili populasi (Wirartha, 2006). Dari masing-masing
desa di peroleh jumlah peternak yang menjadi sampel sebanyak:
- desa Gunung Meriah 139 orang peternak, maka jumlah sampel 42 0rang
peternak
- desa Silumboyah 70 orang peternak, maka jumlah sampel 21 peternak
- desa Sungai Raya 6 orang peternak, maka jumlah sampel 6 peternak
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
sekunder.
1. Data primer diperoleh dari monitoring terhadap kegiatan usaha ternak
sapi potong melalui wawancara dan pengisian daftar kuisioner.
2. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait seperti Badan
Pusat Statistik Kabupaten Dairi dan kantor kepala desa.
Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil wawancara di lapangan diolah dan
ditabulasi kemudian dibuat rataannya. Kemudian data rataan dimasukkan ke
dalam neraca keuangan masing-masing peternak dan diambil rataan pendapatan
peternak.
Kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode analisis
pendapatan dan analisis regresi berganda dengan rumus sebagai berikut : • Analisis pendapatan
Pd : adalah total pendapatan atau keuntungan yang diperoleh peternak sapi
potong (rupiah/tahun)
TR : adalah total revenue atau penerimaan yang diperoleh peternak sapi
potong (rupiah/tahun)
TC : adalah biaya yang dikeluarkan peternak sapi potong (rupiah/tahun).
Jumlah pendapatan ditabulasi secara sederhana, yaitu dengan menghitung
pendapatan peternak pada usaha beternak sapi potong terhadap keluarga di
daerah penelitian.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka untuk melihat faktor-faktor
yang mempengaruhi pendapatan dapat dilihat dengan menggunakan model
pendekatan teknik Ekonometri dengan menggunakan analisis regresi linear
berganda dengan alat bantu software Statistical Package for Sosial Sciences (SPSS 16). Menurut Djalal dan Usman (2002) model pendugaan yang
digunakan:
Ŷ = a+ b₁X₁ + b₂X₂ + b₃X₃ + b₄X₄ + b₅X₅ + µ
Keterangan:
Ŷ : adalah pendapatan peternak (Y : topi) yang dipengaruhi
beberapa faktor dalam memelihara ternak sapi potong
a : adalah koefisien intercept (konstanta) b₁,b₂,b₃ : adalah koefisien regresi
X₁ : adalah skala usaha/jumlah sapi (ekor)
X₂ : adalah umur peternak (tahun)
X₄ : adalah lama beternak (tahun)
X₅ : adalah jumlah tanggungan keluarga (jiwa)
µ : adalah variabel lain yang tidak diteliti
Variabel-variabel pada hipotesis diuji secara serempak dan parsial untuk
mengetahui apakah variabel tersebut mempunyai pengaruh dominan atau tidak.
Jika variabel tersebut berpengaruh secara serempak maka digunakan uji F yakni:
Keterangan:
r² = Koefisien determinasi n = Jumlah responden n-k-1 = Derajat bebas penyebut Kriteria uji:
F-hit F-tabel ………... H0 diterima (H1 ditolak)
F-hit F-tabel ... H0 ditolak (H1 diterima)
Menurut Sudjana (2002) jika variabel berpengaruh secara parsial dapat diuji dengan uji t yakni:
Keterangan:
�² = Standart error parameter b
= Standart error estimatis
xᵢ = Variabel bebas (i= 1,2,3) Kriteria uji:
t-hit t-tabel ……… H0 diterima (H1 ditolak)
t-hit t-tabel ……… H0 ditolak (H1
diterima)
Kriteria pengambilan keputusan:
t-tabel = (α ; db)
(α = 5%; db = n – k – 1)
Keterangan:
n = jumlah sampel
k = jumlah variabel bebas (X)
a. t-hitung > t-tabel (taraf signifikan α ≤ 0,010) : H0 ditolak, berarti
koefisien regresi dari faktor tertentu berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.
b. t-hitung < t-tabel (taraf signifikan α ≥ 0,100) : H0 diterima, berarti
koefisien regresi dari faktor tertentu berpengaruh tidak nyata
terhadap variabel terikat.
Parameter Penelitian Analisis Pendapatan
b. Umur peternak adalah umur peternak yang memelihara sapi yang diukur
berdasarkan usia kerja produktif yaitu 16-60 tahun
c. Tingkat pendidikan adalah lamanya pendidikan formal yang ditempuh
peternak (tahun)
d. Pengalaman (lama) beternak adalah lamanya peternak memelihara ternak
sapi dan pernah mengikuti pelatihan (tahun)
e. Jumlah tanggungan keluarga yaitu jumlah tanggungan yang ditanggung
peternak dalam satu keluarga (jiwa)
f. Penerimaan adalah jumlah perkalian antara total produksi dengan harga
jual (Rp)
g. Pengeluaran adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha
h. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan pengeluaran selama
pemeliharaan ternak sapi dalam kurun waktu tertentu, misalnya 1 (satu)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Letak dan Geografi Kecamatan Siempat Nempu Hulu
Kecamatan Siempat Nempu Hulu berada di ketinggian 700-1.250 meter
diatas permukaan laut, luas wilayah 93,93 Km². Kecamatan Siempat Nempu
Hulu sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pegagan Hilir dan Tigalingga,
sebelah Selatan dengan Siempat Nempu, sebelah Barat dengan Kecamatan
Tigalingga dan sebelah Timur dengan Kecamatan Sidikalang. Serta jarak kantor
camat ke kantor bupati yaitu 11 Km.
Untuk lebih mengetahui jumlah populasi ternak sapi potong secara rinci
dalam Kecamatan Siempat Nempu Hulu dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Populasi Ternak Sapi Potong di Kecamatan Siempat Nempu Hulu
No Desa Luas Desa
(km²)
Jumlah sapi Potong
Jumlah KK Kepadatan Sapi/Km²
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi (2013)
Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Potong
Jenis sapi potong yang di pelihara peternak responden 90% PO
(peranakan ongole) dan 10% jenis sapi lainnya. Pemeliharaan sapi potong di
pagi sampai malam hari di padang pengembalaan. Pada siang hari ternaknya
diberi minum secara terbatas.
Lokasi kandang ternak umumnya berada di ladang peternak itu sendiri,
biasanya ternaknya diikat di bawah pohon rindang sehingga jika saat hujan
ataupun panas ternaknya dapat berlindung di bawah pohon tersebut.
Pemberian obat cacing di berikan 6 bulan sekali, dengan dosis 1 tablet
dalam sekali pemberian, harga 1 tablet obat cacing tersebut yaitu
Rp 50.000. Obat cacing yang digunakan adalah Brenkazol, obat cacing tersebut
diperoleh dari poultry shop.
Profil Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi karakteristik sosial
dan ekonomi. Karakteristik sosial peternak yang dianalisis meliputi umur
peternak, tingkat pendidikan dan pengalaman beternak. Sedangkan karakteristik
ekonomi responden yang dianalisis meliputi: total penerimaan dari usaha ternak,
total biaya produksi dan pendapatan bersih usaha. Karakteristik responden di
Tabel 3. Karakteristik responden di daerah penelitian tahun 2013 No. Karakteristik peternak sampel Satuan (orang) %
1. Jumlah ternak/ Skala Usaha (ekor) 1-5
2. Umur peternak (tahun) 21-25
3. Lama pendidikan (tahun) 6-10
4. Lama Beternak (tahun) 1-5
5. Jumlah tanggungan keluarga (orang) 0-4
Skala usaha peternak sapi didominasi pada jumlah ternak 1 ekor sampai 5
ekor dengan banyaknya peternak 56 orang yaitu 81,15%. Berdasarkan data
tersebut dapat dikatakan bahwa jumlah kepemilikan ternak sapi dalam usaha
beternak masih sedikit, sementara di daerah penelitian masih cukup luas lahan
kosong sebagai tempat penggembalaan ternak sapi dan untuk penanaman hijauan
Umur peternak dapat di dominasikan pada umur 51 tahun sampai 55 tahun
dengan jumlah 15 orang yaitu 21,73%. Bila dikaji dari karakteristik umur di atas,
sebagian besar peternak dalam kategori usia yang produktif (16-60 tahun),
sehingga potensi untuk bekerja dan mengelola usaha ternaknya masih besar.
Lama pendidikan peternak sapi di dominasikan pada 6 tahun sampai 10
tahun dengan jumlah peternak 50 orang dengan jumlah persen 72,46%. Hal ini
menunjukkan bahwa lamanya pendidikan responden umumnya tergolong
Sekolah Dasar (SD), sehingga lama pendidikan responden digolongkan rendah.
Pendidikan non formal di daerah penelitian yang khusus mengenai usaha ternak
sapi tidak berjalan dengan baik.
Pengalaman beternak di dominasikan pada 6 tahun sampai 10 tahun
dengan banyaknya peternak 34 orang jumlah persen yaitu 49,27%. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pengalaman beternak responden dapat dikatakan
cukup, tetapi kurang menguasai dan mengikuti perkembangan teknologi dalam
pengelolaan usaha ternak sapinya.
Jumlah tanggungan keluarga dapat di dominasikan dari 0 orang sampai 4
orang sebanyak 46 orang dengan persen 66,66%. Hal ini menunjukkan bahwa
dalam jumlah tanggungan keluarga tersebut dapat dikatakan seimbang dengan
Pendapatan Peternak
Pada usaha ternak sapi potong di daerah penelitian diperoleh total
penerimaan dari usaha ternak sapi selama 1 (satu) tahun adalah berkisar
antara Rp 3.000.000 sampai dengan Rp 47.500.000/tahun/peternak dengan
rataan sebesar Rp. 9.647.826,087/tahun/peternak.
Total biaya produksi pada usaha ternak sapi potong meliputi biaya
jumlah tanggungan keluarga, biaya obat-obatan dan biaya lainnya. Menurut data
yang diperoleh selama 1 tahun dari usaha ternak sapi per responden adalah
berkisar antara Rp. 5.200.000 sampai dengan Rp 164.100.000 dengan nilai
pengeluaran rata-rata adalah Rp. 27.942.028,99/tahun/peternak.
Pendapatan bersih setiap responden dari usaha ternak sapi potong selama
1 (satu) tahun berkisar antara Rp. 3.000.000 sampai dengan Rp. 47.500.000
dengan rataan sebesar Rp 9.647.826,087/tahun/peternak. Dari nilai rata-rata
pendapatan keluarga dari usaha ternak sapi potong ini dapat menggambarkan
bahwa responden kurang termotivasi untuk melakukan pengembangan usaha
yang mereka usahakan dapat mendatangkan pendapatan yang lebih besar
apabila dilakukan dengan serius.
Analisis B/C Ratio digunakan dalam suatu usaha untuk mengetahui layak
atau tidak usaha itu untuk dilanjutkan ke periode berikutnya atau sebaliknya
usaha tersebut dihentikan karena kurang layak. Dari tabel diatas diperoleh B/C
Ratio 1,35. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ternak rakyat tersebut layak untuk
dilanjutkan. Suatu usaha dapat dikatakan memberikan keuntungan bila nilai B/C
ratio diatas 1 (>1). Semakin besar nilai B/C ratio maka semakin efisien usaha
tersebut dan sebaliknya semakin kecil nilai B/C ratio maka semakin tidak efisien
usaha tersebut.
Pengaruh variabel penelitian terhadap pendapatan peternak sapi potong Pengujian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak
sapi potong di Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi digunakan
analisis regresi linier berganda, dimana yang menjadi variabel bebas
(independent) adalah skala usaha (X1), umur peternak (X2), tingkat pendidikan
(X₃), lama beternak (X₄) dan jumlah tanggungan keluarga (X₅) sedangkan yang
menjadi variabel terikat/tidak bebas (dependent) adalah pendapatan (Y).
Hasil pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak
sapi potong di Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi dapat di lihat
Tabel 4. Analisis varian pendapatan dan hasil penduga variabel
a. Predictors : (constant),motivasi beternak, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman beternak, umur peternak, tingkat pendidikan, skala usaha
b. Dependent Variabel : Pendapatan Peternak
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka untuk melihat faktor-faktor
yang mempengaruhi pendapatan dengan menggunakan Model Pendekatan
Teknik Ekonometri dengan menggunakan analisis regresi linear berganda alat
bantu Software Statistical Package for Sosial Sciences (SPSS 16) dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Analisis regresi linier berganda pengaruh pengalaman beternak, tingkat pendidikan dan umur peternak terhadap pendapatan peternak sapi potong
Variabel Koefisien Regresi Std. Error t-hitung Signifikan
Konstanta 1111752.019 381102.418 2.917 0.005
X1 1990426.502 16995.448 117.115 0,000
Sumber: Lampiran 3
Keterangan:
Ŷ : Pendapatan peternak sapi
X1 : Skala usaha (jumlah ternak sapi) dalam Satuan Ternak (ST)
X3 : Tingkat pendidikan (tahun)
X4 : Lama beternak ( tahun)
X5 : Jumlah tanggungan keluarga (orang)
Berdasarkan Tabel di atas di peroleh persamaan sebagai berikut: Ŷ = 1.111.752,019 +1.990.426,502X1 -10.573,771X2+125.201,236X3
+1.124,790X4 - 27503.449X5 + µ
Keterangan:
Ŷ : Pendapatan peternak sapi potong (baca : Y topi)
X1 : Skala usaha (jumlah ternak sapi) dalam Satuan Ternak (ST)
X2 : Umur peternak (tahun)
X3 : Tingkat pendidikan (tahun)
X4 : Lama beternak ( tahun)
X5 : Jumlah tanggungan keluarga (orang)
µ : Variabel yang tidak di teliti
Berdasarkan Hasil Regresi di atas dapat diketahui:
1. Nilai Konstanta/Intersept adalah sebesar 1.111.752,019. Artinya apabila variabel bebas yaitu, skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan,lama
beternak dan jumlah tanggungan keluarga tidak ada maka peternak sapi
potong tetap akan menerima pendapatan sebesar nilai konstanta yaitu Rp
1.111.752,019/tahun.
2. R Square bernilai 0,998 artinya bahwa semua variabel bebas skala usaha
ternak (jumlah ternak),umur peternak, tingkat pendidikan, lama beternak
99,8% dan selebihnya yaitu sebesar 0,2% dijelaskan oleh variabel lain (µ)
yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
3. Secara serempak nilai F-hitung (5.945,220) lebih besar daripada F-tabel
(2,79). Hal ini menunjukkan bahwa secara serempak semua variabel
tersebut yaitu skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, lama beternak
dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh secara nyata terhadap
pendapatan peternak sapi potong dengan taraf signifikansi 0.000a dan pada
taraf kepercayaan 95%.
4. Secara parsial nilai t-hitung variabel yang mempengaruhi adalah variabel
jumlah ternak (skala usaha) 117,115 variabel umur peternak (-2,249)
variabel tingkat pendidikan (4,802), variabel lama peternak ( 0,101),
variabel jumlah tanggungan keluarga (-1,146) .
a. Variabel jumlah ternak sapi berpengaruh nyata terhadap pendapatan
peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang
ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X1) sebesar 117,115 lebih besar dari t-tabel
(α = 0.05) yakni sebesar 2,00.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak ternak yang dipelihara maka
akan semakin besar pula pendapatan yang akan diperoleh peternak sapi
potong. Menurut Soekartawi (1995), bahwa pendapatan usaha ternak kerbau
sangat dipengaruhi oleh banyaknya ternak yang dijual oleh peternak itu
sendiri sehingga semakin banyak jumlah ternak kerbatu maka semakin
tinggi pendapatan bersih yang diperoleh.
b. Variabel umur peternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan ternak
oleh nilai t-hitung (X2) sebesar -2,249 lebih kecil dari t-tabel (α = 0,05)
yakni sebesar 2,00 variabel ini bernilai negatif karena di sebabkan kriteria
umur peternak tidak mendorong peternak dalam mengembangkan usaha
ternak sapi potong di Kecamatan Siempat Nempu Hulu. Faktor umur
biasanya lebih di identikkan dengan produktifitas kerja jika seseorang masih
tergolong usaha produktif ada kecenderungan produktifitasnya juga tinggi.
Chamdi ( 2003), mengemukakan semakin muda usia peternak (usia
produktif 20-45 tahun) umumnya rasa keingin tahuan terhadap sesuatu
semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi teknologi
semakin tinggi.
c. Variabel tingkat pendidikan berpengaruh nyata terhadap pendapatan
peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang
ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X3) sebesar 4.802 lebih kecil dari nilai
t-tabel (α = 0,05) yakni sebesar 2,00. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan
berpengaruh nyata terhadap pendapatan, ini dikarenakan usaha di daerah
penelitian bervariasi dan memiliki jenjang jabatan. Winarno (1985)
menyatakan bahwa pendidikan sedikit banyak mempunyai peranan penting
terhadap produktivitas peternak dalam mengelola ternaknya. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan peternak maka semakin
tinggi daya serap dan pola pikir terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi,
sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan maka daya serap dan pola
pikir terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi juga semakin rendah
d. Variabel lama beternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan
peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang
ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X3) sebesar 0,101 lebih kecil dari nilai
t-tabel (α = 0,05) yakni sebesar 2,00. Berdasarkan tingkat pengalaman
peternak, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar peternak
memiliki pengalaman (lama) beternak diatas 5 tahun (62,32%) dari total
responden dan sebanyak 37,68% yang pengalamannya dalam beternak lebih
dibawah 5 tahun, dengan rata-rata pengalaman (lama) beternak seluruhnya
7,1 tahun. Umumnya pengalaman (lama) beternak diperoleh dari orang
tuanya secara turun-temurun. Pengalaman beternak didaerah penelitian
cukup tinggi, hal ini seharusnya dapat memberikan pengaruh yang nyata
tehadap pendapatan, namun pada kenyataannya tidak memberi pengaruh
yang nyata karena masyarakat didaerah tersebut lebih cenderung
menggunakan metode lama secara tradisional dari pada menerapkan inovasi
baru dari luar.
e. Variabel jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap
pendapatan peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95%
yang ditunjukkan oleh t-hitung (X5) sebesar (-1,146) lebih kecil dari
t-tabel (α = 0.05) yakni sebesar 2,00 hal ini menunjukkan bahwa
tanggungan anak dalam keluarga peternak tidak dapat memberikan
dorongan positif terhadap peningkatan pendapatan peternak.
Arti dari nilai persamaan berikut adalah:
Ŷ = 1.111.752,019 + 1.990.426,502X1 - 10.573,771X2+ 125.201,236
Berdasarkan model persamaan di atas dapat diinterpresikan bahwa:
a. Apabila variabel bebas jumlah ternak (X1) mengalami kenaikan sebesar 1
ST, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp. 1.990.426,502
b. Apabila variabel bebas umur peternak (X2) mengalami peningkatan sebesar
1 tahun, maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar Rp
10.573,771
c. Apabila variabel bebas tingkat pendidikan (X3) mengalami kenaikan
sebesar 1 tingkat, maka akan terjadi kenaikan pendapatan peternak (Y)
sebesar Rp125.201,236
d. Apabila variabel bebas lama beternak (X4) mengalami peningkatan sebesar
1 tahun, maka akan terjadi peningkatan pendapatan peternak (Y) sebesar Rp
1.124,790.
e. Apabila variabel bebas jumlah tanggungan keluarga (X5) mengalami
kenaikan sebesar 1 orang, maka akan terjadi penurunan pendapatan
peternak (Y) sebesar Rp 27.503,449.
f. Apabila varibel X1, X2, X3, X4 dan X5 yang di analisis diabaikan( tidak
melakukan aktivitas), maka peternak sapi potong akan tetap menerima
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Skala usaha dan tingkat pendidikan peternak memberikan pengaruh positif
dalam meningkatkan pendapatan peternak sedangkan umur peternak, lama
beternak dan jumlah tanggungan keluarga tidak memberikan peningkatan
pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Siempat Nempu Hulu,
Kabupaten Dairi.
Saran
Sebaiknya usaha ternak sapi potong yang dilakukan peternak menambah
skala usaha sesuai dengan tingkat pendidikan sehingga dapat memberikan
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. H., 2003. Sosiologi Pendidikan. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Azis, M. A., 1993. Agroindustri Sapi Potong, Prospek pengembangan pada PJPT II. Bangkit. Jakarta.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi, 2013.
Chamdi, A. N., 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing Di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobongan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 29-30 September 2003. Bogor: Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian.
Cyrilla, L. dan A. Ismail. 1988. Usaha Peternakan. Diktat Kuliah. Jurusan Sosial Ekonomi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Daniel,Moehar., 2002. Pengantar Ekanomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.
Fathoni, A. H., 2004. Manajemen Sumber Ddaya Manusia. Penerbit PT. Rhineka Cipta. Jakarta.
Fauzia, L. dan H. Tampubolon. 1991. Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi Petani Terhadap Keputusan Petani dalam Penggunaan Sarana Produksi. Universitas Sumatera Utara Press. Medan.
Hadisapoetra, S., 1973. Biaya dan Pendapatan dalam Usahatani. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.
Handoko, N., 1998. Analisa Motivasi Beternak Sapi Potong. BPFE. Yogyakarta.
Hasan, I., 2000. Analisis Produksi Kopi di Desa Mbenti Kecamatan Minyambow
Kabupaten Manokwari Papuaweb.
Org/unipa/dlib-s123/hasan/s1. Pdf.
Hernanto, F., 1991. Ilmu Usaha Tani.Cetakan ke-2. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hernanto, F., 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kay, R. D. dan Edward ,W. M., 1994. Farm Management. Third Edition. Mc. Graw – Hill. Inc, Singapore.
Mulyono, S. dan B. Sarwono. 2007. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Najib, M., E.S. Rohaeni dan Tarmudji. 1997. Peranan Ternak Sapi Dalam Sistem Usahatani Tanaman Pangan di Lahan Kering. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 18 – 19 Nopember 1997. Jilid II. hlm. 759 – 766.
Noegroho, Wisaptiningsih dan Fanani, Z. 1991. Ilmu Usaha Tani. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang.
Parakkasi, A., 1998. Ilmu Nutrisi dan makanan Ternak Ruminan. UI-Press. Jakarta.
Rasyaf, M., 1995. Pengelolaan usaha Peternakan Ayam Pedaging. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Saihani , A., 2011. Analisis Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pendapatan Petani Padi Ciherang di Desa Sunggai Durait Tengah Keccamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara. Amutai-Press. Kalimantan.
Santoso., 1979. Analisis Usaha Ternak Sapi Perah di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Buletin LPP. No. 23. Bogor.
Soehadji. 1991. Kebijaksanaan Pemerintah untuk Mendukung Pengembangan Teknologi dan Produksi Peternakan. Departemen Pertanian. Dirjen Peternakan. Bogor.
Soekartawi, A., Soeharjo, Dillon, j. L.,dan Hardaker, J. B. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Perkembangan Petani Kecil. UI – Press. Jakarta. Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta.
Sosroamidjojo, S. dan Soeradji. 1990. Peternakan Umum.Yasaguna. Jakarta.
Sudrajad. 2005. Kiat Mengatasi Pengangguran Melalui Wirausaha. PT Bumi Aksara. Jakarta
Sugeng, Y. B., 2001. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suherman, R., 1991. Pengantar Teori Ekonomi.Duta Jasa. Surabaya.
Syafruddin, A. N., Kairupon. dan F.F. Munier. 2003. Potensi dan Kesesuaian Lahan Untuk Pengembangan Pakan Ruminansia di Lembah Palu. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 29 – 30 September 2003. hlm. 266 – 271.
Tohir, K. A., 1991. Seuntai Pengetahuan Usahatani Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta.
Widjaja, K., 1999. Analisis Pengambilan Keputusan Usaha Produksi Peternakan. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Widodo, M.W. 1984. Eksistensi dan Esensi Usaha Ternak Sapi Perah Dalam Kondisi Pola Tanam di Pujon. Makalah Desertasi Gelar Doktor. Bandung.
Winarno. 1985. Analisis Manajemen dan Pemasaran Susu Usaha Peternakan Sapi Perah di Kota Madya Yogyakarta. Tesis S-2. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Karakteristik Sosial Responden dalam Usaha Sapi Potong
Lampiran 2.
Karakteristik Ekonomi Responden dalam Usaha Sapi Potong NO.
2 virgo 55800000 35400000 15000000
3 sumurung 46000000 30500000 11000000
4 tianur 46000000 29500000 12000000
5 horas 9200000 5700000 3500000
6 renti 36800000 28300000 8500000
7 sehat 9200000 6100000 3100000
8 joel 27600000 19800000 7800000
9 tumbur 64400000 48400000 16000000
10 marismauli 27600000 19600000 8000000
11 saur 18400000 13600000 4800000
12 tongam 27600000 20100000 7500000
13 sudirman 27600000 20100000 7500000
14 gabe 46000000 34000000 12000000
15 jaudiman 9200000 6200000 3000000
16 jamian 18400000 12900000 5500000
17 yusrizzal 73600000 56100000 17500000
18 j.sihotang 18400000 12600000 5800000
19 jasmian 9200000 6200000 3000000
20 paian 18400000 12900000 5500000
21 sulaiman 18400000 13400000 5000000
22 jasmin 36800000 27800000 9000000
23 melita 9200000 5700000 3500000
24 benget 27600000 20100000 7500000
25 e.sigalingging 46000000 34000000 12000000
26 hadisah 27600000 20100000 7500000
27 harapan 46000000 34000000 12000000
28 sahabat 100800000 77300000 23500000
29 dahniar 36800000 26800000 10000000
30 james 100800000 77300000 23500000
31 dahnur 73600000 55600000 18000000
32 arjuna 27600000 20100000 7500000
33 tengku 184000000 142000000 42000000
34 masrin 27600000 20600000 7000000
35 israk 27600000 19600000 8000000
36 jhon 27600000 20600000 7000000
37 toni 18400000 12900000 5500000
38 s.sebayang 9200000 5700000 3500000
39 s.sinaga 9200000 5700000 3500000
41 u.nainggolan 73600000 55600000 18000000
42 s.maha 9200000 6200000 3000000
43 sahren 211600000 164100000 47500000
44 d.anak ampun 128800000 99300000 29500000
45 p.tamba 18400000 13400000 5000000
46 j.simanullang 55200000 42200000 13000000
47 h.silaban 27600000 19600000 8000000
48 sehat 18400000 13400000 5000000
49 d.pasaribu 18400000 12900000 5500000
50 t.sitohang 18400000 12900000 5500000
51 sitanggang 18400000 12900000 5500000
52 katibin 36800000 27300000 9500000
53 ramaita 9200000 5200000 4000000
54 j.sagala 18400000 13400000 5000000
55 l.manik 18400000 13400000 5000000
56 m.purba 18400000 12400000 6000000
57 sihombing 9200000 6200000 3000000
58 h.simbolon 82800000 63800000 19000000
59 u.simanullang 82800000 63600000 19200000
60 t.simbolon 36800000 27300000 9500000
61 l.manullang 9200000 5700000 3500000
62 m.sihombing 18400000 14400000 4000000
63 mangasi 46000000 34500000 11500000
64 sunggul 27600000 20100000 7500000
65 anuar 27600000 20100000 7500000
66 pardamean 27600000 20600000 7000000
67 aprianto 9200000 6200000 3000000
68 sobirin 18400000 12900000 5500000
Lampiran 3.
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4643641103322872.000 6 773940183887145.400 5945.220 .000a Residual 8071070590171.503 62 130178557905.992
Total 4651712173913044.000 68
a. Predictors: (Constant), motivasi beternak, jumlah tanggungan, pengalaman, umur, tingkat pendidikan, Skala usaha
b. Dependent Variable: pendapatan
Model Summaryb
a. Predictors: (Constant), motivasi beternak, jumlah tanggungan, pengalaman, umur, tingkat pendidikan, Skala usaha
b. Dependent Variable: pendapatan
Coefficientsa
Skala usaha 1990426.502 16995.448 .981 117.115 .000
tingkat pendidikan 125201.236 26074.307 .035 4.802 .000
pengalaman 1124.790 11102.122 .001 .101 .920
jumlah tanggungan -27503.449 23994.457 -.006 -1.146 .256
motivasi beternak -154161.007 136824.926 -.007 -1.127 .264
KUISIONER PETERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN SIEMPAT
NEMPU HULU KABUPATEN DAIRI
Desa :
Kecamatan :
Nama Responden :
P/W, Umur peternak :
I. KARAKTERISTIK PETERNAK
1. Sampai sejauh mana pendidikan yang bapak/ibu tempuh?
a. ≤ SD ( ≤ 6 tahun)
b. SMP ( 7-9 tahun)
c. SMA ( 10-12 tahun)
d. ≥SMA (˃ 12 tahun)
2. Sudah berapa lama (pengalaman) bapak/Ibu memelihara ternak sapi potong?
a. 1-2 tahun
b. 2-4 tahun
c. 4-6 tahun
d. 6-8 tahun
3. Pernahkah Bapak/Ibu mengikuti pelatihan mengenai pemeliharaan sapi
potong?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. ˃ 3 kali
a. Intensif ( ternak selalu dikandangkan,rumput dan konsentrat diberikan
dikandang)
b. Semi intensif -1 (siang hari ternak digembalakan, malam dikandangkan,
rumput dan konsentrat diberikan di kandang)
c. Semi intensif -2 ( ternak selalu dikandangkan, hhanya rumput yang di
berikan di kandang)
d. Digembalakan (siang ternak digembalakan, rumput dan konsentrat tidak
disediakan).
5. Bentuk kandang yang dimiliki adalah:
a. Permanen (panggung, beton, kayu)
b. Semi permanen ( panggung, bamboo)
c. Sederhana ( bukan panggung)
d. Lainnya ( sebutkan) ……
6. Jenis dan kriteria ternak apakah yang Bapak/Ibu jual?
a. Anakan/pedet
b. Dara
c. Dewasa
d. Indukan
7. Berapa jumlah tanggungan keluarga Bapak/Ibu sekarang?
……….
II. BIAYA PENGELUARAN PETERNAK
8. Biaya pembuatan kandang
a. Luas kandang (m²)…..
9. Berapa jumlah pakan yang diberikan (kg/ekor/hari)?
a. Hijauan /rumput …..
b. Konsentrat/pakan tambahan …..
10. Berapa harga pakan yang Bapak/Ibu berikan (Rp/kg)?
a. Hijauan/rumput ….
b. Konsentrat/pakan tambahan ….
11. Biaya obat-obatan
a. Obat cacing (dosis)… Rp. …
b. Pemacu pertumbuhan (dosis) … Rp. ….
c. Obat-obatan lain (dosis) … Rp. ….
Data-data biaya pengeluaran bapak/Ibu :
Biaya pengeluaran Jumlah /bln/thn Rp
Kandang ternak
Tanggungan kelurga
Bibit ternak
Pakan ternak
Obat-obatan
Lain-lain
Jumlah
III. Produksi
12. Berapa jumlah ternak sapi potong (skala) yang Bapak/ibu pelihara: ……..
ekor
a. Pedet (anakan) b. Dewasa c. Indukan
IV. Pendapatan
14. Berapa jumlah penjualan Bapak/Ibu per tahun? …..
15. Harga ternak sapi potong:
a. Pedet betina (Rp/ekor) ……. dan pedet jantan (Rp/ekor) …….
b. Dewasa betina (Rp/ekor) …. dan dewasa jantan (Rp/ekor) …...
c. Induk betina (Rp/ekor) ….... dan induk jantan (Rp/ekor) ……..
16. Penjualan kotoran ternak per tahun? ……..
17. Harga kotoran ternak :
a. Per goni Rp……
b. Per beko/angklung Rp. …..
c. Per pick up Rp. …..
18. Berapa pendapatan Bapak/Ibu?
Penerimaan Jumlah/bln/thn Rupiah (Rp)
Penjualan anak ternak
Penjualan ternak dewasa
Penjualan induk ternak
Kotoran terrnak
Lain-lain