• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pendapatan Peternak Kerbau di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pendapatan Peternak Kerbau di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian

KUISIONER ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK KERBAU

DI KECAMATAN KERAJAAN KEBUPATEN PAKPAK

BHARAT

Oleh :

Nurhayati M. Fitri Manik 110306009

B.Usaha Ternak Kerbau

1. Berapa jumlah ternak kerbau yang bapak/ibu pelihara saat ini? a. Jantan : ... ekor

b. Betina : ... ekor

2. Bagaimana status kepemilikan ternak kerbau yang bapak/ibu miliki ? a. Memelihara ternak orang lain atau gaduh

b. Milik keluarga c. Milik sendiri d. Lainnya

3. Hasil tambahan yang berupa kotoran kerbau dimanfaatkan untuk apa? a. Dibiarkan saja

b. Dijual saja

c. Dijual dan dimanfaatkan sendiri d. Hanya dimanfaatkan sendiri

4. Bagaimanakah kondisi ketersedian pakan ternak kerbau di daerah bapak/ibu? a. Kurang

b. Cukup c. Banyak

d. Sangat banyak

5. Apakah bapak/ibu memberikan pakan jenis lain selain hijauan? a. Ya, sebutkan... b. Tidak

7. Apakah ternak bapak/ibu diberi vitamin, mineral atau tambahan nutrisi?

a.Ada,sebutkan... b. Tidak ada

(2)

a. Ya b. Tidak

9. Apakah bapak/ibu menggunakan tenaga kerja upahan? a. Ya.

b. Tidak

10. Alasan apa yang membuat bapak/ibu menjual ternak kerbau? a. Membutuhkan uang tunai

b. Ternak sudah tidak produktif c. Lainnya ... 11. Investasi dan biaya tetap

No. Jenis Peralatan/investasi Harga satuan (Rp) Jumlah 1.

2. 3.

C. Lama Beternak

Lama Beternak : ……. (tahun) / usaha sejak tahun …… Asal ternak : Bantuan/ sendiri

D. Usaha Non Ternak Kerbau (Pertanian)

No. Jenis Tanaman

Luas Lahan

Investasi/Peralatan Hasil Produksi Jenis Harga satuan Jumlah Total

(3)

Desa No.

(4)
(5)

Lampiran 3. Analisis regresi dengan menggunakan SPSS

a. Dependent Variable: Pendapatan b. All requested variables entered.

Model Summary

.754a .569 .545 1641172.04037

3321 a. Predictors: (Constant), Desa, Umur Peternak, Jumlah Ternak, Pengalaman

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2560403972548

60.300 4

a. Dependent Variable: Pendapatan

(6)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 352155.809 903371.957 .390 .698

Umur Peternak 92164.815 392737.338 .025 235 .815

Jumlah Ternak

4425832.609 472619.578 .744 9.364 .000

Pengalaman -409124.615 435392.579 -.101 -.940 .351

(7)
(8)
(9)

DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga, A. 1992. Ilmu usaha tani. Penerbit alumni. Bandung

Agustian, A dan A.R. Nurmanaf. 2001. Kontribusi Usahatani Ternak Ruminansia Kecil Terhadap Pendapatan Rumah Tangga dan Prospek Pengembangannya Dalam Pemanfaatan Peluang Pasar Pada Masa Mendatang (Kajian di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara). Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 17-18 September 2001. Puslitbang Peternakan, Bogor. Hlm. 474-482.

Aritonang.1993. Perencanaan dan penyelenggaraan usaha. Penebar swadaya. Jakarta

Badan Pusat Statistik Kabupaten Pakpak Bharat. 2012. Pakpak Bharat Dalam Angka

Badan Pusat Statistik. 2013. Kecamatan Kerajaan Dalam Angka Boediono. 1990. Ekonomi Mikro Seri Sinopsis Pengantar Ekonomi

Burhan, B. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Airlangga University Press. Surabaya

Cahyono, B. 1995. Beternak Ayam Buras. CV Aneka. Yogyakarta

Cyrilla, L. Dan Ismail, A. 1998. Usaha Peternakan. Diktat Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Daniel M. 2001. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Umi Aksara.

Departemen Pertanian. 2011. Road Map Pencapaian Sasaran Produksi Jagung Tahun 2012. Jakarta

Devendra, C. 1993. Ternak Ruminansia di Asia. Dalam Woszika- Tomaszewska. Devi, R. N. 2010. Budidaya Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum l.) Di Uptd

Perbibitan Tanaman Hortikultura Desa Pakopen Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Tugas Akhir. Universitas Sebelas Maret.

Surakarta

Djalal Nachrowi dan Usman Harsius. 2002. Penggunaan Teknik Ekonometri . Edisi I. Cetakan I. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Fitrini, Ismet Iskandar, dan Surya Permana. 2012. Kontribusi Usaha Ternak Sapi

(10)

Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak Di Lapangan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta

I.M. Mastika, A. Djajanegara, S. Garniner dan T. R. Wiradarya (eds.). Produksi Kambing Dan Domba Di Indonesia. Sebelas Maret University Press. Surakarta.

Kusnadi, U. 2004. Kontribusi Ternak Dalam Meningkatkan Pendapatan Petani di

Lahan Marginal Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten. J. Pembangunan Peternakan Tropis.Special Edition Oktober 2004.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta Prawirokusumo, S., 1991. Ilmu Usaha Tani. BPEE, Yogyakarta.

Rasyaf, M. 2002. Beternak Ayam Pedaging. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Romjali, E., Edwardi2 dan S. Rusdiana. 2012. Peluang dan Potensi Usaha Ternak

Kerbau di Sumatera barat

Rukmana, Rahmat. 2010. Jagung Budidaya, Pascapaen,Dan Penganekaragaman Pangan. Aneka ilmu. CV. Semarang. L.

Rusdiana, S., I. Gusti A. Mahendri dan Chalid Talib. 2011. Pendapatan Usaha Ternak Kerbau di Kecamatan Gunung Sindur Bogor Jawa Barat. Pros. Seminar Nasional Kerbau. Samarinda, 21 – 22 Juni 2011. Puslitbang Peternakan Bekerjasama Dengan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur, Dinas Peternakan Kotamadya Samarinda, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Bogor. hlm. 152 – 158.

Soekartawi, .A, Soeharjo, Dillon, J. L., Hardaker, J. B. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Perkembangan Petani Kecil. UI-Press. Jakarta

Swastha, B dan Sukotjo, I. 1997.Pengantar Bisnis Modern. Liberty, Yogyakarta.

Tambing, S. N, Mozes, R. T, dan Tuty L. Y. 2000. Optimasi Program Inseminasi Buatan Pada Kerbau. Wartazoa Vol. 10 No. 2 Th. 2000

Tillman, dkk. 1982. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadja Mada University oress, Fakultas Peternakan,. UGM. Jogjakarta

Widjaja, K. 1999. Analisis Pengambilan Keputusan Produksi Usahaa Peternakan Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Bogor

(11)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak

Bharat, Sumatera Utara. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purpossive) dengan alasan bahwa kawasan tersebut adalah daerah yang memiliki

populasi kerbau yang terbesar di antara kecamatan-kecamatan di Kabupaten

Pakpak Bharat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 sampai dengan Januari 2016.

Metode Penentuan Desa dan Responden Penelitian

Persyaratan responden adalah para peternak kerbau di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat. Metode penarikan responden yang digunakan adalah sebagai berikut:

- Pada tahap pertama adalah pemilihan 3 desa dari 9 desa yang ada peternak kerbau yang terdapat di Kecamatan Kerajaan dengan metode penarikan

responden secara Proporsional Stratified Random Sampling (Soekartawi, 1995), yaitu Perpulungen (populasi tinggi), Kuta Dame (populasi sedang) dan Kuta Meriah (populasi jarang).

- Pada tahap kedua pemilihan responden secara acak, yaitu diambil masing-masing 30% untuk mewakili populasi dari seluruh peternak di setiap desa

sampel. Sampel dalam penelitian berjumlah 77 keluarga peternak kerbau yang didapat dari 30% dari masing-masing desa, yaitu desa Perpulungen (38 peternak), desa Kuta Dame (25 peternak) dan desa Kuta Meriah (14

(12)

menyatakan bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan data statistik

ukuran sampel paling kecil 30% sudah dapat mewakili populasi.

Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data Primer diperoleh langsung dari monitoring responden terhadap kegiatan usaha ternak kerbau melalui teknik wawancara dan pengisian daftar kuesioner, sedangkan data Sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait

seperti Badan Pusat Statistik, lembaga pemerintah dan swasta lainnya.

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara responden di lapangan diolah

dan ditabulasi. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan metode analisis pendapatan dan dioleh dengan model pendekatan ekonometri dan dijelaskan

secara metode deskriptif.

Adapun untuk menghitung pendapatan dari beternak kerbau dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Pd = TR - TC

Keterangan:

Pd : adalah total pendapatan atau keuntungan yang diperoleh peternak kerbau (rupiah/tahun).

TR : adalah total revenue atau penerimaan yang diperoleh peternak kerbau

(rupiah/tahun)

(13)

Berdasarkan data yang telah diperoleh, maka untuk melihat faktor-faktor

yang mempengaruhi pendapatan dapat dilihat dengan menggunakan Model Pendekatan Ekonometri dengan menggunakan analisis regresi linear berganda

(alat bantu Software SPSS 22) dengan model penduga sebagai berikut: Ϋ = a + b1X1 + X2 + b3X3 + µ

Keterangan :

Ϋ = pendapatan peternak ( rupiah ) a = koefisien intercept (konstanta) b = koefisien regresi

X1 = Skala usaha ( jumlah peternak)

X2 = umur peternak (tahun)

X3 = pengalaman beternak (tahun)

µ = variabel lain yang tidak diteliti

Parameter Penelitian Analisis Pendapatan

1. Skala usaha adalah jumlah ternak kerbau yang dipelihara (ekor)

2. Umur Peternak yaitu umur peternak yang memelihara ternak kerbau

yang diukur berdasarkan usia kerja produktif yaitu 20-65 tahun.

3. Pengalaman peternak lamanya responden/peternak menjalankan usaha ternak

(14)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Daerah Penelitian

Kecamatan Kerajaan merupakan salah satu dari 8 kecamatan yang ada di

Kabupaten Pakpak Bharat dan merupakan salah satu kecamatan yang memiliki banyak desa dengan jumlah 10 desa dengan luas wilayah 147,61 Km. Kecamatan Kerajaan berjarak 18 km dari ibukota kabupaten (Kecamatan Salak). Kecamatan

Kerajaan memiliki lahan yang cukup luas dan subur sehingga sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan sebagian

kecil hidup dari usaha perdagangan, industri, penggalian batu/pasir, buruh, jasa Pemerintah/PNS dan TNI/Polri. Tanaman hortikultura yang menjadi usaha pertanian masyarakat pada umumnya seperti cabe, kacang panjang, terong, durian,

petai, jengkol, bayam dan lainnya sedangkan tanaman perdagangan bahan export seperti kopi, karet, kemenyan, kayu manis, coklat, gambir dan nilam.

Keadaan Umum Responden Umur Responden

Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku dalam

melakukan atau mengambil keputusan yang dapat bekerja secara optimal dan produktif. Umur seorang peternak dapat berpengaruh terhadap produktifitas kerja,

sebab umur erat kaitannya dengan kemampuan kerja serta pola pikir dalam menentukan bentuk serta pola manajemen yang diterapkan dalam usaha (Susanti, 2015).

(15)

Tabel 3 Klasifikasi responden berdasarkan umur di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat

No Umur Jumlah (Orang) Persentase

1 Produktif 75 97,40

2 Non Produktif 2 2,59

Jumlah 77 100

Sumber: Data Primer Yang Telah Diolah

Tabel 3 menunjukkan bahwa umur responden di daerah penelitian berkisar antara 26-75 tahun dengan rataan 46 tahun dari total responden. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam usia produktif

yaitu sebanyak 75 orang. Seperti ketentuan Biro Pusat Statistik (2005), yang menyatakan bahwa angkatan kerja produktif adalah 20-65 tahun. Dengan usia

yang produktif tersebut maka potensi yang dimiliki oleh responden untuk bekerja dan mengelola usaha ternaknya masih sangat besar.

Jumlah Kepemilikan Ternak

Besar kecilnya jumlah ternak yang dimiliki mempengaruhi besar kecilnya pendapatan peternak. Berikut adalah klasifikasi responden berdasarkan jumlah

ternak yang mereka miliki dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini :

Tabel 4. Klasifikasi responden berdasarkan jumlah kepemilikan ternak kerbau di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat

No Jumlah Kepemilikan

Ternak Jumlah

Sumber: Data Primer Yang Telah Diolah

(16)

responden memiliki jumlah >5 ekor ternak kerbau. Menurut Prawirokusumo

(1990) usaha yang bersifat tradisional diwakili oleh para petani dengan lahan sempit yang mempunyai 1-2 ekor.

Pengalaman Beternak

Dalam usaha peternakan pengalaman merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu usaha. Semakin lama orang mengelolah suatu usaha maka

semakin luas pengalaman yang diperoleh dan semakin besar kemampuannya dalam mengenal usaha yang digeluti. Adapun klasifikasi responden berdasarkan

tingkat pengalaman dalam beternak dapat di lihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Klasifikasi responden berdasarkan pengalaman beternak di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat

No Lama Beternak Jumlah

Sumber: Data Primer Yang Telah Diolah

Berdasarkan Tabel 5 bahwa tingkat pengalaman beternak yang dimiliki

oleh responden di sekitar daerah penelitian berkisar antara 5-35 tahun dengan rataan 12 tahun. Pada umumnya pengalaman yang dimiliki oleh peternak diperoleh secara turun-temurun dari orang tuanya.

Total Biaya Produksi Usaha Ternak Kerbau

Biaya produksi merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan dalam suatu

(17)

(1999), yang menyatakan bahwa biaya tetap (fix cost) adalah banyaknya biaya

yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu. Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan oleh

peternak yang berkaitan dengan produksi yang dijalankan, sehingga nilainya selalu berubah-ubah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widjaja (1999), yang menyatakan bahwa biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlah

totalnya berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Adapun total biaya yang dikeluaran pada usaha ternak kerbau di Kecamatan Kerajaan

Kabupaten Pakpak Bharat dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata biaya produksi usaha ternak kerbau per responden per tahun (Rp/ Tahun)

Skala Total Biaya Produksi Jumlah (Rp)

Biaya Variabel (Rp) Biaya Tetap (Rp)

1-2 ekor 22.763.208 162.508 22.925.716

3-4 ekor 35.673.090 213.909 35.887.000

>5 ekor 69.820.750 307.083 70.127.833

Sumber: Data Primer Yang Telah Diolah

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa biaya produksi pada usaha ternak kerbau terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Berdasarkan tabel

tersebut diperoleh bahwa rata-rata biaya produksi usaha ternak kerbau yang dikeluarkan oleh peternak paling tinggi dalam usaha ternak kerbau pada skala

kepemilikan ternak >5 ekor yaitu Rp 70.127.833 per peternak/tahun, sedangkan yang paling kecil pada skala kepemilikan 1-2 ekor yaitu sebesar Rp 22.925.716 per peternak/tahun. Perbedaan jumlah biaya produksi pada masing-masing

paternak disebabkan oleh jumlah skala kepemilikan ternak yang berbeda-beda karena biaya produksi cenderung akan semakin meningkat seiring dengan

(18)

pendapat Swastha dan Sukotjo (1997) bahwa total biaya setiap responden

bervariasi tergantung pada jumlah populasi ternak yang dimiliki oleh setiap peternak atau dengan kata lain biaya total ini merupakan jumlah dari biaya tetap

dan biaya variabel.

Total Hasil Penerimaan Produksi

Penerimaan usaha ternak kerbau rakyat merupakan total perolehan dari

hasil usaha ternak kerbau selama satu tahun. Total penerimaan yang diperoleh dapat diketahui dari sumber-sumber penerimaan usaha peternakan kerbau.

Sumber penerimaan petani peternak kerbau di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat diperoleh dari hasil penjualan ternak dan nilai akhir tahun ternak yang masih dimiliki. Adapun rata-rata penerimaan peternak kerbau

di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata hasil penerimaan produksi usaha ternak kerbau per responden

per tahun (Rp/ Tahun)

Skala

1-2 ekor 22.067.283 5.066.000 27.133.283

3-4 ekor 37.590.909 3.863.636 41.454.545

>5 ekor 73.666.666 5.900.000 79.566.666

Sumber: Data Primer Yang Telah Diolah

Berdasarkan Tabel 7 diperoleh bahwa rata-rata hasil penerimaan produksi

setiap peternak bervariasi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan besarnya populasi yang dimiliki oleh masing-masing peternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Harnanto (1992) bahwa penerimaan setiap responden bervariasi tergantung pada

(19)

Pendapatan

Pendapatan usaha ternak kerbau diperoleh dari selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi per tahun. Adapun pendapatan yang

diperoleh petani peternak di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rata-rata pendapatan peternak dalam usaha ternak kerbau di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat

Skala Pendapatan Jumlah (Rp)

Penerimaan (Rp) Total Biaya Produksi (Rp)

1-2 ekor 27.133.283 22.925.716 4.207.566

3-4 ekor 41.454.545 35.887.000 5.567.545

>5 ekor 79.566.666 70.127.833 9.438.833

Sumber: Data Primer Yang Telah Diolah

Dari hasil analisis di derah penelitian seperti terlihat pada lampiran diperoleh pendapatan bersih per responden per tahun menyebar antara Rp

1.013.000 – Rp 14.433.000. berdasarka Tabel 8 diperoleh bahwa pendapatan dari usaha ternak kerbau yang terbesar pada skala kepemilikan >5 ekor dengan

rata-rata sebesar Rp 9.438.833, sedangkan yang terendah yaitu pada skala kepemilikan 1-2 ekor dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 4.207.566.

Usaha Non Ternak Kerbau

Tabel 9. Rata-rata pendapatan peternak dari usaha non ternak kerbau per responden per tahun

Sumber: Data Primer Yang Telah Diolah

Berdasarkan Tabel 9 diperoleh bahwa rata-rata pandapatan peternak (responden) dari usaha lain selain usaha beternak kerbau memiliki nilai yang Karakteristik Hasil Penerimaan Biaya Produksi

Produksi (Rp) (Rp)

Rata-rata pendapatan per tahun (Rp)

(20)

berbeda. Rata-rata pendapatan responden dari usaha non peternakan kerbau

sebesar 10.070.728 per responden per tahun. Pendapatan usaha non ternak kerbau diperoleh dari usaha pokok responden yaitu sebagai petani.

Kontribusi Usaha Ternak Kerbau Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani Peternak

Kontribusi pendapatan usaha ternak kerbau terhadap pendapatan rumah tangga petani peternak merupakan perbandingan antara pendapatan dari usaha ternak kerbau dengan pendapatan total yang diperoleh oleh petani peternak.

Adapun besar persentase kontribusi usaha ternak kerbau terhadap pendapatan petani peternak di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat dapat dilihat

pada Tabel 10.

Tabel 10. Rata-rata persentase kontribusi pendapatan usaha ternak kerbau Skala Kontribusi Usaha Ternak

(%)

Sumber: Data Primer Yang Telah Diolah

Dari Tabel 10 menunjukkan bahwa rataan kontribusi pendapatan usaha ternak kerbau terhadap pendapatan total petani peternak tertinggi pada skala

kepemilikan >5 ekor yaitu sebesar46.07% dan terendah pada skala kepemilikan 1-2 ekor yaitu sebesar 29.14%.

Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Pendapatan

Untuk mengetahui variabel-variabel yang memberikan pengaruh yang signifikan variabel bebas yang terdiri dari variabel umur, jumlah kerbau, dan

(21)

Adapun hasil pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan

peternak kerbau di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Analisis varian pendapatan dan pendugaan parameter

Sumber Derajat

Bebas

F tabel F hitung Tingkat Signifikan

Regresi 3 2.73 23,765 ,000b

Residual 73

Total 76

Sumber: Data Primer Diolah

Keterangan :

a. Dependent Variable : Pendapatan

b. Predictors : (Constant), Pengalaman, Umur Peternak, Jumlah Ternak Tabel 12. Analisis linear berganda pengaruh jumlah ternak, pengalaman dan umur

peternak terhadap pendapatan peternak

Variabel Koefisien Regresi Std. Eror t-hitung Signifikan Konstanta

Sumber : Data Primer Yang Telah Diolah

Dari tabel di atas diperoleh hasil sebagai berikut:

Ŷ= 352155.809 + 92164.815 X1 + 4425832.609 X2 - 409124.615 X3 + µ

Keterangan:

Ŷ : Pendapatan

(22)

X2 : Skala Pemeliharaan

X3 : Pengalaman Beternak

Berdasarkan hasil regresi di atas dapat diketahui:

1. Nilai Konstan adalah sebesar 352155.809. Artinya apabila variabel bebas yaitu skala usaha, umur peternak serta pengalaman beternak tidak ada maka

peternak akan memperoleh pendapatan sebesar nilai Konstanta yaitu 352155.809

2. R square bernilai 0.569 artinya bahwa semua variabel bebas (umur peternak, skala pemeliharaan dan pengalaman beternak) mempengaruhi variabel terikat sebesar 56.9 % dan selebihnya yaitu 43.1% dijelaskan oleh variabel lain yang

tidak diteliti dalam penelitian.

3. Secara serempak nilai F hitung (23,765) lebih besar dari F tabel. Hal ini

menunjukkan bahwa secara serempak ke tiga variabel tersebut yaitu skala usaha, umur peternak, dan pengalaman peternak berpengaruh secara nyata (ada pengaruh positif) terhadap pendapatan peternak kerbau dengan taraf

signifikan 0.000.

4. Secara parsial nilai t-hitung variabel yang mempengaruhi adalah variabel

jumlah ternak 9.364, variabel umur peternak (0,235), variabel pengalaman peternak (-0,940).

a. Variabel jumlah ternak kerbau berpengaruh nyata terhadap pendapatan

(23)

ternak kerbau sangat dipengaruhi oleh banyaknya ternak yang dijual oleh

peternak itu sendiri sehingga semakin banyak jumlah ternak kerbatu maka semakin tinggi pendapatan bersih yang diperoleh.

b. Variabel umur peternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak kerbau, ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X1) sebesar .235. Hal ini

dikarenakan kriteria umur tidak mendorong peternak dalam

mengembangkan usaha ternaknya, namun kriteria umur biasa diidentikkann dengan produktivitas kerja.

c. Variabel pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak kerbau, hal ini ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X3)

-.940. Umumnya pengalaman beternak diperoleh dari orangtuanya secara

turun temurun. Dengan pengalaman beternak yang cukup lama memberikan indikasi bahwa kemampuan dan keterampilan peternak

terhadap manajemen pemeliharaan ternak mempunyai kemampuan yang lebih baik. Namun di lapangan tidak diperoleh pengaruh seperti yang diharapkan. Hal ini dapat disebabkan banyak peternak yang memiliki

pengalaman yang memadai namun masih saja mengelola usaha ternak yang dimiliki dengan kebiasaan-kebiasaan lama yang sama dengan

(24)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Skala Usaha (jumlah ternak) merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pendapatan peternak di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharatdengan rata-rata pendapatan Rp 4.207.566 pada

peternak dengan skala kepemilikan 1-2 ekor, Rp 5.567.545 pada skala kepemilikan 3-4 ekor dan Rp 9.438.833 pada skala kepemilikan >5 ekor.

2. Pendapatan yang diperoleh peternak dari usaha ternak kerbau memberikan rata-rata persentase kontribuasi sebesar yang bervariasai yaitu 29.14% pada skala kepemilikan 1-2 ekor, 35.49% pada skala kepemilikan 3-4 ekor dan

46.07% pada skala kepemilikan >5 ekor.

Saran

Untuk meningkatkan nilai pendapatan rumah tangga petani peternak di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat diharapkan peternak di daerah penelitian dapat meningkatkan jumlah ternak untuk diusahakan sehingga usaha

(25)

TINJAUAN PUSTAKA

Pemeliharaan Ternak Kerbau oleh Masyarakat

Kerbau merupakan salah satu jenis ternak penting di Indonesia, kegunaannya sangat beragam mulai dari membajak sawah, alat transportasi, sebagai sumber daging dan susu, sampai dengan kulitnya digunakan sebagai

bahan baku industri. Populasi ternak kerbau di Indonesia sekitar 2,5 juta ekor. Namun populasi ternak kerbau di Indonesia mengalami penurunan. Data selama

tahun 1985-2001 menunjukkan bahwa populasinya menurun drastis dari 3,3 juta ekor pada tahun 1985 dan menjadi hanya 2,4 juta ekor di tahun 2001 atau mengalami penurunan populasi sebesar 26%. Namun demikian, populasi ternak

kerbau di Pulau Sumatera agak meningkat dari 1,1 juta ekor menjadi 1,2 juta ekor di tahun yang sama atau mengalami pertumbuhan populasi sebesar 9%. Hal ini

membuktikan bahwa kondisi alam dan sosial budaya masayarakat Pulau Sumatera memberi tempat yang layak untuk pengembangan ternak kerbau.

Beternak kerbau di Indonesia sudah berlangsung sejak sebelum negara

Republik Indonesia ini terbentuk sebagai negara berdaulat. Selanjutnya dalam perkembangan ternak besar sapi dan kerbau sejak era penjajahan Belanda sampai

pada awal Indonesia merdeka maka populasi kerbau masih lebih tinggi daripada ternak sapi. Tapi dengan semakin populernya ternak sapi dimata masyarakat peternak, maka secara perlahan tapi pasti, populasi sapi mulai mendominasi

populasi ternak besar (Jomima, 2012).

Ternak kerbau adalah salah satu komoditas yang berfungsi sebagai sumber

(26)

sebagai tenaga kerja dan kotorannya bisa dijadikan sebagai sumber pupuk, dan

sekaligus memberikan pendapatan bagi petani (Rusdiana dkk., 2011).

Usaha ternak kerbau merupakan komponen penting dalam usahatani

penduduk pedesaan karena pemeliharaan ternak kerbau dapat membantu pendapatan rakyat di pedesaan dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia di sekitarnya (Kusnadi, 2004).

Perkembangan Populasi Ternak Kerbau di Kabupaten Pakpak Bharat

Secara geografis letak Kabupaten Pakpak Bharat terleak pada garis

2°15’00” - 3°32’00” Lintang Utara dan 90°00’ - 98°31’ Bujur Timur dengan luas

135.610 Ha berbatasan dengan Kabupaten Dairi di sebelah Utara, Sebelah Timur

berbatasan dengan Kabupaten Samosir, Dairi dan Humbang Hasundutan, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah, Humbang Hasundutan,

dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Singkil (BPS Kabupaten Pakpak Bharat, 2013).

Tabel 2. Populasi Ternak Kerbau Menurut Kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2010 – 2014

No. Kecamatan Jumlah Populasi (Ekor)

Lokasi Penelitian 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber :Dinas Pertanian dan Prekebunan Kabupaten Pakpak Bharat

(27)

Kabupaten Pakpak Bharat diperkirakan mempunyai potensi untuk

pengembangan ternak ruminansia khususnya ternak kerbau. Masyarakat suku Pak-Pak sangat lazim dengan pemeliharaan ternak kerbau dibandingkan dengan

jenis ternak ruminansia lainnya. Pada umumnya masyarakat Pakpak menggunakan ternak kerbau sebagai ternak kerja baik untuk mengolah lahan pertanian maupun untuk mengangkut hasil hutan. Selain itu ternak kerbau juga

digunakan dalam kepentingan adat budaya oleh masyarakat setempat (BPS Kabupaten Pakpak Bharat, 2012).

Secara umum usaha ternak kerbau telah lama dikembangkan oleh masyarakat sebagai salah satu mata pencaharian dalam skala yanga masih relatif sangat kecil. Usaha ternak kerbau dilakukan dengan tujuan untuk produksi daging,

meskipun di beberapa wilayah produk daging kerbau sangat diminati masyarakat namun pada segmen pasar tertentu permintaan produk daging kerbau masih sangat

terbatas (Romjali dkk, 2012).

Pemeliharaan ternak kerbau hanya sebagai usaha sampingan karena belum ada input teknologi maupun bibit yang relatif baik. Peran petani sangat penting

dalam mengelola lahan pertanian khususnya usaha tani ternak, bahwa ternak kerbau mempunyai peranan yang cukup baik dalam sistem usaha tani, secara

sosial pemilikan ternak kerbau dapat memberikan arti tersendiri bagi petani. Ternak kerbau sewaktu-waktu dapat dijual dengan mudah, sehingga dapat memberikan biaya hidup petani, keuntungan dari hasil samping ternak kerbau

(28)

Skala Usaha Peternakan Rakyat

Berdasarkan skala usaha dan tingkat pendapatan peternak dapat

diklasifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu: 1) peternakan sebagai usaha sambilan, yaitu petani mengusahakan komoditas pertanian terutama tanaman

pangan, sedangkan ternak hanya sebagai usaha sambilan untuk mencukupi kebutuhan keluarga (subsistem) dengan tingkat pendapatan usaha dari peternakan lebih kecil dari 30%, 2) peternakan sebagai cabang usaha, yaitu peternak

mengusahakan pertanian campuran dengan ternak dan tingkat pendapatan dengan usaha ternak mencapai 30 samapai dengan 70%, 3) peternakan sebagai usaha

pokok, yaitu peternak mengusahakan ternak sebagai usaha pokok dengan tingkat pendapatan antara 70 sampai dengan 100%, 4) peternakan sebagai industri dengan mengusahakan ternak secara khusus (speciallized farming) dan tingkat pendapatan

dari usaha peternakan mencapai 100 persen (Anggraini, 2003).

Usaha peternakan rakyat mempunyai ciri-ciri antara lain: skala usaha kecil

dengan cabang usaha, tekhnologi sederhana, produktivitas rendah, mutu produk kurang terjamin, belum sepenuhnya berorientasi pasar dan kurang peka terhadap perubahan-perubahan (Cyrilla dan Ismail, 1998).

Ternak kerbau dipelihara sampai berumur 15-20 tahun, setelah induk kerbau tua dan tidak produktif lagi biasanya dipotong untuk tujuan konsumsi, tidak jarang

setelah beranak lebih dari 10 kali. Namun kerbau jantan banyak dijual pada umur yang masih relatif muda untuk dikonsumsi. Rata-rata pemilikan sebanyak 2-3 ekor induk kerbau per KK, walaupun ada juga petani yang memiliki lebih dari 10

(29)

yang memelihara kerbau orang lain dengan sistem bagi hasil, apabila sudah

beranak anaknya dibagi dua antara pemilik dan pemelihara.

Sejauh ini, usaha ternak seperti sapi potong dan ruminansia lain telah

banyak berkembang di Indonesia. Namun masih bersifat peternakan rakyat, dengan skala usaha yang sangat kecil yaitu berkisar 1 – 3 ekor. Rendahnya skala usaha ini karena para petani-peternak umumnya masih memelihara sebagai usaha

sambilan, dimana tujuan utamanya adalah tabungan, sehingga manejemen pemeliharaannya masih dilakukan secara konvensional (Rianto dan Purbowati,

2009).

Sistem Pemeliharaan

Dilihat dari pola pemeliharaannya peternakan di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga kelompok (Mubyarto, 1989), yaitu:

a. Peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang tradisional.

Ketrampilan sederhana dan menggunakan bibit lokal dalam jumlah dan

mutu yang relative terbatas. Ternak pemakan rumput digembalakan di padang umum, di pinggir jalan dan sawah, di pinggir sungai atau di tegalan sendiri. Kalau siang hari diberi minum dan dimandikan seperlunya sebelumnya

dimasukkan ke dalam kandang. Pemeliharaan dengan cara ini dilakukan setiap hari dan dikerjakan oleh anggota keluarga peternak.Tujuan utama ialah sebagai

hewan kerja dalam membajak sawah/tegalan, hewan penarik gerobak atau pengangkut beban sedang kotorannya dipakai sebagai pupuk.

b. Peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang semi komersil.

(30)

walaupun lamban. Jumlah ternak yang dimiliki 2 – 5 ekor ternak besar dan 5 –

100 ekor ternak kecil terutama ayam.Bahan makanan berupa ikutan panen seperti bekatul, jagung, jerami dan rumput – rumputan yang dikumpulkan oleh

tenaga dari keluarga sendiri. Tujuan utama dari memelihara ternak untuk menambah pendapatan keluarga dan konsumsi sendiri.

c. Peternak komersil.

Usaha ini dijalankan oleh golongan ekonomi yang mempunyai kemampuan dalam segi modal, sarana produksi dengan teknologi yang agak

modern.Semua tenaga kerja dibayar dan makanan ternak terutama dibeli dari luar dalam jumlah yang besar. Tujuan utamanya adalah mengejar keuntungan sebanyak–banyaknya. Biaya produksi ditekan serendah mungkin agar dapat

menguasai pasar.

Kondisi pemeliharaan ternak kerbau ditingkat peternak di pedesaan

umumnya belum tergeser dari pola tradisional. Kerbau hampir sepanjang hari dilepas diladang atau dipadang pengembalaan dan baru pada malam hari kerbau di giring ke kandang. Peternak kurang memperhatikan kesehatan kerbau, seperti

pencengahan dan pengobatan penyakit, sehingga jika di temukan kerbau yang terjangkit suatu penyakit, pengobatan hanya dilakukan secara tradisional hal ini

mengakibatkan tingginya angka kematian ternak kerbau (Pasaribu, 2010).

Bebrapa karakteristik sosial yang mempengaruhi pendapatan peternak kerbau:

a. Skala usaha

(31)

b. Umur Peternak

Umur merupakan karakteristik penduduk yang penting karena struktur umur mempengaruhi perilaku demografis dan sosial ekonomi daerah (Nurdin,

1981). Menurut Suriantoro (1991), bahwa produktivitas kerja seseorang mula-mula meningkat sesuai dengan pertambahan usia kemudian menurun kembali menjelang usia tua.

c. Pengalaman Beternak

Pada umumnya pengalaman beternak diperoleh peternak dari orang tuanya

secara turun-menurun. Dengan pengalaman beternak yang cukup lama memberikan indikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan beternak terhadap manejemen pemeliharaan ternak mempunyai kemampuan yang lebih banyak

(Amri, 2009).

Biaya, Penerimaan dan Keuntungan Biaya Produksi

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu (Mulyadi, 2008).

Dalam arti luas biaya (coast) adalah sejumlah uang yang dinyatakan dari sumber-sumber ekonomi yang dikorbankan untuk mendapatkan sesuatu atau

(32)

Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor-faktor produksi yang yang

digunakan baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung (Soekartawi, 2003).

Biaya tetap (fix cost) adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu, sedangkan biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang jumlah totalnya

berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan (Widjaja, 1999). Menurut Swastha dan Sukotjo (1997), menyatakan bahwa biaya

merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga yang tidak dapat menutupi biaya akan mengalami kerugian. Sebaliknya, apabila suatu tingkat harga melebihi semua biaya, baik biaya produksi, biaya operasi, maupun biaya

non operasi akan menghasilkan keuntungan. Selanjutnya dikatakan bahwa biaya variabel adalah biaya berubah-ubah disebabkan karena adanya perubahan jumlah

hasil. Biaya tetap adalah biaya-biaya yang tidak berubah-ubah (konstan) untuk setiap tingkatan atau hasil yang diproduksi. Biaya total adalah merupakan seluruh biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan atau dengan kata lain biaya total ini

merupakan jumlah dari biaya variabel dan biaya tetap.

Menurut Soekartawi (2001), bahwa biaya yang diperuntukan bagi

pembiayaan faktor produksi yang sifatnya tetap seperti pembelian bibit, penyusutan dan peralatan usaha produksi maupun pajak atas usaha, sedangkan biaya tidak tetap ialah biaya yang diperuntukan bagi pembiayaan faktor produksi

(33)

Biaya tetap pada usaha peternakan meliputi; biaya penyusutan kandang

dan peralatan serta perlengkapan kandang (sekop, ember, sapu, tempat makan dan minum, tali, dll), biaya bibit dan pajak atas usaha. Biaya tidak tetap meliputi;

biaya tenaga kerja, biaya pakan dan vitamin serta obat-obatan, transportasi, rekening listrik dan air (Waror dkk., 2014).

a. Bibit merupakan faktor utama dalam usaha peternakan. Berat lahir, berat sapih

dan pertambahan bobot badan merupakan yang utama yang harus dilihat dalam pemilihan bibit. Biaya penggunaan bibit merupakan biaya terbesar kedua.

b. Biaya pakan merupakan biaya variabel terbesar yaitu sekitar 60% dari total biaya produksi. Demikian pula dalam penelitian Sumartini dalam Rita Yunus, 2009, bahwa biaya pakan mencapai 58,13% -66,22% dari seluruh biaya

operasional, dan penelitian Sutawi (1999) juga menyimpulkan bahwa biaya produksi terbesar digunakan adalah biaya pakan yaitu 61,75% -82.14%

c. Tenaga kerja merupakan adalah tenaga kerja sebagai pengelola dalam peternakan. Manusia sebagai pengelola peternakan dibedakan berdasarkan ilmu dan keteramilan yang dimilikinya (Rasyaf, 2002). Tanpa ilmu dan

ketrampilan manusia itu biasanya disebut tenaga kasar yang umumnya bertugas di kandang sebagai pelaksana tugas rutin dan lain-lain (Ahmad, 2010).

Penerimaan

Penerimaan usaha ternak adalah nilai uang yang diterima dari penjualan pokok usata ternak, tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usaha ternak.

(34)

Adapaun penerimaan usaha ternak adalah merupakan hasil perkalian antara

produksi yang diperoleh dengan harga jual (Siregar, 2009).

Dimana : TR = Total Revenue/penerimaan (Rp/Thn)

Q = Jumlah Produksi per tahun

P = harga (Rupiah)

Apabila hasil produksi peternakan dijual ke pasar atau ke pihak lain, maka diperoleh sejumlah uang sebagai produk yang terjual tersebut. Besar atau kecilnya

uang diperoleh tergantung dari pada jumlah barang dan nilai barang yang dijual. Barang yang dijual akan bernilai tinggi bila permintaan melebihi penawaran atau produksi sedikit. Jumlah produk yang dijual dikalikan dengan harga yang

ditawarkan merupakan jumlah uang yang diterima sebagai ganti produk peternakan yang dijualinilah yang dinamakan penerimaan (Rasyaf, 2002).

Penerimaan usaha tani adalah nilai uang yang diterima dari penjualan pokok usahatani, tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usaha tani. Adapun penerimaan usaha tani adalah merupakan hasil perkalian antara produksi

yang diperoleh dengan harga jual (Soekartawi, dkk, 1995).

Penerimaan merupakan hasil perkalian dari produksi total dengan harga

perolehah satuan. Produksi total adalah hasil utama dan sampingan, sedangkan

harga adalah harga pada tingkat usahatani atau harga jual petani (Soeharjo dan Patong, 1973).

Penerimaan usahatani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penerimaan bersih usahatani dan penerimaan kotor usahatani. Penerimaan bersih usahatani adalah merupakan selisih antara total penerimaan usahatani dengan pengeluaran

(35)

total usahatani. Pengeluaran total usahatani adalah nilai semua masukan yang

habis terpakai dalam proses produksi, tidak termasuk tenaga kerja dalam keluarga petani. Penerimaan kotor usahatani adalah nilai total produksi usahatani dalam

jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun tidak dijual (Soekartawi dkk, 1986).

Soekartawi (1995) menyatakan bahwa penerimaan adalah perkalian antara

produksi yang diperoleh dengan harga jual. Sedangkan pendapatan (keuntungan) adalah selisi anatara penerimaan dengan semua biaya dengan rumus π = TR – TC

dimana π adalah pendapatan, TR adalah penerimaan dan TC adalah total biaya.

Selanjutnya dikatakan, bahwa penerimaan diperoleh dari produksi fisik dikali dengan harga produksi. Total pendapatan bersih diperoleh dari total penerimaan

dikurangi denga total biaya dalam suatu proses produksi.

Dalam menaksir pendapatan kotor petani semua komponen produksi yang

tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar, sehinga pendapatan kotor petani dihitung sebagai penjualan ditambah nilai produk yang digunakan untuk konsumsi rumah tangga atau dengan kata lain pendapatan kotor usaha tani (gross

farm income) adalah nilai produk total usaha tani dalam jangka waktu tertentu,

baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Sedangkan pendapatan bersih usaha

tani (net farm income) adalah selisih antara pendapatan kotor usaha tani dengan pengeluaran total usaha tani. Dikatakan pula total pendapatan diperoleh dari total penerimaan dikurangai dengan total biaya dalam suatu proses produksi

(Soekartawi, dkk, 1995).

(36)

itu masih dapat ditingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila

pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sasaran produksi. analisis usaha tersebut meruakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan

pengeluaran dalam jangka waktu tertentu (Aritonang, 1993).

Dimana :

Pd = Total Pendapatan yang diperoleh petani peternak (Rp/Thn)

TR = Total Revenue/Penerimaan yang diperoleh petani peternak (Rp/Thn)

TC = Total Cost/Biaya yang dikeluarkan petani peternak (Rp/Thn).

Menurut Suharno dan Nazaruddin (1994), gambaran mengenai usaha ternak yang memiliki prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya. Analisis usaha juga dapat memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan,

penggunaan modal, besar biaya untuk bibit, pakan dan kandang, lamanya modal akan kembali dan tingkat keuntungan yang diperoleh.

Pendapatan Usaha Non Ternak Kerbau Pendapatan Usaha Tani

Pendapatan usahatani adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan

usahatani dan peternakan setiap tahun, dimana salah satu sumber umum atau kategori pendapatan usahatani diperoleh melalui penjualan tanaman dan hasil ternak seperti daging dan telur (Rasyaf, 2002).

Usaha tani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa

(37)

mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk

memperoleh hasil selanjutnya (Adiwilaga,1992).

Tanaman pertanian yang sering dikelola oleh petani dapat klasifikasikan

pada tanaman semusim dan tanaman keras, Tanaman semusim sering disebut tanaman muda atau tanaman tahunan atau annual crop. Contoh annual crop adalah padi, jagung, pisang, cabe, kentang, kacangan, dan sebagainya. Tanaman

semusim ini dapat dibagi dua yaitu sekali tanam sekali panen seperti padi, jagung. Sekali tanam beberapa kali panen seperti cabe, tomat arcis, buncis dan

sebagainya. Tanaman Keras atau perenial crop adalah tanaman yang berumur panjang dan dapat berbuah atau panen berkali-kali. Contohnya: karet, kelapa sawit, coklat, durian, mangga, asam gelugur, duku dan sebagainya.

Khusus di Kabupaten Pakpak Bharat sektor tanaman pangan atau tanaman semusim merupakan sektor yang dominan dan mendapat perhatian khusus dari

pemerintah karena sebagian besar mata pencaharian penduduknya umumnya adalah bertani. Salah satu komoditi unggulan yang mendapat perhatian khusus adalah komoditi padi sawah (BPS Kabupaten Pakpak Bharat, 2014).

Selain budidaya tanaman pangan, subsektor tanaman perkebunan/tanaman keras merupakan subsektor penyumbang kedua setelah tanaman bahan makanan

terhadap nilai tambah sektor pertanian. Salah satu komoditas unggulan dalam sektor perkebunan di kabupaten Pakpak Bharat adalah gambir. Selain tanaman gambir, di Pakpak Bharat juga terdapat komoditas tanaman perkebunan lainnya

(38)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Tani

a. Luas lahan

Luas lahan yang di tanami padi berpengaruh terhadap keuntungan usahatani.

Secara teori semakin luas lahan garapan semakin tinggi keuntungan yang diterima. Tetapi keuntungan yang diterima petani padi juga dipengaruhi faktor yang lain seperti komoditi yang di tanam, penerapan teknologi, kesuburan

tanah dan lain sebagainya. b. Jumlah bibit

Bibit padi adalah gabah yang di hasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih itu sendiri akan ditentukan dalam proses perkembangan dan kemasakan benih.

c. Jumlah pupuk

Unsur hara yang terkandung pada setiap bahan untuk melengkapi unsur hara

yang ada pada tanah yang diperlukan tanaman, dinamakan pupuk. Tujuan penggunaan pupuk adalah untuk mencukupi kebutuhan makanan (hara). Pupuk yang biasanya digunakan oleh petani berupa pupuk alam ( pupuk organik) dan

pupuk buatan ( pupuk anorganik) d. Jumlah tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi kedua setelah tanah. Tenaga kerja yang digunakan di daerah penelitian menggunakan tenaga kerja manusia dan mekanik. Di mana tenaga kerja manusia dapat diperoleh dari dalam keluarga

(39)

e. Pestisida

(40)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha ternak kerbau merupakan usaha peternakan rakyat yang dipelihara

sebagai usaha sampingan, menggunakan tenaga kerja keluarga dengan skala usaha yang kecil. Disamping itu sebagian peternaknya adalah penggaduh dengan sistem bagi hasil dari anak yang lahir setiap tahunnya. Pemeliharaan ternak umumnya

bergantung pada ketersediaan rumput alam. Siang hari peternak menggiring ternak ke tempat penggembalaan dan malam hari dibawa ke dekat pemukiman

dan biasanya tanpa kandang, ternak hanya diikat di belakang rumah petani, dan belum biasa memberikan pakan tambahan.

Usaha ternak kerbau merupakan komponen penting dalam usahatani

penduduk pedesaan karena dapat membantu pendapatan rakyat di pedesaan dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia di sekitarnya. Ternak kerbau

adalah salah satu komoditas yang berfungsi sebagai sumber protein hewani bagi masyarakat, sebagai tabungan, tambahan penghasilan, sebagai tenaga kerja dan kotorannya bisa dijadikan pupuk sekaligus memberikan sumber

keuntungan/pendapatan bagi petani (Devendra, 1993). Namun demikian, sampai saat ini usaha ternak kerbau menurut uji ekonomi di pedesaan belum banyak

mempertimbangkan aspek keuntungan, pemeliharaan kerbau belum diupayakan oleh peternak agar dapat berproduksi secara optimal.

Permasalahan umum yang timbul pada para peternak adalah sebagai

dampak dari penerapan sistem pemeliharaan yang dilakukan oleh peternak. Kebanyakan pola pemeliharaan yang diterapkan pada ternak kerbau adalah

(41)

perkawinan hanya berlangsung dalam kelompok ternak sendiri yang berjumlah

kecil serta penjualan ternak, dimana ternak yang lebih cepat tumbuh akan lebih cepat terjual.

Kabupaten Pakpak Bharat diperkirakan mempunyai potensi untuk pengembangan ternak ruminansia khususnya ternak kerbau. (BPS Kabupaten Pakpak Bharat, 2012). Populasi ternak yang terdapat di Kabupaten Pakpak Bharat

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis dan Populasi Ternak Potong Besar dan Kecil Menurut Kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat

Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pakpak Bharat 2014

Di Kabupaten Pakapak Bharat usaha ternak kerbau juga dilakoni oleh

sebagain dari masyarakat setempat, namun usaha ternak kerbau yang dilakoni oleh masyarakat tersebut hanya dijadikan sebagi usaha sampingan saja dimana sektor pertanian tetap menjadi pilihan pertama masyarakat setempat sebagai usaha

pokok. Namun meskipun demikian, masyarakat Pakpak Bharat sudah lazim dengan pemeliharaan ternak kerbau. Masyarakat biasanya menggunakan ternak

kerbau yang mereka miliki sebagai alat kerja dalam mengolah lahan pertanian

(42)

(sawah) serta dijadikan alat untuk mengangkut barang atau hasil hutan yang

diperoleh. Selain sebagai alat kerja, ternak kerbau juga digunakan dalam kepentingan adat dan budaya (kerja adat) oleh masyarakat setempat, seperti dalam

pesta pernikahan dan sebagainya.

Karakteristik usaha tani yang umum dijumpai adalah setiap petani selalu melakukan usaha tani campuran, terlepas dari luas pemilikan lahan, lokasi, atau

kepadatan penduduk. Alasan lain petani melakukan usaha tani campuran adalah karena kebiasaan (tradisi), untuk memaksimalkan penerimaan dari sumber daya

yang terbatas, dan meningkatkan manfaat keterkaitan antar-cabang usaha, seperti tanaman dan ternak (sumber pakan), ternak dan tanah (ke-suburan), serta tanaman dan tanaman (tumpang sari).

Usahatani yang dilakukan petani pada umumnya sebagian besar dilakukan polikultur yaitu mengusahakan beberapa jenis atau komoditas usahatani dan

ditambah dengan ternak yang disebut dengan diversifikasi usahatani atau usahatani terpadu. Tujuan petani melakukan usahatani terpadu pada awalnya untuk memenuhi konsumsi keluarga, kemudian disusul untuk meningkatkan

pendapatan keluarga selain itu untuk menghindari kegagalan panen pada satu komoditas. Tujuan penting lainnya, adalah dengan usahatani terpadu diperoleh

nilai tambah diantaranya adalah mendapatkan pupuk organik dari ternak dan tenaga kerja untuk mengolah lahan atau mengangkut panen, selain itu limbah pertanian atau hasil pertanian yang afkir atau tidak layak jual karena rusak dapat

dimanfaatkan sebagai pakan ternak (Eni dan Muhammad, 2013).

(43)

kerbau, karena memiliki hasil samping panen pertanian tanaman pangan yang

melimpah yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak alternatif pengganti hijauan.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk dapat melakukan penelitian tentang analisis pendapatan peternak kerbau di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat yang didasarkan pada tingkat kontribusi pendapatan

usaha ternak terhadap pendapatan keluarga peternak yang nantinya diharapkan bisa memberikan manfaat untuk perkembangan dan pengembangan usaha ternak

kerbau.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh skala usaha, umur peternak dan pengalaman beternak terhadap pendapatan peternak dan

mengetahui tingkat kontribusinya pada pendapatan keluarga peternak kerbau di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat.

Identifikasi Masalah

Usaha ternak kerbau dalam bentuk usahatani merupakan salah satu usaha yang dikelola oleh petani/peternak dengan peran ekonomi yang relatif terbatas.

Usaha peternakan ini ada yang dijadikan sebagai sebagai pekerjaan sampingan. Permasalahan umum yang perlu diketahui antara lain berkaitan dengan hal – hal penting yang menyangkut segi ekonomi peternak kerbau di Kecamatan Kerajaan.

(44)

Apakah ada pengaruh skala usaha, umur peternak dan pengalaman

beternak terhadap pendapatan usaha ternak kerbau dan mengetahui berapa besar tingkat kontribusinya pada pendapatan keluarga peternak kerbau di Kecamatan

Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti, kalangan akademik dan masyarakat tentang penyelenggaraan pemeliharaan ternak

kerbau serta uraian analisis pendapatan yang akan diperoleh peternak kerbau dan juga dapat menggambarkan kontribusinya terhadap pendapatan peternak kerbau.

(45)

ABSTRAK

NURHAYATI M. FITRI MANIK, 2016: “Analisis Pendapatan Peternak Kerbau Di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat, di bawah bimbingan ISKANDAR SEMBIRING dan EDHY MIRWANDHONO.

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat dari bulan Oktober sampai dengan Januari 2016. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pendapatan peternak kerbau di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat dan mengetahui tingkat kontribusinya terhadap pendapatan keluarga petani peternak.

Metode penarikan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Random Sampling yaitu dengan cara memilih 3 desa berdasarkan populasi ternak kerbaunya yaitu Perpulungen (populasi tinggi), Kuta Dame (populasi sedang) dan Kuta Meriah (populasi jarang). Sampel dalam penelitian berjumlah 77 keluarga peternak kerbau yang didapat dari 30% dari masing-masing desa, yaitu desa Perpulungen (38 peternak), desa Kuta Dame (25 peternak) dan desa Kuta Meriah (14 peternak). Parameter yang diamati meliputi: skala usaha, umur peternak dan pengalaman beternak yang mempengaruhi pendapatan peternak kerbau di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat.

Hasil peneltian diperoleh rataan pendapatan bersih usaha ternak kerbau sebesar Rp 4.847.286 per peternak/ tahun dan memberikan kontribusi dengan rataan sebesar 32.49% terhadap pendapatan petani peternak. Selain itu diperoleh juga bahwa jumlah ternak berpengaruh sangat nyata terhadap pendapatana peternak kerbau sedangkan umur peternak dan pengalaman beternak tidak berpengaruh terhadap pendapatan peternak kerbau di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat..

(46)

ABSTRACT

NURHAYATI M. FITRI MANIK, 2016. Analisys of Income’s Farmers who arise bufallo in Subdistrict of Kerajaan District of Pakpak Bharat Under supervised by ISKANDAR SEMBIRING and EDHY MIRWANDHONO.

The research was conducted in Kerajaan Subdistrict of Pakpak Bharat District from October to January 2016. The purpose of this study was to analisys Income’s Farmers who arise bufallo in Subdistrict of Kerajaan District of Pakpak Bharat and to find out the contribution of buffalo’s in the household farmers income.

The research used survey method by analyzing the families who keep the buffalo’s. The writer used Proportional Stratified Sampling as the method to take the respondens. That was by choosing 3 villages based on buffalo population, that were Perpulungen village (high population), Kuta Dame village (medium population) and Kuta Meriah village (low population). The writer took 77 family as farmers arise buffalo as the samples, wich gotten from 30% families in each village Perpulungen (38 farmers), Kuta Dame (25 farmers) and Kuta Meriah (14 farmers). The parameter are: owning mixfarming (sum of buffalo’s), age that farmers bufallo’s and experiences of the farmers to influence of Income’s Farmers who arise buffalo in Subdistrict of Kerajaan District of Pakpak Bharat.

The results of the data analisys showed that the average net farmers income Rp 4.847.286 and contributed average of 32,49%. The scale of owning mixfarming (sum of bufallo’s) and age of the farmers very significant effected on the incomes farmers buffalo. While the experiences of the farmers no significant effect on the incomes of farmers of buffalo.

(47)

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK KERBAU DI KECAMATAN

KERAJAAN KABUPATEN PAKPAK BHARAT

SKRIPSI

NURHAYATI M. FITRI MANIK 110306009

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(48)

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK KERBAU DI KECAMATAN

KERAJAAN KABUPATEN PAKPAK BHARAT

SKRIPSI

NURHAYATI M. FITRI MANIK 110306009/PETERNAKAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(49)

Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Peternak Kerbau di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat

Nama : Nurhayati M. Fitri Manik

Nim : 110306009

Program Studi : Peternakan

Diketahui Oleh: Komisi Pembimbing

Ir. Iskandar Sembiring, MM Ir. R. Edhy Mirwandhono, M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Program Studi Peternakan

(50)

ABSTRAK

NURHAYATI M. FITRI MANIK, 2016: “Analisis Pendapatan Peternak Kerbau Di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat, di bawah bimbingan ISKANDAR SEMBIRING dan EDHY MIRWANDHONO.

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat dari bulan Oktober sampai dengan Januari 2016. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pendapatan peternak kerbau di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat dan mengetahui tingkat kontribusinya terhadap pendapatan keluarga petani peternak.

Metode penarikan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Random Sampling yaitu dengan cara memilih 3 desa berdasarkan populasi ternak kerbaunya yaitu Perpulungen (populasi tinggi), Kuta Dame (populasi sedang) dan Kuta Meriah (populasi jarang). Sampel dalam penelitian berjumlah 77 keluarga peternak kerbau yang didapat dari 30% dari masing-masing desa, yaitu desa Perpulungen (38 peternak), desa Kuta Dame (25 peternak) dan desa Kuta Meriah (14 peternak). Parameter yang diamati meliputi: skala usaha, umur peternak dan pengalaman beternak yang mempengaruhi pendapatan peternak kerbau di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat.

Hasil peneltian diperoleh rataan pendapatan bersih usaha ternak kerbau sebesar Rp 4.847.286 per peternak/ tahun dan memberikan kontribusi dengan rataan sebesar 32.49% terhadap pendapatan petani peternak. Selain itu diperoleh juga bahwa jumlah ternak berpengaruh sangat nyata terhadap pendapatana peternak kerbau sedangkan umur peternak dan pengalaman beternak tidak berpengaruh terhadap pendapatan peternak kerbau di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat..

(51)

ABSTRACT

NURHAYATI M. FITRI MANIK, 2016. Analisys of Income’s Farmers who arise bufallo in Subdistrict of Kerajaan District of Pakpak Bharat Under supervised by ISKANDAR SEMBIRING and EDHY MIRWANDHONO.

The research was conducted in Kerajaan Subdistrict of Pakpak Bharat District from October to January 2016. The purpose of this study was to analisys Income’s Farmers who arise bufallo in Subdistrict of Kerajaan District of Pakpak Bharat and to find out the contribution of buffalo’s in the household farmers income.

The research used survey method by analyzing the families who keep the buffalo’s. The writer used Proportional Stratified Sampling as the method to take the respondens. That was by choosing 3 villages based on buffalo population, that were Perpulungen village (high population), Kuta Dame village (medium population) and Kuta Meriah village (low population). The writer took 77 family as farmers arise buffalo as the samples, wich gotten from 30% families in each village Perpulungen (38 farmers), Kuta Dame (25 farmers) and Kuta Meriah (14 farmers). The parameter are: owning mixfarming (sum of buffalo’s), age that farmers bufallo’s and experiences of the farmers to influence of Income’s Farmers who arise buffalo in Subdistrict of Kerajaan District of Pakpak Bharat.

The results of the data analisys showed that the average net farmers income Rp 4.847.286 and contributed average of 32,49%. The scale of owning mixfarming (sum of bufallo’s) and age of the farmers very significant effected on the incomes farmers buffalo. While the experiences of the farmers no significant effect on the incomes of farmers of buffalo.

(52)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 25 Maret 1993 di Desa Salak, Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat dari ayah Ahmad Manik dan ibu Saidah

Tumangger dan penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis sampai saat ini yaitu, tahun 1999 memasuki SD Negeri 030412 Salak dan lulus tahun 2005, pada tahun 2005

melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Salak dan lulus tahun 2008, kemudian tahun 2008 memasuki SMA Negeri 1 Salak dan lulus tahun 2011, selanjutnya

pada tahun 2011 masuk Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Program Studi Peternakan melalui jalur SNMPTN Undangan dan memilih Program Studi Peternakan.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Peternakan (IMAPET) dan sebagai sekertaris umum Himpunan

Mahasiswa Muslim Peternakan (HIMMIP) pada periode 2013-2014.

Penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada bulan

Juli-Agustus 2014 di Peternakan Rakyat Ayam Layer Kampung di Desa Tanjung Anom, Kecamatan Medan Sunggal, Provinsi Sumatera Utara. Penulis

(53)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini yang berjudul “Analisis Pendapatan Peternak Kerbau di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua

orang tua penulis atas segala curahan perhatian, kasih sayang, doa dan pengorbanan materil maupun moril yang telah diberikan selama ini. Penulis juga

menyampaikan terima kasih kepada Bapak Iskandar Sembiring selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Edhy Mirwandhono selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan serta

arahan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, juga kepada Bapak Ma’ruf Tafsin dan Ibu Tri Hesti Wahyuni selaku dosen undangan

yang juga telah memberikan saran dan perbaikan sejak proposal sampai dengan seminar hasil penelitian.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua staf pengajar dan

pegawai di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan semua rekan-rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga

(54)

DAFTAR ISI

Perkembangan Populasi Ternak Kerbau di Kabupaten Pakpak Bharat ... 7

Skala Usaha Peternakan Rakyat ... 7 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian ... 24

Kontribusi Usaha Ternak Kerbau Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Peternak ... 30

(55)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 34 Saran…… ... 34

(56)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Jenis dan Populasi Ternak Besar Menurut Kecamatan di

Kabupaten Pakpak Bharat ... 2

2. Populasi Ternak Kerbau Menurut Kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2010 - 2014 ... 7

3. Klasifikasi responden berdasarkan umur di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat ... 25

4. Klasifikasi responden berdasarkan jumlah kepemilikan ternak kerbau di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bhara ... 25

5. Klasifikasi responden berdasarkan lama beternak di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bhara ... 26

6. Rata-rata biaya produksi usaha ternak kerbau ... 27

7. Rata-rata penerimaani usaha ternak kerbau ... 28

8. Rata-rata pendapatan peternak kerbau di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat ... 29

9. Rata-rata pendapatan usaha non ternak kerbau ... 29

10.Rata-rata persentase kontribusi usaha ternak kerbay ... 30

11.Analisis varian pendapatan dan pendugaan parameter ... 31

(57)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Kuisioner Penelitian ... 37

2. Karakteristik Responden dan Analisis Pendapatan ... 39

3. Analisis Regresi Dengan Mnggunakan SPSS ... 42

Gambar

Tabel 4. Klasifikasi responden berdasarkan jumlah kepemilikan ternak kerbau di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat
Tabel 5. Klasifikasi responden berdasarkan pengalaman beternak di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat
Tabel 6. Rata-rata biaya produksi usaha ternak kerbau per responden per tahun (Rp/ Tahun)
Tabel 7. Rata-rata hasil penerimaan produksi usaha ternak kerbau per responden per tahun (Rp/ Tahun) Biaya Penerimaan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Variabel skala usaha, umur peternak, lama pendidikan peternak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak.Sedangkan variabel pengalaman peternak, jumlah tanggungan keluarga

Analisis regresi linier berganda pengaruh pengalaman beternak, tingkat pendidikan, umur dan sistem pemeliharaan terhadap pendapatan peternak babi di Kecamatan

Analisis regresi linier berganda pengaruh pengalaman beternak, tingkat pendidikan dan umur peternak terhadap pendapatan peternak sapi potong. Variabel Koefisien Regresi

The parameter are: owning mixfarming (sum of buffalo’s), age that farmers bufallo’s and experiences of the farmers to influence of Income’s Farmers who arise buffalo in Subdistrict

petani dihitung sebagai penjualan ditambah nilai produk yang digunakan untuk konsumsi rumah tangga atau dengan kata lain pendapatan kotor usaha tani ( gross farm income )

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan karakteristik peternak (umur, pendidikan, pengalaman beternak, dan jumlah tanggungan keluarga) dengan skala usaha ternak

Pengaruh karakteristik peternak yang terdiri dari umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak dan jumlah ternak terhadap persepsi pe- ternak plasma tentang

Nama Peternak Skala Usaha (Ekor) Umur Peternak (Tahun) Tingkat Pendidikan (Tahun) Pengalaman beternak (Tahun) Jumlah Tanggungan Keluarga (Jiwa) Jumlah Tenaga Kerja