• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Profil Peternak Dengan Pendapatan Usaha Ternak Kerbau Lumpur di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Profil Peternak Dengan Pendapatan Usaha Ternak Kerbau Lumpur di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

HUMBANG HASUNDUTAN

SKRIPSI

OLEH

NATALIA LUMBANTORUAN 080306045

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN PROFIL PETERNAK DENGAN PENDAPATAN

USAHA TERNAK KERBAU LUMPUR DI KECAMATAN

LINTONG NIHUTA KABUPATEN

HUMBANG HASUNDUTAN

SKRIPSI OLEH

NATALIA LUMBANTORUAN 080306045

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Kabupaten Humbang Hasundutan Nama : Natalia Lumbantoruan

NIM : 080306045 Program Studi : Peternakan

Di setujui Oleh, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ir. Armyn Hakim Daulay,MBA Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRAK

NATALIA BR LUMBANTORUAN: Hubungan Profil Peternak dengan Pendapatan Usaha Ternak Kerbau Lumpur di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan. Penelitian ini dibimbing oleh MAR’UF TAFSIN dan ARMYN HAKIM DAULAY

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan, Propinsi Sumatera Utara yang dimulai tanggal 10 Juli sampai 29 Agustus 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh profil peternak terhadap pendapatan dalam ternak kerbau di kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan unit responden keluarga yang memelihara ternak kerbau. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Random Sampling yaitu dengan cara memilih 3 desa yaitu Desa Sitolu Bahal, Desa Nagasaribu 1, Desa Sigumpar Sampel dari penelitian ini berjumlah 55 keluarga peternak kerbau yang didapat dari 30% peternak masing- masing desa, yaitu desa Sitolu Bahal (16 peternak), Desa Nagasaribu 1 (20 peternak), desa Sigumpar (19 peternak).

(5)

on Buffalo Revenue in the District Lintong Nihuta Humbang Hasundutan. The research was guided by MAR'UF TAFSIN and ARMYN HAKIM DAULAY

The research was conducted in Lintong Nihuta, Hasundutan Humbang District, North Sumatra Province, which began on July 10 until August 29, 2012. The purpose of this study was to analyze the effect on the income profile of farmers in Lintong district buffaloes in district Nihuta Humbang Hasundutan. The method used is the method of survey respondents with a family unit that maintains buffaloes. The sampling method used is a Proportional Stratified Random Sampling is by selecting three villages namely Sitolu Bahal village, Nagasaribu Village 1, Village Sigumpar sample of this research were 55 families buffalo breeders obtained from 30% of farmers in each village, the village Sitolu Bahal (16 farmers), village Nagasaribu 1 (20 farmers), Sigumpar villages (19 farmers).

Based on the research results obtained that the scale of business, education level breeder, breeding experience, number of dependents, level of generation farmer positive effect on increasing revenue buffalo breeders. While age negatively affect earnings breeder buffalo breeders in District Lintong District Nihuta Humbang Hasundutan.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Dolok Martumbur pada tanggal 28 Desember 1988,

putri dari bapak Mangasih Lumbantoruan dan ibu Mortina Br Situmorang. Penulis merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara.

Tahun 2002 penulis lulus dari SD N 177662 Sihukkus Lumban Ina-Ina, tahun 2005 penulis lulus dari SMP N 3 Pangaran, tahun 2008 penulis lulus dari SMA PGRI 20 SiBorong Borong dan lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur SMPTN pada tahun 2008. Penulis memilih program studi Peternakan Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Peternakan. Selain itu, penulis juga aktif dalam organisasi ekstrauniversitas sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan (IMAKRIP), dan penulis juga aktif di dalam KMK Fakultas Pertanian USU.

(7)

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa yang memberikan rahmat serta karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Hubungan Profil Peternak dengan Pendapatan Usaha Ternak Kerbau Lumpur di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tuaku atas doa, semangat dan pengorbanan material dan moril yang telah diberikan selama ini. Secara khusus kepada Bapak Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Armyn Hakim Daulay, MBA , selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini beserta semua pihak yang ikut membantu, saya ucapkan banyak terima kasih.

(8)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Daerah Humbang Hasundutan ... 5

Ternak Kerbau ... 5

Usaha Peternakan Rakyat ... 7

Skala Kepemilikan ... 8

Panca Usaha Ternak ... 11

Pendapatan Usaha Ternak ... 13

Analisis Usaha ... 14

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15

Penentuan Responden Penelitian ... 15

Metode Pengumpulan data ... 15

Metode Analisis Data ... 16

Parameter Penelitian ... 18

(9)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 32 Saran ... 32 DAFTAR PUSTAKA

(10)

ABSTRAK

NATALIA BR LUMBANTORUAN: Hubungan Profil Peternak dengan Pendapatan Usaha Ternak Kerbau Lumpur di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan. Penelitian ini dibimbing oleh MAR’UF TAFSIN dan ARMYN HAKIM DAULAY

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan, Propinsi Sumatera Utara yang dimulai tanggal 10 Juli sampai 29 Agustus 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh profil peternak terhadap pendapatan dalam ternak kerbau di kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan unit responden keluarga yang memelihara ternak kerbau. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Random Sampling yaitu dengan cara memilih 3 desa yaitu Desa Sitolu Bahal, Desa Nagasaribu 1, Desa Sigumpar Sampel dari penelitian ini berjumlah 55 keluarga peternak kerbau yang didapat dari 30% peternak masing- masing desa, yaitu desa Sitolu Bahal (16 peternak), Desa Nagasaribu 1 (20 peternak), desa Sigumpar (19 peternak).

(11)

on Buffalo Revenue in the District Lintong Nihuta Humbang Hasundutan. The research was guided by MAR'UF TAFSIN and ARMYN HAKIM DAULAY

The research was conducted in Lintong Nihuta, Hasundutan Humbang District, North Sumatra Province, which began on July 10 until August 29, 2012. The purpose of this study was to analyze the effect on the income profile of farmers in Lintong district buffaloes in district Nihuta Humbang Hasundutan. The method used is the method of survey respondents with a family unit that maintains buffaloes. The sampling method used is a Proportional Stratified Random Sampling is by selecting three villages namely Sitolu Bahal village, Nagasaribu Village 1, Village Sigumpar sample of this research were 55 families buffalo breeders obtained from 30% of farmers in each village, the village Sitolu Bahal (16 farmers), village Nagasaribu 1 (20 farmers), Sigumpar villages (19 farmers).

Based on the research results obtained that the scale of business, education level breeder, breeding experience, number of dependents, level of generation farmer positive effect on increasing revenue buffalo breeders. While age negatively affect earnings breeder buffalo breeders in District Lintong District Nihuta Humbang Hasundutan.

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tingginya permintaan akan daging terutama asal ternak ruminansia besar tidak dapat dipenuhi secara keseluruhan. Hal ini disebabkan oleh produktivitas ternak rendah, ketersediaan pakan hijauan yang tidak berkualitas dan kontinyu karena sangat dipengaruhi oleh musim.Disamping itu disebabkan oleh pengembangan ternak hanya mengandalkan berskala rumah tangga dan di pelihara secara tradisional. Suryana (2000), mengatakan bahwa ketidak mampuan produksi peternakan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan domestik dipengaruhi oleh beberapa keterbatasan antara lain; penguasaan teknologi, baik di bidang produksi maupun di bidang penanganan pasca panen, kemampuan permodalan peternakan, kualitas sumberdayadapat diandalkan dalam menghasilkan daging dan tenaga kerja bahkan susu, serta memiliki daya adaptasi yang baik terhadap musim kering. Secara umum pemeliharaan kerbau di Indonesia belum ditujukan untuk ternak potong, karena fungsi utamanya untuk mengolah lahan pertanian, sebagai sumber pupuk dan tabungan.

(13)

Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya populasi ternak kerbau disebabkan oleh keterbatasan bibit unggul, pemotongan ternak betina produktif, mutu pakan ternak rendah, tidak dilakukan perkawinan silang dan kurangnya pengetahuan peternak dalam menangani produksi dan reproduksi ternak tersebut.Dalam kaitan inilah dirasa perlu untuk mengetengahkan kedudukan kerbau di masyarakat meliputi pemeliharaan, kegunaan dan peluang dalam peninggkatan kesejahteraan masyarakat peternak.

Luas lahan yang mencukupi, ketersediaan hijauan berlimpah, serta pemanfatan limbah perkebunan yang sangat mendukung merupakan suatu peluang untuk pengembangan usaha ternak kerbau di Kecamatan Lintong Nihuta ini. Namun, peningkatan populasi ternak bukan hanya dipengaruhi faktor tersebut di atas, tetapi faktor sosial ekonomi (skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga,dan tingkat generasi peternak) juga turut andil dalam peningkatan jumlah ternak. Permasalahan yang umum terjadi yaitu peternak sebagai pengelola suatu peternakan memiliki peran ekonomi yang relatif terbatas.

Kerbau rawa yang banyak dipeliharamasyarakat memang bukan kerbau tipe perah tetapi di beberapa daerah para peternak kerbau melakukan pemerahan. Produksi susu dari setiap ternak kerbau yang diperah berkisar antara 1,50-2,50 liter/ekor/hari dengan lama pemerahan sekitar 7 bulan.

(14)

3

Identifikasi masalah

Usaha ternak kerbau dalam bentuk usahatani merupakan salah satu usaha yang dikelola oleh petani/peternak dengan peran ekonomi yang relatif terbatas. Usaha ternak kerbau merupakan usaha yang dilakukan sebagian besar masyarakat Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan.

Permasalahan umum yang perlu diketahui antara lain berkaitan dengan hal-hal penting yang menyangkut segi ekonomi peternak kerbau di kecamatan Lintong Nihuta. Berdasarkan hal itu, maka penelitian ini dilakukan dengan menjawab pertanyaan adakah pengaruh umur peternak, lama pendidikan, pengalaman peternak, jumlah tanggungankeluarga, dan sistem pemeliharaannya terhadapusaha ternak kerbau di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan.

Tujuan penelitian

Menganalisis pengaruh profil peternak (skala usaha, umur peternak, lama pendidikan pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, generasi peternak) terhadap pendapatan peternak kerbau di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang hasundutan.

Kegunaan Penelitian

(15)

Hipotesis Penelitian

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Kabupaten Humbang Hasundutan Letak Wilayah

Secara geografis Kabupaten Humbang Hasundutan terletak pada 2˚ 1” - 2˚ 28” LU dan 98˚ 10” - 98˚ 58” BT. Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki area seluas 2335,33 Km2, Kabupaten ini terletak di ketinggian antara 330-2075 m diatas permukaan laut, Secara administratif, Kabupaten Humbang Hasundutan berbatasan dengan beberapa daerah, yaitu:Sebelah Utara : Kabupaten Samosir, Sebelah Timur : Kabupaten Tapanuli UtaraSebelah Barat : Kabupaten Dairi, Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Tengah (Badan Pusat Statistik, 2011).

Kecamatan Lintong Nihuta merupakan salah satu daerah penyebaran populasi ternak di Kabupaten Humbang Hasundutan yang berpotensi untuk dikembangkannya populasi ternak kerbau menjadi lebih baik lagi karena kawasan tersebut termasuk salah satu wilayah di Provinsi Sumatera Utara yang perkembangan populasi ternak kerbau pada tahun 2011 di KabupatenHumbang Hasundutan mencapai 2035 ekor (Badan Pusat Statistik, 2011)

Ternak Kerbau

Tabel 1.Populasi Ternak Kerbau di Kecamatan Lintong Nihuta Dalam Desa.

Desa Jumlah Ternak Kerbau Lumpur

(17)

Sibuntuon

Sumber : BPS Peternakan Kabupaten Humbang Hasundutan, 2011

Kerbau menurut Bahttarchya(1993), Termasuk dalam klas mamalia, ordo ungulate, famili bovidae, subfamili bovina, genus bubalus dan spesies

bubalis.Kerbau termasuk dalam spesies Bubalus bubalis yang diduga berevolusi dari Bubalus arnee, yakni kerbau liar dari India. Hampir semua kerbau domestikasi saat ini berasal dari moyang bubalus arne. Kerbau yang ada di Indonesia secara umum dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu, kerbau lumpur dan kerbau rawa (swamp buffalo) dan kerbau sungai (river buffalo).

Berikut ini tabel penyebaran populasi ternak kerbau di Kabupaten Humbang hasundutan

(18)

7

Sanggul 14 3094 540 143 6597 50542 1628

7 Pollung 27 2037 46 22 6985 15022 1266

8 Parlilitan 31 607 22 95 1867 16383 8915

9 Tarabintang - 209 - 655 1627 6630 1663

10. Baktiraja - 103 - 22 1096 10250 1750

Jumlah 566 12378 654 1545 34163 206194 30694

Sumber: BPS Peternakan Kabupaten Humbang Hasundutan, 2011

Sejak masuknya kerbau di Indonesia, tenaganya digunakan sebagai angkutan dan tenaga kerja mengolah lahan pertanian.Kecepatan dan kemampuan kerbau dalam mengolah sawah dipengaruhi bentuk pengolahan seperti untuk menggaru atau membajak. Merkens ( 1927), akan tetapi cekaman panas sehingga kemampuan mengolah lahan pertanian terbatas hingga sampai jam 10.00 siang dengan masa kerja sekitar 50 hari dalam setahun. Akan tetapi setelah dilakukan usaha untuk mengatasi cekaman panas melalui upanya penyiraman dengan lumpur atau air kemampuan kerbau bekerja mengolah lahan pertanian dapat meningkat sampai 6 jam dengan masa kerja sampai 80 hari setahun ( Robinson, 1977).

Salah satu kelebihan kerbau yang selama ini di percaya adalah kemampuan untuk mencerna pakan yang mengandung serat kasar tinggi, seperti jerami padi yang tersedia melimpah saat musim panen dan dapat disimpan sebagai cadangan pakan di musim kemarau Devandra (1987), mengatakan bahwakerbau memiliki kemampuan mencerna pakan bermutu rendah yang lebih efisien daripada sapi. Hal ini diduga erat kaitannya dengan lambannya gerakan makanan di dalam saluran pencernaan kerbau sehingga makanan tersebut dapat diolah lebih lama dan penyerapan zat gizinya akan lebih banyak. Oleh karena jarang sekali ditemukan kerbau kurus walaupun dengan ketersediaan pakan seadanya.

(19)

Usaha Peternakan Rakyat

Usaha peternakan rakyat mempunyai ciri-ciri antara lain: Skala usaha kecil dengan cabang usaha, teknologi sederhana, produktivitas rendah, mutu produk kurang terjamin belum sepenuhnya berorientasi pasar dan kurang peka terhadap perubahan-perubahan (Cyrilla dan Ismail, 1988).

Usaha tani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak.Pada umumnya ciri-ciri usaha tani yang ada di Indonesia berlahan sempit, modal terbatas, tingkat pengetahuan petani yang terbatas dan kurang dinamis, serta pendapatan petani yang rendah (Soekartawi et al, 1986).

Didalam pertanian rakyat, hampir tidak ada usaha tani yang memproduksi satu macam hasil saja.Disamping hasil-hasil tanaman, usaha pertanian rakyat meliputi pula usaha-usaha peternakan, perikanan, dan kadang-kadang usaha pencarian hasil hutan (Mubyarto, 1991).

Usaha tani atau peternakan memiliki ciri khas yang mempengaruhi prinsip-prinsip manajemen dan teknik-teknik yang digunakan. Usaha tani dan usaha peternakan sering dianggap sebagai usaha yang lebih banyak resiko dalam hal output dan perubahan harga serta pengaruh cuaca terhadap keseluruhan proses produksi (Kay dan Edward, 1994).

Skala Kepemilikan

Menurut Sodiq dan Abidin (2002), berdasarkan skala usaha dan tingkat pendapatan peternak usaha di klasifikasikan sebagai berikut :

- Peternakan sebagai usaha sambilan

(20)

9

- Peternakan sebagai cabang usaha

Yaitu : tingkat pendapatan petani dari usaha ternaknya antara 30-70% dari usaha total pendapatannya

- Peternakan sebagai usaha pokok

Yaitu : tingkat pendapatan petani dari usaha ternaknya antara 70-100% dari usaha total pendapatannya

- Peternakan sebagai usaha industri

Yaitu : tingkat pendapatan petani dari usaha ternaknya mencapai 100% dari usaha ternaknya.

Profil Peternak - Skala Usaha

Menurut Soekartawi (1995), bahwa pendapatan usaha ternak sangat dipengaruhi oleh banyaknya ternak yangyang dijual oleh peternak itu sendiri sehingga semakin banyak jumlah ternak maka semakin tinggi pendapatan bersih yang diperoleh.

- Umur/usia

Semakin muda usia peternak (usia produktif 20-45 tahun), umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi teknologi semakin tinggi (Chamdi, 2003).

(21)

namun pendapatan tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak.

- Lama Pendidikan

Menurut Soekartawi et al. (1986), bahwa tingkat pendidikan peternak cenderung mempengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi dan teknologi.

Menurut Pardede (1998), bahwa lama pendidikan juga mempengaruhi produktivitas peternak. Semakin tinggi lama pendidikan, semakin mudah peternak menyerap informasi dan mencoba inovasi baru dalam menunjang usahanya.

Semakin tinggi lamapendidikan peternak maka akan semakin tinggi kualitas sumberdaya manusia, yang gilirannya akan semakin tingginya pendidikan peternak maka diharapkan kinerja usaha peternak akan semakin berkembang (Syafaat et al., 1995).

Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupanya.Keterbatsan keterampilan/ pendidikan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja (Ahmadi,2003).

- Pengalaman Beternak

(22)

11

Pengalaman bertani merupakan salah satu factor yang mempengaruhi petani dalam menerima inovasi.Pengalaman berusahatani terjadi karena pengaruh waktu yang telah dialami oleh para petani.Petani yang berpengalaman dalam menghadapi hambatan-hambatan tersebut. Semakin banyak pengalaman yang diperoleh petani maka diharapkan produktivitas petani akan semakin tinggi, sehingga dalam mengusahakannya usahatani akan semakin baik dan sebaiknya jika petani tersebut belum atau kurang berpengalaman akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan (Hasan, 2000).

- Jumlah Tanggungan Keluarga

Semakin besarnya jumlah anggota petani atau peternak akan semakin besar pula tuntutan kebutuhan keuangan rumah tangga. Hal demikian besarnya jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani. keluarga yangmemeiliki sebidang tanah tetap saja jumlahnya semakin sempitnya dengan pertambahan anggota secara terus-menerus, sementara kebutuhan akan diproduksi termasuk bertambah (Daniel, 2002).

- Tingkat Generasi

Pada umumnya pengetahuan tentang beternak diperoleh dari orang tua. Orang tua menurunkan generasi cara beternak kepada anak-anaknya. Generasi peternak akan berjalan dengan sendiri secara turun-temurun. Sehingga bisa dipastikan apabila orang tuanya dahulu peternak maka generasi peternak akan diturunkan kepada anak-anaknya. Hal demikian dapat didorong dengan adanya

(23)

Panca Usaha Ternak - Bibit

Salah satu faktor keberhasilan beternak adalah keterampilan memilih bibit ternak, sebagai pejantannya digunakan pemacek seyogianya adalah milik desa atau milik pemerintah atau Inseminasi Buatan (Dinas Peternakan, 1983).

- Pakan

Pada sisi nutrisi dan pakan ternak, sifat dasar rumput seperti rumput alam, jerami padi dan palawija yang rendah mutunya. Hijauan ini mempunyai serat kasar dan kadar silica yang tinggi dan bahan kering yang rendah. Akibatnya pertambahan bobot badan menjadi lambat, produksi rendah, dan kadang-kadang terjadi gangguan terhadap anak yang dilahirkan (Sihombing dan Susetyo, 1977).Oleh karena itu pemberian pakan tambahan perlu dilakukan agar kekurangan gizi yang dikonsumsi dapat diatasi, seimbang dan sepadan dengan kebutuhan produksi optimal.

- Kandang

Kerbau dipelihara seadanya, di malam hari sering tidak dikandangkan, bernaung dibawah pohon, dipinggir hutan atau dilapangan terbuka (Zulbardi, 2002a). Kalau mempunyai kandang, kandangnya sangat sederhana tanpa dinding, beratapkan alang-alang, daun kelapa, jerami padi atau rumbia dengan lantai tanah yang kadang-kadang berlumpur namun ada yang menempatkan kerbau di kolong rumah (Zulbardi, 2002a: 2003a).

- Sistem Pemeliharaan

(24)

13

minum yang sesuai dengan tinggi dan besar ternak serta pengaruhnya terhadap produktivitas produksi ternak belum pernah dijamah penelitian. Kebanyakan luas kandang ternak kerbau berdasarkan perasaan sehingga terdapat bermacam-macam ukuran dan bentuk( Zulbardi, 1987).

- Pencegahan dan Pengobatan Penyakit

Di Indonesia menurut Bahri dan Darminto (1995), telah terjadi serangan penyakit SE, Enterotoksemia, Antraks, Fasciolosis, MCF dan Surra pada ternakkerbau.

Penyakit dapat diobati dengan seroterapi dengan serum kebal homolog dan dilakukan secara intra vena dan sub kutan, namun kekebalan berlangsung selama 2-3 minggu dan hanya efektif pada stadium serangan awal penyakit. Sebaiknya dikombinasikan dengan pemberian antibiotika dan kometerapi.Pengobatan antibiotik dan kometerapi dapat dicoba dengan preparat Streptomisin, Terramisin, Aureomisin ataupun Sulphadimidin.Di dalam aplikasi perlu diperhatikan petunjuk pemakaian dan dosis pengobatannya. Dirkeswan (1977),mengatakan berbeda dengan daging hewan yang terkena Antraks, hewan terkena SE dapat dikonsumsi asalkan sudah dimasak dengan baik dan benar.

Pendapatan Usaha Ternak

Menurut Boediono (1998), biaya mencakup suatu pengukuran nilai Sumber Daya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas yang bertujuan mencari keuntungan. Berdasarkan volume kegiatan, biaya dapat dibedakan atas biaya tetap dan variabel.

(25)

dapat dihindarkan, dapat diperkirakan,dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk (Cyrilla dan ismail, 1988).

Biaya tetap adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksinya yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatannya (Widjaja,1999).

Soeharjo dan Patong (1973), menyebutkan bahwa dalam analisis pendapatan diperlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan, Selanjutnya disebutkan bahwa tujuan analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang maupun keadaan akan datang dari kegiatan usaha. Dengan kata lain, analisis pendapatan bertujuan untuk mengukur keberhasilan dari usaha.

Analisis Usaha

Menurut Riyanto (1978), analisis ekonomi peternakan adalah usaha untuk mengetahui keadaan usaha finansial. Dengan kata lain, analisis ekonomi tersebut dapat diketahui darimana datangnya dana, untuk apa dana itu digunakan dan sejauh mana keuntungan yang dicapai. Disamping itu, pimpinan perusahaan dapat juga mengetahui laba yang diperoleh atau kerugian yang akan diderita dengan tingkat penjualan yang dapat dicapai perusahaan (Sirait, 1987).

(26)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan pada bulan Juli sampai Agustus 2012

Metode Penetuan Responden Penelitian

Responden terdiri dari para peternak kerbau di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan.Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan unit analisis keluarga yang memelihara ternak kerbau.Teknik penelitian sampel yang digunakan adalah sebagai berikut :

- Pada tahap pertama pemilihan 3 buah desa dari beberapa desa yang ada di Kecamatan Lintong Nihuta yaitu : Desa Nagasaribu I, Desa Sitolu Bahal, dan Desa Sigumpar dengan metode penarikan contoh secara Proportional Stratified Random Sampling.

- Masing-masing jumlah responden akan dilihat dari data populasi peternak,

apabila jumlah populasi kecil akan dilakukan sensus sehingga jumlah responden lebih ≥30% dari seluruh peternak dari setiap desaWirartha(2006)menyatakan bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan data statistik ukuran paling kecil 30 % sudah dapat mewakili populasi.

Table 3.populasi peternak kerbau di daerah penelitian Desa Naga Saribu

1

Desa Sitolu Bahal

Desa Sigumpar

Total

(27)

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data Primer maupun sekunder

- Data Primer diperoleh dari monitoring terhadap kegiatan usaha ternak kerbau melalui wawancara dan pengisian kuesioner

- Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik Humbang Hasundutan, Kantor Kecamatan Lintong Nihuta

Metode Analisis data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara responden di lapangan yang diolah dan ditabulasikan, kemudian data dianalisis dengan menggunakan metode analisis pendapatan dan diolah dengan menggunakan model pendekatan ekonometri dan dijelaskan secara deskriptif.Menurut Pryanto (2000), untuk menghitung analisis pendapatan dari kegiatan beternak kerbau dapat dihitung sebagai berikut :

II = TR – TC Keterangan :

II = Total pendapatan atau keuntungan yang diperoleh peternak kerbau( Rupiah/tahun)

TR = Total revenue atau penerimaan (Rupiah/tahun)

TC = Total cost atau pengeluaran yang dikeluarkan oleh peternak kerbau (Rupiah/tahun)

(28)

17

Ϋ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +b5X5+ b6X6+ µ

Keterangan :

Ϋ = Pendapatan peternak ( rupiah ) a = Koefisien intercept (konstanta) b1,b2,… = Koefisien regresi

X1 = Skala usaha ( jumlah peternak) X2 = Umur peternak (tahun)

X3 = Lamapendidikan (tahun) X4 = Pengalaman beternak (tahun) X5 = Jumlah tanggungan keluarga (jiwa) X6 = Tingkat generasi peternak (generasi) µ = Variabel lain yang tidak diteliti

Variabel-variabel pada hipotesis diuji serempak dan parsial untuk mengetahui apakah variabel tersebut memiliki dominan atau tidak. Jika variabel tersebut berpengaruh secara serempak maka digunakan dengan uji F yakni :

r2 / k F=

(1-r2)/ (n-k-1)

keterangan

r2 = Koefisien determinasi n = Jumlah responden k = Derajat bebas pembilang n-k-1 = Derajat bebas penyebut

Kriteria uji :

(29)

Menurut Sudjana (2002), jika variabel berpengaruh secara parsial, maka dapat diuji:

Thit= b1 S2y123 =

Sb1 n-k-1

∑ (-y)2

Keterangan :

b = Parameter (I = 1,2,3,4) n-k-1 = Derajat bebas

S2b1 = Standard eror parameter b S2y1234 = Standard eror estimates Xi = Variabel bebas (i = 1,2,3,4)

Kriteria uji :

t-hit ≤ t-tabel……….. H0 diterima (H1 ditolak) t-hit> t-tabel……….. H0 ditolak (H1 diterima) Parameter Penelitian

Analisis Pendapatan

1. Skala usaha adalah jumlah ternak kerbau yang dipelihara (ekor)

2. Umur Peternak yaitu umur peternak yang memelihara ternak kerbau yang diukur berdasarkan usia kerja produktif yaitu 20-45 tahun.

3. Lama Pendidikan yaitu pendidikan formal ( SD, SMP, SMA) atau informal

4. Pengalaman peternak lamanya responden/peternak menjalankan usaha ternak kerbau.

5. Jumlah tanggungan keluarga yaitu jumlah tanggungan yang di tanggung peternak dalam satu keluarga (jiwa).

6. Tingkat generasi peternak yaitugenerasi keberapa peternak tersebut saat memelihara ternak

S

2

b

1

=

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian kecamatan Lintong Nihuta terletak di sebelah Timur yang berdekatan dengan Kabupaten Tapanuli Utara.Kabupaten Humbang Hasundutan terletak di ketinggian 330-2075 m di atas permukaan laut, yang kaya dengan hijauan.Pemanfaatan lahan secara optimal dapat dilakukan dengan penanaman berbagai hijauan makanan ternak, baik pada lahan perkebunan maupun pada areal yang tidak terpakai.

Sistem Pemeliharaan Pada Usaha Ternak Kerbau Di Daerah Penelitian Sistem pemeliharaan ternak dan manajemen yang baik adalah salah satu kunci dari keberhasilan suatu usaha ternak kerbau. Umumnya pemeliharaan ternak kerbau di kecamatan Lintong Nihuta sebagian besar bersifat ekstensif dimana pada siang hari ternak di gembalakan dan pada malam hari ternak di kandangkan.

Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan peternak kerbau yang terdapat di daerah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Pemberian Pakan dan Minum

(31)

Air minum ternak juga mempunyai fungsi yang vital untuk proses pertumbuhan dan perkembangan tubuh ternak. Pemberian air minun ternak kerbau di lakukan pada siang hari ternak minum di padang penggembalaan, saat ternak berlumpur atau berkubang danpada sore hari di kandang.

2. Pembersihan Kandang

Kandang adalah tempat tinggal ternak sehingga kandang menjadi salah satu faktor penting dalam beternak. Kandang yang bersih dapat menghindarkan ternak dari serangan penyakit.Kandang sangat berpengaruh terhadap kesehatan ternaknya, terutama faktor kelembaban, lumpur dan sarang lalat yang dapat mengganggu kenyamanan serta keleluasaan ternak.Letak kandang harus terpisah dari rumah, namun di daerah penelitian masih ada beberapa responden yang membuat kandangnya menyatu dengan rumahnya.

Lokasi penelitianpembersihan kotoran di dalam kandang dilakukan setiap hari dengan menggunakan cangkul, sekop dan beco sorong, kemudian kotoran dikumpulkan di belakang kandang atau langsung di kumpulkan ke sawah, kotoran ternak dan di manfaatkan peternak untuk tanaman sendiri, sehingga peternak tidak lagi membeli kompos untuk tanamannya. Pada umumnya peternak tidak melakukan penyemprotan desinfektan pada kandangnya yang bertujuan untuk membunuh kuman-kuman pembawa penyakit.

Karakteristik Responden

(32)

12

Panca Usaha Ternak - Bibit

Salah satu faktor keberhasilan beternak adalah keterampilan memilih bibit ternak, sebagai pejantannya digunakan pemacek seyogianya adalah milik desa atau milik pemerintah atau Inseminasi Buatan (Dinas Peternakan, 1983).

- Pakan

Pada sisi nutrisi dan pakan ternak, sifat dasar rumput seperti rumput alam, jerami padi dan palawija yang rendah mutunya. Hijauan ini mempunyai serat kasar dan kadar silica yang tinggi dan bahan kering yang rendah. Akibatnya pertambahan bobot badan menjadi lambat, produksi rendah, dan kadang-kadang terjadi gangguan terhadap anak yang dilahirkan (Sihombing dan Susetyo, 1977).Oleh karena itu pemberian pakan tambahan perlu dilakukan agar kekurangan gizi yang dikonsumsi dapat diatasi, seimbang dan sepadan dengan kebutuhan produksi optimal.

- Kandang

Kerbau dipelihara seadanya, di malam hari sering tidak dikandangkan, bernaung dibawah pohon, dipinggir hutan atau dilapangan terbuka (Zulbardi, 2002a). Kalau mempunyai kandang, kandangnya sangat sederhana tanpa dinding, beratapkan alang-alang, daun kelapa, jerami padi atau rumbia dengan lantai tanah yang kadang-kadang berlumpur namun ada yang menempatkan kerbau di kolong rumah (Zulbardi, 2002a: 2003a).

- Sistem Pemeliharaan

(33)

dianalisis meliputi jumlah ternak, total penerimaan dari usaha ternak, total pengeluaran peternak. Karakteristik responden di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Table 3. Karakteristik responden di lokasi penelitian tahun 2012

Karakteristik peternak sampel Satuan %

Jumlah ternak/ Skala Usaha (ekor) 1-5 Lama pendidikan (tahun)

6-10 Jumlah tanggungan keluarga (orang)

1-5 Tingkat generasi peternak ( generasi)

1-5

(34)

22

kosong sebagai tempat penggembalaan ternak kerbau dan untuk penanam hijaun juga masih banyak yang dapat digunakan.

Umur peternak dapat didominasikan pada umur 46 tahun sampai 50 tahun dengan jumlah 28 orang yaitu 50,90%. Bila dikaji dari karakteristik umur di atas, sebagian besar peternak dalam kategori usia yang produktif (16-60 tahun), sehingga potensi untuk bekerja dan mengelola usaha ternaknya masih besar.

Lama pendidikan peternak kerbau di dominasikan pada 6 tahun sampai 10 tahun dengan jumlah peternak 48 orang dengan jumlah persen 87,27%. Hal ini menunjukkan bahwa lamanya pendidikan responden umumnya tergolong Sekolah Dasar (SD), sehingga lama pendidikan responden digolongkan rendah. Pendidikan non formal di daerah penelitian yang khusus mengenai usaha ternak kerbau tidak bengitu berjalan dengan baik.

Pengalaman beternak di dominasikan pada 6 tahun sampai 10 tahun dengan banyaknya peternak 26 orang jumlah persen yaitu 47,27%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengalaman beternak responden dapat dikatakan cukup, tetapi kurang menguasai dan mengikuti perkembangan teknologi dalam pengelolaan usaha ternak kerbaunya.

Jumlah tanggungan keluarga dapat di dominasikan dari 1 orang sampai 5 orang sebanyak 51 orang dengan persen 92,72%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam jumlah tanggungan keluarga tersebut dapat dikatakan seimbang dengan in come (pendapatan) dari usaha peternak.

(35)

tabel tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat generasi peternak dapat dikatakan cukup baik. Semakin tinggi tingkat generasi peternak (pengalaman) beternak sudah semakin meningkat ilmu untuk mengembangkan usaha ternaknya.

Total Biaya PemasukanPada Usaha Ternak Kerbau

Table 4. Penerimaan peternak di lokasi penelitian tahun 2012 Karakteristik

Total pemasukan Rp/tahun 4.039.800.000

73,7%

Pada usaha ternak kerbau di daerah penelitian diperoleh total pemasukan dari usaha ternak kerbau selama 1 (satu) tahun adalah berkisar antara Rp 4.019.800.000 dengan dengan persen 73,7%/tahun/ peternak.

Total Biaya Pengeluaran Pada Usaha Ternak Kerbau Table 5. Pengeluaran peternak di lokasi penelitian tahun 2012

Karakteristik

Total pengeluaran Rp/Tahun 3.045.450.000 55%

(36)

24

selama 1 tahun dari usaha ternak kerbau adalah berkisar antara Rp. 3.045.450.000/tahun dengan persen 55%/tahun/peternak.

Total Biaya Pendapatan BersihPada Usaha Ternak Kerbau Table 5. Pendapatan bersih peternak di lokasi penelitian tahun 2012 Karakteristik

peternak sampel

Satuan Total % Pemasukan Rp/tahun 4.039.800.000 73,7% Pengeluaran Rp/tahun 3.045.450.000 55% Pendapatan bersih Rp/tahun 97.435.000 17,54%

Untuk pendapatan bersih setiap responden dari usaha ternak kerbau selama 1 tahun berkisar antara Rp 974.350.000 dengan persen 17,54%/tahun/peternak Dari nilai persen pendapatan keluarga dari usaha ternak kerbau ini dapat digambarkan bahwa responden sudah termotivasi untuk mengembangkan usaha ternak kerbaunya. Tetapi mereka belum dapat menganalisis dengan baik bahwa usaha ternak kerbau yang mereka usahakan ini dapat mendatangkan pendapatan yang lebih besar lagi apabila dilakukan dengan baik.

Total Biaya Produksi Pada Usaha Ternak Kerbau

Total produksi pada usaha ternak kerbau meliputi biaya investasi biaya tetap yakni biaya penyusutan ( kandang, perlengkapan dan peralatan kandang) dan biaya variabel meliputi biaya bahan pakan, biaya upah tenaga kerja, obat-obatan dan biaya operasional yang dihitung pertahun.

Biaya Variabel

(37)

dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, misalnya biaya untuk sarana produksi (pakan, obat-obatan, biaya operasional kendaraan dan upah tenaga kerja).

Biaya lain-lain

Biaya ini mencakup biaya obat-obatan dan biaya operasional. Obat-obatan yang digunakan hanya pada saat ternak mengalami sakit dan obat yang digunakan tergolong sederhana, biasanya peternak melakukannya dengan pengobatan tradisional saja, dan vaksinasi dilakukan dengan tujuan agar ternak tidak mudah terserang penyakit.

Pengaruh Variabel Bebas / Independent Terhadap Pendapatan Peternak Untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak kerbau di kecamatan Lintong Nihuta, kabupaten Humbang Hasundutan digunakan analisi regresi linier berganda, dimana yang menjadi variabel bebas ( independent) adalah Skala Usaha (X1) umur peternak (X2), lama pendidikan (X3), pengalaman beternak (X4), jumlah tanggungan keluarga(X5), tingkat generasi peternak (X6), sedangkan yang menjadi variabel terikat/ tidak bebas( endependent) adalah pendapatan (Y).

Adapun hasil pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak kerbau di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan dapat dilihat pada Tabel Analisis varian pendapatan dan hasil penduga parameter berikut.

Tabel 6. Analisis varian pendapatanb dan hasil penduga parameter

Sumber Derajat Bebas F hitung F table Tingkat Signifikan

Regresi 6 8,98 2209,62 0,000a

Residual 48

(38)

27

1. Nilai konstanta/ intersept adalah sebesar3.118.442,867. Artinya apabila variabel bebas yaitu skala usaha ( jumlah ternak), umur peternak, lama pendidikan, pengalaman peternak, jumlah tanggungan keluarga dan tingkat generasi tidak ada maka peternak kerbau tetap memperoleh pendapatan sebesar nilai konstanta yaitu 3.118.442,867

2. R Square 0,996 bernilai artinya bahwa semua variabel bebas skala usaha ternak (jumlah ternak),umur peternak, lama pendidikan, pengalaman peternak, jumlah tanggungan keluarga dan tingkat generasi mempengaruhi variabel terikat sebesar 99,6 % dan selebihnya yaitu sebesar 0,5% dijelaskan oleh variabel lain (µ) yang tidak diteliti dalam penelitian ini. 3. Secara serempak nilai F-hitung ( 8,98) lebih besar dari pada T-tabel (

2,31). Hal ini menunjukkan bahwa secara serempak ke enam variabel tersebut yaitu skala usaha, umur peternak, lama pendidikan, pengalaman peternak, jumlah tanggungan keluarga dan tingkat generasi berpengaruh secara nyata ( ada pengaruh positif) terhadap pendapatan peternak kerbau dengan tarif signifikan 0.000 dan pada taraf kepercayaan 95%.

Secara parsial nilai t-hitung variabel yang mempengaruhi adalah variabel jumlah ternak ( skala usaha)50,782, variabel umur peternak (-2,076),variabel lama pendidikan (2,525), variabel pengalaman peternak (0,160) variabel jumlah tanggungan keluarga(-1,664) dan variabel tingkat generasi peternak (1,043). a. Variabel jumlah ternak kerbau berpengaruh nyata terhadap pendapatan

(39)

Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak ternak yang dipelihara maka akan semakin besar pula pendapatan yang akan diperoleh peternak kerbau. Menurut Soekartawi (1995), bahwa pendapatan usaha ternak kerbau sangat dipengaruhi oleh banyaknya ternak yang dijual oleh peternak itu sendiri sehingga semakin banyak jumlah ternak kerbau maka semakin tinggi pendapatan bersih yang diperoleh.

b. Variabel umur peternak berpengaruh nyata terhadap pendapatan ternak

kerbau, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang di tunjukkan oleh nilai t-hitung (X2) sebesar 0,43 lebih > dari t-tabel (α= 0,05) yakni sebesar 2,021 variabel ini bernilai negatif karena di sebabkan kriteria umur peternak tidak mendorong peternak dalam mengembangkan usaha ternak kerbau di kecamatan Lintong Nihuta. Faktor umur biasanya lebih di identikkan dengan produktifitas kerja jika seseorang masih tergolong usaha produktif ada kecenderungan produktifitasnya juga tinggi Chamdi ( 2003) mengemukakan semakin mudah usia peternak (usia produktif 20-45 tahun) umumnya rasa keingin tahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi teknologi semakin tinggi.

(40)

29

d. Variabel pengalaman peternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak kerbau, jika di ukur dari pada tingkat kepercayaan 95% yang di tunjukkan t-hitung (X4) sebesar 0,873 lebih > dari nilai t-tabel (α=0.05) yakni sebesar 2,021 hal ini menunjukkan bahwa pengalaman beternak 1-24 tahun. Umumnya pengalaman beternak diperoleh dari orang tuanya secara turun-temurun. Dengan pengalaman beternak yang cukup lama memberikan indikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan peternak terhadap manajemen pemeliharaan ternak mempunyai kemampuan yang lebih baik. Namun di lapangan tidak diperoleh pengaruh seperti yang diharapkan. Hal ini dapat disebabkan banyak peternak yang memiliki pengalaman yang memadai namun masih mengelola usaha tersebut dengan kebiasaan-kebiasaan lama yang sama dengan sewaktu mereka mengawali usahanya sampai sekarang. e. Variabel jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap

pendapatan peternak kerbau, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang

ditunjukkan oleht-hitung (X5) sebesar 0,103 lebih < dari t-tabel (α= 0.05)

yakni sebesar 2,021 hal ini menunjukkan bahwa tanggungan anak dalam keluarga peternak tidak dapat memberikan dorongan positif terhadap peningkatan pendapatan peternak

f. Variabel tingkat generasi peternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak kerbau, jika diukur tingkat kepercayaan 95% yang

ditunjukkan oleh t-hitung (X6) sebesar 0,302 lebih < dari t-tabel(α= 0.05)

yakni sebesar 2,021 hal ini menunjukkan tingkat generasi peternak tidak

dapat memberikan dorongan positif terhadap peningkatan pendapatan

(41)

Keterangan : a. Constant : Skala Usaha, Umur peternak, Lama pendidikan, Pengalaman Peternak, Jumlah tanggungan keluarga, Tingkat Generasi.

b. Dependent Variabel : Pendapatan peternak.

Tabel 7. Analisis regresi Linier Berganda pengaruh Jumlah Ternak (sakala usaha), umur peternak, lama pendidikan, pengalaman peternak, jumlah tanggungan keluarga dan tingkat generasi peternak

Variabel Koefisien Regresi

Std. Error t-hitung Signifikan

Konstanta 3.118.442,867 1.034.735,510 3,014 0,004 X1 2.116.951,795 41.686,731 50,782 0,000

Ŷ : Pendapatan peternak kerbau

X1 : Skala usaha (jumlah ternak kerbau) dalam Satuan Ternak (ST) X2 : Umur peternak (tahun)

X3 : Lama pendidikan (tahun) X4 : Pengalaman peternak ( tahun) X5 : Jumlah tanggungan keluarga (orang) X6 : Tingkat generasi peternak (generasi)

Berdasarkan Tabel di atas di peroleh persamaan sebagai berikut:

Ŷ=3.118.442,867+2.116.951,795X1-32.516,300X2+125.813,117X3+5.416,425X4 -89.392,524X5+74.054,901X6+ µ

(42)

30

4. Arti dari nilai persamaan berikut adalah:

Ŷ=3.118.442,867+2.116.951,795X1

-32.516,300X2+125.813,117X3+5.416,425X4 -89.392,524X5+74.054,901X6+ µ

Berdasarkan model persamaan di atas dapat diinterpresikan bahwa: a. Apabila variabel bebas jumlah ternak (X1)mengalami kenaikan sebesar 1 ST,

maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp2.116.951,795.

b. Apabila variabel bebas umur peternak mengalami penurunan sebesar 1 tahun, maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar Rp 32.516,300.

c. Apabil variabel bebas lama pendidikan mengalami kenaikan sebesar 1 tahun,

maka akan terjadi kenaikan pendapatan peternak (Y) sebesar Rp 125.813,117.

d. Apabila variabel bebas pengalaman peternak mengalami peningkatan sebesar 1 tahun, maka akan terjadi peningkatan peternak (Y) sebesar Rp 5.416,425. e. Apabila variabel bebas jumlah tanggungan keluarga mengalami kenaikan

sebesar 1 tahun, maka akan terjadi kenaikan peternak (Y) sebesar Rp 89.392,524

f. Apabila variabel bebas tingkat generasi peternak mengalami kenaikan sebesar 1 generasi, maka akan terjadi kenaikan pendapatan peternak (Y) sebesar Rp 74.054,901

(43)

Rekapitulasi Data

Tabel 6. Rekapitulasi data

Karakteristik sosial peternak Signifikan Keterangan

Skala usaha 0,000 Berpengaruh nyata

Umur peternak 0,043 Berpengaruh nyata Lama pendidikan 0,015 Berpengaruh nyata Pengalaman beternak 0,873 Berpengaruh tidak nyata Jumlah tanggungan keluarga 0,103 Berpengaruh tidak nyata Tingkat generasi peternak 0,302 Berpengaruh tidak nyata

(44)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian analisis profil peternak terhadap pendapatan peternak kerbau di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan dapat disimpulkan yaitu: pendapatan usaha ternak kerbau di Kecamatan Lintong Nihuta dipengaruhi oleh faktor skala usaha, umur peternak, lama pendidikan peternak yang berpengaruh positif dalam meningkatkan pendapatan peternak kerbau. Pengalaman peternak, jumlah tanggungan keluarga dan tingkat generasi peternak memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap pendapatan peternak kerbau di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.

Saran

(45)

Ahmadi, A. H., 2003. Sosiologi Pendidikan. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta. Badan Pusat Statistik, 2009. Kabupaten Humbang Hasundutan, BPS Sumatera

Utara, Medan.

Bahri, S. dan Darminto, 1995. Penyakit-Penyakit Penting Pada Kerbau di Indonesia. Prosiding Lokakarya Nasional Pengembangan Ternak Kerbau di Indonesia. 18-21 Juni. Bogor Jawa Barat.

Boediono, 1998. Ekonomi Mikro Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.1, BFFE Yogyakarta, Yogyakarta.

Bhattarchya., 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis, Gadjah Mada Universitas Press, Yogyakarta.

Chamdi, A.N, 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Babi di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobongan, Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bogor 29-30 September 2003, Bogor: Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian.

Cyrilla, L., dan Ismail, A, 1998. Usaha Peternakan, Diktat Kuliah, Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Daniel, M, 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.

Devandra, C., 1987 In; Hacker, JB. Ternouth. (ed). The Nitrition of Herbivore. Pp 2-6. Academy Press, Sidney.

Dinas Peternakan, 1983. Usaha Peternakan Perencanaan Usaha, Analisis dan Pengelolaan. Direktoral Jendral Peternaka eq Direktoral Bina Usaha Petani Ternak dan Pegolahan Hasil Peternakan, Aceh Tengah.

Diskerwan, 1977. Pedoman Pengendalian Penyakit Hewan Menular. Jilid I. Direktoral, Kesehatan Hewan Direktoral Jenderal Peternakan, Depertemen Pertanian, Jakarta.

Djalal, N. dan H. Usman., 2002. Penggunaan teknik Ekonometri. Edisi I. cetakan I. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

(46)

Hasan, I., 2000. Analisis Produksi Kopi di Desa Mbenti Kecamatan Minyambow Kabupaten Manokwari. http://www. Papuaweb.

org/unipa/dlib-s123/hasan/s1. Pdf.

Kay, R.D dan Edward, W.M., 1994. Farm Management, Third Edition, Mc. Graw-Hill, inc. Singapore.

Merkens, J. 1927. Sumbangan Pengetahuan Tentang kerbau dan Peternakan Kerbau di Indonesia.

Mubyarto, 1991. Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES, Jakarta.

Pryanto, 2000. Potensi Kambing Peranakan Etawah ( PE) dan Upaya Pola Konservesi di Daerah Sumber Bibit. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Bogor.

Pardede, D. I., 1998. Dampak Penyuluhan Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Peternak Sapi Perah di Pangalengan Bandung. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Riyanto, 1978. Pemeliharaan ternak babi secara efisien. IPB, Bogor.

Robinson, D. W, 1977. Pengamatan Pendahuluan Atas Daya Hasil dari Kerbau Kerja di Indonesia. Pusat Penelitian Pengembangan Peternakan

Ciawi,Bogor, Indonesia. No.2.

Saleh, E., Yunilas dan Yanda, H. S. 2004. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. USU_Press. Medan.

Sirait, 1987. Budidaya Ternak Babi, Penerbit Swadaya, Jakarta.

Sihombing, D.T.H dan S. Susetyo, 1977. Strategi Pengembangan Potensi Peternakan di Indonesia. Media Peternakan 5.

Soekartawi, A., Soeharjo, Dillon, J.L.,Hardaker,J.B., 1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Perkembangan Peternak Kecil, UI Press, Jakarta.

Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta.

Soeharjo dan Patong, 1973. Sendi-Sendi Pokok Usahatani. Depertemen Ilmu- Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian, Instuti Pertanian Bogor, Bogor. Sudjana, 2002. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

(47)

Suryana A, 2000. Harapan dan Tantangan Bagi Subsektor Peternakan Dalam Meningkatkan Ketahanan Pengan Nasional. Pros. Seminar Nasional

Peternakan Dan Veteriner, Bogor.

Syafaat, N., A. Agustian., T. Pranadji., M. Ariani., I. Setiadje., Wirawan. 1995. Studi Kajian SDM dalam Menunjang Pembangunan Pertanian Rakyat Terpadu di KTI. Puslit Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Wahyu, 2002. Pemasaran Ternak Babi. IPB, Bogor.

Widjaja, K., 1999. Analisis Pengambilan Keputusan Usaha Produksi Peternakan, Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat, IPB, Bogor.

Wiryono, 1997. Kekalahan Manusia Petani. Rineka Cipta, Yogyakarta.

Wirartha, I. M. 2006. Metedologi Penelitian Sosial Ekonomi. Penerbit Audi. Yogyakarta.

Zulbardi, M. 1987,Limbah Hasil Ternak dan Lingkungan Hidup. IPB, Bogor

Zulbardi, M dan A, Bamualim., 1989, Feed Dry Matter Intake By Cattle and Buffaloes As Measured By The Chromium Sesquioxide Tecnique. DAP Project.

Zulbardi, M.2002. Upaya Peningkatan Produksi Susu Kerbau Bagi Ketersediaan dan Mempertahankan Potensi Dadih. Pros Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veterir. Puslitbang Peternakan. Bogor. Hal: 186-189. Zulbardi, M. 2003a. Gagasan Pengembangan Potensi Ternak Kerbau Melalui

(48)

LAMPIRAN

I.

Karakteristik Sosial Responden

(49)

36 4 50 6 5 4 2

RATAAN 7.23636 49.072727 7.909090909 7.94545455 3.618182 1.98182 IV. Karakteristik Ekonomi Pendapatan Peternak

Nomor total pemasukan total pengeluaran Pendapatan

(50)

20 90.900.000 69.500.000 21.400.000 21 30.300.000 21.500.000 8.800.000 22 20.200.0000 158.000.000 44.000.000 23 121.200.000 94.400.000 26.800.000

24 151.500.000 116.000.000 35.500.000

(51)

III. Karakteristik Ekonomi Pengeluaran Peternak

Nomor

Bibit obat-obatan Kandang Pakan total pengeluaran 1 25.000.000 1.000.000 2.500.000 9.000.000 37.500.000

(52)

41 30.000.000 1.200.000 3.000.000 10.700.000 44.900.000

19.90.000.000 79.600.000 199.000.000 776.850.000 3.045.450.000 Rataan

36.181.818.18 1.447.272.727 3.618.181.818 1.412.4545.5 55.371.818.18 II. Karakteristik Ekonomi Pemasukan Responden

Nomor penjualan ternak Feses total pemasukan

1 50.000.000 500.000 50.500 000

8 110.000.000 1.100.000 111.100.000

9 50.000.000 500.000 50.500.000

10 50.000.000 500.000 50.500.000 11 40.000.000 400.000 40.400.000

12 100.000.000 1.000.000 101.000.000

13 120.000.000 1.200.000 121.200.000

14 80.000.000 800.000 8.080.0000 15 30.000.000 300.000 30.300.000

16 100.000.000 1.000.000 101.000.000

(53)

21 30.000.000 300.000 30.300.000

22 200.000.000 2.000.000 202.000.000

23 120.000.000 1.200.000 121.200.000

24 150.000.000 1.500.000 151.500.000

25 90.000.000 900.000 90.900.000

26 220.000.000 2.200.000 222.200.000

27 70.000.000 700.000 70.700.000

34 120.000.000 1.200.000 121.200.000

35 50.000.000 500.000 50.500.000 36 40.000.000 400.000 40.400.000 37 40.000.000 400.000 40.400.000 38 90.000.000 900.000 90.900.000 39 30.000.000 300.000 30.300.000

40 110.000.000 1.100.000 111.100.000

41 60.000.000 600.000 60.600.000 42 30.000.000 300.000 30.300.000

43 100.000.000 1.000.000 101.000.000

44 30.000.000 300.000 30.300.000

45 100.000.000 1.000.000 101.000.000

46 40.000.000 400.000 40.400.000

47 140.000.000 1.400.000 141.400.000

48 120.000.000 1.200.000 121.200.000

49 100.000.000 1.000.000 101.000.000

50 40.000.000 400.000 40.400.000

51 110.000.000 1.100.000 111.100.000

(54)

IV. Hasil Olahan Data

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted

Value 8404252.0000 48964012.0000 17715454.5455 9027725.49390 55 Residual -1520281.62500 986346.87500 .00000 543201.64735 55 Std.

a. Predictors: (Constant), Tingkat generasi Peternak, Jumlah Tanggungan Keluarga, Tingkat Pendidikan, Pengalaman Peternak, Umur Peternak, Skala Usaha b. Dependent Variable: Pendapatan

ANOVAb

033682.500 6 733498448338947.100 2209.655 .000

a

Residu al

1593367360

2681.422 48 331951533389.196

Total 4416924363 636364.000 54

(55)

ANOVAb

033682.500 6 733498448338947.100 2209.655 .000

a

Residu al

1593367360

2681.422 48 331951533389.196

Total 4416924363 636364.000 54

a. Predictors: (Constant), Tingkat generasi Peternak, Jumlah Tanggungan Keluarga, Tingkat Pendidikan, Pengalaman Peternak, Umur Peternak, Skala Usaha

b. Dependent Variable: Pendapatan

Coefficientsa

ant) 3118442.867 1034735.510 3.014 .004

(56)

Tingkat genera si Petern ak

74054.901 70989.992 .011 1.043 .302

Gambar

Tabel 1.Populasi Ternak Kerbau di Kecamatan Lintong Nihuta Dalam Desa.
Tabel 2. Populasi dan Sebaran Ternak Kabupaten Humbang Hasundutan
Table 3.populasi peternak kerbau di daerah penelitian
Table 3. Karakteristik responden di lokasi penelitian tahun 2012
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil temuan tersebut maka, perlu dilakukan perbaikan untuk siklus berikutnya yakni siswa dibagi kelompok berdasarkan nilai belajar dan keaktifan, agar

Perbezaan penyerapan optik yang ketara bagi setiap nisbah berat Ag:ZnO menunjukkan bahawa sampel Ag-ZnO pada nisbah 7:10 dan 25:10 menyerap lebih banyak cahaya nampak

Saya Tertarik Membeli Produk Jenis Smartphone Samsung karena Memiliki Harga Bervariasi sehingga Saya Dapat Memilih Sesuai dengan.

114 PENGARUH KUALITAS PRODUK, CITRA MEREK DAN PROMOSI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPEDA MOTOR SUZUKI PADA CV.GAJAH MADA CABANG PADANG.. PENGARUH KUALITAS PRODUK,

Jika nilai b2 yang merupakan koefisien korelasi dari Kualitas Produk (X 2 ) sebesar 0.609 yang artinya mempunyai pengaruh positif terhadap variabel dependen (Y)

Mengenal SPLDV dalam berbagai bentuk dan variabel Menentukan penyelesaian SPLDV dengan Grafik, substitusi dan eleminasi Membuat dan menyelesaikan model matematika dari

Buku ini menganut prinsip bahwa rumah sakit adalah organisasi lembaga pelayanan yang memberikan pelayanan jasa kesehatan untuk membuat orang menjadi sehat kembali, atau tetap

DISERTASI PERADILAN PAJAK DALAM SISTEM ..... DISERTASI PERADILAN PAJAK DALAM