• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pendapatan Peternak Kerbau di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pendapatan Peternak Kerbau di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Pemeliharaan Ternak Kerbau oleh Masyarakat

Kerbau merupakan salah satu jenis ternak penting di Indonesia, kegunaannya sangat beragam mulai dari membajak sawah, alat transportasi, sebagai sumber daging dan susu, sampai dengan kulitnya digunakan sebagai

bahan baku industri. Populasi ternak kerbau di Indonesia sekitar 2,5 juta ekor. Namun populasi ternak kerbau di Indonesia mengalami penurunan. Data selama

tahun 1985-2001 menunjukkan bahwa populasinya menurun drastis dari 3,3 juta ekor pada tahun 1985 dan menjadi hanya 2,4 juta ekor di tahun 2001 atau mengalami penurunan populasi sebesar 26%. Namun demikian, populasi ternak

kerbau di Pulau Sumatera agak meningkat dari 1,1 juta ekor menjadi 1,2 juta ekor di tahun yang sama atau mengalami pertumbuhan populasi sebesar 9%. Hal ini

membuktikan bahwa kondisi alam dan sosial budaya masayarakat Pulau Sumatera memberi tempat yang layak untuk pengembangan ternak kerbau.

Beternak kerbau di Indonesia sudah berlangsung sejak sebelum negara

Republik Indonesia ini terbentuk sebagai negara berdaulat. Selanjutnya dalam perkembangan ternak besar sapi dan kerbau sejak era penjajahan Belanda sampai

pada awal Indonesia merdeka maka populasi kerbau masih lebih tinggi daripada ternak sapi. Tapi dengan semakin populernya ternak sapi dimata masyarakat peternak, maka secara perlahan tapi pasti, populasi sapi mulai mendominasi

populasi ternak besar (Jomima, 2012).

Ternak kerbau adalah salah satu komoditas yang berfungsi sebagai sumber

(2)

sebagai tenaga kerja dan kotorannya bisa dijadikan sebagai sumber pupuk, dan

sekaligus memberikan pendapatan bagi petani (Rusdiana dkk., 2011).

Usaha ternak kerbau merupakan komponen penting dalam usahatani penduduk pedesaan karena pemeliharaan ternak kerbau dapat membantu

pendapatan rakyat di pedesaan dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia di sekitarnya (Kusnadi, 2004).

Perkembangan Populasi Ternak Kerbau di Kabupaten Pakpak Bharat

Secara geografis letak Kabupaten Pakpak Bharat terleak pada garis 2°15’00” - 3°32’00” Lintang Utara dan 90°00’ - 98°31’ Bujur Timur dengan luas

135.610 Ha berbatasan dengan Kabupaten Dairi di sebelah Utara, Sebelah Timur

berbatasan dengan Kabupaten Samosir, Dairi dan Humbang Hasundutan, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah, Humbang Hasundutan,

dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Singkil

(BPS Kabupaten Pakpak Bharat, 2013).

Tabel 2. Populasi Ternak Kerbau Menurut Kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2010 – 2014

No. Kecamatan Jumlah Populasi (Ekor)

Lokasi Penelitian 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber :Dinas Pertanian dan Prekebunan Kabupaten Pakpak Bharat

(3)

Kabupaten Pakpak Bharat diperkirakan mempunyai potensi untuk

pengembangan ternak ruminansia khususnya ternak kerbau. Masyarakat suku Pak-Pak sangat lazim dengan pemeliharaan ternak kerbau dibandingkan dengan jenis ternak ruminansia lainnya. Pada umumnya masyarakat Pakpak

menggunakan ternak kerbau sebagai ternak kerja baik untuk mengolah lahan pertanian maupun untuk mengangkut hasil hutan. Selain itu ternak kerbau juga

digunakan dalam kepentingan adat budaya oleh masyarakat setempat (BPS Kabupaten Pakpak Bharat, 2012).

Secara umum usaha ternak kerbau telah lama dikembangkan oleh

masyarakat sebagai salah satu mata pencaharian dalam skala yanga masih relatif sangat kecil. Usaha ternak kerbau dilakukan dengan tujuan untuk produksi daging,

meskipun di beberapa wilayah produk daging kerbau sangat diminati masyarakat namun pada segmen pasar tertentu permintaan produk daging kerbau masih sangat terbatas (Romjali dkk, 2012).

Pemeliharaan ternak kerbau hanya sebagai usaha sampingan karena belum ada input teknologi maupun bibit yang relatif baik. Peran petani sangat penting

dalam mengelola lahan pertanian khususnya usaha tani ternak, bahwa ternak kerbau mempunyai peranan yang cukup baik dalam sistem usaha tani, secara sosial pemilikan ternak kerbau dapat memberikan arti tersendiri bagi petani.

Ternak kerbau sewaktu-waktu dapat dijual dengan mudah, sehingga dapat memberikan biaya hidup petani, keuntungan dari hasil samping ternak kerbau

(4)

Skala Usaha Peternakan Rakyat

Berdasarkan skala usaha dan tingkat pendapatan peternak dapat

diklasifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu: 1) peternakan sebagai usaha sambilan, yaitu petani mengusahakan komoditas pertanian terutama tanaman

pangan, sedangkan ternak hanya sebagai usaha sambilan untuk mencukupi kebutuhan keluarga (subsistem) dengan tingkat pendapatan usaha dari peternakan lebih kecil dari 30%, 2) peternakan sebagai cabang usaha, yaitu peternak

mengusahakan pertanian campuran dengan ternak dan tingkat pendapatan dengan usaha ternak mencapai 30 samapai dengan 70%, 3) peternakan sebagai usaha

pokok, yaitu peternak mengusahakan ternak sebagai usaha pokok dengan tingkat pendapatan antara 70 sampai dengan 100%, 4) peternakan sebagai industri dengan mengusahakan ternak secara khusus (speciallized farming) dan tingkat pendapatan dari usaha peternakan mencapai 100 persen (Anggraini, 2003).

Usaha peternakan rakyat mempunyai ciri-ciri antara lain: skala usaha kecil

dengan cabang usaha, tekhnologi sederhana, produktivitas rendah, mutu produk kurang terjamin, belum sepenuhnya berorientasi pasar dan kurang peka terhadap perubahan-perubahan (Cyrilla dan Ismail, 1998).

Ternak kerbau dipelihara sampai berumur 15-20 tahun, setelah induk kerbau tua dan tidak produktif lagi biasanya dipotong untuk tujuan konsumsi, tidak jarang

setelah beranak lebih dari 10 kali. Namun kerbau jantan banyak dijual pada umur yang masih relatif muda untuk dikonsumsi. Rata-rata pemilikan sebanyak 2-3 ekor induk kerbau per KK, walaupun ada juga petani yang memiliki lebih dari 10

(5)

yang memelihara kerbau orang lain dengan sistem bagi hasil, apabila sudah

beranak anaknya dibagi dua antara pemilik dan pemelihara.

Sejauh ini, usaha ternak seperti sapi potong dan ruminansia lain telah banyak berkembang di Indonesia. Namun masih bersifat peternakan rakyat,

dengan skala usaha yang sangat kecil yaitu berkisar 1 – 3 ekor. Rendahnya skala usaha ini karena para petani-peternak umumnya masih memelihara sebagai usaha

sambilan, dimana tujuan utamanya adalah tabungan, sehingga manejemen pemeliharaannya masih dilakukan secara konvensional (Rianto dan Purbowati, 2009).

Sistem Pemeliharaan

Dilihat dari pola pemeliharaannya peternakan di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga kelompok (Mubyarto, 1989), yaitu:

a. Peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang tradisional.

Ketrampilan sederhana dan menggunakan bibit lokal dalam jumlah dan

mutu yang relative terbatas. Ternak pemakan rumput digembalakan di padang umum, di pinggir jalan dan sawah, di pinggir sungai atau di tegalan sendiri. Kalau siang hari diberi minum dan dimandikan seperlunya sebelumnya

dimasukkan ke dalam kandang. Pemeliharaan dengan cara ini dilakukan setiap hari dan dikerjakan oleh anggota keluarga peternak.Tujuan utama ialah sebagai

hewan kerja dalam membajak sawah/tegalan, hewan penarik gerobak atau pengangkut beban sedang kotorannya dipakai sebagai pupuk.

b. Peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang semi komersil.

(6)

walaupun lamban. Jumlah ternak yang dimiliki 2 – 5 ekor ternak besar dan 5 –

100 ekor ternak kecil terutama ayam.Bahan makanan berupa ikutan panen seperti bekatul, jagung, jerami dan rumput – rumputan yang dikumpulkan oleh tenaga dari keluarga sendiri. Tujuan utama dari memelihara ternak untuk

menambah pendapatan keluarga dan konsumsi sendiri. c. Peternak komersil.

Usaha ini dijalankan oleh golongan ekonomi yang mempunyai kemampuan dalam segi modal, sarana produksi dengan teknologi yang agak modern.Semua tenaga kerja dibayar dan makanan ternak terutama dibeli dari

luar dalam jumlah yang besar. Tujuan utamanya adalah mengejar keuntungan sebanyak–banyaknya. Biaya produksi ditekan serendah mungkin agar dapat

menguasai pasar.

Kondisi pemeliharaan ternak kerbau ditingkat peternak di pedesaan umumnya belum tergeser dari pola tradisional. Kerbau hampir sepanjang hari

dilepas diladang atau dipadang pengembalaan dan baru pada malam hari kerbau di giring ke kandang. Peternak kurang memperhatikan kesehatan kerbau, seperti

pencengahan dan pengobatan penyakit, sehingga jika di temukan kerbau yang terjangkit suatu penyakit, pengobatan hanya dilakukan secara tradisional hal ini mengakibatkan tingginya angka kematian ternak kerbau (Pasaribu, 2010).

Bebrapa karakteristik sosial yang mempengaruhi pendapatan peternak kerbau:

a. Skala usaha

(7)

b. Umur Peternak

Umur merupakan karakteristik penduduk yang penting karena struktur umur mempengaruhi perilaku demografis dan sosial ekonomi daerah (Nurdin, 1981). Menurut Suriantoro (1991), bahwa produktivitas kerja seseorang

mula-mula meningkat sesuai dengan pertambahan usia kemudian menurun kembali menjelang usia tua.

c. Pengalaman Beternak

Pada umumnya pengalaman beternak diperoleh peternak dari orang tuanya secara turun-menurun. Dengan pengalaman beternak yang cukup lama

memberikan indikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan beternak terhadap manejemen pemeliharaan ternak mempunyai kemampuan yang lebih banyak

(Amri, 2009).

Biaya, Penerimaan dan Keuntungan

Biaya Produksi

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu (Mulyadi, 2008).

Dalam arti luas biaya (coast) adalah sejumlah uang yang dinyatakan dari sumber-sumber ekonomi yang dikorbankan untuk mendapatkan sesuatu atau

(8)

Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor-faktor produksi yang yang

digunakan baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung (Soekartawi, 2003).

Biaya tetap (fix cost) adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu, sedangkan biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan (Widjaja, 1999).

Menurut Swastha dan Sukotjo (1997), menyatakan bahwa biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga yang tidak

dapat menutupi biaya akan mengalami kerugian. Sebaliknya, apabila suatu tingkat harga melebihi semua biaya, baik biaya produksi, biaya operasi, maupun biaya

non operasi akan menghasilkan keuntungan. Selanjutnya dikatakan bahwa biaya variabel adalah biaya berubah-ubah disebabkan karena adanya perubahan jumlah hasil. Biaya tetap adalah biaya-biaya yang tidak berubah-ubah (konstan) untuk

setiap tingkatan atau hasil yang diproduksi. Biaya total adalah merupakan seluruh biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan atau dengan kata lain biaya total ini

merupakan jumlah dari biaya variabel dan biaya tetap.

Menurut Soekartawi (2001), bahwa biaya yang diperuntukan bagi pembiayaan faktor produksi yang sifatnya tetap seperti pembelian bibit,

penyusutan dan peralatan usaha produksi maupun pajak atas usaha, sedangkan biaya tidak tetap ialah biaya yang diperuntukan bagi pembiayaan faktor produksi

(9)

Biaya tetap pada usaha peternakan meliputi; biaya penyusutan kandang

dan peralatan serta perlengkapan kandang (sekop, ember, sapu, tempat makan dan minum, tali, dll), biaya bibit dan pajak atas usaha. Biaya tidak tetap meliputi; biaya tenaga kerja, biaya pakan dan vitamin serta obat-obatan, transportasi,

rekening listrik dan air (Waror dkk., 2014).

a. Bibit merupakan faktor utama dalam usaha peternakan. Berat lahir, berat sapih

dan pertambahan bobot badan merupakan yang utama yang harus dilihat dalam pemilihan bibit. Biaya penggunaan bibit merupakan biaya terbesar kedua. b. Biaya pakan merupakan biaya variabel terbesar yaitu sekitar 60% dari total

biaya produksi. Demikian pula dalam penelitian Sumartini dalam Rita Yunus, 2009, bahwa biaya pakan mencapai 58,13% -66,22% dari seluruh biaya

operasional, dan penelitian Sutawi (1999) juga menyimpulkan bahwa biaya produksi terbesar digunakan adalah biaya pakan yaitu 61,75% -82.14%

c. Tenaga kerja merupakan adalah tenaga kerja sebagai pengelola dalam

peternakan. Manusia sebagai pengelola peternakan dibedakan berdasarkan ilmu dan keteramilan yang dimilikinya (Rasyaf, 2002). Tanpa ilmu dan

ketrampilan manusia itu biasanya disebut tenaga kasar yang umumnya bertugas di kandang sebagai pelaksana tugas rutin dan lain-lain (Ahmad, 2010).

Penerimaan

Penerimaan usaha ternak adalah nilai uang yang diterima dari penjualan pokok usata ternak, tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usaha ternak.

(10)

Adapaun penerimaan usaha ternak adalah merupakan hasil perkalian antara

produksi yang diperoleh dengan harga jual (Siregar, 2009).

Dimana : TR = Total Revenue/penerimaan (Rp/Thn)

Q = Jumlah Produksi per tahun

P = harga (Rupiah)

Apabila hasil produksi peternakan dijual ke pasar atau ke pihak lain, maka diperoleh sejumlah uang sebagai produk yang terjual tersebut. Besar atau kecilnya uang diperoleh tergantung dari pada jumlah barang dan nilai barang yang dijual.

Barang yang dijual akan bernilai tinggi bila permintaan melebihi penawaran atau produksi sedikit. Jumlah produk yang dijual dikalikan dengan harga yang

ditawarkan merupakan jumlah uang yang diterima sebagai ganti produk peternakan yang dijualinilah yang dinamakan penerimaan (Rasyaf, 2002).

Penerimaan usaha tani adalah nilai uang yang diterima dari penjualan

pokok usahatani, tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usaha tani. Adapun penerimaan usaha tani adalah merupakan hasil perkalian antara produksi

yang diperoleh dengan harga jual (Soekartawi, dkk, 1995).

Penerimaan merupakan hasil perkalian dari produksi total dengan harga perolehah satuan. Produksi total adalah hasil utama dan sampingan, sedangkan

harga adalah harga pada tingkat usahatani atau harga jual petani (Soeharjo dan Patong, 1973).

Penerimaan usahatani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penerimaan bersih usahatani dan penerimaan kotor usahatani. Penerimaan bersih usahatani adalah merupakan selisih antara total penerimaan usahatani dengan pengeluaran

(11)

total usahatani. Pengeluaran total usahatani adalah nilai semua masukan yang

habis terpakai dalam proses produksi, tidak termasuk tenaga kerja dalam keluarga petani. Penerimaan kotor usahatani adalah nilai total produksi usahatani dalam

jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun tidak dijual

(Soekartawi dkk, 1986).

Soekartawi (1995) menyatakan bahwa penerimaan adalah perkalian antara

produksi yang diperoleh dengan harga jual. Sedangkan pendapatan (keuntungan) adalah selisi anatara penerimaan dengan semua biaya dengan rumus π = TR – TC dimana π adalah pendapatan, TR adalah penerimaan dan TC adalah total biaya.

Selanjutnya dikatakan, bahwa penerimaan diperoleh dari produksi fisik dikali dengan harga produksi. Total pendapatan bersih diperoleh dari total penerimaan

dikurangi denga total biaya dalam suatu proses produksi.

Dalam menaksir pendapatan kotor petani semua komponen produksi yang tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar, sehinga pendapatan kotor

petani dihitung sebagai penjualan ditambah nilai produk yang digunakan untuk konsumsi rumah tangga atau dengan kata lain pendapatan kotor usaha tani (gross farm income) adalah nilai produk total usaha tani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Sedangkan pendapatan bersih usaha tani (net farm income) adalah selisih antara pendapatan kotor usaha tani dengan pengeluaran total usaha tani. Dikatakan pula total pendapatan diperoleh dari total penerimaan dikurangai dengan total biaya dalam suatu proses produksi

(Soekartawi, dkk, 1995).

(12)

itu masih dapat ditingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila

pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sasaran produksi. analisis usaha tersebut meruakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan pengeluaran dalam jangka waktu tertentu (Aritonang, 1993).

Dimana :

Pd = Total Pendapatan yang diperoleh petani peternak (Rp/Thn)

TR = Total Revenue/Penerimaan yang diperoleh petani peternak (Rp/Thn)

TC = Total Cost/Biaya yang dikeluarkan petani peternak (Rp/Thn).

Menurut Suharno dan Nazaruddin (1994), gambaran mengenai usaha ternak yang memiliki prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya. Analisis usaha juga dapat memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan,

penggunaan modal, besar biaya untuk bibit, pakan dan kandang, lamanya modal akan kembali dan tingkat keuntungan yang diperoleh.

Pendapatan Usaha Non Ternak Kerbau

Pendapatan Usaha Tani

Pendapatan usahatani adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan usahatani dan peternakan setiap tahun, dimana salah satu sumber umum atau

kategori pendapatan usahatani diperoleh melalui penjualan tanaman dan hasil ternak seperti daging dan telur (Rasyaf, 2002).

Usaha tani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa

(13)

mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk

memperoleh hasil selanjutnya (Adiwilaga,1992).

Tanaman pertanian yang sering dikelola oleh petani dapat klasifikasikan pada tanaman semusim dan tanaman keras, Tanaman semusim sering disebut

tanaman muda atau tanaman tahunan atau annual crop. Contoh annual crop

adalah padi, jagung, pisang, cabe, kentang, kacangan, dan sebagainya. Tanaman

semusim ini dapat dibagi dua yaitu sekali tanam sekali panen seperti padi, jagung. Sekali tanam beberapa kali panen seperti cabe, tomat arcis, buncis dan sebagainya. Tanaman Keras atau perenial crop adalah tanaman yang berumur panjang dan dapat berbuah atau panen berkali-kali. Contohnya: karet, kelapa sawit, coklat, durian, mangga, asam gelugur, duku dan sebagainya.

Khusus di Kabupaten Pakpak Bharat sektor tanaman pangan atau tanaman semusim merupakan sektor yang dominan dan mendapat perhatian khusus dari pemerintah karena sebagian besar mata pencaharian penduduknya umumnya

adalah bertani. Salah satu komoditi unggulan yang mendapat perhatian khusus adalah komoditi padi sawah (BPS Kabupaten Pakpak Bharat, 2014).

Selain budidaya tanaman pangan, subsektor tanaman perkebunan/tanaman keras merupakan subsektor penyumbang kedua setelah tanaman bahan makanan terhadap nilai tambah sektor pertanian. Salah satu komoditas unggulan dalam

sektor perkebunan di kabupaten Pakpak Bharat adalah gambir. Selain tanaman gambir, di Pakpak Bharat juga terdapat komoditas tanaman perkebunan lainnya

(14)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Tani

a. Luas lahan

Luas lahan yang di tanami padi berpengaruh terhadap keuntungan usahatani. Secara teori semakin luas lahan garapan semakin tinggi keuntungan yang

diterima. Tetapi keuntungan yang diterima petani padi juga dipengaruhi faktor yang lain seperti komoditi yang di tanam, penerapan teknologi, kesuburan

tanah dan lain sebagainya. b. Jumlah bibit

Bibit padi adalah gabah yang di hasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk

disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih itu sendiri akan ditentukan dalam proses perkembangan dan kemasakan benih.

c. Jumlah pupuk

Unsur hara yang terkandung pada setiap bahan untuk melengkapi unsur hara yang ada pada tanah yang diperlukan tanaman, dinamakan pupuk. Tujuan

penggunaan pupuk adalah untuk mencukupi kebutuhan makanan (hara). Pupuk yang biasanya digunakan oleh petani berupa pupuk alam ( pupuk organik) dan

pupuk buatan ( pupuk anorganik) d. Jumlah tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi kedua setelah tanah. Tenaga kerja

yang digunakan di daerah penelitian menggunakan tenaga kerja manusia dan mekanik. Di mana tenaga kerja manusia dapat diperoleh dari dalam keluarga

(15)

e. Pestisida

Gambar

Tabel 2. Populasi Ternak Kerbau Menurut Kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2010 – 2014

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimangan sebagaimana dimaksud huruf a dan b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten

[r]

Umum Direktorat Perencanaan Usaha dan Pengembangan Dana Divisi Perencanaan Usaha dan Manajemen Data Divisi Pengembangan Dana Kelolaan Direktorat Dana Kegiatan Pendidikan

Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam. Jabatan Fungsional Widyaiswara sesuai dengan

Sementara secara tradisional terdapat beberapa jenis alat tangkap yang digunakan menangkap tuna antara lain huhate ( pole and line ), pancing ulur ( hand line ) dan pancing tonda

Dalam pajak juga ada pengecualian, hal ini berdasarkan pada sila kelima Pancasila yang menyatakan “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”, sehingga pengenaan

114 PENGARUH KUALITAS PRODUK, CITRA MEREK DAN PROMOSI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPEDA MOTOR SUZUKI PADA CV.GAJAH MADA CABANG PADANG.. PENGARUH KUALITAS PRODUK,

Struktur Perekonomian Banten sebagian besar kontribusi dari sektor  sekunder  (sektor  industri  pengolahan,  sektor