v | Lembaga Pengelola Dana Pendidikan – Melayani untuk Indonesia Jaya
c. Sumber Daya Keuangan ………..
d. Sarana dan Prasarana ………..
e. Riset dan Data Pendukung yang Belum Tersedia ………
2. Kondisi Eksternal ………..
a. Kondisi Pendidikan di Indonesia ………..……
b. Kondisi Ekonomi Makro ……….
B. ASUMSI RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN TAHUN 2012…………
1. Asumsi Ekonomi Makro ………..
2. Asumsi Mikro ……….
a. Pengembangan Pelayanan Baru ……….
b. Asumsi Volume Pelayanan ………...
c. Asumsi Tarif ……….
d. Dana Kelolaan yang Bersumber dari APBN ………..
e. Kebijakan Akuntansi Sesuai dengan Standar Akuntansi yang
Berlaku ……….
C. PENCAPAIAN KINERJA DAN TARGET KINERJA ………..
1. Tujuan, Sasaran Strategis, Proses Bisnis dan Peta Strategi ………
a. Tujuan ………..
b. Sasaran Strategis ………...
c. Peta Strategi ………
2. Indikator Kinerja Utama ………
3. Target Capaian Kinerja Tahun 2012 ……….
a. Pendapatan Per Unit Kerja ………...
b. Belanja Per Unit Kerja ………
c. Pengelolaan Dana Khusus ………
d. Ikhtisar Target Pendapatan TA 2012 ………..
e. Ikhtisar Belanja/Pembiayaan TA 2012 ………
f. Pendapatan dan Belanja Agregat ………
g. Biaya Layanan Per Unit Kerja ………..
h. Prakiraan Maju Pendapatan dan Belanja ……….…….
vi | Lembaga Pengelola Dana Pendidikan – Melayani untuk Indonesia Jaya
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Anggaran LPDP tahun 2012 untuk Setiap Output
Tabel II.2 Peringkat Daya Saing Indonesia
Tabel II.3 Perkembangan Score dan Ranking 12 Pilar Indikator GCI Indonesia
Tahun 2009-2010 dan 2010-2011
Tabel II.4 Perkembangan Ranking Indikator Pendidikan Indonesai menurut GCI
Tahun 2009-2010 dan 2010-2011
Tabel II.5 Perbandingan Mahasiswa S3 Beberapa Negara
Tabel II.6 Data Publikasi Indonesia per Tahun 1996-2012
Tabel II.7 Suku Bunga Rata-rata Perbankan Nasional
Tabel II.8 Rincian Alokasi Dana Layanan Beasiswa Tahun 2013
Tabel II.9 Proyeksi Dana Pokok DPPN sampai dengan Tahun 2012
Tabel II.10 Tujuan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan
Tabel II.11 Kebutuhan Barang Inventaris
Tabel II.12 Strategi Pembentukan Budaya Organisasi
Tabel II.13 SDM LPDP 2012
Tabel II.14 Indikator Kinerja Utama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Tahun
2012
Tabel II.15 Revenue dan Cost Center LPDP
Tabel II.16 Rincian Pendapatan Per Unit Kerja Tahun 2012
Tabel II.17 Alokasi Belanja Untuk Setiap Unit Dan Output
Tabel II.18 Perkembangan Pengelolaan Dana Pengembangan Pendidikan
Nasional Tahun 2011
Tabel II.19 Kebutuhan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional TA 2012
Tabel II.20 Ikhtisar Target PNBP Menurut Program Dan Kegiatan TA 2012
Table II.21 Pendapatan dan Belanja LPDP TA 2012
Tabel II.22 Ihktisar Pendapatan dan Belanja Agregat LPDP TA 2012
vii | Lembaga Pengelola Dana Pendidikan – Melayani untuk Indonesia Jaya
Tabel II.24 Sasaran Inflasi Indonesia Tahun 2012-2015
Tabel III.1 Prakiraan Maju PNBP
Tabel III.2 Prakiraan Maju Belanja Operasional
viii | Lembaga Pengelola Dana Pendidikan – Melayani untuk Indonesia Jaya
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1 Struktur Organisasi LPDP
Gambar II.1 Kerusakan Fasilitas Pendidikan di Berbagai Propinsi
Gambar II.2 Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Indonesia
Gambar II.3 Perkembangan Inflasi per Triwulan I 2012
Gambar II.4 Nilai Tukar Rupiah vs USD
Gambar II.5 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah per Triwulan I 2012
Gambar II.6 Program Beasiswa LPDP
Gambar II.7 Prosedur Penyaluran Beasiswa S2 dan S3
Gambar II.8 Pergerakan Rata-rata Suku Bunga Seposito Berjangka 2011-2012
ix | Lembaga Pengelola Dana Pendidikan – Melayani untuk Indonesia Jaya
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I-RBA/LPDP/2012 Asumsi Biaya Satuan Beasiswa
Lampiran II-RBA/LPDP/2012 Asumsi Rehabilitasi Fasilitas Pendidikan
Lampiran III-RBA/LPDP/2012 Rincian Belanja Per Unit Kerja
Lampiran IV-RBA/LPDP/2012 Ikhtisar Belanja/Pembiayaan Per Program dan Kegiatan
Lampiran V-RBA/LPDP/2012 Pendapatan dan Belanja Agregrat
Lampiran VI-RBA/LPDP/2012 Biaya Layanan Per Unit Kerja
| Melayani untuk Indonesia Jaya
1
RINGKASAN EKSEKUTIF
Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa. Berkenaan dengan hal tersebut, kondisi pembangunan di bidang
pendidikan telah terlihat adanya perbaikan yang signifikan. Namun, bukan berarti
permasalahan pendidikan telah selesai sepenuhnya. Kualitas dan akses pendidikan
masih menjadi persoalan. Faktor geografis Indonesia yang berada di wilayah rawan
bencana alam juga menjadi tantangan tersendiri.
Memperhatikan hal tersebut, pemerintah berupaya meningkatkan kualitas dan
akses pendidikan bagi warga negara. Pemerintah juga berusaha menjamin
keberlangsungan program pendidikan dari generasi ke generasi (intergenerational
equity). Salah satu langkah untuk mewujudkan hal tersebut, telah dialokasikan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional (DPPN) sebesar Rp3,617 triliun pada APBN
tahun 2010 dan 2011 dan sebesar Rp7 triliun pada APBN dan APBN-P tahun 2012.
DPPN tersebut dialokasikan untuk pembentukan Endowment Fund yang
bertujuan untuk menjamin keberlangsungan program pendidikan bagi generasi
berikutnya sebagai bentuk pertanggungjawaban antar generasi dan dilakukan oleh
Badan Layanan Umum (BLU), dan Dana Cadangan Pendidikan untuk mengantisipasi
keperluan rehabilitasi fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana alam.
Menindaklanjuti hal tersebut, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
252/PMK.01/2011 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pengelola Dana
Pendidikan dibentuk Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Selanjutnya,
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 18/KMK.05/2012 tentang
Penetapan LPDP pada Kementerian Keuangan sebagai Instansi Pemerintah yang
Menerapkan Pengelolaan Keuangan BLU, LPDP ditetapkan sebagai BLU penuh.
Pada tahun 2012, realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) LPDP
adalah sebesar Rp428.349.818.048. Dana yang disalurkan direncanakan sebesar
Rp239.428.740.000 atau 56% dari total PNBP. Dari jumlah penyaluran tersebut
sebesar Rp148.054.350.000 atau 62% dialokasikan untuk beasiswa, dan sebesar
Rp24.360.000.000 atau 10% dialokasikan untuk kegiatan penelitian mahasiswa.
Alokasi untuk rehabilitasi fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana alam sebesar
| Melayani untuk Indonesia Jaya
2
BAB I
PENDAHULUAN
A.
UMUM
Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana tertuang
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun
1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan terkait dengan tujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa telah mengalami perkembangan yang berarti. Hal ini
antara lain terlihat dari tingkat buta huruf yang semakin kecil, angka partisipasi sekolah
yang semakin meningkat, dan infrastruktur pendidikan yang semakin baik.
Namun bukan berarti tujuan UUD tersebut telah tercapai sepenuhnya.
Beberapa studi dan indikator menunjukkan bahwa kondisi pendidikan masih harus
ditingkatkan. Global Competitiveness Report Study 2011-2012 yang diterbitkan oleh
World Economic Forum menunjukkan peringkat pendidikan dasar dan pendidikan tinggi Indonesia masih berada di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Hal
tersebut membawa dampak pada rendahnya peringkat daya saing Indonesia
dibandingkan dengan negara-negara tersebut. Pemerataan akses pendidikan bagi
semua warga negara, terkait dengan kondisi geografis, gender, kemampuan ekonomi
dan budaya juga masih menjadi persoalan. Permasalahan geografis Indonesia yang
berada di wilayah rawan bencana alam juga menjadi permasalahan sendiri.
Dilatarbelakangi oleh kondisi tersebut, pada tahun 2010, Pemerintah dan
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) melakukan langkah strategis dengan mengusulkan
dan menetapkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2010 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) Tahun Anggaran 2010
dialokasikan dana sebesar Rp1 triliun sebagai Dana Pengembangan Pendidikan
Nasional (DPPN). Tahun berikutnya, dalam APBN Tahun 2011 sebesar Rp2,617 trilun
dan tahun 2012 dialokasikan sebesar Rp 1 triliun melalui APBN serta Rp6 triliun
melalui APBN-P.
Dana Pengembangan Pendidikan Nasional (DPPN) adalah alokasi anggaran
dalam APBN yang diperuntukkan bagi pembentukan Endowment Fund untuk
menjamin keberlangsungan program pendidikan bagi generasi berikutnya sebagai
bentuk pertanggungjawaban antar generasi, dan Dana Cadangan Pendidikan untuk
| Melayani untuk Indonesia Jaya
3
alam. Amanat undang-undang menyatakan bahwa pengelolaan DPPN dilakukan oleh
Badan Layanan Umum (BLU) di bidang pendidikan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.01/2011 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pengelola Dana Pendidikan, pemerintah
membentuk Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Selanjutnya, berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 18/KMK.05/2012 tentang Penetapan Lembaga
Pengelola Dana Pendidikan pada Kementerian Keuangan sebagai Instansi Pemerintah
yang Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, LPDP ditetapkan
sebagai BLU penuh. Dengan penetapan tersebut, LPDP diberikan fleksibilitas dalam
pengelolaan keuangan sesuai dengan PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum.
Sesuai dengan PMK tersebut di atas, LPDP mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional baik Dana Abadi Pendidikan
(Endowment Fund) maupun Dana Cadangan Pendidikan. Pengelolaan tersebut meliputi pengembangan dana dan penyaluran dana baik untuk kegiatan pendidikan,
berupa beasiswa dan penelitian, maupun untuk rehabilitasi fasilitas pendidikan yang
rusak akibat bencana.
B. VISI, MISI, DAN KEGIATAN USAHA
1.
Visi
Menjadi lembaga pengelola dana yang terbaik di tingkat regional untuk
menciptakan pemimpin masa depan serta mendorong inovasi bagi Indonesia
yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan.
2.
Misi
a) Mempersiapkan pemimpin dan profesional masa depan Indonesia melalui
pembiayaan pendidikan;
b) Mendorong riset strategis dan/atau inovatif yang implementatif dan
menciptakan nilai tambah melalui pendanaan riset;
c) Menjamin keberlangsungan pendanaan pendidikan bagi generasi berikutnya
melalui pengelolaan Dana Abadi Pendidikan yang optimal;
d) Sebagai last resort, mendukung rehabilitasi fasilitas pendidikan yang rusak
| Melayani untuk Indonesia Jaya
4
3.
Kegiatan Usaha
a. Pengembangan dana (investasi) yaitu pengelolaan DPPN dalam bentuk
penempatan pada berbagai instrumen yang menghasilkan nilai tambah
mendapatkan nilai tambah yang diharapkan (expected return).
b. Penyaluran dana yaitu penggunaan hasil pengembangan DPPN (investasi)
untuk kegiatan pendidikan berupa:
1. Beasiswa;
Beasiswa diperuntukkan kepada warga negara Indonesia yang
berkeinginan melanjutkan pendidikannya ke jenjang magister dan
doktoral (S2/S3) di dalam maupun di luar negeri (termasuk penyelesaian
tesis dan desertasi) serta berprestasi akademis di jenjang pendidikan
sebelumnya. Disamping itu, beasiswa diperuntukan bagi yang memiliki
jiwa kepempimpinan dan komitmen untuk berkontribusi kepada bangsa
dan Negara.
2. Bantuan dana penelitian dan penghargaan hasil karya penelitian;
Bantuan dana penelitian diperuntukan kepada kelompok periset yang
berminat dan memiliki kompetensi untuk melakukan riset inovatif-produktif
dengan fokus pangan, energi, tata kelola, pembangunan ekonomi
berwawasan lingkungan (eco-green), dan bidang lainnya (mandatory).
Sementara itu, penghargaan hasil karya penelitian diperuntukan kepada
periset yang memiliki hasil karya penelitian yang telah diaplikasikan serta
terbukti memberi nilai tambah.
3. Pembentukan Dana Cadangan Pendidikan untuk rehabilitasi fasilitas
pendidikan yang rusak akibat bencana.
c. Dana Cadangan Pendidikan dibentuk sebagai last resort dalam rangka
mendukung rehabilitasi fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana alam
melalui pengelolaan Dana Cadangan Pendidikan.
C. NILAI DAN BUDAYA
1.
Nilai-nilai
Sebagai satuan kerja yang berada di lingkungan Kementerian Keuangan, maka
LPDP berpegang pada nilai-nilai Kementerian Keuangan yang diharapkan
dapat dijadikan pedoman dan motivasi dalam melaksanakan tugas dan
| Melayani untuk Indonesia Jaya
5
a.
IntegritasBerpikir, berkata, berperilaku dan bertindak dengan baik dan benar serta
memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral.
b.
ProfesionalismeBekerja tuntas dan akurat atas dasar kompetensi terbaik dengan penuh
tanggung jawab dan komitmen tinggi.
c.
SinergiMembangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang produktif
serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku.
d.
PelayananMemberikan layanan yang memenuhi kepuasan pemangku kepentingan yang
dilakukan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat dan aman.
e.
KesempurnaanSenantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan
memberikan yang terbaik.
2.
Budaya Organisasi
LPDP berada di lingkungan birokrasi sehingga rentan menjadi organisasi yang
memiliki budaya birokrasi yang kuat. Organisasi dengan budaya birokrasi yang
kuat dicirikan oleh struktur, hierarki, berbagai macam aturan yang kaku, tidak
berani mengambil risiko, tidak efektifnya kerjasama antar anggota serta
kurangnya kompetensi dan motivasi (Want dalam The Jakarta Consulting
Group, 2008).
Budaya birokrasi tidak sesuai dengan karakteristik LPDP sebagai BLU. Oleh
karena itu, diperlukan pembentukan budaya organisasi yang sesuai dengan
karakteristik LPDP antara lain budaya fleksibilitas, kerjasama, berorientasi pada
| Melayani untuk Indonesia Jaya
6
D.
STRUKTUR ORGANISASI
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.01/2011 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pengelola Dana Pendidikan, Lembaga Pengelola
Dana Pendidikan menyelenggarakan fungsi:
1. Penyusunan rencana strategis bisnis, Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA)
tahunan serta rencana kerja dan anggaran satuan kerja;
2. Pengelolaan dan pengembangan dana Endowment Fund dan Dana Cadangan
Pendidikan;
3. Penyaluran Dana Pengembangan Pendidikan Nasional serta monitoring dan
evaluasi atas penyaluran;
4. Penyusunan dan pelaksanaan anggaran, akuntansi dan penyelesaian transaksi
(setelmen), serta pelaporan;
5. Pengendalian intern dan penerapan manajemen risiko dengan prinsip
kehati-hatian terhadap pelaksanaan tugas Lembaga Pengelola Dana Pendidikan; dan
6. Pengelolaan sumber daya manusia, urusan umum dan kerumahtanggaan
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan.
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan terdiri atas:
1. Direktorat Keuangan dan Umum;
2. Direktorat Perencanaan Usaha dan Pengembangan Dana;
3. Direktorat Dana Kegiatan Pendidikan;
4. Direktorat Dana Rehabilitasi Fasilitas Pendidikan;
5. Satuan Pemeriksaan Intern; dan
6. Kelompok Jabatan Fungsional.
Untuk menciptakan tata kelola yang baik dalam pengelolaan DPPN, di luar
struktur tersebut, LPDP dilengkapi dengan Dewan Penyantun dan Dewan Pengawas.
Dewan Penyantun terdiri dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri
Keuangan, dan Menteri Agama. Adapun struktur organisasi LPDP dapat digambarkan
| Melayani untuk Indonesia Jaya
7
Gambar I.1Struktur Organisasi LPDP
1.
Direktorat Keuangan dan Umum
Direktorat Keuangan dan Umum mempunyai tugas melaksanakan koordinasi
penyusunan renstra, Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) tahunan, rencana
kerja dan anggaran satuan kerja, pengelolaan anggaran, akuntansi dan
pelaporan, penyelesaian transaksi (setelmen), pengelolaan sumber daya
manusia, serta urusan umum Lembaga Pengelola Dana Pendidikan.
Direktorat Keuangan dan Umum menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) tahunan, rencana kerja
dan anggaran satuan kerja;
b. Pengelolaan anggaran dan keuangan;
c. Penyusunan sistem dan manual akuntansi, laporan keuangan dan kinerja,
serta akuntansi atas setiap transaksi;
d. Pelaksanaan setelmen;
e. Perencanaan, pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia; dan
f. Pelaksanaan urusan kerumahtanggaan.
Direktorat Keuangan dan Umum terdiri dari dua divisi, yaitu:
| Melayani untuk Indonesia Jaya
8
a. Divisi Anggaran dan Akuntansi mempunyai tugas melakukan koordinasi
penyiapan bahan penyusunan rencana strategis, Rencana Bisnis dan
Anggaran (RBA) tahunan, rencana kerja dan anggaran satuan kerja,
pengelolaan anggaran operasional dan pelaksanaan setelmen, penyusunan
sistem dan manual akuntansi, serta penyusunan laporan keuangan dan
kinerja organisasi.
b. Divisi Sumber Daya Manusia dan Umum mempunyai tugas melakukan
perencanaan kebutuhan pengadaan, penempatan dan pengembangan
sumber daya manusia, serta pelaksanaan urusan umum dan
kerumahtanggaan.
2.
Direktorat Perencanaan Usaha dan Pengembangan Dana
Direktorat Perencanaan Usaha dan Pengembangan Dana mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan kebijakan teknis perencanaan usaha berupa rencana
strategis bisnis, penyusunan rencana bisnis tahunan, pengembangan dana
kelolaan dan pendapatan, pengelolaan kerjasama pendanaan, penyusunan
rencana penyaluran dana, riset serta manajemen data.
Direktorat Perencanaan Usaha dan Pengembangan Dana menyelenggarakan
fungsi:
a. Penyiapan penyusunan kebijakan teknis perencanaan usaha berupa rencana
strategis bisnis dan rencana bisnis tahunan;
b. Penyiapan pengembangan dana kelolaan dan hasil pendapatan;
c. Pengelolaan kerja sama pendanaan;
d. Penyiapan penyusunan rencana penyaluran dana; dan
e. Riset dan manajemen data.
Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Dana terdiri atas:
a. Divisi Perencanaan Usaha dan Manajemen Data mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis perencanaan
usaha berupa rencana strategis bisnis dan rencana bisnis tahunan,
koordinasi penyusunan rencana penyaluran dana, riset, pengelolaan data
dan informasi, serta pelaporan usaha.
b. Divisi Pengembangan Dana Kelolaan mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis pengembangan dana
| Melayani untuk Indonesia Jaya
9
3.
Direktorat Dana Kegiatan Pendidikan
Direktorat Dana Kegiatan Pendidikan mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan rencana penyaluran dana kegiatan pendidikan, verifikasi dan
penilaian atas proposal kegiatan pendidikan, penyaluran dana untuk kegiatan
pendidikan, monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan penyaluran dana kegiatan
pendidikan.
Direktorat Dana Kegiatan Pendidikan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan bahan dan koordinasi untuk penyusunan rencana penyaluran
dana kegiatan pendidikan;
b. Pelaksanaan verifikasi dan penilaian atas proposal kegiatan pendidikan dan
penyaluran dana untuk kegiatan pendidikan; dan
c. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi atas penyaluran dana kegiatan
pendidikan.
Direktorat Dana Kegiatan Pendidikan terdiri atas:
a. Divisi Penyaluran Dana Kegiatan Pendidikan mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan dan koordinasi penyusunan rencana penyaluran dana
kegiatan pendidikan, verifikasi dan penilaian atas proposal kegiatan
pendidikan dan menyalurkan dana untuk kegiatan pendidikan.
b. Divisi Evaluasi Penyaluran Dana Kegiatan Pendidikan mempunyai tugas
melakukan monitoring dan evaluasi atas penyaluran dana beasiswa.
4.
Direktorat Dana Rehabilitasi Fasilitas Pendidikan
Direktorat Dana Rehabilitasi Fasilitas Pendidikan mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan rencana penyaluran dana rehabilitasi fasilitas
pendidikan akibat bencana alam, verifikasi dan penilaian atas proposal,
penyaluran dana, monitoring dan evaluasi atas pelaksananaan penyaluran
rehabilitasi fasilitas pendidikan akibat bencana alam.
Direktorat Dana Rehabilitasi Fasilitas Pendidikan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan bahan dan koordinasi untuk penyusunan rencana penyaluran
dana untuk rehabilitasi fasilitas pendidikan akibat bencana alam;
b. Pelaksanaan verifikasi dan penilaian atas proposal, serta penyaluran dana
untuk rehabilitasi fasilitas pendidikan akibat bencana alam; dan
c. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi atas penyaluran dana rehabilitasi
| Melayani untuk Indonesia Jaya
10
Direktorat Dana Rehabilitasi Fasilitas Pendidikan terdiri atas:
a. Divisi Penyaluran Dana Rehabilitasi Fasilitas Pendidikan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan bahan dan koordinasi penyusunan rencana
penyaluran dana rehabilitasi fasilitas pendidikan, verifikasi dan penilaian atas
proposal rehabilitasi fasilitas pendidikan, menyalurkan dana untuk rehabilitasi
fasilitas pendidikan.
b. Divisi Evaluasi Penyaluran Dana Rehabilitasi Fasilitas Pendidikan
mempunyai tugas melaksanakan monitoring dan evaluasi atas penyaluran
dana rehabilitasi fasilitas pendidikan akibat bencana alam.
5.
Satuan Pemeriksaan Internal
Satuan Pemeriksaan Intern mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan intern
atas pelaksanaan tugas Lembaga Pengelola Dana Pendidikan. Fungsi Satuan
Pemeriksaan Intern adalah:
a. Penyusunan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan audit charter dan audit
program;
b. pelaksanaan audit berbasis risiko khususnya pada aktivitas usaha Lembaga
Pengelola Dana Pendidikan; dan
c. Melakukan reviu terhadap laporan keuangan untuk meyakinkan bahwa isi,
penyajian, dan pengungkapannya sesuai dengan standar akuntansi
pemerintah dan standar akuntansi keuangan yang berlaku.
6.
Kelompok Jabatan Fungsional
Pejabat Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan
jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan.
7.
Dewan Pengawas
Dalam PP. No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum, pasal 34 diatur bahwa untuk melaksanakan pengawasan BLU dapat
membentuk Dewan Pengawas. Dalam Tata Kelola LPDP diatur, Dewan
Pengawas bertugas melakukan pengawasan terhadap:
a. Pengelolaan endowment fund dan dana cadangan pendidikan yang dilakukan
oleh Direksi;
b. Pelaksanaan Rencana Strategi Bisnis (Renstra) yang dilakukan oleh Direksi;
c. Pelaksanaan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) oleh Direksi; dan
| Melayani untuk Indonesia Jaya
11
8.
Dewan Penyantun
Dalam PMK nomor 252/PMK.01/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja LPDP
pasal 32 disebutkan bahwa Dewan Penyantun mengatur ketentuan pelaksanaan
lebih lanjut PMK tersebut. Dewan Penyantun memiliki fungsi:
a. Mengarahkan strategi kebijakan umum pengelolaan DPPN oleh LPDP;
b. Menetapkan perencanaan jangka panjang serta tujuan LPDP;
c. Menetapkan kebijakan umum pengembangan dan penyaluran DPPN; dan
d. Menetapkan proporsi alokasi DPPN untuk endowment fund dan dana
| Melayani untuk Indonesia Jaya
12
BAB II
RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN
TAHUN 2012
A. GAMBARAN KONDISI LPDP
1.
Kondisi Internal
a.
Organisasi
LPDP berdiri berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
252/PMK.01/2011 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pengelola
Dana Pendidikan. Dalam peraturan tersebut dinyatakan Lembaga Pengelola
Dana Pendidikan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan Dana
Pengembangan Pendidikan Nasional baik dana abadi pendidikan
(Endowment Fund) maupun Dana Cadangan Pendidikan sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 18/KMK.05/2012 tentang
Penetapan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan pada Kementerian
Keuangan sebagai Instansi Pemerintah yang Menerapkan Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum, LPDP ditetapkan sebagai BLU penuh.
Dengan penetapan tersebut, LPDP diberikan fleksibilitas dalam pengelolaan
keuangan sesuai dengan PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum.
Memperhatikan peraturan tersebut, diperlukan beberapa kelengkapan
organisasi, yaitu Dewan Penyantun dan Dewan Pengawas. Dewan
Penyantun terdiri dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri
Keuangan, dan Menteri Agama. Sedangkan Dewan Pengawas terdiri dari
Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sekretaris
Jenderal Kementerian Keuangan, dan unsur independen.
Disamping itu, untuk menciptakan tata kelola yang baik, harus disusun pula
Kebijakan Umum mengenai Pengelolaan DPPN, yang meliputi kebijakan
pengelolaan dana, kebiajakan penyaluran dan kebijakan pendukung.
Kebijakan tersebut diperlukan mengingat LPDP merupakan satuan kerja
| Melayani untuk Indonesia Jaya
13
dikelola LPDP merupakan dana dari APBN yang harus
dipertanggungjawabkan, sementara risiko yang kemungkinan terjadi tidak
bisa dihilangkan seluruhnya.
Selain itu, untuk memastikan proses penyelesaian tugas dan fungsi
penempatan dan penyaluran dana beserta tugas dan fungsi pendukung di
back office telah melalui tata urutan dan dilakukan oleh unit yang memiliki tanggung jawab dan kewenangan melaksanakan tugas dan fungsi tersebut,
diperlukan Standard Operation Procedure (SOP). Untuk tugas dan fungsi
yang penyelesaiannya memerlukan metode kerja/formula/rumus yang
terstandar dan baku dapat pula disusun manual/petunjuk teknis penyelesaian
pekerjaan.
b.
Sumber Daya Manusia
Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.01/2011 diatur bahwa
pegawai Lembaga Pengelola Dana Pendidikan berasal dari Pegawai Negeri
Sipil pembinaannya dilakukan oleh Menteri Keuangan melalui Sekretaris
Jenderal sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Agar pelaksanaan
tugas setiap direktorat dilaksanakan oleh SDM yang memiliki kompetensi
yang sesuai dengan kebutuhan organisasi, Direktur Keuangan dan Umum
(Direktur KU) dan Direktur Perencanaan Usaha dan Pengembangan Dana
(Direktur PUPD) berasal dari Kementerian Keuangan. Sedangkan Direktur
Dana Kegiatan Pendidikan (Direktur DKP) dan Direktur Dana Rehabilitasi
Fasilitas Pendidikan (Direktur DRFP) berasal dari Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Pada tahun 2012, telah bertugas secara penuh pada LPDP 6 orang, yaitu
Direktur Utama, Direktur Keuangan dan Umum, Direktur Perencanaan Usaha
dan Pengembangan Dana. Status kepegawaian ketiga direksi tersebut masih
merangkap pada unit kerja yang lama. Direksi tersebut dibantu tiga orang staf
yang status kepegawaiannya berada masih berada pada Biro SDM. Di
samping itu, pada waktu diperlukan, telah bertugas pula dua orang dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah diusulkan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Pada tahun 2012 telah ada sebanyak 23 orang yang berasal dari PNS,
ditambah dengan beberapa orang dari pasar tenaga kerja untuk mengisi
| Melayani untuk Indonesia Jaya
14
investasi. Di samping itu juga diperlukan tenaga klerikal seperti caraka,
tenaga kebersihan, sekretaris, sopir, dan tenaga keamanan.
c.
Sumber Daya Keuangan
Pada tahun 2010, Dana Pengembangan Pendidikan Nasional (DPPN) yang
dialokasikan dalam APBN adalah sebesar Rp1.000.000.000.000. Pada tahun
2011, DPPN yang dialokasikan dalam APBN adalah sebesar
Rp2.617.700.000.000. Pada tahun 2012, melalui APBN
Tambahan/Perubahan TA 2012, dialokasikan kembali sebesar
Rp7.000.000.000.000. Dana Pengembangan Pendidikan Nasional tersebut
adalah anggaran pendidikan yang dialokasikan untuk pembentukan
Endowment Fund dan Dana Cadangan Pendidikan yang bertujuan untuk : 1) Endowment Fund untuk menjamin keberlangsungan program pendidikan
bagi generasi berikutnya sebagai bentuk pertanggungjawaban
antargenerasi.
2) Dana cadangan pendidikan untuk mengantisipasi keperluan rehabilitasi
fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana alam.
Dalam rangka melaksanakan amanah UU tersebut di atas, pada tahun 2012
ini penggunaan pendapatan direncanakan adalah sebagai berikut:
1) Belanja atas Pengelolaan Endowment Fund yaitu penyaluran dana untuk
kegiatan pendidikan dan rehabilitasi fasilitas pendidikan sebesar
Rp239.428.740.000; dan
2) Belanja Operasional LPDP yaitu untuk melaksanakan tugas dan fungsi
sebesar Rp11.858.264.000, dengan perincian sebagai berikut :
Tabel II.1
Anggaran LPDP tahun 2012 untuk Setiap Output
No. Output Jumlah (Rp)
1. Layanan dukungan manajemen 3.343.333.000 2. Dokumen analisis dan evaluasi 749.200.000 3. Laporan hasil verifikasi 241.388.124.000 4. Layanan perkantoran 1.982.291.000 5. Kendaraan Bermotor *) 1.348.000.000 6. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 583.000.000 7.. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 289.056.000
8. Gedung/Bangunan 1.604.000.000
TOTAL 251.287.004.000
*) Revisi output Kendaraan Bermotor untuk mengakomodir pendapatan hibah
| Melayani untuk Indonesia Jaya
15
d.
Sarana dan Prasarana
Pada tahun 2012 ini, sarana dan prasarana fisik yang dimiliki oleh LPDP
belum memadai bagi pelaksanaan tugasnya baik dalam bentuk gedung
kantor dan peralatan. Untuk sementara waktu, sarana prasarana yang
digunakan LPDP adalah sebagai berikut:
Gedung kantor pada saat ini menempati Gedung A.A. Maramis II Lantai
2 di komplek perkantoran Kementerian Keuangan Jl. Lapangan Banteng
Timur Nomor 1, Jakarta Pusat.
Sarana dan prasarana lainnya untuk sementara menggunakan barang
inventaris Biro Umum Sekretariat Jenderal.
Di samping sarana dan prasarana fisik, LPDP juga memerlukan perangkat
teknologi informasi untuk menunjang operasionalnya terutama dalam rangka
pengembangan dana (investasi), penyaluran beasiswa dan rehabilitasi
fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana alam.
e.
Riset dan data pendukung
Sebagai satuan kerja yang harus mengembangkan dana, LPDP harus
mengembangkan database yang dapat digunakan untuk proses perencanaan
portofolio penempatan dana, valuasi instrumen penempatan dana dan
pengambilan keputusan penempatan dana sekaligus pelaksanaan
manajemen risiko finansial. Saat ini riset dan data pendukung masih belum
ada dan direncanakan baru mulai dilaksanakan pada bulan Agustus 2012.
Di samping itu, mutlak pula dibangun data base untuk penyaluran dana
pendidikan, yang bisa digunakan untuk perencanaan, terutama penentuan
sasaran penyaluran, baik dilihat dari sisi kewilayahan maupun jenjang
pendidikan. Data base juga diperlukan sebagai bahan monitoring dan
pengembangan manajemen risiko operasional penyaluran dana pendidikan.
2.
Kondisi Eksternal
a. Kondisi Pendidikan di Indonesia
Kondisi pendidikan terus mengalami perbaikan. Hal tersebut terlihat dari
beberapa indikator, diantaranya adalah tingkat buta huruf, pendidikan yang
telah dilalui penduduk dengan usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi kasar,
dan disparitas antar kabupaten/kota.
Namun, beberapa indikator yang diterbitkan lembaga international, misalnya
| Melayani untuk Indonesia Jaya
16
yang berdampak pada rendahnya daya saing perekonomian Indonesia.
Global Competitiveness Report 2011 yang diterbitkan oleh World Economic Forum menunjukkan tingkat daya saing Indonesia berada pada peringkat yang relatif rendah, yakni pada peringkat 46. Dibandingkan dengan
negara-negara tetangga seperti China, Malaysia, Thailand dan Singapura, Indonesia
masih di bawah negara-negara tersebut. China berada pada peringkat 26,
Malaysia berada pada peringkat 21, Thailand berada pada peringkat 39 dan
Singapura berada pada peringkat 2. Peringkat Indonesia hanya lebih baik
dibandingkan dengan Vietnam yang berada pada peringkat 65 dan Philipina
75. Tabel peringkatan daya saing beberapa negara 4 tahun terakhir adalah
sebagai berikut :
Tabel II.2
Peringkat Daya Saing Indonesia
No Negara GCI 2009 GCI 2010 GCI 2011
Peringkat Nilai Peringkat Nilai Peringkat Nilai
1 Singapora 3 5.55 3 5.48 2 5.63
2 Malaysia 24 4.87 26 4.88 21 5.08
3 China 29 4.74 27 4.84 26 4.90
4 Thailand 36 4.56 38 4.51 39 4.52
5 Indonesia 54 4.26 44 4.43 46 4.38
6 Vietnam 75 4.03 59 4.27 65 4.24
7 Philipines 87 3.90 85 3.96 75 4.08
Sumber : The Global Competitiveness Report 2011-2012, World Economic Forum
Global Competitiveness Report 2011 juga menunjukkan, beberapa pilar yang mempengaruhi daya saing Indonesia yang tidak optimal tersebut, yaitu
kelembagaan (institutions), infrastruktur, kondisi ekonomi makro, termasuk
pilar kondisi kesehatan dan pendidikan dasar dan pilar pendidikan tinggi dan
pelatihan. Beberapa pilar yang mempengaruhi peringkat daya saing
| Melayani untuk Indonesia Jaya
17
Tabel II.3Perkembangan Score dan Ranking 12 Pilar Indikator GCI Indonesia
Sumber : The Global Competitiveness Report 2010 - 2011, World Economic Forum
Bila dibandingkan dengan negara-negara lain, pada pilar kesehatan dan
pendidikan dasar, kualitas pendidikan di Indonesia relatif tertinggal.
Indonesia berada pada peringkat 64 dari 142 negara. Dibandingkan dengan
negara tetangga, peringkat Indonesia lebih rendah daripada Singapura (3),
Malaysia (33), dan Filipina (42). Kondisi yang sama juga terjadi pada
indikator pendidikan tinggi dan pelatihan. Pada Indikator ini, Indonesia berada
pada peringkat 69 dari 142 negara. Dibandingkan dengan negara tetangga,
peringkat Indonesia lebih rendah daripada Malaysia (38), Thailand (62) dan
Singapura (4).
Rendahnya peringkat pilar kesehatan dan pendidikan dasar Indonesia
dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya kualitas pendidikan dasar yang
rendah dan primary education enrollment rate. Sedangkan untuk pilar
pendidikan tinggi dan training dipengaruhi oleh beberapa faktor faktor
diantaranya secondary education enrollment rate, secondary education
| Melayani untuk Indonesia Jaya
18
Tabel II.4Perkembangan Ranking Indikator Pendidikan Indonesia menurut GCI
Sumber : The Global Competitiveness Report 2010-2011, World Economic Forum
Ketertinggalan pendidikan di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara
lain juga terlihat indikator lain, seperti perbandingan jumlah mahasiswa strata
3 di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain. Pada tahun 2011,
jumlah mahasiswa S3 di Indonesia berjumlah 23.000 orang atau sebesar 98
orang per satu juta penduduk. Angka ini jauh di bawah negara-negara maju,
misalnya Amerika, yang mahasiswa S3-nya berjumlah 3.100.000 orang atau
9.850 orang untuk setiap satu juta penduduk. Bahkan dibandingkan dengan
negara tetangga Malaysia, Indonesia juga masih jauh tertinggal. Jumlah
mahasiswa S3 di Malaysia mencapai 14.000 orang atau 509 orang per satu
| Melayani untuk Indonesia Jaya
19
sebesar 15% per tahun, Indonesia baru bisa menyamai Malaysia pada
kondisi saat ini pada tahun 2022. Data perbandingan mahasiswa S3
Indonesia dengan beberapa negara adalah sebagai berikut :
Tabel II.5
Perbandingan Mahasiswa S3 Beberapa Negara
Negara Jumlah S3
Tahun 2011
Populasi S3 per 1 Juta
Penduduk
Indonesia 23.000 234.000.000 98
Malaysia 14.000 27.500.000 509
India 1.690.000 1.198.000.000 1.410
Jerman 328.000 82.200.000 3.990
Perancis 320.000 62.300.000 5.136
Jepang 819.000 127.200.000 6.438
USA 3.100.000 314.700.000 9.850
Sumber : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012
Dilihat dari indikator jumlah publikasi ilmiah, Indonesia sebenarnya telah
mengalami perkembangan, yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel II.6
Data Publikasi Indonesia per tahun 1996-2010
Sumber : SCImago Journal & Country Rank, 2012
Namun, bila dibandingkan dengan negara-negara lain, Indonesia masih
tertinggal. Indonesia berada posisi 64 dari 236 negara yang terdata.
Peringkat ini lebih rendah dibandingkan negara ASEAN yang lain. Singapura
| Melayani untuk Indonesia Jaya
20
Sementara itu, dalam hal prasarana fasilitas pendidikan, sebagai
konsekuensi letak geografis Indonesia yang berada pada daerah bencana,
kerusakan fasilitas pendidikan di Indonesia menunjukkan angka yang cukup
memprihatinkan. Sebaran kerusakan fasilitas pendidikan tersebut dapat
disajikan dalam diagram lingkar sebagai berikut :
Gambar II.1
Kerusakan Fasilitas Pendidikan di Berbagai Propinsi
Sumber : Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Kondisi pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak lepas dari kondisi
sosial, ekonomi, budaya, teknologi dan politik antara lain :
1) Geografis, Demografis, Sosial, Budaya dan Lingkungan
Kondisi sosial, budaya, dan lingkungan yang mempengaruhi pengelolaan
dana pengembangan pendidikan antara lain :
a) Indonesia sebagai negara kepulauan dan termasuk dalam negara
rawan bencana, yang banyak menimbulkan kerusakan pada fasilitas
pendidikan;
b) Laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi;
c) Kesenjangan aksesibilitas terhadap pendidikan antara penduduk
perkotaan dan pedesaan, antara penduduk kaya dan miskin, antara
wilayah maju dan wilayah tertinggal; dan
d) Perbedaan persepsi kebutuhan pendidikan dari aspek budaya (etnis
| Melayani untuk Indonesia Jaya
21
Sumber: Bank Indonesia2) Ekonomi
Kondisi ekonomi yang mempengaruhi pengelolaan Dana Pengembangan
Pendidikan Nasional antara lain :
a) Tingginya angka kemiskinan dan pengangguran;
b) Kesenjangan pertumbuhan ekonomi antarwilayah;
c) Meningkatnya daya saing dan isu globalisasi ekonomi yang
mengancam perekonomian nasional;
d) Komitmen pemenuhan pendanaan minimal 20% (dua puluh persen)
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
3) Politik, Pertahanan dan Keamanan
Kondisi politik, pertahanan dan keamanan yang dapat mempengaruhi
pengelolaan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional antara lain :
a) Kemungkinan adanya ketidakstabilan politik, pertahanan dan
keamanan;
b) Ancaman disintegrasi bangsa; dan
c) Ketidakselarasan peraturan perundangan yang berdampak pada
penyelenggaraan pendidikan.
b. Kondisi Ekonomi Makro
Selama tahun 2011, kondisi perekonomian Indonesia mengalami
pertumbuhan cukup signifikan. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut:
Gambar II.2
| Melayani untuk Indonesia Jaya
22
Tabel tersebut menunjukkan pertumbuhan ekonomi naik dari 6,1% pada
tahun 2010 menjadi 6,5 persen menjadi sebesar 6,50% tahun 2011.
Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang
kuat, yang didorong oleh peningkatan pendapatan riel karena inflasi yang
rendah. Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga ditopang oleh pendapatan
dari hasil ekspor yang tumbuh tinggi sepanjang tahun 2011. Tingkat
pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut tentu menggembirakan, karena
terjadi ketika perekonomian global kurang kondusif yang ditandai rendahnya
pertumbuhan ekonomi negara-negara Eropa dan Amerika. Tingkat
pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya lebih rendah bila dibandingkan
dengan China dan India.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I tahun 2012 ini juga
mengalami keadaan yang relatif stabil seperti tahun 2011 yakni sebesar 6,5%
(yoy). Kestabilan ini bersumber dari kestabilan konsumsi rumah tangga dan akselerasi investasi. Konsumsi rumah tangga masih didorong oleh optimisme
konsumen sehingga konsumsi tumbuh dengan stabil. Sedangkan akselerasi
investasi didukung oleh agresifitas investor di tengah iklim usaha yang
semakin baik dan kondusif, semakin kuatnya pendanaan, dan terjadinya
percepatan pembangunan proyek infrastruktur terutama dalam bidang
kelistrikan.
Inflasi pada tahun 2011 juga relatif terkendali, yaitu sebesar 3,79%. Tingkat
inflasi ini lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2010 yaitu sebesar 6,96%
yang terus mengalami kestabilan sampai dengan kuartal I tahun 2012 yang
besarnya 0,88% (qtq) dan 3,79% (yoy). Tekanan inflasi ini masih tetap
terkendali meskipun sedikit mengalami peningkatan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Beberapa factor yang mempengaruhi tingkat inflasi antara lain
adalah ekspektasi yang meningkat sejalan dengan rencana kenaikan harga
Bahan Bakar Minyak (BBM). Sepanjang triwulan I 2012, beberapa factor
eksternal yang mendorong inflasi antara lain kenaikan harga komoditas
internasional non pangan terutama komoditas emas dan energy yang
meningkat cukup signifikan serta depresiasi nilai tukar rupiah terhadap US
| Melayani untuk Indonesia Jaya
23
Gambar II.3Perkembangan Inflasi per Triwulan I 2012
Sumber : Laporan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Triwulan I 2012
Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, meskipun melemah pada
tahun 2011, namun masih pada kisaran Rp 9.000. Pergerakan Kurs Dollar
dari tahun 1993 adalah sebagai berikut :
Gambar II.4
Nilai Tukar Rupiah vs USD
| Melayani untuk Indonesia Jaya
24
Penguatan kurs pada tahun 2011 dibandingkan tahun 2010 merupakan
upaya bertahan Indonesia setelah dikhawatirkan akan digoncang oleh krisis
enkonomi internasional. Pada triwulan I 2012 Rupiah mengalami tekanan
hingga mencapai level Rp9.066 per dolar AS dari yang sebelumnya Rp8.972
per dolar AS pada triwulan IV tahun 2011. Pelemahan rupiah tersebut
terutama disebabkan karena persepsi risiko domestik terhadap kenaikan
ekspektasi inflasi yang semakin meningkat karena adanya kepanikan global
terhadap krisis benua Eropa.
Gambar II.5
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah per Triwulan I 2012
Sumber : Laporan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Triwulan I 2012
Kondisi ekonomi makro yang baik selama beberapa tahun terakhir,
khususnya tahun 2011, juga ditandai dengan kinerja perbankan Indonesia
masih mampu mempertahankan kinerja. Aset perbankan dan laba yang
meningkat, Capital Edequacy Ratio (CAR) yang memadai di atas ketentuan
permodalan minimum dan Biaya Operasional dibandingkan dengan
Pendapatan Operasional (BOPO) yang membaik. Dengan kondisi tersebut,
sampai awal tahun 2012, BI rate dipertahankan pada tingkat 5.75%.
Pada tahun 2011, tingkat suku perbankan sedikit mengalami kenaikan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Deposito satu bulan misalnya,
pada tahun 2010 rata-rata sebesar 6,64%, naik menjadi rata-rata sebesar
6,74% pada tahun 2011. Tingkat suku bunga rata-rata perbankan nasional
| Melayani untuk Indonesia Jaya
25
Tabel II.7Suku Bunga Rata-rata Perbankan Nasional
2008 2009 2010 2011 2012
Giro 2.90% 2.39% 2.23% 2.24% 2.08%
Deposito
- 1 bulan 10.71% 6.77% 6.64% 6.74% 6.05%
- 3 bulan 11.17% 7.45% 6.94% 7.08% 6.56%
- 6 bulan 10.32% 7.89% 7.07% 7.12% 6.94%
-12 bulan 10.34% 9.54% 7.65% 7.14% 6.82%
Sumber : Bank Indonesia, 2012
Di samping itu, kondisi pasar modal juga bertahan pada kondisi yang cukup
baik. IHSG mengalami kenaikan sebesar 3,2% pada akhir tahun 2011 yang
ditutup di level 3.821 dari tahun 2010 yaitu 3.703. Kinerja pasar modal yang
baik tersebut juga ditopang oleh kenaikan sovereign credit rating Indonesia
dari Moodys. Rating Indonesia yang semula Baa1 yang tergolong
“speculative grade” menjadi Baa3 yang tergolong "investment grade".
Pencapaian ini merupakan pertama kali sejak tahun 1997.
Dengan kondisi tersebut, tantangan bagi LPDP adalah bagaimana
memanfaatkan kinerja ekonomi makro dan kinerja sektor finansial yang
cukup bagus untuk memperoleh pendapatan sesuai yang diharapkan dan
menyalurkan hasil pengembangan dana sesuai visi dan misinya.
B. ASUMSI RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN TAHUN 2012
1. Asumsi Ekonomi Makro
Pada APBN Tahun 2012, ekonomi makro diasumsikan pertumbuhan ekonomi
6,7%, nilai tukar rupiah Rp 8.800 per dollar dan inflasi 5,3%. Angka asumsi
tersebut lebih optimis dibandingkan dengan tahun 2011. Ekonomi tahun 2011
tumbuh 6,5%, nilai tukar stabil sekitar Rp 9.000 per dollar dan inflasi cukup
terkendali pada 3,79%. Karena inflasi yang stabil tersebut, BI rate juga stabil pada
kisaran 6%-6,75%.
Sedangkan berdasarkan APBNP tahun 2012, asumsi ekonomi makro Indonesia
sedikit mengalami perubahan dimana tingkat pertumbuhan ekonominya hanya
| Melayani untuk Indonesia Jaya
26
2012. Sedangkan tingkat inflasi dalam asumsi APBNP tahun 2012 adalah 6,8%
atau lebih tinggi dari inflasi yang tercantum dalam APBN tahun 2012. Angka inflasi
ini disebabkan karena meningkatnya harga beberapa komoditas internasional dan
dipengaruhi juga oleh rencana kebijakan administered price di bidang energi dan
pangan yang akan segera dijalankan pemerintah.
2. Asumsi Mikro
a)
Pengembangan Pelayanan Baru Layanan Beasiswa
Memperhatikan beberapa studi dan indikator pendidikan di Indonesia.
Permasalahan pendidikan khususnya pendidikan tinggi, dapat
disimpulkan dalam lima permasalahan :
Rendahnya kualitas dan kuantitas manusia terdidik
Komposisi lulusan perguruan tinggi yang tidak ideal.
Akses terhadap perguruan tinggi yang masih terbatas.
Rendahnya jumlah publikasi di perguruan tinggi.
Banyaknya mahasiswa program magister dan doktor yang terkendala
biaya penelitian tesis dan disertasi.
Atas permasalahan tersebut, LPDP melaksanakan salah satu produk
pelayanan, yaitu program Beasiswa untuk program magister dan doktor,
serta beasiswa tesis dan disertasi.
Program Beasiswa LPDP akan difokuskan untuk program magister dan
doktor baik di dalam maupun luar negeri, dan juga untuk program
beasiswa tesis dan disertasi. Tujuan, jenis layanan dan target penerima
| Melayani untuk Indonesia Jaya
27
Gambar II.6Program Beasiswa LPDP
Mekanisme pengajuan beasiswa dilakukan oleh calon mahasiswa
langsung ke website LPDP. Sedangkan untuk proses seleksi administrasi
dan interview akan dilakukan oleh pihak yang ditunjuk oleh tim LPDP
melalui seleksi calon reviewer oleh tim independen.
Kriteria Perguruan Tinggi yang dapat menjadi mitra LPDP dalam
menyelenggarakan beasiswa magister dan doktor adalah sebagai berikut:
1) Perguruan tinggi yang terakreditasi A oleh BAN-PT untuk dalam
negeri, dan perguruan tinggi yang memiliki reputasi tinggi dan/atau
program studi yang terakreditasi oleh profesi masing-masing (Luar
Negeri).
2) Program studi yang diselenggarakan adalah teknik, sains dan
pertanian, akuntansi/keuangan, hukum dan agama.
| Melayani untuk Indonesia Jaya
28
Pemberian beasiswa tersebut dapat mendukung kebijakan pemerintah
untuk pengembangan wilayah pada 6 (enam) koridor pembangunan
ekonomi sesuai program Master Plan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Dengan kebijakan ini
diharapkan pemberian beasiswa ini dapat memberikan dampak yang
signifikan terhadap perekonomian secara merata di seluruh wilayah
Republik Indonesia.
Untuk mempercepat penyaluran, dilaksanakan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Penyusunan pedoman kebijakan dan pedoman pelaksanaan;
2) Sosialisasi ke beberapa perguruan tinggi, kementerian/lembaga,
pemerintah daerah dan masyarakat secara luas.
Adapun proses penyaluran beasiswa adalah sebagai berikut:
1) Penerimaan aplikasi lamaran dari calon mahasiswa;
2) Penilaian/verifikasi administrasi dan dokumen, bagi yang lolos
dipanggil untuk di tes tertulis dan interview;
3) Penetapan sebagai calon penerima beasiswa LPDP;
4) Seleksi perguruan tinggi;
5) Bagi yang lulus seleksi perguruan tinggi, ditetapan sebagai penerima
beasiswa LPDP;
6) Pengumuman penerima beasiswa;
7) Penetapan SK penerima beasiswa;
8) Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan
perguruan tinggi dan mahasiswa penerima beasiswa LPDP,
9) Proses pembayaran kepada perguruan tinggi dan penerima beasiswa;
10) Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan.
| Melayani untuk Indonesia Jaya
29
Gambar II.7Prosedur Penyaluran Beasiswa S2 dan S3
Layanan Bantuan Dana Riset dan Penghargaan Hasil Karya Riset
Bantuan Dana Riset ditujukan untuk:
1) Mendorong dan menghasilkan riset-riset unggul yang dapat
diimplementasikan untuk memberi nilai tambah dan/atau
inovasi-inovasi di bidang pangan, energi, tata kelola, pembangunan ekonomi
berwawasan lingkungan (eco-green), dan bidang lainnya (mandatory).
2) Menjalin jejaring kalangan periset, akademisi dan penggiat riset di
bidang pangan, energi, tata kelola, pembangunan ekonomi
berwawasan lingkungan (eco-green), dan bidang lainnya (mandatory).
3) Menjalin kerja sama dan memberi dukungan kepada industri strategis
di bidang pangan, energi, tata kelola, pembangunan ekonomi
berwawasan lingkungan (eco-green), dan bidang lainnya (mandatory)
untuk menuju kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.
4) Mewujudkan tanggung jawab organisasi melalui riset dan
implementasinya di bidang pangan, energi, tata kelola, pembangunan
ekonomi berwawasan lingkungan (eco-green), dan bidang lainnya
(mandatory).
Bantuan dana riset untuk setiap judul riset yang termasuk di bidang
pangan, energi, tata kelola, pembangunan ekonomi berwawasan
lingkungan (eco-green), dan bidang lainnya (mandatory) per tahun
| Melayani untuk Indonesia Jaya
30
Sementara itu, Penghargaan Hasil Karya Riset ditujukan untuk hal yang
sama sebagaimana Bantuan Dana Riset. Hanya saja Penghargaan Hasil
Karya Riset diberikan atas hasil-hasil riset yang telah diimplementasikan
dan sudah dirasakan kemanfaatannya oleh industri,Usaha Kecil dan
Menengah (UKM), pemerintah daerah atau masyarakat untuk
peningkatan efisiensi produksi, kesejahteraan masyarakat atau
perbaikan tata kelola instansi pemerintah dan swasta.
Penghargaan atas hasil karya riset adalah sebesar Rp 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) untuk setiap karya riset.
Layanan Dana Cadangan Pendidikan Untuk Rehabilitasi Fasilitas
Pendidikan Yang Rusak Akibat Benacana Alam
Layanan ini merupakan bantuan dana untuk merehabilitasi fasilitas
pendidikan yang rusak akibat bencana alam. Mempertimbangkan
bahwa terdapat layanan serupa di beberapa instansi pemerintah, maka
Dana Cadangan Pendidikan difungsikan sebagai last resort.
Untuk mempersiapkan pelaksanaan layanan Dana Cadangan
Pendidikan, maka diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Penyusunan kebijakan umum, petunjuk teknis dan peta bencana;
2) Sosialisasi ke beberapa daerah rawan bencana
b)
Asumsi Volume Pelayanan1) Layanan Pengembangan Dana (Investasi)
Total realisasi PNBP tahun 2012 sebesar Rp428.349.818.048.
2) Layanan Penyaluran
Pada tahun 2012, dialokasikan dana untuk layanan beasiswa sebagai
| Melayani untuk Indonesia Jaya
31
Tabel II.8Rincian Alokasi Dana Layanan Beasiswa Tahun 2012
Uraian % 2013
Layanan Penyaluran 239.428.740.000
Bea siswa 62% 148.054.350.000
Kegiatan penelitian 10% 24.360.000.000
Dana Cadangan untuk Rehabilitasi Fasilitas Pendidikan
28% 67.014.390.000
c)
Asumsi TarifTarif LPDP terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu tarif yang dikenakan atas
penyaluran dana dan tarif pengembangan dana. Pada tahun 2012, dalam
melaksanakan penyaluran LPDP mengenakan tarif sebesar 0%. Sedangkan
untuk pengembangan dana, tarif yang digunakan dalam perhitungan
pendapatan pengelolaan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional (DPPN)
pada tahun 2012 ini adalah BI rate +1%.
Sehubungan dengan tarif pengembangan dana tersebut, LPDP telah
membuat suatu kebijakan investasi yang dituangkan dalam Investment
Guidelines tahun 2012. Di dalam Investment Guidelines tersebut, LPDP meletakkan pola dasar prinsip investasi, menentukan proporsi portofolio
investasi, sekaligus menetapkan asumsi tingkat pengembalian yang
diharapkan (tarif pengembangan dana) untuk tahun 2012.
Penentuan tingkat pengembalian yang diharapkan tersebut terkait erat
dengan prinsip investasi yang dijalankan LPDP yakni prinsip kehati-hatian
(prudent). Dasar pertimbangan yang dipakai oleh LPDP dalam menjalankan prinsip ini adalah sebagai berikut:
1) Belum ada regulasi yang mengatur bahwa kerugian BLU yang
diakibatkan karena proses bisnis adalah tidak termasuk kerugian negara,
melainkan hanya merupakan kerugian operasional semata. Dengan
ketiadaan regulasi inilah LPDP mengelola investasinya secara hati-hati
guna menghindari kerugian negara yang mungkin terjadi.
2) Dana yang dikelola LPDP adalah Endowment Fund dan Dana Cadangan
Pendidikan yang merupakan dana abadi. LPDP bertanggung jawab
| Melayani untuk Indonesia Jaya
32
alokasi dalam APBN dan tidak berkurang karena sebab apapun. Oleh
karena itu, LPDP menjalankan prinsip kehati-hatian demi menjaga
kestabilan nominal dana abadi ini.
Berdasarkan atas asas tersebut, LPDP kemudian menetapkan dasar proporsi
investasi dan asumsi tingkat pengembalian yang diharapkan yakni BI rate +
1%. Penentuan angka asumsi tersebut berdasarkan pertimbangan yang
didasarkan pada tingkat imbal hasil masing-masing instrument investasi yang
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Return deposito sebesar 6% merupakan asumsi suku bunga deposito rata-rata Perbankan Indonesia berdasarkan data resmi Bank Indonesia
per bulan April 2012. Pada akhir bulan Februari, rata-rata suku bunga
deposito untuk jangka waktu 1 bulan dan 3 bulan berada pada kisaran 6 –
6.5%. Suku bunga ini diperkirakan akan terus menurun karena Bank
Indonesia berniat untuk mempertahankan suku bunga BI pada angka
5.75%. Sehingga, diperkirakan pada bulan-bulan selanjutnya suku bunga
deposito akan bergerak mendekati angka 6%. Justifikasi atas asumsi
tersebut dapat dilihat pada grafik berikut :
Gambar II.8
Pergerakan Rata-Rata Suku Bunga Deposito Berjangka 2011 - 2012
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia pada Bank Indonesia per April 2012,
diolah.
2) Return obligasi/sukuk sebesar 8% diasumsikan berdasarkan rata-rata
kupon obligasi pemerintah dengan seri FR0060 (6.25%), FR0061 (7%),
dan FR0058 (8.25%) yang dilelang per tanggal 5 Juni 2012.
3) Reksadana sebesar 8,13% diasumsikan berdasarkan rata-rata return
reksadana pendapatan tetap dari beberapa perusahaan investasi seperti
Mandiri Sekuritas, BNP Paribas, dan Schroder per tanggal 5 Juni 2012.
Maka berdasarkan beberapa pertimbangan diatas, dapat diambil rata-rata
tingkat imbal hasil untuk keseluruhan instrumen investasi yakni 7.36%.
| Melayani untuk Indonesia Jaya
33
Berdasarkan pertimbangan itu pula, dengan BI rate 5.75%, maka
ditetapkanlah asumsi minimal imbal hasil yang diharapkan untuk tahun 2012
sebesar BI rate+1% atau sebesar 6.75% dimana angka tersebut dapat
dipenuhi karena masih berada dalam batas wajar yakni di bawah 7.36%.
Asumsi expected return ini adalah masih bersifat perkiraan dengan dasar
data-data resmi yang bisa LPDP himpun dan olah. Dengan begitu, dalam
Investment Guidelines telah dicantumkan klausul yang menyatakan Direksi
LPDP dapat merevisi asumsi dalam Investment Guidelines sewaktu-waktu
apabila terjadi keadaan makro yang tidak diharapkan seperti krisis atau
fluktuasi aktivitas perbankan nasional.
d)
Dana Kelolaan yang Bersumber dari APBNDPPN yang akan dikelola oleh LPDP sampai dengan akhir tahun 2012
diproyeksikan sebesar Rp 10.617.700.000.000. Dari jumlah tersebut sebesar
Rp1.000.000.000.000 dan Rp2.617.700.000.000 telah dicairkan pada tahun
2010 dan tahun 2011. Sedangkan selebihnya diproyeksikan diterima pada
tahun 2012. Perincian selengkapnya adalah sebagai berikut:
Tabel II.9
Proyeksi Dana Pokok DPPN sampai dengan Tahun 2012
e)
Kebijakan Akuntansi Sesuai dengan Standar Akuntansi yang BerlakuKebijakan akuntansi yang direncanakan untuk dilaksanakan oleh Lembaga
Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) mengacu kepada dua peraturan umum
penyusunan kebijakan akuntansi untuk Badan Layanan Umum (BLU), yaitu
| Melayani untuk Indonesia Jaya
34
Keuangan Badan Layanan Umum dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Nomor 76 tahun 2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Badan Layanan Umum.
Secara umum kebijakan akuntansi LPDP meliputi:
1. Peranan dan Tujuan Pelaporan
Peranan laporan keuangan sebagai berikut:
a. Merupakan media atau alat untuk mengkomunikasikan informasi
keuangan kepada para pemakai yang akan menggunakan informasi
tersebut untuk membuat keputusan secara tepat sesuai dengan
kondisi yang sesungguhnya.
b. Untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi
keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
pelaporan selama satu periode pelaporan.
c. Merupakan media untuk menilai kondisi keuangan, mengevaluasi
efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu
menentukan ketaatannya terhadap peraturan yang berlaku.
d. Merupakan laporan pertanggungjawaban pegawai dan manajemen
atas kegiatan keuangan dan sumber daya ekonomis yang
dipercayakan serta menunjukkan posisi keuangan yang sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku umum.
Tujuan khusus laporan keuangan LPDP adalah menyediakan informasi
yang berguna bagi pemakai utama dan pemakai lainnya untuk:
a. Mengetahui prestasi keuangan LPDP selama suatu periode dengan
Sisa Hasil Usaha dan manfaat penerima dana LPDP sebagai ukuran;
b. Mengetahui sumber daya ekonomis yang dimiliki LPDP, kewajiban
dan kekayaan bersih;
c. Mengetahui transaksi atau kejadian serta keadaan yang mengubah
sumber daya ekonomis, kewajiban dan kekayaan bersih suatu LPDP,
dalam suatu periode; dan
d. Mengetahui informasi penting lainnya yang mungkin mempengaruhi
likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitas LPDP.
Untuk memenuhi peranan dan tujuan tersebut, maka pelaporan keuangan
harus mampu menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban,
| Melayani untuk Indonesia Jaya
35
2. Asumsi Dasar
Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan meliputi:
a. Asumsi Kemandirian Entitias
b. Asumsi Kesinambungan Entitas (Going Concern)
c. Asumsi Keterukuran Dalam Satuan Uang (Monetary Measurement)
3. Periode Pelaporan
Periode pelaporan ini sering disebut dengan periode akuntansi. Satu
periode akuntansi terhitung sejak tanggal 1 Januari dan berakhir 31
Desember. Pelaporan keuangan harus diterbitkan tepat waktu segera
setelah periode akuntansi berakhir.
4. Karakteristik Kualitatif dan Kendala Pelaporan
Beberapa karakteristik yang harus dipenuhi agar laporan keuangan
pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki adalah:
a) Relevan (Relevance)
Agar suatu informasi relevan, maka informasi tersebut harus:
Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)
Memiliki manfaat prediksi (predictive value)
Tepat Waktu (Timelines)
Lengkap (Completeness)
b) Dapat Diandalkan (Reliability)
Informasi dapat diandalkan jika memenuhi ciri-ciri:
Penyajian Jujur (Representational Faithfulness)
Dapat Diverifikasi (Verifiability)
Netralitas (Neutrality)
c) Dapat Dibandingkan (Comparability)
d) Dapat Dipahami (Understandability)
Terdapat beberapa kondisi yang menimbulkan kendala dalam
memperoleh informasi akuntansi dan pelaporan keuangan yang akurat,
yaitu:
a. Materialitas
b. Pertimbangan Biaya dan Manfaat
| Melayani untuk Indonesia Jaya
36
5. Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
a) Basis Akuntansi
Basis akuntansi untuk badan usaha LPDP adalah dasar akrual
(accrual basis). Penerapan basis akrual berkaitan dengan
kepentingan organisasi terhadap penentuan hasil usaha periodik.
b) Prinsip Nilai Historis (Historical Cost)
Prinsip ini menetapkan bahwa dasar pencatatan pertama kali
terhadap Aktiva dan Kewajiban adalah menggunakan nilai perolehan
pertama kali (historical value).
c) Prinsip Realisasi (Realization)
Aktiva dinyatakan dalam jumlah kas atau setara kas yang dapat
diperoleh sekarang dengan menjual aktiva dalam pelepasan normal.
Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian, yaitu jumlah kas
atau setara kas yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan
dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha
normal.
d) Prinsip Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance Over
Form)
Prinsip ini menetapkan bahwa jika informasi dimaksudkan untuk
menyajikan dengan wajar transaksi serta peristiwa lain yang
seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut dicatat dan disajikan
sesuai dengan substansi dan realitas ekonominya, bukan hanya
memenuhi aspek formalitasnya.
e) Prinsip Periodisitas (Accounting Period)
Prinsip ini menetapkan bahwa kegiatan akuntansi dan pelaporan
keuangan perlu dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga
kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya yang dimiliki
dapat ditentukan. Periode utama yang digunakan adalah tahunan.
f) Prinsip Konsistensi (Consistency)
Prinsip ini menetapkan bahwa perlakuan akuntansi yang sama
hendaknya diterapkan pada kejadian yang serupa dari periode ke
periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi internal). Hal
ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu metode
akuntansi ke metode akuntansi yang lain. Metode akuntansi yang
dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru