• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan Hamparan Perak

Kabupaten Deli Serdang

(Analysis of Income’s Cattleman in Subdistrict of Hamparan Perak District of Deli Serdang) Eniza Saleh *), Yunilas *), dan Yanda Habib Sofyan **)

*) Dosen Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian USU **) Alumni Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian USU

Abstract: The research done in Hamparan Perak, District of Deli serdang, Regent of North Sumatera. The research aims to know analysis of income’s cattleman in subdistrict of Hamparan Perak, District of Deli Serdang. This research used survey method by analyzing the families, who keep the cattles. The writer used propotional stratified random sampling as the method to take the samples. That was by choosing 3 villages based on cattle’s population that were Buluh Cina (high population), Tandam Hilir I (medium population), and Hamparan Perak (low population). The writer took 49 families of cattle’s keeping as the samples got from 30% families in each village. Buluh Cina (31 cattlemen), Tandam Hilir I (16 cattlemen), and Hamparan Perak (2 cattlemen). The parameter inclusive of: scale of owning mixfarming (sum of cow), age that cattlemen, education that cattlemen, experience that cattlemen, family’s obligation that cattlemen, motivation that cattlemen, and the workers to influence of income’s cattlemen in subdistrict of Hamparan Perak, District of Deli Serdang. The result of the data analyzing found that scale of owning mixfarming (sum of cows) and motivation that cattlemen very significant effected (P<0,01) on the income’s cattlemen. Where as age that cattlemen, education that cattlemen, experience that cattlemen, family’s obligation that cattlemen and the workers no significant effect (P>0,05) on the income’s cattlemen.

Key words: analysis, income, cattlemen

Abstrak: Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan unit analisis keluarga yang memelihara ternak sapi potong. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah proportional stratified random sampling yaitu degan cara memilih 3 buah desa berdasarkan populasi ternak sapinya, yaitu desa Buluh Cina (populasi tertinggi), desa Tandam Hilir I (populasi sedang), dan desa Hamparan Perak (populasi rendah). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 49 keluarga peternak sapi potong yang didapat dari 30% peternak, masing-masing dari desa Buluh Cina (31 peternak), desa Tandam Hilir I (16 peternak), dan desa Hamparan Perak (2 peternak). Parameter yang diamati meliputi: pendapatan, skala usaha (jumlah ternak), umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman peternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa skala usaha (jumlah ternak sapi), motivasi beternak berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap pendapatan peternak sapi potong. Sedangkan umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, dan jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pendapatan peternak sapi potong.

Kata Kunci: analisis, pendapatan, peternak sapi potong

Pendahuluan

Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan masyarakat. Seekor ternak

atau kelompok ternak sapi bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, di samping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit, tulang , dan lain sebagainya. Daging sangat besar manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani.

(2)

Ada beberapa faktor yang menyebabkan jumlah produksi daging masih rendah, antara lain populasi produksi sapi yang rendah. Hal yang tampak di Sumatera utara ada beberapa daerah yang sangat padat, ada yang sedang tetapi ada yang sangat jarang atau penyebaran ternak sapi tidak merata. Tentu saja hal ini sangat mempengaruhi besarnya penghasilan atau pendapatan masyarakat pada daerah tersebut, sehingga timbul perbedaan dari segi ekonomis.

Kecamatan Hamparan Perak merupakan salah satu daerah penyebaran populasi ternak di Kabupaten Deli Serdang yang berpotensi untuk dikembangkan. Populasi sapi/lembu pada tahun 2002 di Kecamatan Hamparan Perak mencapai 7.539 ekor dan kerbau sebanyak 473 ekor (Biro Pusat statistik, 2002).

Luas lahan yang mencukupi, ketersediaan hijauan yang berlimpah, serta pemanfaatan limbah perkebunan yang sangat mendukung merupakan suatu peluang untuk pengembangan usaha ternak sapi di Kecamatan Hamparan Perak ini. Namun, peningkatan populasi ternak sapi bukan hanya dipengaruhi faktor tersebut di atas, tetapi faktor sosial ekonomi juga turut andil dalam peningkatan jumlah ternak. Permasalahan yang umum terjadi yaitu peternak sebagai pengelola suatu peternakan memiliki peran ekonomi yang relatif terbatas.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji seberapa besar pengaruh faktor-faktor sosial ekonomi terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang.

Bahan dan Metode Penelitian

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di desa Buluh Cina, Tandam Hilir I, dan desa Hamparan Perak, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, mulai Juli sampai Agustus 2004. Materi Penelitian

Peternak sapi potong di Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang sebanyak 49 orang yaitu: desa Buluh Cina (31 peternak), desa Tandam Hilir I (16 peternak), dan desa Hamparan Perak (2 peternak). Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan unit analisis keluarga yang memelihara ternak sapi potong. Metode penarikan sampel yang digunakan

adalah proportional stratified random sampling, yaitu dengan cara memilih 3 desa berdasarkan populasi ternak sapinya, yaitu desa Buluh Cina (populasi tertinggi), desa Tandam Hilir I (populasi sedang), dan desa Hamparan Perak (populasi rendah).

Analisis Data

1. Pendapatan peternak: П = TR – TC

di mana:

П adalah total pendapatan atau keuntungan yang diperoleh peternak sapi potong,

TR adalah total penerimaan yang diperoleh peternak sapi potong,

TC adalah total pengeluaran peternak sapi potong.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong (analisis

regresi berganda):

Y = a + b1X1 + b2X2 +……….b7X7 + e

di mana:

Y adalah pendapatan peternak sapi potong, a adalah konstanta,

b adalah koefisien regresi, e adalah variabel kesalahan,

X1 adalah skala usaha (jumlah ternak sapi),

X2 adalah umur peternak (tahun),

X3 adalah tingkat pendidikan (tahun),

X4 adalah pengalaman beternak (tahun),

X5 adalah jumlah tanggungan keluarga (jiwa),

X6 adalah motivasi beternak (dorongan orang

tua, inisiatif sendiri),

X7 adalah jumlah tenaga kerja (jiwa). Parameter Yang Diamati

1. Pendapatan peternak, meliputi: penerimaan dan pengeluaran dari peternak sapi potong. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan

peternak, meliputi: skala usaha (jumlah ternak), umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman peternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja.

Hasil dan Pembahasan

1. Pendapatan

Pendapatan merupakan selisih penerimaan dengan pengeluaran selama pemeliharaan ternak sapi potong (dalam kurun waktu tertentu misalnya 1 tahun).

Pengeluaran

Pengeluran meliputi: biaya pakan, obat-obatan dan vaksin, inseminasi buatan, tenaga

(3)

kerja, listrik, bibit, kandang, peralatan, dan lahan. Rata-rata total pengeluaran peternak sapi potong di Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang sebesar Rp 6.065.452,58. -Pakan

Mayoritas peternak (responden) memberi pakan hijauan berupa rumput lapangan dan penambahan garam pada ternak sapinya. Hanya satu responden (2,04%) yang memberi konsentrat pada ternaknya yaitu pada peternak dengan skala kepemilikan ternak 7 – 8,25 ST. Sebanyak 26 responden (53,06%) memilih untuk menggembalakan ternaknya. Sedangkan 23 responden (46,94%) memilih untuk memakai system cut and carry. Biaya untuk mengembalakan ternak sapi apabila diupahkan sebesar Rp 40.000,00 per bulan untuk beberapa ekor sedangkan biaya pembelian satu ikat rumput adalah sebesar Rp 5.000,00 satu ekor per hari. Rata-rata total pengeluaran untuk pakan sebesar Rp 358.163,26/peternak/tahun.

Pemakaian listrik untuk penerangan dan menghidupkan pompa air. Biaya 1 kilowatt hour listrik sebesar Rp 169,00. Rata-rata total pengeluaran untuk pakan pemakaian listrik sebesar Rp 22.646,78/peternak/tahun.

-Obat-obatan dan Vaksinasi

Penyakit yang sering menyerang ternak sapi di daerah ini adalah penyakit mencret, di samping penyakit cacingan, kaki lemah, masuk angina, serta keracunan akibat termakan ulat. Biasanya pertama kali dilakukan pengobatan secara tradisional dengan ramuan alami. Apabila ternak tidak sembuh, maka peternak memanggil petugas kesehatan ternak untuk mengobati ternaknya. Rata-rata total pengeluaran untuk obat-obatan sebesar Rp 140.816,32/peternak/ tahun.

-Inseminasi Buatan

Sebanyak 43 responden (87,75%) menggunakan perkawinan buatan pada sapi betinanya. Selebihnya 6 responden (12,25%) mengawinkan ternaknya secara alami. Rata-rata total pengeluaran untuk inseminasi buatan sebesar Rp 137.551,02/peternak/ tahun.

- Tenaga kerja

Tenaga kerja yang digunakan peternak dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga (upahan). Tenaga kerja keluarga secara khusus dibagi atas empat kelompok yaitu: kelompok I terdiri dari bapak, ibu, dan anak dengan jumlah 22 responden (44,89%), kelompok II terdiri dari bapak dan ibu dengan jumlah 10 orang responden (20,41%), kelompok III terdiri dari bapak dan anak dengan jumlah 12 orang responden (24,50%), kelompok IV terdiri dari

bapak saja dengan jumlah 3 orang responden (6,12%), sedangkan kelompok V tenaga kerja luar keluarga (upahan) dengan jumlah 2 orang responden (4,08%).

Upah yang diberikan kepada tenaga kerja didasarkan pada lamanya waktu yang dicurahkan untuk beternak. Untuk upah penggembalaan yang berlaku di daerah tersebut Rp 40.000,00 per bulan untuk anak-anak. Ternak digembalakan lebih kurang 4 jam. Upah tenaga kerja dibedakan atas umur pekerja. Untuk lelaki dewasa diberi upah sebesar Rp 666,66, perempuan dewasa sebesar Rp 5333,33, sedangkan untuk anak-anak sebesar Rp 333,33. Rata-rata total pengeluaran untuk tenaga kerja sebesar Rp 1.249.662,39/peternak/tahun.

- Listrik

- Lahan

Rata-rata total pengeluaran untuk luas lahan per kandang yang dipakai sebesar Rp 1.058.367,35/peternak/tahun.

- Kandang

Sebagai bahan atap umumnya peternak menggunakan rumbia (45 peternak atau 91,84%) sisanya 4 peternak (8,16%) menggunakan seng. Biaya yang dikeluarkan untuk satu lembar rumbia Rp 400,00. Biasanya penggantian atap rumbia dilakukan setiap 2 sampai 3 tahun sekali atau rata-rata 2,5 tahun. Sedangkan atap seng masa pakainya 5 sampai 7 tahun.

Lantai kandang sapi ada yang disemen dan ada hanya tanah dipadatkan. Sebanyak 26 peternak (53,06%) menggunakan lantai semen dan 23 peternak (46,94%) berlantaikan tanah.

Dinding kandang ternak setengah terbuka dengan menggunakan bahan kayu atau bambu, sedangkan kandang tertutup menggunakan beton ada sebanyak 2 responden (4,08%). Rata-rata total pengeluaran untuk kandang Rp 264.238,67/peternak/tahun.

- Bibit

Bibit yang digunakan untuk usaha ternak sapi potong adalah ternak sapi yang akan dipelihara, bukan langsung dijual ketika mencapai bobot potong, namun pembelian bibit diperuntukkan sebagai calon induk. Kemudian keturunan induk ini akan dijual ataupun dijadikan indukan kembali sesuai kemauan peternak.

Sebanyak 43 respoden (87,75%) yang memanfaatkan perkawinan buatan pada sapi betinanya. Selebihnya mengawinkan ternaknya

(4)

secara alami (6 responden atau 12,25%). Rata-rata total pengeluaran untuk bibit sebesar

Rp 264.238,67/peternak/tahun.

Sapi pejantan biasanya dijual pada kisaran umur 8 bulan sampai umur 1 tahun dengan harga berkisar 3,6 – 4 juta rupiah. Penjualan ternak jantan biasanya bukan untuk dipotong, namun akan dijadikan bibit pejantan atau tipe pekerja. Rata-rata total

penerimaan dari hasil penjualan ternak sebesar Rp 9.392.551.02,00.

- Peralatan

Peralatan yang dipakai berupa cangkul, arit, kereta sorong, sepeda, ember, timba, sapu, lampu, pompa air, dan selang. Masa pakai peralatan berbeda-beda sesuai jenisnya. Rata-rata total pengeluaran untuk peralatan sebesar Rp 88.183,65.

Penerimaan

Penerimaan meliputi: penjualan ternak dan penjualan kotoran ternak. Rata-rata total penerimaan peternak sapi potong di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang sebesar Rp 9.713.857,14/peternak/ tahun.

- Penjualan Ternak

Ternak yang dijual biasanya berumur 1,5 tahun. Pada umur tersebut bobot karkas sudah mencapai 100 kg. Penjual sapi berdasarkan bobot karkas ternak yang dinilai setiap kilo karkas sapi adalah sebesar Rp 40.000,00. Namun terkadang penjualan dilakukan pada usia muda. Hal ini biasa terjadi karena peternak sangat memerlukan uang, misalnya untuk keperluan perkawinan anaknya atau kebutuhan sekolah dan lain-lain.

- Penjualan Kotoran Ternak

Faeses yang dihasilkan ternak diletakkan sementara ke dalam lubang tanah yang biasanya berada di belakang kandang. Untuk satu kereta sorong faeses dihargai Rp 2.000,00. Rata-rata total penerimaan peternak dari hasil penjualan kotoran ternak Rp 321.306,12,00.

Untuk lebih jelasnya, perhitungan rataan pendapatan yang diterima responden peternak sapi potong di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 1. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Peternak Sapi Potong

Pendapatan yang diperoleh peternak dalam memelihara ternak sapi potong dipengaruhi beberapa faktor, baik itu faktor sosial maupun faktor ekonomi. Faktor-faktor tersebut meliputi antara lain: jumlah ternak sapi (X1), umur peternak (X2), tingkat pendidikan (X3),

pengalaman beternak (X+), jumlah tanggungan keluarga (X5), motivasi beternak (X6), serta

jumlah tenaga kerja (X7).

Untuk membuktikan sejauh mana pengaruh faktor-faktor di atas, dilakukan analisis regresi berganda, persamaan regresi yang diperoleh diuji dengan t-statistik. Dari hasil analisis regresi berganda diperoleh persamaan sebagai berikut:

Ŷ = 1.860.644,50 + 1.294.176,20X1 – 88.533,765X2

–181.446X3 + 23.028,892X4 + 200.017,86X5+

2.453.421,10X6 – 135.519,60X7 + e

Tabel 1. Neraca pendapatan responden peternak sapi potong di Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang

Uraian Jumlah

(Rp/Peternak/Tahun)

A PENERIMAAN

Penjualan Ternak 9.392.551,02

Penjualan Kotoran Ternak 321.306,12

SUBTOTAL A 9.713.857,14

B PENGELUARAN VARIABEL

Pakan 358.163,26

Obat-obatan & vaksinasi 140.816,32

Inseminasi Buatan 137.551,02 Tenaga Kerja 1.249.662,39 Listrik 22.646,78 SUBTOTAL B 1.908.839,77 C PENGELUARAN TETAP Lahan 1.058.367,35 Kandang 264.238,67 Peralatan 88.183,65 Bibit 2.745.823,14 SUBTOTAL C 4.156.612,81 D PENDAPATAN: A – (B + C) 3.648.405,77

(5)

Tabel 2. Koefisien faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong

No. Variabel Koefisien Regresi Standard Error t hitung t tabel

1 Skala usaha 1294176.20 218666.45 5.918* 0.00048 2 Umur -88533.765 50843.104 -1.741 0.089 3 Pendidikan -181446.0 162370.69 -1.117 0.270 4 Pengalaman 23028.892 52668.816 0.055 0.664 5 Tanggungan keluarga 200017.86 361789.33 0.553 0.583 6 Motivasi 2453421.10 1207030.40 2.033* 0.049 7 Tenaga kerja -135519.60 2099294.70 -0.065 0.949 Konstanta 1860644.50 R2 Adjusted = 0,498 F table = 2,41 Skala Usaha

Dari persamaan regresi tampak bahwa apabila nilai koefisien regresi variabel lainnya dianggap tetap (tidak berubah), maka setiap penambahan 1 ST ternak sapi akan meningkatkan pendapatan peternak sebesar Rp 1.294.176,20. Dari hasil t statistik terlihat bahwa t hitung > t tabel yang berarti bahwa skala usaha berpengaruh signifikan terhadap pendapatan peternak. Hal ini berarti setiap penambahan 1 ST ternak sapi dapat meningkatkan pendapatan peternak dan hasil ini berpengaruh sangat nyata terhadap pendapatan peternak dalam memelihara sapi potong.

Menurut Abidin (2002), meskipun masih berskala kecil, usaha sapi potong memerlukan pencatatan. Selain itu perlu disusun rencana cash flow selama masa usaha. Perlu juga dipertimbangkan pembelian barang, misalnya konsentratl dengan cara kredit (tidak kontan). Hal seperti ini tidak terlalu berpengaruh jika skala usaha masih kecil, tetapi akan berpengaruh besar sekali jika skala usaha semakin besar. Sedangkan menurut Siregar (2005), jumlah sapi yang akan digemukkan per periode penggemukan tidak ada batasannya, tetapi tergantung pada modal usaha yang dimiliki dan fasilitas-fasilitas penunjang yang dikuasai seperti lahan, kandang, pakan, dan kemampuan peternak dalam mengelola dan mengatur pemasarannya. Apabila tertanggulangi maka lebih baik mengelola dengan jumlah yang banyak agar mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

Umur

Apabila nilai koefisien regresi variabel lainnya dianggap tetap (tidak berubah), maka setiap penambahan 1 tahun umur peternak akan menurunkan pendapatan peternak sebesar Rp 88.553,765,00. Sedangkan berdasarkan hasil t statistik diperoleh t hitung < t tabel yang berarti umur peternak tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan yang diperoleh.

Hal ini menunjukkan walaupun setiap penambahan umur peternak menyebabkan penurunan pendapatan peternak, namun penurunan tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak tersebut.

Hal ini dapat disebabkan karena kriteria umur peternak tidaklah mendorong kinerja peternak dalam usaha ternak sapi potong di Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Di lokasi ini, mayoritas penduduknya mempunyai pekerjaan utama sebagai karyawan perkebunan dan penduduk yang berusia produktif tidak terlalu tekun dalam mengeluti usaha ternak ini karena masih dalam bentuk usaha sampingan atau sekedar hobi saja. Sedangkan yang berusia nonproduktif karyawan perkebunan sudah tidak memiliki kinerja yang penuh lagi. Menurut Fathoni (2004), pada saat mencapai usia tertentu misalnya 55 tahun, 60 atau 65tahun seorang pekerja pasti memasuki masa pensiun atau tidak produktif lagi.

Tingkat Pendidikan

Bila nilai koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah), maka setiap kenaikan 1 tahun tingkat pendidikan menyebabkan penurunan pendapatan peternak sebesar Rp 181.446,00. Hasil t statistik diperoleh t hitung < t tabel yang berarti tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan peternak. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan tingkat pendidikan menyebabkan penurunan pendapatan dalam memelihara sapi. Namun, penurunan itu tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan tersebut.

Peternak yang tingkat pendidikannya lebih tinggi seharusnya dapat meningkatkan lebih besar pendapatan peternak, namun kenyataan di lapangan berbeda seperti ditunjukkan hasil penelitian di atas. Peternak di sini enggan memanfaatkan inovasi atau teknologi baru dan masih menggunakan sistem

(6)

beternak secara tradisional sehingga peningkatan tingkat pendidikan tidak mempengaruhi besarnya pendapatan peternak sapi potong. Adapun menurut Yunus (2004), harus diakui bahwa keberlangsungan pendidikan sering kali tidak berakar dari persoalan riil masyarakat pada suatu daerah. Misalnya, fakta bahwa mayoritas masyarakat Indonesia ada di pedesaan, yang notabene adalah masyarakat agraris, tetapi dalam praktik pendidikannya hampir tidak berorientasi pada problem masyarakat khususnya masyarakat desa. Praktik pendidikan yang demikian disinyalir membuat orang “sekolahan” menjadi asing dan tidak mengenal persoalan yang sedang terjadi di sekitarnya. Hal ini menjelaskan bahwa pendidikan yang cukup belum tentu dapat mendorong seseorang untuk mengatasi persoalan yang dihadapi, khususnya para peternak dalam hal peningkatan pendapatan dari usahanya.

Pengalaman

Bila koefisien regresi variabel lainnya tetap, maka setiap penambahan 1 tahun pengalaman beternak menyebabkan kenaikan pendapatan peternak sebesar Rp 23.028,892,00. Dari uji t statistik diperoleh t hitung < t tabel yang berarti pengalaman beternak tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan peternak. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan pengalaman beternak menyebabkan peningkatan pendapatan, namun peningkatan tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan.

Dari segi manajemen pemeliharaan ternak, peternak dengan pengalaman beternak tinggi lebih menguasai tata laksana beternak dengan baik seperti pemberian pakan, perawatan kebersihan kandang dan ternak, perawatan kesehatan, dan penanganan penyakit. Namun di lapangan diperoleh tidak terjadi pengaruh seperti yang diharapkan. Hal ini dapat disebabkan karena peternak sapi potong di daerah ini sebagian besar tidak melakukan perubahan-perubahan positif dalam usaha meningkatkan pendapatan menurut pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pengalamanan masing-masing peternak. Banyak yang memiliki pengalaman yang memadai namun masih menggelola usaha tersebut dengan kebiasaan-kebiasaan lama yang sama dengan waktu mereka mengawali usahanya sampai sekarang. Menurut Abidin dan Simanjuntak (1977), faktor penghambat berkembangnya peternakan pada suatu daerah dapat berasal dari faktor-faktor topografi, iklim, keadaan sosial, tersedianya bahan-bahan makanan rerumputan atau penguat. Di samping itu, faktor pengetahuan yang dimiliki masyarakat

sangat menentukan pula perkembangan peternakan di daerah itu.

Tanggungan Keluarga

Apabila nilai koefisien regresi variabel lain dianggap tetap, maka setiap penambahan 1 orang tanggungan keluarga menyebabkan

peningkatan pendapatan peternak sebesar Rp 200.017,86,00. Berdasarkan uji t statistik

diperoleh t hitung < t tabel yang berarti jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh nyata tehadap pendapatan peternak. Walaupun setiap penambahan tanggungan keluarga menyebabkan peningkatan pendapatan, namun peningkatan itu tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak tersebut. Hal ini dapat disebabkan karena tanggungan anak dalam keluarga peternak tidak dapat memberi dorongan positif terhadap peningkatan pendapatan peternak. Menurut Bossard dan Boll, yang disitir Ahmadi (2003), masyarakat itu mula-mula terdiri dari small family (keluarga kecil), yaitu suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anaknya paling banyak 2 atau 3 anak. Pada keluarga kecil ini anak-anak lebih banyak menikmati segi sosial ekonomi dan lebih banyak diperhatikan orang tuanya.

Motivasi

Bila nilai koefisien regresi variabel lainnya dianggap tetap, maka setiap perubahan motivasi beternak menyebabkan peningkatan pendapatan sebesar Rp 2.453.424,10,00. Ini berarti setiap perubahan motivasi beternak dari orang tua ke inisiatif sendiri menyebabkan peningkatan pendapatan tersebut. Dari hasi uji t statistk diperoleh t hitung > t tabel yang berarti motivasi beternak berpengaruh sangat nyata terhadap pendapatan peternak. Menurut Fathoni (2004), kekuatan motivasi dari sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik (motivasi yang ditimbulkan oleh dorongan yang timbul dari dalam dirinya) dan lingkungannya. Demikian juga menurut Sudrajad (2005) bahwa tanpa ada motivasi dari diri sendiri jelas merupakan tipe orang yang sulit untuk diajak bekerja atau berusaha. Jadi, orang-orang yang demikian perlu diberikan motivasi atau dorongan sehingga timbul niat untuk mau bekerja.

Tenaga Kerja

Jika nilai koefisien regresi variabel lainnya dianggap tetap, maka setiap penambahan 1 orang tenaga kerja menyebabkan penurunan pendapatan sebesar Rp 135.519,60,00. Berdasarkan uji t diperoleh t hitung < t tabel yang berarti penambahan jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak. Hal ini menunjukkan, walaupun

(7)

penambahan jumlah tenaga kerja menyebabkan penurunan tingkat pendapatan, namun penurunan tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak.

Hal ini diduga karena skala pemeliharaan ternak berada dalam skala kecil, di mana menurut Dinas Peternakan (1983) dengan pemeliharaan ternak sapi secara intensif 29 ekor sapi dapat dikelola oleh 1 orang tenaga kerja. Dapat juga disebabkan karena tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan tidak ada bedanya dengan tenaga kerja upahan melainkan menambah jumlah tenaga kerja. Volume kerja masing-masing peternak hampir sama, begitu pun untuk tenaga kerja upahan. Di sini upahan bukanlah sebagai pekerja tetap, melainkan pekerja yang mengantikan tenaga kerja keluarga yang berhalangan dan pekerja upahan sebagian besar adalah anak-anak. Demikian juga menurut Sembel (1999), bagi banyak orang penurunan aktivitas bisnis ini berarti tersedianya banyak waktu luang. Selain itu, saat aktivitas bisnis menurun, opportunity cost penggunaan waktu untuk aktifitas nonbisnis semakin kecil. Yang dimaksud opportunity cost di sini adalah penghasilan yang bisa diperoleh kalau waktu tersebut digunakan untuk kegiatan yang langsung menghasilkan pendapatan. Nilai R square yang diperoleh sebesar 0,498 berarti 49,8% pendapatan peternak sapi secara bersama-sama dipengaruhi oleh faktor skala usaha (jumlah ternak sapi), umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Skala usaha (jumlah ternak sapi), motivasi beternak berpengaruh meningkatkan pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang.

Umur peternak, tingkat pendidikan peternak, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, dan jumlah tenaga kerja dalam beternak tidak mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang.

Sebesar 49,8% pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang secara bersama-sama dipengaruhi oleh skala usaha (jumlah ternak sapi), umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, serta jumlah

tenaga kerja, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.

Saran

Sebaiknya para peternak sapi potong di Kecamatan Hamparan Perak meningkatkan skala usaha dan memperbaiki sistem pemeliharaan ternak sapi potong. Diharapkan di kawasan Kecamatan Hamparan Perak diberikan penyuluhan peternakan dan mengaktifkan kembali kelompok tani ternak di daerah tersebut. Di samping itu, disarankan untuk meningkatkan kualitas pemberian pakan ternak dengan tambahan pakan kosentrat, peningkatan intensitas kerja sehingga tidak merasa enggan untuk pemeliharaan di atas 5 ST, serta perbaikan sistem penjualan ternak yang terjadwal dan bekerlanjutan. Bukan secara kebetulan seperti kebanyakan yang dilakukan selama ini.

Daftar Pustaka

Abidin, A. dan Simanjuntak, D. 1977. Ternak Sapi Potong. Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta.

Abidin, Z. 2002. Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Ahmadi, A.H. 2003. Sosiologi Pendidikan. PT Rineka Cipta, Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2002. Kecamatan Hamparan Perak dalam Angka 2002. BPS Sumatera Utara, Medan.

Fhatoni, A.H. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Rineka Cipta, Jakarta.

Sembel, R. 1999. Berpikir Ekonomis Di Masa Kritis. Gramedia, Jakarta.

Siregar, S.B. 2005. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Soekartawi, A., Soehardjo, Dillon, J.L., Hardaker, J.B. 1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian untuk Penggembangan Petani Kecil. UI-Press, Jakarta.

Sudrajad. 2005. Kiat Mengetas Pengangguran Melalui Wirausaha. PT Bumi Aksara, Jakarta.

Sugiyono, 1994. Metode Penelitian Administrasi. Edisi ketiga. Alfabeta, Bandung.

Yunus, M.F. 2004. Pendidikan berbasis Sosial- Paolo Freire dan YB. Mangunwijaya. Longung, Yogyakarta.

Gambar

Tabel 2. Koefisien faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong

Referensi

Dokumen terkait

Variabel skala usaha, umur peternak, lama pendidikan peternak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak.Sedangkan variabel pengalaman peternak, jumlah tanggungan keluarga

Hasil penelitian di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo menunjukkan bahwa umur, pendidikan dan pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong

Tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik peternak (Umur, tingkat pendidikan, serta lama pengalaman beternak) dan jumlah ternak yang

Selain itu diperoleh juga bahwa jumlah ternak berpengaruh sangat nyata terhadap pendapatana peternak kerbau sedangkan umur peternak dan pengalaman beternak tidak berpengaruh

Predictors: (Constant), Desa, Umur Peternak, Jumlah Ternak, Pengalaman.. Dependent

Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan karakteristik peternak (umur, pendidikan, pengalaman beternak, dan jumlah tanggungan keluarga) dengan skala usaha ternak

Analisis regresi linear berganda pengaruh umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, skala usaha, dan biaya produksi

sebagian besar ternak sapi potong yang dipelihara oleh peternak masih dalam.. skala kecil, dengan lahan dan modal yang sangat terbatas