• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

8.2. Pembagian Kerja dan Curahan Waktu dalam Kegiatan

Kegiatan reproduktif merupakan aktivitas seseorang yang terkait dengan pemeliharaan sumberdaya manusia dan tugas-tugas kerumahtanggaan. Meskipun kegiatan reproduktif dalam rumahtangga tidak diperhitungkan sebagai pekerjaan, tetapi sangat penting dalam melestarikan kehidupan keluarga. Seiring dengan apa yang dikemukakan Saptari dan Holzner (1997) bahwa kerja reproduksi secara harfiah berarti menggantikan apa yang telah habis atau hilang untuk menjaga kelestarian sistem atau struktur sosial yang ada. Dari konsep tersebut, para ahli studi perempuan dan ilmu sosial mengartikan kerja reproduktif sebagai kerja yang tidak langsung menghasilkan sesuatu.

Kegiatan reproduktif bersifat rutin dan cenderung sama dari hari ke hari dan hampir seluruh kegiatan reproduktif merupakan tanggung jawab perempuan. Sehingga perempuan yang juga aktif dalam kerja produktif akan memiliki peran ganda dan hal tersebut menimbulkan beban kerja perempuan bertambah. Kontribusi laki-laki dan perempuan dalam pekerjaan reproduktif pada rumahtangga nelayan pengolah, nelayan tidak pengolah dan nelayan buruh dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Aktivitas reproduktif dan rata -rata curahan waktu (jam) sehari yang lalu dalam rumahtangga nelayan

Rumahtangga Nelayan Pengolah Rumahtangga Nelayan Tidak Pengolah Rumahtangga Nelayan buruh No. Kegiatan reproduktif LK % PR % LK % PR % LK % PR % 1 Memasak 0.07 5.4 2.3 35 0.03 6.3 2.7 37 0 0 2.46 36 2 Membersihkan rumah 0.14 11 0.6 9 0.03 6.3 0.5 6.8 0.1 5.4 0.46 6.7 3 Mencuci pakaian 0.07 5.4 0.5 7.1 0.02 4.2 0.6 7.8 0 0 0.54 7.9 4 Menyetrika pakaian 0 0 0.1 1.6 0 0 0.2 2.2 0 0 0.12 1.7 5 Mencuci alat dapur 0.13 9.5 0.5 7.1 0.02 4.2 0.4 5.9 0 0 0.5 7.3 6 Mengasuh anak 0.11 8.2 1.8 28 0.07 17 2.3 31 0.4 27 1.85 27 7 Mengambil air 0.32 24 0.3 4.6 0.21 48 0.1 2 0.9 62 0.23 3.4 8 Belanja 0 0 0.3 4.2 0.04 8.4 0.3 4.1 0 0 0.58 8.4 9 Membersihkan halaman 0.46 35 0.1 2.2 0.02 4.2 0.1 1.3 0 0 0.04 0.6 10 Memandikan anak 0.01 0.7 0.1 1.2 0 1.1 0.1 1.6 0.1 5.4 0.08 1.1 Jumlah Rata-rata 1.31 100 6.6 100 0.43 100 7.4 100 1.4 100 6.85 100

Sumber: Data Primer 2005

Secara umum laki-laki pada rumahtangga nelayan masih terlibat dalam kerja reproduktif meskipun dengan curahan waktu yang sedikit dibanding perempuan. Jumlah curahan waktu kerja reproduktif laki-laki dan perempuan pada tiap kelompok tidak ada yang sama. Adapun curahan waktu kerja perempuan terbanyak terdapat pada rumahtangga nelayan tidak pengolah dimana untuk satu hari menggunakan waktu kerja rata-rata 7,39 jam sementara rumahtangga nelayan pengolah dan buruh masing-masing 6,5 jam dan 6,85 jam. Besarnya curahan waktu kerja perempuan pada rumahtangga nelayan tidak pengolah tersebut dimungkinkan karena ketersediaan waktu mereka untuk kerja reproduktif lebih besar daripada perempuan pada rumahtangga nelayan pengolah dan buruh yang maing-masing sebagian besar harus menyediakan waktu untuk kerja produktif.

Hal ini juga bisa dilihat dari kecilnya curahan waktu kerja reproduktif laki-laki pada rumahtangga nelayan tidak pengolah yang hanya 0,43 jam dibanding pada rumahtangga nelayan pengolah dan buruh yang masing-masing 1,31 jam dan 1,42 jam.

Memasak merupakan kerja reproduktif perempuan yang secara umum menggunakan alokasi curahan waktu terbesar. Meskipun dalam rumahtangga nelayan terdapat anak perempuan yang sudah remaja, tetapi tugas memasak masih dominan dikerjakan oleh perempuan. Sementara anak remaja biasanya hanya turut membantu sedangkan ibu-ibu lebih memiliki tanggung jawab terhadap makanan yang dihasilkan sebagai aplikasi dari peran mereka yaitu penyedia kebutuhan konsumsi makanan keluarga. Dari keseluruhan sampel perempuan hanya 1 perempuan yang tidak terlibat memasak sehari yang lalu, Hal ini dikarenakan perempuan tersebut masih dalam pemulihan kesehatan setelah menjalani persalinan. Biasanya kerja memasak keluarga untuk sementara dibantu oleh saudara terdekat mereka.

Membersihkan rumah, mencuci pakaian, mencuci alat dapur, dan membersihkan halaman merupakan kerja reproduktif yang sudah tidak sepenuhnya dikerjakan oleh perempuan secara umum. Hal ini bisa dilihat dari kecilnya jumlah curahan waktu yang dialokasikan oleh perempuan untuk kerja tersebut. Karena di dalamnya terdapat keterlibatan laki-laki dan anggota rumahtangga lain yang turut membantu. Sementara untuk kerja menyetrika pakaian laki-laki tidak memiliki alokasi curahan waktu sedikitpun. Hal ini dimungkinkan karena pekerjaan menyetrikan memerlukan keterampilan khusus Sementara pada perempuanpun kerja menyetrikan merupakan kerja yang memiliki alokasi curahan waktu sedikit. Sebagaimana penelitia n yang dilakukan oleh Mardiana et.all (2005) yang juga menemukan kegiatan menyetrika pada rumahtangga nelayan secara umum merupakan kerja dengan curahan waktu kecil karena pakaian mereka untuk sehari-hari tidak di setrika. Adapun kerja menyetrika hanya dilakukan pada saat-saat tertentu misalnya hendak bepergian jauh, menyambut hari raya, memenuhi undangan, dan pakaian seragam anak sekolah yang kegiatannya dilakukan seminggu sekali.

Kebutuhan air bersih masyarakat Kecamatan Panai Hilir tidak jauh berbeda dengan wilayah pesisir lainnya. Tetapi tingkat kontaminasi air laut di Kecamatan Panai Hilir masih tinggi sehingga untuk memperoleh air yang tidak berasa dan berwarna dibutuhkan pemboran tanah dengan kedalaman tertentu. Rumahtangga nelayan dengan ekonomi rendah tidak mampu melakukan hal tersebut sehingga mereka harus membeli air pada pemilik sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air bersih rumahtangga. Kegiatan membeli air tersebut dominan dilakukan oleh laki-laki. Dapat dilihat pada rumahtangga nelayan, curahan waktu yang dialokasikan laki-laki untuk mengambil air lebih besar daripada curahan waktu perempuan. Adapun keterlibatan perempuan dalam kerja mengambil air tersebut adalah ketika laki-laki belum pulang dari melaut. Disamping itu, kerja mengambil air juga dilakukan oleh sebagian perempuan yang bertempat tinggal di dekat sungai untuk kebutuhan mandi dan mencuci. Kegiatan mengambil air tersebut dilakukan ketika air pasang.

Pada rumahtangga nelayan pengolah ikan asin, membersihkan halaman merupakan tugas laki-laki sehingga curahan waktu laki-laki lebih besar (0,46) jam daripada perempuan (0 ,14) jam. Sementara pada rumahtangga nelayan tidak pengolah alokasi curahan waktu kerja laki-laki juga masih lebih besar daripada perempuan.

Belanja merupakan kerja reproduktif yang secara umum meruapakan tanggung jawab perempuan. Hampir setiap hari kegiatan belanja dilakukan oleh perempuan dalam memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga meskipun dalam jumlah yang sedikit. Keterlibatan laki-laki untuk kerja belanja hanya terdapat pada rumahtangga nelayan tidak pengolah dengan curahan waktu 0,04 jam. Adapun kegiatan belanja tersebut dilakukan laki-laki bukan untuk kebutuhan konsumsi kebutuhan keluarga sebagaimana yang dilakukan perempuan, tetapi hanya untuk kebutuhan ransum melaut. Dan inipun dilakukan apabila persediaan ransum yang mau di bawa ke laut telah habis dan perempuan belum sempat membelinya atau persediaan tersebut sebelumnya telah digunakan untuk kebutuhan makanan keluarga. Biasanya kerja belanja tersebut dilakukan laki-laki pada malam hari sebelum melaut dan hanya dilakukan di warung kelontong sekitar rumah.

Curahan kerja reproduktif yang juga menyita waktu perempuan adalah mengasuh anak. Dimana untuk kerja mengasuh anak tersebut juga terdapat adanya keterlibatan laki-laki meskipun dengan curahan waktu yang kecil. Apabila dihitung penuh curahan waktu yang dialokasikan perempuan untuk kerja mengasuh anak, akan lebih besar daripada memasak. Tetapi dalam hal ini, curahan waktu kerja perempuan yang dialokasikan secara bersamaan dengan mengasuh anak tidak dihitung. Sehingga adapun rata-rata curahan waktu yang dialokasikan perempuan khusus mengasuh anak untuk tiap rumahtangga adalah 1,82 jam, 2,31 jam dan 1,85 jam. Kerja produktif perempuan dalam pengolahan udang tidak terlalu berat. Dimana perempuan hanya bekerja menjemur dan mengontrol udang yang sebelumnya telah direbus di laut. Sehingga pekerjaan produktif tersebut dapat dilakukan bersamaan dengan mengasuh anak. Sementara pada rumahtangga nelayan tidak pengolah dan buruh, ketika mereka kerja produktif, anak diasuh oleh saudara-saudara terdekat mereka atau oleh anak perempuan yang berumur di atas 10 tahun. Demikian pula untuk kerja mamandikan anak dominan dilakukan oleh perempuan Tetapi pada sebagian kecil laki-laki masih ter libat dalam pengasuhan anak. Tidak adanya alokasi curahan waktu laki-laki untuk pengasuhan anak terdapat pada rumahtangga nelayan tidak pengolah.

Berdasarkan hasil uji analisis yang dilakukan terhadap keseluruhan kelompok nelayan dengan menggunakan Uji Beda Dua Nilai Tengah Dua Arah, diperoleh bahwa terdapat perbedaan curahan waktu aktivitas reproduktif laki-laki dan perempuan yang ditunjukkan oleh nilai Zhitung (-15,9) lebih kecil dari Ztabel (-

0,0003). Dengan demikian keputusan yang diambil adalah menolak Ho dan menerima HI artinya curahan waktu reproduktif laki-laki lebih kecil daripada perempuan.

8.3. Pembagian Kerja dan Curahan Waktu dalam Aktivitas Produktif.

Aktivitas produktif yang dilakukan anggota rumahtangga nelayan adalah pekerjaan yang terkait dengan usaha-usaha mendapatkan pendapatan. Pada pembagian kerja produktif lebih terlihat adanya perbedaan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan dalam menghasilkan sejumlah barang dan jasa. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa laki-laki memiliki curahan waktu yang lebih besar daripada perempuan baik pada rumahtangga nelayan pengolah, rumahtangga nelayan tidak pengolah maupun rumahtangga nelayan buruh yang masing-masing; 16.3 jam, 14.4 jam dan 18 jam. Adapun curahan waktu yang digunakan nelayan tersebut untuk kerja melaut masing-masing 34 jam. berbagai pekerjaan produktif dalam memanfaatkan perikanan laut dari masing-masing kelompok rumahtangga nelayan sebagaimana terdapat pada Tabel 21.

Tabel 21 Aktivitas produktif dan Rata-rata Curahan Waktu (jam) sehari yang lalu dalam rumahtangga nelayan

Rumah tangga nelayan pengolah

Rumah tangga nelayan tidak pengolah

Rumahtangga nelayan buruh

N0. Aktivitas

LK % WT % LK % W T % LK % WT %

1 Menangkap ikan di laut 9.68 59 0 0 9.02 63 0 0 14 77 0 0 2 Mencari ker ang di tepi

pantai 0 0 0 0 0 0 2.23 81 0 0 0 0 4 Mempersiapkan alat-alat melaut 0.64 3.9 0 0 0.64 4.5 0 0 0.3 2 0 0 5 Memperbaiki jaring 0.5 3.1 0 0 1.1 7.7 0 0 1.2 6.8 0 0 6 Membuat jaring 0 0 0 0 0.44 3.1 0 0 0.4 2.2 0 0 7 Memeriksa kondisi

boat/sampan dan alat tangkap 2 12 0 0 1.88 13 0 0 0.8 4.8 0 0 8 Memasarkan hasil tangkapan 0.13 0.8 0 0 1.02 7.1 0.34 12 0 0 0 0 9 Memperbaiki kapal bocor 0.29 1.8 0 0 0.12 0.8 0 0 0.8 4.8 0 0 10 Memikul ikan ke darat 0.68 4.2 0 0 0.02 0.1 0 0 0.5 2.8 0 0 11 Menyiangi ikan 0 0 0.21 2.8 0 0 0.1 3.5 0 0 3.31 74 12 Merebus olahan 1.64 10 0.75 9.8 0 0 0 0 0 0 1.08 24 13 Menjemur & mengontrol

olahan 0.07 0.4 3.29 43 0 0 0.05 1.7 0 0 0.04 0.9 14 Mengayak olahan 0.25 1.5 1.02 13 0 0 0.01 0.3 0 0 0 0 15 memilih olahan 0 0 0.52 6.7 0 0 0.03 1 0 0 0.04 0.9 16 Menumbuk udang 0.07 0.4 0.11 1.4 0 0 0 0 0 0 0 0 17 Mencetak dan membungkus terasi 0.21 1.3 0.21 2.8 0 0 0 0 0 0 0 0 19 Memasarkan ikan pengolahan 0.14 0.9 1.57 20 0 0 0 0 0 0 0 0 Jumlah 16.3 100 7.68 100 14.3 100 2.75 100 18 100 4.46 100

Sumber: Data Primer 2005

Menangkap ikan di laut dan mencari siput merupakan pekerjaan produktif yang secara langsung bersentuhan dengan ranah laut. Pekerjaan mencari ikan di laut dominan dilakukan oleh laki-laki dengan menggunakan alokasi curahan waktu lebih besar daripada kerja produktif lain. Besarnya curahan waktu yang dialokasikan laki-laki untuk melaut tersebut dikarenakan sumber mata

pencaharian keluarga sepenuhnya masih bergantung pada perikanan laut. Sementara hasil tangkapan yang diperoleh nelayan semakin berkurang untuk setiap trip melaut. Berkurangnya hasil tangkapan tersebut menurut nelayan adalah akibat semakin banyaknya jumlah nelayan dan adanya aktivitas alat tangkap trawl yang digunakan tidak pada wilayah tangkap seharusnya tetapi berada di wilayah tangkap nelayan kecil. Sementara ikan -ikan di atas wilayah tangkap 3 mil sudah sangat minim. Pernyataan nelayan tersebut sejalan dengan Anonimous (2003) bahwa tingkat pemanfaatan ikan di perairan pantai Timur Provinsi Sumatera Utara telah dilakukan secara intensif dan bahkan telah berakibat pada penangkapan yang berlebih (over fishing). Selanjutnya Solihin, A. et.all (2005) juga mengemukakan bahwa trawl pertama kali di kembangkan di Indonesia pada tahun 1970 di daerah perairan Selat Malaka sebagai upaya mendongkrak produksi perikanan tangkap. Keefektifan trawl yang mampu menangkap semua jenis sasaran tangkap sampai pada dasar laut menyebabkan dalam kurun waktu sekitar 7 tahun perairan Selat Malaka mengalami over fishing. Kendati demikian aktivitas trawl di perairan Selat Malaka sejauh ini masih belum terselesaikan. Dan karena alternatif sumber mata pencaharian lain belum ada sehingga masyarakat tidak punya pilihan lain untuk tetap memanfaatkan perikanan laut hanya dengan aktivitas tangkap.

Adapun kerja produktif mencari siput dominan dikerjakan perempuan pada rumahtangga nelayan tidak pengolah. Pekerjaan mencari kerang dilakukan oleh ibu-ibu dan anak gadis desa Sei Tawar. Tetapi sekarang kerang yang berada di pesisir tidak sebanyak dahulu. Dari beberapa nelayan Sei Tawar di peroleh 7 rumahtangga yang perempuannya mencari kerang. Waktu yang digunakan untuk mencari kerang sampai memasarkannya 6 - 7 jam perhari. Biasanya Ibu-ibu berangkat jam 06.00 WIB dan jam 07.00 sampai di pesisir. Pekerjaan mengambil kerang berakhir sampai jam 12.00 dengan hasil kerang yang sudah dipasarkan. Adapun penjualan hasil kerang dilakukan di tempat pengambilan kerang dimana pembeli langsung datang ke pesisir pantai.

Pekerjaan mencari siput Doceng dilakukan oleh perempuan desa Sei Baru dan diperoleh 8 rumahtangga. Pekerjaan ini lebih berat dari mencari kerang yang hanya di pesisir pantai. Waktu berangkat kerja ibu-ibu dan anak gadis yang

bekerja mencari siput bersamaan dengan waktu berangkat laki-laki melaut. Apabila air pasang jam 3 malam, merekapun harus berangkat jam 3 malam juga. Demikian pula waktu pulang mereka menunggu saat air pasang. Pekerjaan berdoceng tersebut telah diorganisir oleh seorang pemborong yang menyediakan perahu motor dan langsung membeli siput yang diperoleh perempuan setiap hari kerja. Siput-siput tersebut merupakan komoditas ekspor yang akan dikirim ke Malaysia. Perempuan yang bekerja mencari siput mendapat pendapatn berdasarkan banyaknya siput yang di peroleh. Harga jual siput Doceng adalah Rp.1000 per kilogramnya. Pekerjaan ini cukup beresiko, mereka hanya menggunakan tangan tanpa peralatan pelindung untuk memungut siput-siput. Mereka harus masuk menyusuri hutan bakau unutk mengambil siput-siput yang menempel pada tanaman bakau. Dari segi kelestarian pesisir dan laut, pekerjaan ini merusak keberlanjutan potensi-potensi laut. Karena rusaknya telur-telur ikan yang berada di akar-akar hutan bakau. Dan, habitat bakau juga mengalami kerusakan.

Mempersiapkan alat melaut, memperbaiki jaring yang rusak, membuat jaring, memeriksa kondisi perahu, memperbaiki perahu dan memikul ikan ke darat adalah pekerjaan dominan yang dilakukan laki-laki. Sementara perempuan baik pada rumahtangga nelayan pengolah, tidak pengolah maupun rumahtangga nelayan buruh tidak memiliki curahan waktu sedikitpun pada kerja tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan kerja yang berhubungan dengan aktivitas tangkap di laut sepenuhnya dilakukan oleh laki-laki.

Pekerjaan menyiangi ikan dapat dilakukan oleh seluruh perempuan sampel rumahtangga nelayan. Pada rumahtangga nelayan khususnya pengolah ikan asin, pekerjaan membelah ikan tidak menjadi pekerjaan penuh perempuan. Karena umumnya rumahtangga pengolah ikan asin dapat dikatakan sudah memiliki modal yang lebih besar dari rumahtangga pengolahan lainnya. Sehingga pekerjaan membelah ikan telah menggunakan tenaga buruh perempuan. Keterlibatan mereka disamping mengontrol proses pengolahan ikan dan sambil ikut membelah tetapi tidak penuh, juga menyiapkan keperluan-keperluan buruh yang sedang bekerja. Hal ini ditunjukkan oleh curahan waktu yang dialokasikan mereka yaitu rata-rata 0,21 jam per hari. Sementara untuk kerja-kerja yang lebih berat seperti

pengangkutan ikan -ikan, pembilasan dan penggaraman serta penimbangan ikan dilakukan laki-laki. Dan pekerjaan ini umumnya dilakukan oleh tenaga kerja keluarga yaitu anak laki-laki rumahtangga nelayan pengolah ikan asin.

Memasarkan hasil tangkapan dapat di lihat pada Tabel hanya dilakukan oleh laki-laki rumahtangga nelayan tidak pengolah. Hal ini dikarenakan pada rumahtangga nelayan pengolah, hasil tangkapan di jual setelah diolah terlebih dahulu. Sedangkan pada rumahtangga buruh, kegiatan pemasaran hanya dilakukan oleh pemilik. Adapun pemasarn ikan hasil tangkapan dilakukan di tengah laut ketika aktivitas melaut berlangsung. Dalam hal ini, pemborong-pemborong ikan baik untuk pasar domestik dan non domestik mendatangi perahu-perahu milik nelayan. Sistem pasar tersebut di satu sisi untuk menghemat biaya BBM nelayan tetapi kerugian yang diterima nelayan jauh lebih besar. Dimana nelayan tidak memiliki informasi tentang harga sehingga sulit untuk menentukan tingkat harga yang lebih menguntungkannya.

Pada rumahtangga nelayan tidak pengolah, kerja membelah ikan kurang diminati oleh perempuan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai curahan waktu perempuan yang hanya 0,1 jam. Pekerjaan membelah ikan ini hanya dilakukan oleh rumahtangga yang berada di desa Sei Berombang. Sementara perempuan di desa- desa lain menjadi buruh tani dalam usaha menambah pendapatan keluarga. Tetapi pekerjaan tersebut tidaklah banyak memberi kontribusi pada ekonomi keluarga, karena hanya dilakukan 2 tahun sekali yaitu saat musim tanam padi dengan upah kerja perhari Rp. 12.000 - 15.000. Adapun beberapa perempuan yang berada di desa Sei Baru memanfaatkan potensi pohon pandan yang dianyam sehingga menghasilkan tikar yang disebut “Tikar Pandan”. Untuk menghasilkan 1 tikar, menggunakan alokasi curahan waktu selama 2 minggu dengan harga jual Rp. 25.000 – 30.000. Sejauh ini belum ada pasar, menjamin produk yang mereka hasilkan. Sehingga pemasaran Tikar Pandan dilakukan ke daerah Panimpahan dengan menggunakan biaya transport yang cukup besar.

Pada rumahtangga nelayan buruh, kerja membelah ikan merupakan kerja yang menggunakan alokasi curahan waktu terbesar dibanding yang lain. Perempuan rumahtangga nelayan buruh umumnya bertempat tinggal di Desa Sei Berombang dan bekerja pada usaha pengolahan pribumi dan keturunan Tionghoa.

Pekerjaan tersebut men ggunakan alokasi curahan waktu terbesar dibanding kerja produktif lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan alokasi curahan waktu rata-rata 3,31 jam per hari.

Merebus olahan adalah kerja produktif yang dilakukan oleh rumahtangga nelayan pengolah. Pada pengolahan remis laki-laki dan perempuan memiliki pembagian kerja yang sama saling bergantian baik pada perebusan dan pengayakan. Pekerjaan mengolah tergantung pada jumlah remis yang diperoleh saat melaut. Semakin banyak remis maka dibutuhkan waktu yang lama pula untuk mengolahnya. Umumnya waktu mengolah remis menggunakan 3 - 4 jam per trip melaut. Sementara pada proses perebusan udang olahan dilakukan ketika aktivitas melaut berlangsung sehingga perempuan tidak terlibat dalam proses perebusan olahan udang kering. Hal ini ditunjukkan oleh rata-rata curahan waktu kerja laki- laki yang lebih besar daripada perempuan pada proses perebusan yaitu 1,64 Jam sedangkan perempuan 0,75 jam. Disamping itu terdapat pula perempuan rumahtangga nelayan buruh yang bekerja pada pengolahan remis. Adapun upah untuk pekerjaan tersebut dalam 1 kali proses pengolahan Rp. 7500,00. Curahan waktu kerja perempuan buruh dalam pengolahan remis tersebut rata-rata 1,08 jam. Pada pengolahan udang kering, perempuan dibebankan pada kerja menjemur, mengontrol, mengayak, memilih dan memasarkan hasil olahan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 21 bahwa pada rumahtangga nelayan olah, curahan waktu kerja perempuan untuk kerja produktif tersebut lebih besar dari laki-laki. Demikian pula untuk kerja memilih olahan tidak terdapat curahan waktu laki-laki di dalamnya. Sementara pada rumahtangga nelayan tidak pengolah dan buruh, kerja tersebut menggunakan alokasi curahan waktu yang kecil. Adapun keterlibatan perempuan rumahtangga nelayan tidak pengolah dan buruh umumnya pada kerja menjemur ikan asin. Kerja tersebut dilakukan pada pagi hari sekitar jam 06.00 – 08.00 WIB sementara untuk mengontrol penjemuran ikan adalah tugas pemilik pengolahan ikan asin. Sedangkan untuk kerja mengayak dan memilih udang dilakukan pada sore hari setelah udang yang dijemur kering.

Menumbuk udang dan mencetak terasi adalah bagian kerja produktif pengolahan terasi disamping kerja menjemur terasi yang telah jadi. Adapun rumahtangga yang melakukan pengolahan terasi dalam penelitian ini terdapat 3

rumahtangga nelayan pengolah. Terasi yang dihasilkan masih dipasarkan untuk kebutuhan pasar Kecamatan Panai Hilir dan yang memasarkannya adalah perempuan secara langsung ke warung-warung kelontong yang terdapat di Kecamatan Panai Hilir. Demikian pula untuk rumahtangga nelayan pengolah udang kering. Tetapi untuk memasarkannya perempuan tidak harus ke pasar karena pemborong-pemborong udang yang secara langsung mendatangi rumah - rumah mereka.

Peranan perempuan pada proses pengolahan secara langung memberi kontribusi dalam pendapatan rumahtangga. Dapat pula dikatakan bahwa pada rumahtangga nelayan pengolah terdapat pembagian kerja yang jelas antara laki- laki dan perempuan. Laki-laki memiliki tanggung jawab mulai dari melaut sampai mengangkat ikan ke darat. Sementara perempuan dalam proses pengolahan ikan sampai pemasaran.

Dari hasil analisis terhadap curahan waktu laki-laki dan perempuan pada kegiatan reproduktif dan produktif memiliki hubungan terbalik. Contohnya pada rumahtangga nelayan buruh curahan waktu kerja reproduktif laki-laki sangat kecil sementara perempuan memiliki curahan kerja besar dan pada kerja produktif laki- laki nelayan buruh memiliki curahan kerja yang besar sedangkan perempuan memiliki curahan kerja yang kecil.

Beradasarkan uji analisis statistik dengan menggunakan uji Uji Beda Dua Nilai Tengah Satu arah , pada aktivitas produktif diperoleh hasil nilai uji Zhitung

10,1 sementara nilai Ztabel 0,9997. Dengan demikian nilai Zhitung lebih besar

daripada Ztabel dan hal ini juga dibuktikan dengan nilai Zhitung yang berada di

wilayah kritik yang merupakan wilayah penerimaan H1. Dengan demikian keputusan yang diambil adalah tolak Ho artinya curahan waktu produktif laki-laki lebih besar daripada perempuan.

8.4. Aktivitas Kebutuhan Dasar

Aktivitas kebutuhan dasar laki-laki dan perempuan sampel rumahtangga penelitian dapat dilihat pada Tabel 22. Adapun kebutuhan dasar terdiri dari mandi, makan, ibadah dan tidur.

Tabel 22 Aktivitas Kebutuhan Dasar dan Rata-rata Curahan Waktu

Laki-laki Perempuan

No. Aktivitas kebutuhan dasar

Jam Jam 1 Mandi 0.10 1.13 2 Tidur 4.7 5.8 3 Ibadah 0.23 0.26 4 Makan 0.21 0.4 Jumlah 5.24 7.59

Sumber: Data Primer 2005

Tabel 22 menunjukkan bahwa rata-rata curahan waktu kebutuhan dasar perempuan lebih besar dari laki-laki. Perbedaan curahan waktu kebutuhan dasar yang paling menyolok antara laki-laki dan perempuan adalah pada kebutuhan tidur. Hal ini terkait dengan aktivitas laki-laki yang lebih banyak digunakan untuk melaut. Kondisi riil di lapangan menunjukkan waktu melaut laki-laki cukup tin ggi yaitu 9 – 12 jam setiap trip melaut atau satu hari melaut. Sedikitnya waktu yang dicurahkan laki-laki untuk kebutuhan dasar tersebut dimungkinkan pula adanya faktor persaingan yang tinggi antar nelayan dalam melakukan aktivitas tangkap terkait dengan wilayah tangkap (fishing ground) mereka.

Dokumen terkait