• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Status Gizi Anak Balita

2.5.2 Pembagian Status Gizi pada Balita

Status gizi baik yaitu keadaan dimana asupan zat gizi sesuai dengan adanya penggunaan untuk aktivitas tubuh.Hal ini diwujudkan dengan adanya keselarasan antara, tinggi badan terhadap umur, berat badan terhadap umur dan tinggi badan terhadap berat badan.Tingkat gizi sesuai dengan tingkat konsumsi yang menyebabkan tercapainya kesehatan gizi sesuai dengan tingkat konsumsi yang menyebabkan tercapainya kesehatan tersebut.Tingkat kesehatan gizi yang baik ialah kesehatan gizi optimum.Dalam kondisi ini jaringan penuh oleh semua zat gizi tersebut.Tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan setinggi-tingginya (Almatsier, 2011).

Anak yang status gizi baik dapat tumbuh dan kembang secara normal dengan bertambahnya usia. Tumbuh atau pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam hal besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat, panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik. Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam stuktur dan fungsi tubuh yang komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Almatsier, 2011).

b. Gizi Kurang

Gizi kurang pada dasarnya adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan perorangan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Kurang gizi banyak menimpa anak khususnya anak balita yang berusia dibawah lima tahun karena merupakan golongan yang rentan serta pada fase ini kebutuhan tubuh akan zat gizi meningkat karena selain untuk tumbuh juga untuk perkembangan sehingga apabila anak kurang gizi dapat menimbulkan berbagai penyakit. Status gizi kurang (undernutrition) merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari energi yang dikeluarkan (Wardlaw, 2007).

Status gizi kurang terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa macam zat gizi yang diperlukan. Hal yang menyebabkan status gizi kurang karena kekurangan zat gizi yang dikonsumsi atau mungkin mutunya rendah. Gizi kurang pada dasarnya adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan perorangan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang

diperoleh dari makanan. Kurang gizi banyak menimpa anak khususnya anak balita yang berusia dibawah lima tahun karena merupakan golongan yang rentan serta pada fase ini kebutuhan tubuh akan zat gizi meningkat karena selain untuk tumbuh juga untuk perkembangan sehingga apabila anak kurang gizi dapat menimbulkan berbagai penyakit (Almatsier, 2011).

c. Gizi Buruk

Gizi buruk adalah keadaan dimana asupan zat gizi sangat kurang dari kebutuhan tubuh yang diklasifikasikan atas 3 jenis yaitu (Depkes RI, 2009):

1) Kwashiorkor, dengan gejala klinis: tertumbuhan dan mental mundur, perkembangan mental apatis, edema, otot menyusut (kurus), depigmentasi rambut dan kulit, karakteristik di kulit : timbul sisik, gejala kulit itu disebut dengan flaky paint dermatosis, hipoalbuminemia, infiltrasi lemak dalam hati yang reversible, atropi dari kelenjar Acini dari pankreas sehingga produksi enzim untuk merangsang aktivitas enzim untuk mengeluarkan juice duodenum terhambat,diare, anemia moderat, masalah diare dan infeksi menjadi komponen gejal klinis, menderita kekurangan vitamin A, dihasilkan karena ketidakcukupan sintesis plasma protein pengikat retinol sehingga sering kali timbul gejala kebutaan yang tetap/permanen.

2) Marasmus, dengan gejala klinis kurus kering,tampak hanya tulang dan kulit, otot dan lemak bawah kulit atropi, wajah seperti orang tua, berkerut/keriput, layu dan kering, diare umum terjadi.

3) Kwashiorkor-marasmus, dengan gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan marasmus, dengan BB/U <60% baku median World Health Organization-National Centre for Health Statistics (WHO- NCHS) disertai edema yang tidak mencolok (Depkes RI, 2009).

2.5.3 Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks Antropometri

Status gizi anak balita dapat ditentukan berdasarkan indeks antropometri yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), dengan menggunakan standar baku WHO- NCHS. Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana terdapat keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan individu. Energi yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi lainnya (Nix, 2005).

Antropometri gizi merupakan penilaian status gizi dengan pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain : berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, dan lapisan lemak bawah kulitSusilawati (2008).

Indeks antropometri yang sering digunakan adalah BB/U, karena sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil dan dapat mendeteksi kegemukan (overweight).Pilihan indeks antropometri tergantung pada tujuan menilai status gizi.Indeks antropometri TB/U menggambarkan status gizi masa lalu sehingga menggambarkan status sosial ekonomi, dan kurang sensitif terhadap kurang gizi

dalam waktu yang singkat.Pengaruh kurang gizi terhadap pertumbuhan tinggi badan baru terlihat dalam kurun waktu yang lama.Indeks BB/TB menggambarkan status gizi saat ini (Soekirman, 2000).

Indikator di bawah ini digunakan untuk penilaian status gizi dan memantau pertumbuhan serta perkembangan anak:

a. TB/U (Tinggi/Panjang Badan menurut Umur)

TB/U, mewakili pertumbuhan yang dicapai dalam panjang atau tinggi terhadap usia anak. Indeks ini dapat membantu mengidentifikasi anak-anak yang terhambat (pendek) karena lama gizi atau penyakit berulang. Pendek sangat adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). b. BB/U (Berat Badan menurut Umur)

BB/U, mewakili berat badan relatif terhadap umur anak pada hari tertentu.Indeks ini digunakan untuk menilai apakah seorang anak kekurangan berat atau sangat berat, tetapi tidak digunakan untuk mengklasifikasikan anak sebagai kelebihan berat badan atau obesitas.Karena berat relatif mudah diukur, indeks ini yang umum digunakan, tetapi tidak bisa diandalkan dalam situasi dimana umur anak tidak dapat ditentukan secara akurat, seperti situasi pengungsi.Gizi kurang dan gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah underweight (gizi kurang) dan severely underweight (gizi buruk).

c. BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan)

BB/TB, mewakili berat badan secara proposional dengan pertumbuhan yang dicapai dalam panjang atau tinggi.Indeks ini sangat berguna dalam situasi dimana umur anak tidak diketahui, misalnya dalam situasi pengungsi.Indeks berat badan menurut tinggi badan, membantu mengidentifikasi anak-anak dengan berat badan rendah yang biasanya disebabkan oleh sakit atau kekurangan makanan yang menyebabkan penurunan berat badan.Indeks ini juga membantu mengidentifikasi anak-anak yang mungkin berisiko menjadi kelebihan berat badan atau obesitas. Kurus dan sangat kurus adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) yang merupakan padanan istilah wasted (kurus) dan severely wasted (sangat kurus).

Klasifikasi status gizi balita berdasarkan indeks antropometri dapat dilihat dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1.Klasifikasi Status Gizi Balita

Indeks Status Gizi Ambang Batas

BB/U Gizi Lebih Gizi Baik Gizi Kurang

Gizi Sangat Kurang

> +2SD > -2 SD sampai +2SD < -2SD sampai ≥ -3SD < -3SD TB/U Tinggi Normal Pendek Sangat pendek >+2 SD - 2SD sampai +2SD -3 SD sampai < -2SD < -3 SD BB/TB Sangat Gemuk Gemuk Normal Kurus Kurus Sekali > +3 SD > +2SD sampai 3 SD ≥ -2SD sampai +2SD < -2SD sampai ≥ -3SD < -3SD

Dikutip dari : Kementerian Kesehatan RI, 2011

Status gizi dapat dipantau melalui kegiatan Posyandu yang mengukur berat badan setiap bulan, dan dicatat dalam kartu yang dikenal dengan kartu menuju sehat (KMS). KMS adalah alat yang sederhana dan murah untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak, yang didalamnya berisi pesan dan informasi tentang berat badan, tinggi badan, perkembangan, ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI, pemberian makanan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A. Disamping itu, juga berisi pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orangtua balita tentang kesehatan anaknya, sehingga bermanfaat sebagai media edukasi bagi orangtua balita. Selain itu bermanfaat sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan petugas untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan gizi.

Kartu menuju sehat balita (KMS) adalah alat sederhana yang dapat mendeteksi penyimpangan pertumbuhan anak, sekaligus mendeteksi secara dini adanya malnutrisi. Penimbangan yang dilakukan secara teratur setiap bulan, akan diperoleh grafik berat badan anak. Arah grafik pada KMS, dapat digunakan untuk melihat pertumbuhan dan status gizi anak (Depkes. RI, 2000).

KMS di Indonesia saat ini memakai beberapa standar baku, salah satunya menurut baku WHO-NCHS dimana keadaan status gizi baik berada pada warna hijau/hijau tua, gizi kurang pada warna kuning, gizi buruk dibawah garis merah dan gizi lebih berada jauh diatas warna hijau (>10%baku ). Bentuk KMS dapat dilihat

dalam Gambar 2.1 dimana KMS biru untuk laki-laki dan KMS merah muda untuk perempuan.

Gambar 2.3 Kartu Menuju Sehat (KMS) Tampak Bagian Depan Sumber : Depkes RI, 2009

Dokumen terkait