• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan Untuk Kegiatan Pelayanan Gizi Terhadap Pemantauan Pertumbuhan Balita di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan Untuk Kegiatan Pelayanan Gizi Terhadap Pemantauan Pertumbuhan Balita di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMANFAATAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN UNTUK KEGIATAN PELAYANAN GIZI TERHADAP

PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KECAMATAN BAMBEL KABUPATEN ACEH TENGGARA

TESIS

Oleh TRI NIRWANA 117032039/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH PEMANFAATAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN UNTUK KEGIATAN PELAYANAN GIZI TERHADAP

PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KECAMATAN BAMBEL KABUPATEN ACEH TENGGARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh TRI NIRWANA 117032039/AKK

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : PENGARUH PEMANFAATAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN UNTUK

KEGIATAN PELAYANAN GIZI TERHADAP PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KECAMATAN BAMBEL KABUPATEN ACEH TENGGARA

Nama Mahasiswa : Tri Nirwana Nomor Induk Mahasiswa : 117032039/AKK

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Khaira Amalia Fachrudin, SE, Ak, MBA, CA, MAPPI, (Cert Ketua

) (Dra. Jumirah, Apt, M.Kes Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 16 Juli 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Khaira Amalia Fachrudin, SE, Ak, MBA, CA, MAPPI, (Cert) Anggota : 1. Dra. Jumirah, Apt, M.Kes

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PEMANFAATAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN UNTUK KEGIATAN PELAYANAN GIZI TERHADAP

PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KECAMATAN BAMBEL KABUPATEN ACEH TENGGARA

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2014

(6)

ABSTRAK

Posyandu sebagai perpanjangan tangan puskesmas bertujuan memberikan pelayanan kesehatan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan balita setiap bulan. Dalam menyelenggarakan setiap kegiatan posyandu disediakan dana BOK dari Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dalam membantu Pemerintah Kabupaten/Kota. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pemanfaatan dana Bantuan Operasional Kesehatan untuk kegiatan pelayanan gizi terhadap pemantauan pertumbuhan balita di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara.

Jenis penelitian adalah survei yang bersifat explanatory research. Populasi adalah semua bidan desa penanggung jawab posyandu yang ada di bawah koordinasi Puskesmas Plus Biak Muli Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara sebanyak 33 orang,karna setiap posyandu di tanggung jawabi oleh seorang bidan desa dan sampel berjumlah 33 bidan (total populasi). Teknik pengumpulan data diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner. Analisis deskriptif dilakukan pada semua variabel. Analisis pengaruh pemanfaatan dana bantuan operasional kesehatan untuk kegiatan pelayanan gizi terhadap pemantauan pertumbuhan balita dilakukan dengan uji regresi linear.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh pemanfaatan dana BOK (ketersediaan dana (p=0,002) dan pemberdayaan masyarakat(p=0,040)) terhadap cakupan pemantauan penimbangan balita (K/S), terdapat pengaruh pemanfaatan dana BOK (ketersediaan dana (p=0,009)) terhadap cakupan partisipasi masyarakat (D/S), terdapat pengaruh pemanfaatan dana BOK (ketersediaan dana (p=0,004)) terhadap cakupan hasil penimbangan (N/D).

Disarankan kepada bidan di 33 Posyandu Kecamatan Bambel lebih memperhatikan pertumbuhan balita dengan memanfaatkan dana BOK sehingga dapat menurunkan status gizi kurang dan gizi buruk melalui ketersediaan dana yang diberikan pemerintah pusat dan melakukan pemberdayaan masyarakat secara rutin pada setiap pelaksanaan Posyandu sehingga kader sebagai penyelenggara utama kegiatan Posyandu mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

(7)

ABSTRACT

Integrated service post as the extension of public health center is intended to provide health service for monitoring the growth and the development of under five year-old children each month. In implementing each integrated service post activity, Health Operational Aid funds are provided by the government through the Ministry of Health in helping District/Town Administration. The objective of the research was to find out and to analyze the influence of the use of Health Operational Aid for the activity of nutrition service on the monitoring of the growth of under five year-old children in Bambel Subdistrict, Aceh Tenggara District.

The research was a survey with explanatory research method. The population was all 33 village midwives who were in charge of Integrated service post under the coordination of Public Health Center Plus Biak Muli, Bambel Subdistrict, Aceh Tenggara District (total population). The data were gathered by conducting interviews with questionnaires and analyzed by using linear regression test.

The result of the research showed that there was the influence of the use of Health Operational Aid funds (the availability of funds (p = 0.002) and people empowerment (p = 0.040) on the coverage of the monitoring of weighing under five year-old children (K/S); there was the influence of the use of Health Operational Aid funds (the availability of funds (p = 0.009)) on the coverage of public participation (D/S); and there was the influence of the use of Health Operational Aid funds (the availability of funds (p = 0.004)) on the coverage of the weighing outcome (N/D).

It is recommended that midwives in the 33 integrated service post in Bambel Subdistrict should pay more attention to the growth of under five year-old children by using Health Operational Aid funds which have been provided by the central government, so that malnutrition status can be reduced. It is also recommended that people empowerment should be performed regularly in every activity of integrated service post so that the cadres as the main actors of integrated service post activities are able to carry out their duty and responsibility.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Pengaruh Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan Untuk Kegiatan Pelayanan Gizi Terhadap Pemantauan Pertumbuhan Balita di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc.(CTM)., Sp.A, (K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(9)

Utara yang telah membimbing kami dan memberikan masukan serta saran dalam penyelesaian tesis ini.

4. Dr. Khaira Amalia Fachrudin, SE, Ak, MBA, CA, MAPPI, (Cert) dan Dra. Jumirah, Apt, M.Kes selaku Komisi Pembimbing yang dengan penuh

perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari pengajuan judul hingga penulisan tesis ini selesai.

5. Dr. Juanita, S.E, M.Kes dan dr. Heldy BZ, M.P.H, selaku Komisi Penguji yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

6. Kepala Puskesmas Plus Biak Muli Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara beserta seluruh staf pegawai yang telah membantu melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian.

7. Para Dosen dan Staf di Lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada Ayahanda Rasidin Desky, S.Sos, MM dan Ibunda Hj. Jamilah serta keluarga besar yang telah memberikan dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan.

(10)

10.Teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, atas bantuannya dan memberikan semangat dalam penyusunan tesis ini.

11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam proses penyelesaian tesis ini.

Akhirnya saya menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Juli 2014 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Tri Nirwana, lahir pada tanggal 26 Agustus 1984 di Banda Aceh, beragama Islam, bertempat tinggal di Gumpang Jaya Kecamatan Babu Salam Kabupaten Aceh Tenggara Penulis merupakan anak dari pasangan ayahanda Rasidin Desky, S.Sos, MM dan Hj. Jamilah anak ke 3 (tiga) dari 7 (tujuh) bersaudara.

Jenjang pendidikan formal penulis dimulai dari SD Negeri 2 Biakmuli Kotacane (1996), MTSn Kotacane (1999), Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) Pemda Kotacane Kabupaten Aceh Tenggara (2002), S1 Keperawatan di UNPRI Medan (2010), Penulis menempuh pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat minat studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Hipotesis ... 12

1.5 Manfaat Penelitian ... 13

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 15

2.1 Kebijakan Kesehatan ... 15

2.1.1 Pengertian Kebijakan Kesehatan ... 15

2.1.2 Kerangka Konsep dalam Kebijakan Kesehatan ... 16

2.2 Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) ... 18

2.2.1 Pengertian BOK ... 18

2.2.2 Tujuan BOK ... 18

2.2.3 Sasaran BOK ... 19

2.2.4 Dasar Hukum BOK ... 19

2.2.5 Prinsip Dasar ... 20

2.2.6 Alokasi Dana BOK ... 21

2.2.7 Ruang Lingkup Kegiatan BOK di Puskesmas ... 23

2.3 Pemanfaatan Dana BOK untuk Pelayanan Gizi Balita ... 24

2.3.1 Operasional Posyandu ... 26

2.3.2 Sweeping ... 29

2.3.3 Pemanfaatan Status Gizi ... 31

2.3.4 Surveilans ... 32

2.4 Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Dana BOK ... 33

2.5 Status Gizi Anak Balita ... 34

2.5.1 Pengertian Status Gizi ... 34

(13)

2.5.3 Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks

Antropometri ... 37

2.6 Keluarga Miskin ... 41

2.7 Posyandu ... 44

2.7.1 Tingkat Perkembangan Posyandu ... 46

2.7.2 Pengelola Posyandu ... 49

2.7.3 Tujuan Pembentukan Kader ... 50

2.7.4 Kader ... 51

2.7.5 Tugas Kader dan Kegiatan Posyandu ... 52

2.8 Landasan Teori ... 55

2.9 Kerangka Konsep ... 57

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 58

3.1 Jenis Penelitian ... 58

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 58

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 58

3.2.2 Waktu Penelitian ... 58

3.3 Populasi dan Sampel ... 58

3.3.1 Populasi ... 58

3.3.2 Sampel ... 59

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 59

3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 59

3.5.1 Uji Validitas ... 60

3.5.2 Uji Reliabilitas ... 60

3.6 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 62

3.6.1 Definisi Operasional ... 62

3.6.2 Pengukuran Variabel ... 64

3.7 Metode Analisis Data ... 66

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 68

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 68

4.2 Analisis Univariat ... 69

4.2.1 Pemanfaatan Dana BOK Berdasarkan Pembinaan Kader ... 69

4.2.2 Pemanfaatan Dana BOK Berdasarkan Keaktifan Kader 71 4.2.3 Pemanfaatan Dana BOK Berdasarkan Ketersediaan Dana ... 72

4.2.4 Pemanfaatan Dana BOK Berdasarkan Pemberdayaan Masyarakat ... 74

4.2.5 Pemanfaatan Pertumbuhan Balita ... 75

(14)

4.3.1 Hubungan Pemanfaatan Dana BOK Berdasarkan (Pembinaan Kader, Keaktifan Kader, Ketersediaan Dana dan Pemberdayaan Masyarakat) dengan Cakupan Pemantauan Penimbangan Balita (K/S) di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara ... 76 4.3.2 Hubungan Pemanfaatan Dana BOK Berdasarkan

(Pembinaan Kader, Keatifan Kader, Ketersediaan Dana dan Pemberdayaan Masyarakat) dengan Cakupan Partisipasi Masyarakat (D/S) di Kecamatan

Bambel Kabupaten Aceh Tenggara ... 77 4.3.3 Hubungan Pemanfaatan Dana BOK Berdasarkan

(Pembinaan Kader, Keaktifan Kader, Ketersediaan Dana dan Pemberdayaan Masyarakat) dengan Cakupan Hasil Penimbangan (N/D) di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara ... 78 4.4 Analisis Multivariat ... 79

4.4.1 Pengaruh Pemanfaatan Dana BOK terhadap Cakupan Pemantauan Penimbangan Balita (K/S) di Kecamatan

Bambel Kabupaten Aceh Tenggara ... 79 4.4.2 Pengaruh Pemanfaatan Dana BOK terhadap Cakupan

Partisipasi Masyarakat (D/S) di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara ... 85 4.4.3 Pengaruh Pemanfaatan Dana BOK terhadap Cakupan

Hasil Penimbangan (N/D) di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara ... 90

BAB 5. PEMBAHASAN ... 97 5.1 Pemantauan Pertumbuhan Balita Berdasarkan Cakupan

Pemantauan Penimbangan Balita (K/S), Cakupan Partisipasi

Masyarakat (D/S) dan Cakupan Hasil Penimbangan (N/D) ... 97 5.2 Pengaruh Pemanfaatan Dana BOK Berdasarkan Pembinaan

terhadap Cakupan Pemantauan Penimbangan Balita (K/S), Cakupan Partisipasi Masyarakat (D/S) dan Cakupan Hasil Penimbangan (N/D) ... 99 5.3 Pengaruh Pemanfaatan Dana BOK Berdasarkan Keaktifan

Kader terhadap Cakupan Pemantauan Balita (K/S), Cakupan Partisipasi Masyarakat (D/S) dan Cakupan Hasil Penimbangan (N/D) ... 101 5.4 Pengaruh Pemanfaatan Dana BOK Berdasarkan Ketersediaan

(15)

5.5 Pengaruh Pemanfaatan Dana BOK Berdasarkan Pemberdayaan Masyarakat terhadap Cakupan Pemantauan Penimbangan Balita (K/S), Cakupan Partisipasi Masyarakat

(D/S) dan Cakupan Hasil Penimbangan (N/D) ... 108

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 112

6.1 Kesimpulan ... 112

6.2 Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 115

(16)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1. Klasifikasi Status Gizi Balita ... 39 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel

Independen (Pembinaan Kader) ... 60 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel

Independen (Keaktifan Kader) ... 61 3.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel

Independen (Ketersediaan Dana) ... 61 3.4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel

Independen (Pemberdayaan Masyarakat) ... 62 4.1. Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Dana BOK Berdasarkan

Pembinaan Kader di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh

Tenggara ... 70 4.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Pembinaan Kader di

Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara ... 71 4.3. Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Dana BOK Berdasarkan

Keaktifan Kader di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh

Tenggara ... 71 4.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Keaktifan Kader di

Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara ... 72 4.5. Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Dana BOK Berdasarkan

Ketersediaan Dana di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh

Tenggara ... 73 4.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Ketersediaan Dana di

(17)

4.7. Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Dana BOK berdasarkan Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Bambel Kabupaten

Aceh Tenggara ... 74 4.8. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Pemberdayaan

Masyarakat di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara ... 75 4.9. Gambaran Pemantauan Pertumbuhan Balita di Kecamatan

Bambel Kabupaten Aceh Tenggara ... 75 4.10. Hasil Uji Korelasi Pearson Pemanfaatan Dana BOK (Pembinaan

Kader, Keaktifan Kader, Ketersediaan Dana dan Pemberdayaan Masyarkat) dengan Cakupan Pemantauan Penimbangan Balita

(K/S) di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara ... 76 4.11. Hasil Uji Korelasi Pearson Pemanfaatan Dana BOK (Pembinaan

Kader, Keaktifan Kader, Ketersediaan Dana dan Pemberdayaan Masyarkat) dengan Cakupan Partisipasi Masyarakat (D/S) di

Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara ... 77 4.12. Hasil Uji Korelasi Pearson Pemanfaatan Dana BOK (Pembinaan

Kader, Keaktifan Kader, Ketersediaan Dana dan Pemberdayaan Masyarkat) dengan Cakupan Hasil Penimbangan (N/D) di

Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara ... 78 4.13. Uji Asumsi Eksistensi Pemanfaatan Dana BOK terhadap

Cakupan Pemantauan Penimbangan Balita (K/S) di Kecamatan

Bambel Kabupaten Aceh Tenggara ... 79 4.14. Uji Asumsi Independensi Pemanfaatan Dana BOK terhadap

Cakupan Pemantauan Penimbangan Balita (K/S) di Kecamatan

Bambel Kabupaten Aceh Tenggara ... 80 4.15. Uji Asumsi Linearitas Pemanfaatan Dana BOK terhadap

Cakupan Pemantauan Penimbangan Balita (K/S) di Kecamatan

Bambel Kabupaten Aceh Tenggara ... 80 4.16 Hasil Uji Regresi Linear ... 83 4.17 Uji Asumsi Eksistensi Pemanfaatan Dana BOK terhadap

Cakupan Partisipasi Masyarakat (D/S) di Kecamatan Bambel

(18)

4.18 Uji Asumsi Indepedensi Pemanfaatan Dana BOK terhadap Cakupan Partisipasi Masyarakat (D/S) di Kecamatan Bambel

Kabupaten Aceh Tenggara ... 86 4.19 Uji Asumsi Linearitas Pemanfaatan Dana BOK terhadap

Cakupan Partisipasi Masyarakat (D/S) di Kecamatan Bambel

Kabupaten Aceh Tenggara ... 87 4.20 Hasil Uji Regresi Linear ... 89 4.21 Uji Asumsi Eksistensi Pemanfaatan Dana BOK terhadap

Cakupan Hasil Penimbangan (N/D) di Kecamatan Bambel

Kabupaten Aceh Tenggara ... 91 4.22 Uji Asumsi Indepedensi Pemanfaatan Dana BOK terhadap

Cakupan Hasil Penimbangan (N/D) di Kecamatan Bambel

Kabupaten Aceh Tenggara ... 92 4.23 Uji Asumsi Linearitas Pemanfaatan Dana BOK terhadap

Cakupan Hasil Penimbangan (N/D) di Kecamatan Bambel

(19)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1. Segitiga Kebijakan ... 16

2.2. Vitamin A yang diberikan kepada Balita ... 29

2.3. Kartu Menuju Sehat (KMS) Tampak Bagian Depan ... 41

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 117

2. Master Data ... 124

3. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 122

4. Hasil Statistik ... 126

5. Surat Izin Penelitian dari Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU... 148

(21)

ABSTRAK

Posyandu sebagai perpanjangan tangan puskesmas bertujuan memberikan pelayanan kesehatan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan balita setiap bulan. Dalam menyelenggarakan setiap kegiatan posyandu disediakan dana BOK dari Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dalam membantu Pemerintah Kabupaten/Kota. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pemanfaatan dana Bantuan Operasional Kesehatan untuk kegiatan pelayanan gizi terhadap pemantauan pertumbuhan balita di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara.

Jenis penelitian adalah survei yang bersifat explanatory research. Populasi adalah semua bidan desa penanggung jawab posyandu yang ada di bawah koordinasi Puskesmas Plus Biak Muli Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara sebanyak 33 orang,karna setiap posyandu di tanggung jawabi oleh seorang bidan desa dan sampel berjumlah 33 bidan (total populasi). Teknik pengumpulan data diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner. Analisis deskriptif dilakukan pada semua variabel. Analisis pengaruh pemanfaatan dana bantuan operasional kesehatan untuk kegiatan pelayanan gizi terhadap pemantauan pertumbuhan balita dilakukan dengan uji regresi linear.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh pemanfaatan dana BOK (ketersediaan dana (p=0,002) dan pemberdayaan masyarakat(p=0,040)) terhadap cakupan pemantauan penimbangan balita (K/S), terdapat pengaruh pemanfaatan dana BOK (ketersediaan dana (p=0,009)) terhadap cakupan partisipasi masyarakat (D/S), terdapat pengaruh pemanfaatan dana BOK (ketersediaan dana (p=0,004)) terhadap cakupan hasil penimbangan (N/D).

Disarankan kepada bidan di 33 Posyandu Kecamatan Bambel lebih memperhatikan pertumbuhan balita dengan memanfaatkan dana BOK sehingga dapat menurunkan status gizi kurang dan gizi buruk melalui ketersediaan dana yang diberikan pemerintah pusat dan melakukan pemberdayaan masyarakat secara rutin pada setiap pelaksanaan Posyandu sehingga kader sebagai penyelenggara utama kegiatan Posyandu mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

(22)

ABSTRACT

Integrated service post as the extension of public health center is intended to provide health service for monitoring the growth and the development of under five year-old children each month. In implementing each integrated service post activity, Health Operational Aid funds are provided by the government through the Ministry of Health in helping District/Town Administration. The objective of the research was to find out and to analyze the influence of the use of Health Operational Aid for the activity of nutrition service on the monitoring of the growth of under five year-old children in Bambel Subdistrict, Aceh Tenggara District.

The research was a survey with explanatory research method. The population was all 33 village midwives who were in charge of Integrated service post under the coordination of Public Health Center Plus Biak Muli, Bambel Subdistrict, Aceh Tenggara District (total population). The data were gathered by conducting interviews with questionnaires and analyzed by using linear regression test.

The result of the research showed that there was the influence of the use of Health Operational Aid funds (the availability of funds (p = 0.002) and people empowerment (p = 0.040) on the coverage of the monitoring of weighing under five year-old children (K/S); there was the influence of the use of Health Operational Aid funds (the availability of funds (p = 0.009)) on the coverage of public participation (D/S); and there was the influence of the use of Health Operational Aid funds (the availability of funds (p = 0.004)) on the coverage of the weighing outcome (N/D).

It is recommended that midwives in the 33 integrated service post in Bambel Subdistrict should pay more attention to the growth of under five year-old children by using Health Operational Aid funds which have been provided by the central government, so that malnutrition status can be reduced. It is also recommended that people empowerment should be performed regularly in every activity of integrated service post so that the cadres as the main actors of integrated service post activities are able to carry out their duty and responsibility.

(23)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, salah satu agenda pembangunan nasional adalah mengurangi kesenjangan antar wilayah yang tercermin dari meningkatnya peran pedesaan sebagai basis pertumbuhan ekonomi dan membaiknya indeks pembangunan manusia (IPM).Pembangunan kesehatan yang merupakan salah satu program prioritas dalam mewujudkan agenda pembangunan nasional mempunyai arah kebijakan yaitu meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya angka harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi dan ibu melahirkan dan meningkatnya status gizi masyarakat (Adisasmito, 2007).

(24)

Berdasarkan Riskedas 2010, secara nasional terjadi penurunan prevalensi kurang gizi pada balita dari 18,4% tahun 2007 menjadi 17,9% tahun 2010. Gizi buruk dari 5,4% tahun 2007 menjadi 4,9% tahun 2010. Tidak terjadi penurunan pada prevalensi gizi kurang, yaitu tetap 13,0 persen. Prevalensi balita pendek menurun dari 18,0% tahun 2007 menjadi 17,1% tahun 2010. Sedangkan prevalensi balita sangat pendek menurun dari 18,8% tahun 2007 menjadi 18,5% tahun 2010. Prevalensi anak kurus menurun dari 13,6% tahun 2007 menjadi 13,3% tahun 2010. Sedangkan Provinsi Aceh prevalensi status gizi balita (BB/U) gizi buruk 7,1% dan gizi kurang 16,6% (Kemenkes RI, 2010).

Walaupun secara nasional terjadi penurunan prevalensi masalah gizi pada balita, tetapi masih terdapat kesenjangan antar provinsi. Terdapat 18 provinsi yang memiliki prevalensi gizi kurang dan buruk di atas prevalensi nasional, 15 provinsi memiliki prevalensi anak pendek dan anak kurus di atas nasional, 15 provinsi memiliki prevalensi pendek pada balita diatas prevalensi nasional, dan 19 provinsi yang memiliki prevalensi anak kurus diatas prevalensi nasional.Salah satunya adalah Provinsi Aceh yang memiliki prevalensi gizi buruk 7,1% dan gizi kurang 16,6%, sedangkan berdasarkan kabupaten/kota prevalensi gizi buruk dan gizi kurang tertinggi adalah Kabupaten Aceh Tenggara (48,7%) (Kemenkes RI, 2010).

(25)

kurang adalah melalui alokasi sumber daya termasuk anggaran kesehatanBantuan Operasional Kesehatan (BOK)(Kemenkes, 2013).

Dana BOK adalah bantuan dana dari Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dalam membantu Pemerintah Kabupaten/Kota melaksanakan pelayanan kesehatan sesuatu Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan menuju MDGs dengan meningkatkan kinerja Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu dalam menyelenggaran pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Dana BOK dimanfaatkan sepenuhnya secara langsung oleh Puskesmas untuk pelayanan kesehatan masyarakat dan tidak dijadikan sumber pendapatan daerah sehingga tidak boleh disetorkan ke kas daerah. Pemanfaatan dana BOK harus berdasarkan hasil perencanaan yang disepakati dalam Lokakarya Mini Puskesmas yang diselenggarakan secara rutin (periodik bulanan/triwulanan). Tujuan pemberian dana BOK untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya kesehatan promotif dan preventif meliputi: Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB), Imunisasi, Gizi, Promosi kesehatan, Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Kemenkes RI, 2013).

(26)

sosialisasi dan monitoring serta peran staf dalam pelaksanaan kebijakan BOK belum optimal di puskesmas.Cakupan program yang dibiayai BOK tidak menunjukan peningkatan secara signifikan.yang disebabkan terbatasnya SDM dan kurangnya pengawasan dalam pelaksanaan kebijakan BOK.

Posyandu yang merupakan sarana kegiatan penimbangan balita, dalam kegiatan nyatanya melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari-oleh-untuk masyarakat yang dilaksanakan oleh kader.Agar dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu terarah dan berhasil maka Posyandu di setiap kegiatannya dibantu oleh kader-kader yang dibimbing dan diarahkan oleh Puskesmas.Kader-kader tersebut memiliki tingkat pendidikan formal yang bervariasi dan sebagian di antaranya juga sudah mengikuti pelatihan khusus bagi kader Posyandu.Selain itu, dibutuhkan pula partisipasi aktif masyarakat sehingga kegiatan Posyandu dapat berjalan lancar dan mampu mencapai efektivitas yang tinggi.Secara konseptual, Steers (1985), mengatakan efektivitas menunjuk pada seberapa jauh kegiatan suatu organisasi berhasil mencapai tujuan. Sementara Bernard (Gibson dkk., 1996), mengatakan tingkat pencapaian sasaran itu menunjukkan tingkat efektivitas dari beberapa konsep efektivitas-efektivitas organisasi. Berpangkal pada derajat keberhasilan mencapai tujuan organisasi atau mengandung pengertian terjadinya efektivitas atau akibat yang dikehendaki.

(27)

masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.

Dalam menyelenggarakan setiap kegiatan posyandu disediakandana untuk pemberian makanan tambahan (PMT) balita yaitu sebesar Rp. 2000 per anak, dan untuk transportasi kader sebesar Rp. 100.000 per posyandu. Dana ini oleh kader dinilai masih belum memadai karena kader posyandu harus melaporkan temuannya ke Puskesmas, bila sewaktu-waktu terdapat masalah gizi pada balita selama tiga bulan berturut-turut, tetapi tidak segera dirujuk ke Puskesmas. Jumlah kader yang aktifjugahanya 1 atau 2 orang, membuat kegiatan pelaksanaan 5 meja di posyandu tidak terlaksanaka dengan baik.

(28)

tertinggi di Propinsi Yogyakarta yaitu sebesar 88,7%. Sementara masih terdapat 36,1% balita tidak pernah ditimbang. Dalam Riskesdas juga dilaporkan Posyandu masih merupakan sarana paling tinggi sebagai sarana kegiatan penimbangan balita (Depkes RI, 2009).

Provinsi Acehdalam meningkatkan kesehatan balita berdasarkan data dari Dinas Kesehatan bahwa pemantauan pertumbuhan balita dengan naik berat badannya (N/D) hanya 52,2%, tingkat partisipasi (D/S) 65,9% yang belum mencapai target (80%), dan balita mendapatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) atau K/S yaitu 81%.Pada tahun 2012 mengalami peningkatan dengan cakupan naik berat badannya (N/D) hanya 54,7%, tingkat partisipasi (D/S) 63,3% yang belum mencapai target (80%), dan balita mendapatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) atau K/S yaitu 79%.

Pemantauan pertumbuhan balita tahun 2011 di Kabupaten Aceh Tenggara belum optimal karena balita yang naik berat badannya (N/D) hanya 53,64%, tingkat partisipasi (D/S) 68,4% yang belum mencapai target (80%), dan balita mendapatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) atau K/S yaitu 86%. Pada tahun 2012terjadi peningkatan dengan cakupan anak naik berat badannya (N/D) hanya 61,4%, tingkat partisipasi (D/S) 69,4% yang belum mencapai target (80%), dan balita mendapatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) atau K/S yaitu 91%.

(29)

biasanya ada larangan dari suami, ingin mengurus anak dan keluarga, ketiadaanhonor untuk biaya transportasi keliling desa, halangan lain dalam pelaksanaan Posyandu yaitu dari 30 sasaran balita yang seharusnya datang tapi paling banyak 10 anak balita, itupun setelah kader kesehatan menyusul ke rumahnya. Sayangnya dalam kondisi ekonomi yang sulit sekarang ini pamor Posyandu mulai memudar, terpaksa kader Posyandu yang biasanya aktif lebih memilih memanfaatkan waktu untuk kegiatan ekonomi untuk menambah penghasilan, yang diikuti dengan tingginya tuntutan masyarakat dalam pelayanan kesehatan yang menyebabkan peran posyandu tidak maksimal lagi serta letak desa yang terpencil dengan sarana transportasi yang kurang (Abdul, 2010).

Menurut penelitian Ratnawati (2012),keaktifan kader posyandu, penurunankehadiran kader dalam kegiatan posyandu mengindikasikan adanya penurunan tingkat keaktifan dan hal itusangat menentukan kualitas fungsi dan kinerja Posyandu. keaktifan kader merupakan keterlibatan aktif kader posyandu dalam segala aspek pelaksanaan kegiatan Posyandu yang sesuai dengan tugas danfungsinya. sebagian besar kader mempunyai pengetahuan baik(56,0%) dan tingkat keaktifan kurang baik (33,3%). Sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara keaktifan kader dalam pengetahuan kaderyang berarti kekuatan hubungan lemah, dimana kader yang aktif lebih banyakberasal dari yang berpengetahuan baik (76,2%) dibandingkan yang berpengetahuan kurang (54,5%).

(30)

masyarakat merupakan upaya fasilitasi, agar masyarakat tahu, mau dan mampu untuk hidup sehat, berdasar potensi yang dimilikinya. Salah satu wujud pemberdayaan masyarakat adalahtumbuh dan berkembangnya Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).

Penelitian Bintanah (2010), menunjukan bahwa Puskesmas Halmahera di Semarang, terdapat 30 Posyandu dengan jumlah kader sebanyak 297 orang, yang aktif sebanyak 115 orang (38,72%), tingkat pencapaian program (N/S) 44,29% belum memenuhi target yang seharusnya yakni 60% dan tingkat partisipasi masyarakat 74,97%, dibawah target yang seharusnya yakni 80%. Masih terdapat 23 anak balita BGM. Hasil penelitian diketahui profil kader dengan kisaran umur kader antara 30-70 tahun dengan prosentase terbesar antara umur 51-71 tahun sebanyak 49,56%, 42,6% kader tidak bekerja, 39,1% berpendidikan tamat SMU, 91,3% sikap kader baik dan 100% kader terampil dalam penimbangan dan administrasi. Proses pembinaan kader 70,40% kader menyatakan menarik tentang materi pembinaan, 90,43% sikap pembimbing baik, 93,04% bahasa yang digunakan baik dan mudah dimengerti.

Para kader kesehatan masyarakat untuk mungkin saja berkerja secara fullteng

atau partime dalam

uang atau bentuk lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh puskesmas.Namun ada juga kader kesehatan yang disediakan sebuah rumah atau sebuah kamar serta beberapa peralatan secukupnya oleh masyarakat setempat.

(31)

belum optimal karena balita yang naik berat badannya (N/D) hanya 53,64%, tingkat partisipasi (D/S) 68,4% yang belum mencapai target (80%), dan balita mendapatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) atau K/S yaitu 86%. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan dengan cakupan anak naik berat badannya (N/D) hanya 61,4%, tingkat partisipasi (D/S) 69,4% yang belum mencapai target (80%), dan balita mendapatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) atau K/S yaitu 91%.

Data pemantauan pertumbuhan balita di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggarapada tahun 2011 berdasarkan indikator balita naik berat badannya (N/D) hanya 49,31%, tingkat partisipasi (D/S) 66,4% yang belum mencapai target (80%), dan balita mendapatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) atau K/S yaitu 80%. Pada tahun 2012 mengalami peningkatan dimana indikator balita naik berat badannya (N/D) hanya 52,8%, tingkat partisipasi (D/S) 67,7% yang belum mencapai target (80%), dan balita mendapatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) atau K/S yaitu 82%. Kemudian mengalami penurunan tahun 2013 dengan rincian indikator balita naik berat badannya (N/D) hanya 51,5%, tingkat partisipasi (D/S) 65,2% yang belum mencapai target (80%),dan balita mendapatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) atau K/S yaitu 81%.

(32)

belum terselesaikan khususnya pertumbuhan status gizi balita dimana ditemukan pada tahun 2009 balita dengan gizi kurang sebanyak 189 orang atau 55,42% dari balita BGM yang berjumlah 341 balita, dan balita gizi buruk sebanyak 152 balita atau sekitar 44,57% dari balita BGM. Sementara itu, pada tahun 2013 balita dengan gizi kurang mengalami penurunan menjadi 165 orang atau 67,07% dari balita BGM yang berjumlah 246 balita, dan balita gizi buruk mengalami penurunan menjadi hanya sebanyak 81 balita atau sekitar 32,93% dari balita BGM(Dinas Kabupaten Aceh Tenggara, 2013). Dana BOK selayaknya dapat membantu menyelesaikan masalah tersebut sehingga dapat mencapai target SPM Bidang Kesehatan dan MDG’s pada tahun 2015.

Dari hasil survei awal, didapatkan bahwa wilayah kerja Puskesmas Bambel terletak di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara yang memiliki 33 posyandu. Pada tahun 2013, data yang diperoleh dari Puskesmas Bambel yang mewakili untuk seluruh wilayah Kecamatan Bambel terdapat 2230balita yang terdaftar di pos penimbangan dan terdapat balita yang gizi buruk sebanyak5balita dari jumlah balita dan gizi kurang sebanyak 42 balita.

(33)

suntikan dana. Partisipasi ini bersifat sementara atau hanya berlangsung pada saat suatu proyek dilaksanakan. Apabila proyek berakhir, misalnya karena dana telah habis maka tidak melanjutkan secara mandiri. Partisipasi semacam ini sangat tergantung pada ada tidaknya proyek atau program yang diselenggarakan oleh pemerintah (Zulkifli, 2004).

Dana BOK memang sangat dibutuhkan untuk dimanfaatkan dalam kegiatan pelayanan gizi di posyandu guna meningkatkan status gizi balita dalam rangka mencapai tujuan Millenium Development Goals (MDGs). Hal inilah yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitiantentang ”Pengaruh Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan Untuk Kegiatan Pelayanan Gizi terhadap Pemantauan Pertumbuhan Balita di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara”.

1.2 Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah: ”Apakah adapengaruh pemanfaatan dana Bantuan Operasional Kesehatan untuk kegiatan pelayanan gizi terhadap pemantauan pertumbuhan balitadi Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara.”

1.3 Tujuan Penelitian

(34)

1.4 Hipotesis

1. Terdapat pengaruh pemanfaatan dana BOK dalam penyelenggaraan posyandu berdasarkan pembinaan kader terhadap cakupan pemantauan penimbangan balita (K/S) di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara.

2. Terdapat pengaruh pemanfaatan dana BOK dalam penyelenggaraan posyandu berdasarkan keaktifan kader terhadap cakupan pemantauan penimbangan balita (K/S) di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara.

3. Terdapat pengaruh pemanfaatan dana BOK dalam penyelenggaraan posyandu berdasarkan ketersediaan dana terhadap cakupan pemantauan penimbangan balita (K/S) di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara.

4. Terdapat pengaruh pemanfaatan dana BOK dalam penyelenggaraan posyandu berdasarkan pemberdayaan masyarakat terhadap cakupan pemantauan penimbangan balita (K/S) di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara. 5. Terdapat pengaruh pemanfaatan dana BOK dalam penyelenggaraan posyandu

berdasarkan pembinaan kader terhadap cakupan partisipasi masyarakat (D/S) di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara.

6. Terdapat pengaruh pemanfaatan dana BOK dalam penyelenggaraan posyandu berdasarkan keaktifan kader terhadap cakupan partisipasi masyarakat (D/S) di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara.

(35)

8. Terdapat pengaruh pemanfaatan dana BOK dalam penyelenggaraan posyandu berdasarkan pemberdayaan masyarakat terhadap cakupan partisipasi masyarakat (D/S) di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara.

9. Terdapat pengaruh pemanfaatan dana BOK dalam penyelenggaraan posyandu berdasarkan pembinaan kader terhadap cakupan hasil penimbangan (N/D) di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara.

10.Terdapat pengaruh pemanfaatan dana BOK dalam penyelenggaraan posyandu berdasarkan keaktifan kader terhadap cakupan hasil penimbangan (N/D) di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara.

11.Terdapat pengaruh pemanfaatan dana BOK dalam penyelenggaraan posyandu berdasarkan ketersediaan dana terhadap hasil penimbangan (N/D) di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara.

12.Terdapat pengaruh pemanfaatan dana BOK dalam penyelenggaraan posyandu berdasarkan pemberdayaan masyarakat terhadap hasil penimbangan (N/D) di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

(36)

2. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Plus Biak Muli untuk meningkatkan kinerja program gizi balita agar bisa mengurangi angka kejadian gizi kurang dan gizi buruk.

(37)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kebijakan Kesehatan

2.2.1 Pengertian Kebijakan Kesehatan

Ilmu kebijakan adalah ilmu yang mengembangkan kajian tentang hubungan antara pemerintah dan swasta, distribusi, kewenangan dan tanggung jawab antar berbagai level pemerintah, hubungan antara penyusunan kebijakan dan pelaksanaannya (Buse, 2009).

Ada banyak pendapat mengenai definisi kebijakan kesehatan, misalnya di bidang ekonomi mengartikan bahwa kebijakan kesehatan adalah segala sesuatu tentang pengalokasian sumberdaya yang langka bagi kesehatan. Sementara kebijakan kesehatan menurut seorang perencana adalah cara untuk memengaruhi faktor-faktor penentu di sektor kesehatan agar dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, dan dari sisi seorang dokter maka kebijakan kesehatan diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan layanan kesehatan (Buse, 2009). Menurut Walt (1994) yang dikutip oleh Buse (2009), kebijakan kesehatan serupa dengan politik dan segala penawaran terbuka kepada orang yang berpengaruh pada penyusunan kebijakan dan bagaimana mereka memanfaatkan pengaruh tersebut.

(38)

Kebijakan kesehatan juga sangat dipengaruhi oleh sejumlah keputusan yang tidak ada kaitannya dengan layanan kesehatan, misalnya kemiskinan, pencemaran udara, kurangnya akses air bersih dan sanitasi yang buruk (Buse, 2009).

2.2.2 Kerangka Konsep dalam Kebijakan Kesehatan

[image:38.612.134.477.280.440.2]

Untuk menganalisis suatu kebijakan kesehatan dapat dilakukan melalui segitiga analsis kebijakan.

Gambar 2.1 Segitiga Kebijakan (sumber : Buse, 2009)

Segitiga kebijakan kesehatan merupakan suatu pendekatan yang sudah sangat disederhanakan untuk suatu tantanan hubungan yang kompleks dan bukan saling terpisah. Misalnya pelaku dapat dipengaruhi dalam konteks dimana mereka tinggal dan bekerja. Konteks dipengaruhi oleh banyak faktor seperti ketidakstabilan atau ideologi, sejarah dan budaya serta proses penyusunan kebijakan. Bagaimana suatu isu dapat menjadi suatu agenda kebijakan dan bagaimana isu tersebut dapat berharga sangat dipengaruhi oleh pelaksana, kedudukan dan struktur kekuatan, norma dan harapan mereka. Dari isi kebijakan menunjukkan sebagian atau seluruh bagian ini.

Aktor Individu/grup/

organisasi

Konteks

(39)

Jadi, segitiga tidak hanya mampu membantu dalam berpikir sistematis tentang pelaku yang berbeda yang mungkin memengaruhi kebijakan tetapi juga berfungsi sebagai peta yang menunjukkan jalan (Buse, 2009).

Melalui analisis kebijakan akan diketahui mengenai apa dan bagaimana hasil (outcome) kebijakan dan sekaligus sebagai piranti untuk membuat model kebijakan yang akan datang dan mengimplementasikan kebijakan tersebut dengan lebih efektif (Buse, 2009).

Selanjutnya, Buse (2009) juga mengemukakan bahwa kebijakan kesehatan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor kontekstual, antara lain :

a. Faktor situasional, merupakan faktor yang tidak permanen atau khusus yang dapat berdampak pada kebijakan, misalnya sedang terjadi peperangan atau bencana.

b. Faktor struktural, merupakan dari masyarakat yang relatif tidak berubah. Faktor ini meliputi sistem politik, mencakup pula keterbukaan sistem tersebut dan kesempatan bagi warga masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembahasan dan keputusan kebijakan, kondisi demografi atau kemajuan teknologi.

c. Faktor budaya juga berpengaruh seperti hierarki, gender stigma terhadap penyakit tertentu dan lain-lain.

(40)

2.2Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) 2.2.1 Pengertian BOK

Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah bantuan dana dari Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dalam membantu Pemerintah Kabupaten/Kota melaksanakan pelayanan kesehatan sesuatu Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan menuju MDGs dengan meningkatkan kinerja Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif (Kemenkes, 2013).

2.2.2 Tujuan BOK a. Tujuan Umum

Pelaksanaan kegiatan program di puskesmas untuk mendukung capaian target MDGs tahun 2015 berpedoman pada prinsip : Meningkatnya akses dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat terutama kegiatan promotif dan preventif untuk mewujudkan pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan dengan fokus pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015.

b. Tujuan Khusus

1) Meningkatnya cakupan Puskesmas dalam pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.

(41)

3) Terselenggaranya proses Lokakarya Mini di Puskesmas dalam perencanaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

2.2.3 Sasaran BOK

a. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota b. Puskesmasdan jaringannya c. Poskesdes

d. Posyandu.

2.2.4 Dasar Hukum BOK

a. UUNo. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

b. UUNo. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

c. UUNo. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

d. PPNo. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

e. PP No.7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi danTugas Pembantuan

(42)

2.2.5 Prinsip Dasar

Pelaksanaan kegiatan program di puskesmas untuk mendukung capaian target MDGs tahun 2015, berpedoman pada prinsip:

a. Keterpaduan

Kegiatan pemanfaatan dana BOK sedapat mungkin dilaksanakan secara terpadu (tidak eksklusif 1 program) untuk mencapai beberapa tujuan dengan melibatkan para pelaksana program di puskesmas, kader kesehatan, lintas sektor serta unsur lainnya.

b. Kewilayahan

Puskesmas sebagai penanggungjawab pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya yang meliputi 1 (satu) kecamatan.

c. Efisien

Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara tepat, cermat dan seminimal mungkin untuk mencapai tujuan seoptimal mungkin.

d. Efektif

Kegiatan yang dilaksanakan berdaya ungkit terhadap pencapaian MDGs bidang Kesehatan tahun 2015.

e. Akuntabel

(43)

2.2.6 Alokasi Dana BOK

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 551/2010 tertanggal 5 Mei 2010, pada tahun 2010 setiap puskesmas mendapat Rp 10 juta dari sekitar 8.500 puskesmas. Pengecualian bagi puskesmas yang berada sekitar 300 puskesmas di tujuh kabupaten yang ada di wilayah Jawa, Bali. Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, Maluku, dan Papua, pemerintah akan memberikan bantuan operasional kesehatan Rp.100 juta. Puskesmas-puskesmas di tujuh wilayah tersebut dijadikan uji coba untuk mengetahui berapa banyak dana operasional yang dibutuhkan puskesmas agar kegiatannya optimal. Pada tahun 2011-2014, pemerintah akan berupaya untuk memberikan BOK bagi seluruh puskesmas secara bertahap sesuai kebutuhannya.

Pada tahun 2010, jumlah dana BOK yang disalurkan sebesar Rp 226 miliar pada 8737 unit puskesmas. Pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp 904,5 miliar yang disalurkan langsung kepada pemerintah daerah pada bulan Februari untuk selanjutnya dibagi pada tiap-tiap puskesmas.

(44)

pembagian operasional Puskesmas dengan proporsi 85 persen dan pemeliharaan ringan Puskesmas sebesar 5 persen (Kemenkes, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Litbang Depkes didapatkan alokasi dana BOK untuk tahun 2011 mengalami peningkatan yaitu: (1) Sumatera ada sekitar 2.271 Puskesmas rata-rata mendapatkan dana BOK sebesar Rp 75 juta; (2)Jawa-Bali ada sekitar 3.617 Puskesmas rata-rata mendapatkan dana BOK sebesar Rp 75 juta; (3) Kalimantan ada sekitar 836 Puskesmas rata-rata mendapatkan dana BOK sebesar Rp 100 juta; (4) Sulawesi ada sekitar 1.126 Puskesmas rata-rata mendapatkan dana BOK sebesar Rp 100 juta; (5) Maluku ada sekitar 256 Puskesmas rata-rata mendapatkan dana BOK sebesar Rp 200 juta; (6) Nusa Tenggara ada sekitar 458 Puskesmas rata-rata mendapatkan dana BOK sebesar Rp 250 juta; dan (7) Papua ada sekitar 403 Puskesmas rata-rata mendapatkan dana BOK sebesar Rp 250 juta.

(45)

2.2.7 Ruang Lingkup Kegiatan BOK di Puskesmas

Ruang lingkup kegiatan di Puskesmas terdiri dari upaya kesehatan dan manajemen puskesmas. Pada tahun 2013, pemanfaatan dana BOK diprioritaskan pada kegiatan yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk pencapaian indikator MDGs bidang kesehatan. Proporsi pemanfaatan dana BOK di puskesmas diatur minimal 60% dari total alokasi dana BOK puskesmas digunakan untuk upaya kesehatan prioritas, dan maksimal 40% dari total alokasi dana BOK puskesmas digunakan untuk upaya kesehatan lainnya dan manajemen puskesmas (Kepmenkes, 2013).

Upaya kesehatan prioritas yang diselenggarakan melalui dana BOK adalah kegiatan yang mempunyai daya ungkit tinggi dan merupakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif dalam rangka pencapaian target MDGs 1, 4, 5, 6, dan 7.

MDGs 1 Upaya menurunkan prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk MDGs 4 Upaya menurunkan angka kematian balita

MDGs 5 Upaya menurunkan angka kematian ibu dan mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua

MDGs 6 a. Upaya mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS

b. Upaya mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV dan AIDS bagi semua yang membutuhkan.

c. Upaya mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan TB

MDGs 7 Upaya meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber air minum dan sanitasi dasar yang layak

(46)

kekerasan, dan upaya kesehatan reproduksi remaja. Jenis pelayanan imunisasi meliputi kegiatan: pendataan, pelayanan di posyandu, pelayanan di sekolah (Bulan Imunisasi Anak Sekolah), Sweeping/kunjungan rumah/Back Log Fighting, penyuluhan, pengambilan vaksin dan logistik lainnya, serta pelacakan kasus diduga Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) (Kemenkes, 2013).

Sementara jenis pendidikan dan pelayanan gizi meliputi penyuluhan, perbaikan dan penanggulangan gizi kurang dan gizi buruk serta ibu hamil KEK. Kegiatan pendidikan gizi berupa penyuluhan PMT dan penyuluhan gizi, sedangkan pelayanan gizi berupa operasional posyandu (pemantauan penimbangan balita, pemberian vitamin A untuk Balita), sweeping/kunjungan rumah (penyuluhan gizi), pemantauan status gizi (pemantauan garam beryodium, PMT, penyuluhan, penggerakkan Kadarzi, penggerakan ASI eksklusif serta kunjungan/ pendampingan bagi penderita gizi kurang/buruk, dan Survey (surveilans dan pelacakan gizi buruk) (Kemenkes, 2013).

2.3 Pemanfaatan Dana BOK untuk Pelayanan Gizi Balita

(47)

mendukung upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif di antaranya perbaikan gizi masyarakat (Kemenkes, 2011).

Kebijakan BOK mulai direalisasikan sejak pertengahan tahun 2010 untuk membantu Puskesmas dan jaringannya serta Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dalam melaksanakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) menuju Millenium Development Goals (MDGs). Peluncuran skema BOK karena dinilai fungsi Puskesmas belum berjalan optimal seperti fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan perorangan primer, pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer, fungsi pusat pemberdayaan masyarakat dan fungsi pusat pembangunan wilayah berwawasan kesehatan (Kemenkes, 2013).

Upaya kesehatan wajib yang dapat dibiayai dari dana BOK mencakup upaya-upaya kesehatan promotif dan preventif yang meliputi: Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB), Imunisasi, Gizi, Promosi Kesehatan, Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pemanfaatan dana BOK ini sebesar 10 persen (maksimal) untuk manajemen kabupaten atau kota, sedangkan 90 persennya untuk dana BOK Puskesmas yang digunakan untuk operasional Puskesmas (85 persen) dan pemeliharaan ringan Puskesmas (5 %) (Kemenkes, 2013).

(48)

2.3.1 Operasional Posyandu

Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan di dalam Undang-Undang No 36 tahun 2009 bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Khusus untuk balita, kegiatan upaya perbaikan gizi dilaksanakan melalui kegiatan posyandu, melalui beberapa kegiatan yaitu (Kemenkes, 2013):

a. Pemantauan Pertumbuhan Balita melalui Kegiatan Penimbangan

Pemantauan pertumbuhan balita dilakukan melalui posyandu.Hal tersebut merupakan salah satu upaya penanggulangan gizi buruk yang dapat dilakukan di tingkat individu ataupun kelompok melalui penimbangan berat badan balita secara rutin tiap bulan dan mencatat hasilnya pada kartu menuju sehat. Pemantauan pertumbuhan balita melalui penimbangan berat badan di posyandu mempunyai tujuan, yaitu:

1) Mengetahui status pertumbuhan balita dari bulan ke bulan

2) Mengetahui secara lebih dini (awal) terjadinya gangguan pertumbuhan pada balita sebagai upaya deteksi dini balita gizi buruk

(49)

4) Memberikan konseling pada ibu/pengasuh anak dalam upaya mempertahankan atau meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan anak.

Hasil Penimbangan Balita di Posyandu yang dilakukan setiap bulan menghasilkan data penimbangan, yaitu:

1) Jumlah balita (S) yang ada di wilayah desa. 2) Jumlah balita yang memiliki KMS (K).

3) Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan penimbangan. 4) Jumlah balita yang naik berat badannya (N) pada bulan penimbangan. 5) Jumlah anak balita Bawah Garis Merah (BGM).

6) Jumlah balita yang tidak naik berat badannya (T).

7) Jumlah balita yang datang bulan ini, tetapi bulan lalu tidak datang (O). 8) Jumlah balita baru yang datang (B).

Dari data hasil penimbangan tersebut dapat dihasilkan cakupan kinerja program gizi, yaitu:

1) Cakupan penimbangan balita meliputi cakupan program (K/S): Memantau balita yang telah mendapat KMS.

2) Cakupan partisipasi masyarakat (D/S): Memantau partisipasi masyarakat untuk menimbang balitanya ke posyandu.

(50)

4) Cakupan hasil penimbangan (N/D): Memantau efektifitas perbaikan gizi dengan melihat jumlah balita yang naik berat badannya selama 2 kali berturut-turut datang ke posyandu.

b. Pemberian vitamin A untuk Balita

Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar (esensial).Vitamin A berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan terhadap penyakit (Depkes RI, 2005).

Kekurangan vitamin A merupakan penyakit sistemik yangg merusak sel dan organ tubuh, dan menyebabkan metaplasia keratinisasi pada epitel saluran pernapasan, saluran kemi, dan saluran pencernaan. Perubahan pada ketiga saluran ini relatif lebih awal terjadi ketimbang kerusakan yang terdeteksi pada mata. Namun, hanya karena hanya mata yang mudah diamati dan diperiksa, diagnosis klinis yang spesifik didasarkan pada pemeriksaan mata. Kekurangan vitamin A dapat terjadi pada semua umur akan tetapi kekurangan yang disertai kelain pada mata umumnya terdapat pada anak berusia 6 bulan sampai 4 tahun(Arisman, 2007).

(51)

kegiatan pencegahannya adalah melalui kegiatan Posyandu pada setiap bulan Februari dan Agustus seluruh balita usia 12-59 bulan mendapatkan kapsul vitamin A berwarna merah (Almatsier, 2011).

[image:51.612.258.382.359.511.2]

Anak-anak yang mengalami gizi kurang mempunyai resiko yang tinggi untuk mengalami kebutaan sehubungan dengan defisiensi vitamin A, karena alasan ini vitamin A dosis tinggi harus diberikan secara rutin untuk semua anak yang mengalami gizi kurang pada hari pertama, kecuali bila dosis yang sama telah diberikan pada bulan yang lalu. Dosis untuk anak usia>12 bulan 200.000 IU (Depkes, 2005).

Gambar 2.2 Vitamin A yang diberikan kepada Balita (Depkes RI, 2009) 2.3.2 Sweeping

(52)

garam beryodium pada balita, cara penyimpanan garam beryodium, lokasi penyimpanan dan tempat membelian.

b. PMT (Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa MP-ASI bagi anak 6-23 bulan dan PMT pemulihan pada anak 24-59 bulan kepada balita gizi kurang dari keluarga miskin.

c. Penggerakan Kadarzi

Penggerakan keluarga sadar gizi bertujuan dipraktikannya norma keluarga sadar gizi bagi seluruh keluarga di Indonesia, untuk mencegah terjadinya masalah kurang gizi, khususnya gizi buruk. Kegiatan penggerakan keluarga sadar gizi dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspeksosial budaya (lokal spesifik).

Pokok kegiatan promosi keluarga sadar gizi meliputi;

1) Menyusun strategi (pedoman) promosi keluarga sadar gizi 2) Mengembangkan, menyediakan dan menyebarluaskan materi 3) Promosi pada masyarakat, organisasi kemasyarakatan, institusi 4) Pendidikan, tempat kerja, dan tempat-tempat umum

5) Melakukan kampanye secara bertahap, tematik menggunakan media efektif terpilih

6) Menyelenggarakan diskusi kelompok terarah melalui dasawisma dengan dukungan petugas.

(53)

d. Kunjungan/ pendampingan bagi penderita gizi kurang/buruk

Meningkatkan komitmen para penentu kebijakan, termasuk legislatif, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuka adat, pers. Meningkatkan kemampuan teknis petugas dalam pengelolaan program Gizi. Diskusi dan rapat kerja dengan DPRD secara berkala dan melakukan pendampingan di wilayah kerja puskesmas.

2.3.3 Pemantauan Status Gizi

Pemantauan status gizi anak balita dimulai dengan kegiatan pengukuran status gizi balita berdasarkan indeks antropometri yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), dengan menggunakan standar baku WHO-NCHS. Kegiatan pemantauan yang dilakukan yaitu (Susilawati, 2008):

a. Pengukuran berat badan (BB)

b. Tinggi badan (TB) atau Panjang Badan (PB) c. Umur (U) balita disesuaikan dengan jenis kelamin.

d. Mengisi dan membaca grafik pertumbuhan balita di buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak).

e. Mengkategorikan dan menginterpretasikan hasil pengukuran BB, TB, atau PB dan Umur dalam status gizi balita menurut standar WHO-2005.

f. Memberikan saran kepada Ibu balita dari hasil interpretasi pengukuran.

(54)

gizibaik, gizi kurang dan gizi buruk, selanjutnya dicari prevalensi masing-masing kategori untuk mengetahui besaran masalah gizi pada balita.

2.3.4 Surveilans

Surveilans gizi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus-menerus terhadap masalah gizi buruk dan indikator pembinaan gizi masyarakat agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif, efisien dan tepat waktu melalui proses pengumpulan data, pengolahan, penyebaran informasi kepada penyelenggara program kesehatan dan tindak lanjut sebagai respon terhadap perkembangan informasi. Ruang lingkup surveilans gizi balita meliputi : pemantauan kasus gizi buruk, pemantauan pertumbuhan balita, pemantauan konsumsi garam beryodium, dan pemantauan pemberian kapsul vitamin A pada balita. Surveilans gizi akan meningkatkan efektivitas program dengan mempertajam upaya penanggulangan masalah gizi secara tepatwaktu, tempat, sasaran dan jenis tindakannya (Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2010).

Syarat utama dalam kegiatan surveilans gizi: 1) Pengumpulan informasi secara teratur.

2) Data yang dikumpulkan secara periodik dan dianalisis harus dapat digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan di dalam pengelolaan program-program masalah gizi.

(55)

2.4 Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Dana BOK

Kebijakan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) mulai direalisasikan sejak pertengahan tahun 2010 untuk membantu Puskesmas dan jaringannya serta Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dalam melaksanakan pelayanan. Adanya program dana BOK termasuk salah satu upaya untuk mencapai sasaran RPJMN Tahun 2010-2014 bidang kesehatan, Kementerian Kesehatan telah menetapkan Rencana Strategi Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014, yang memuat indikator keluaran yang harus dicapai, kebijakan dan strategi (Kemenkes, 2013).

Indikator keberhasilan pemanfaatan dana BOK bidang pendidikan dan pelayanan gizi ditetapkan 8 indikator keluaran, yaitu;

a. 100% balita gizi buruk ditangani/dirawat b. 85% balita ditimbang berat badannya

c. 80% bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif d. 90% rumah tangga mengonsumsi garam beryodium e. 85% balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A f. 85% ibu hamil mendapat Fe 90 tablet

(56)

2.5 Status Gizi Anak Balita 2.5.1 Pengertian Status Gizi

Menurut Almatsier (2011), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat makanan. Supariasa dkk (2002), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan, dan penggunaan makanan. Beck (2011), status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrisi.

Pendapat lain menyatakan status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri Hermawan (2006).

2.5.2 Pembagian Status Gizi pada Balita a. Gizi Baik

(57)

Anak yang status gizi baik dapat tumbuh dan kembang secara normal dengan bertambahnya usia. Tumbuh atau pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam hal besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat, panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik. Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam stuktur dan fungsi tubuh yang komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Almatsier, 2011).

b. Gizi Kurang

Gizi kurang pada dasarnya adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan perorangan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Kurang gizi banyak menimpa anak khususnya anak balita yang berusia dibawah lima tahun karena merupakan golongan yang rentan serta pada fase ini kebutuhan tubuh akan zat gizi meningkat karena selain untuk tumbuh juga untuk perkembangan sehingga apabila anak kurang gizi dapat menimbulkan berbagai penyakit. Status gizi kurang (undernutrition) merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari energi yang dikeluarkan (Wardlaw, 2007).

(58)

diperoleh dari makanan. Kurang gizi banyak menimpa anak khususnya anak balita yang berusia dibawah lima tahun karena merupakan golongan yang rentan serta pada fase ini kebutuhan tubuh akan zat gizi meningkat karena selain untuk tumbuh juga untuk perkembangan sehingga apabila anak kurang gizi dapat menimbulkan berbagai penyakit (Almatsier, 2011).

c. Gizi Buruk

Gizi buruk adalah keadaan dimana asupan zat gizi sangat kurang dari kebutuhan tubuh yang diklasifikasikan atas 3 jenis yaitu (Depkes RI, 2009):

1) Kwashiorkor, dengan gejala klinis: tertumbuhan dan mental mundur, perkembangan mental apatis, edema, otot menyusut (kurus), depigmentasi rambut dan kulit, karakteristik di kulit : timbul sisik, gejala kulit itu disebut dengan flaky paint dermatosis, hipoalbuminemia, infiltrasi lemak dalam hati yang reversible, atropi dari kelenjar Acini dari pankreas sehingga produksi enzim untuk merangsang aktivitas enzim untuk mengeluarkan juice duodenum terhambat,diare, anemia moderat, masalah diare dan infeksi menjadi komponen gejal klinis, menderita kekurangan vitamin A, dihasilkan karena ketidakcukupan sintesis plasma protein pengikat retinol sehingga sering kali timbul gejala kebutaan yang tetap/permanen.

(59)

3) Kwashiorkor-marasmus, dengan gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan marasmus, dengan BB/U <60% baku median World Health Organization-National Centre for Health Statistics (WHO-NCHS) disertai edema yang tidak mencolok (Depkes RI, 2009).

2.5.3 Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks Antropometri

Status gizi anak balita dapat ditentukan berdasarkan indeks antropometri yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), dengan menggunakan standar baku WHO-NCHS. Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana terdapat keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan individu. Energi yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi lainnya (Nix, 2005).

Antropometri gizi merupakan penilaian status gizi dengan pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain : berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, dan lapisan lemak bawah kulitSusilawati (2008).

(60)

dalam waktu yang singkat.Pengaruh kurang gizi terhadap pertumbuhan tinggi badan baru terlihat dalam kurun waktu yang lama.Indeks BB/TB menggambarkan status gizi saat ini (Soekirman, 2000).

Indikator di bawah ini digunakan untuk penilaian status gizi dan memantau pertumbuhan serta perkembangan anak:

a. TB/U (Tinggi/Panjang Badan menurut Umur)

TB/U, mewakili pertumbuhan yang dicapai dalam panjang atau tinggi terhadap usia anak. Indeks ini dapat membantu mengidentifikasi anak-anak yang terhambat (pendek) karena lama gizi atau penyakit berulang. Pendek sangat adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). b. BB/U (Berat Badan menurut Umur)

(61)

c. BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan)

BB/TB, mewakili berat badan secara proposional dengan pertumbuhan yang dicapai dalam panjang atau tinggi.Indeks ini sangat berguna dalam situasi dimana umur anak tidak diketahui, misalnya dalam situasi pengungsi.Indeks berat badan menurut tinggi badan, membantu mengidentifikasi anak-anak dengan berat badan rendah yang biasanya disebabkan oleh sakit atau kekurangan makanan yang menyebabkan penurunan berat badan.Indeks ini juga membantu mengidentifikasi anak-anak yang mungkin berisiko menjadi kelebihan berat badan atau obesitas. Kurus dan sangat kurus adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) yang merupakan padanan istilah wasted (kurus) dan severely wasted (sangat kurus).

[image:61.612.112.531.498.697.2]

Klasifikasi status gizi balita berdasarkan indeks antropometri dapat dilihat dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1.Klasifikasi Status Gizi Balita

Indeks Status Gizi Ambang Batas

BB/U Gizi Lebih Gizi Baik Gizi Kurang

Gizi Sangat Kurang

> +2SD

> -2 SD sampai +2SD < -2SD sampai ≥ -3SD < -3SD

TB/U Tinggi

Normal Pendek

Sangat pendek

>+2 SD

- 2SD sampai +2SD -3 SD sampai < -2SD < -3 SD

BB/TB Sangat Gemuk Gemuk

Normal Kurus Kurus Sekali

> +3 SD

(62)

Dikutip dari : Kementerian Kesehatan RI, 2011

Status gizi dapat dipantau melalui kegiatan Posyandu yang mengukur berat badan setiap bulan, dan dicatat dalam kartu yang dikenal dengan kartu menuju sehat (KMS). KMS adalah alat yang sederhana dan murah untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak, yang didalamnya berisi pesan dan informasi tentang berat badan, tinggi badan, perkembangan, ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI, pemberian makanan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A. Disamping itu, juga berisi pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orangtua balita tentang kesehatan anaknya, sehingga bermanfaat sebagai media edukasi bagi orangtua balita. Selain itu bermanfaat sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan petugas untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan gizi.

Kartu menuju sehat balita (KMS) adalah alat sederhana yang dapat mendeteksi penyimpangan pertumbuhan anak, sekaligus mendeteksi secara dini adanya malnutrisi. Penimbangan yang dilakukan secara teratur setiap bulan, akan diperoleh grafik berat badan anak. Arah grafik pada KMS, dapat digunakan untuk melihat pertumbuhan dan status gizi anak (Depkes. RI, 2000).

(63)
[image:63.612.122.522.169.426.2]

dalam Gambar 2.1 dimana KMS biru untuk laki-laki dan KMS merah muda untuk perempuan.

Gambar 2.3 Kartu Menuju Sehat (KMS) Tampak Bagian Depan Sumber : Depkes RI, 2009

2.6 Keluarga Miskin

(64)

sistem sosial yang lebih kecil, atau sebagai syarat agar keluarga itu saling berhubungan dalam banyak hal penting (Goode, 2002).

Dalam buku Ilmu Sosial dan Kekuasaan di Indonesia, Ananta (2006) menengarai, perdebatan mengenai pendefinisian orang miskin bukan perkara mudah.Menurutnya pendekatan kuantitatif yang lazim dipakai untuk mengukur kemiskinan adalah mendefinisikan kebutuhan minimum untuk kehidupan yang layak.Namun demikian “kehidupan yang layak” juga memerlukan pendefinisian tersendiri.Para sarjana memiliki penjabaran yang beragam untuk istilah ini.Setiap penjabaran mempunyai kekuatan dan kelemahan masing-masing.

Biro Pusat Statistik (BPS) misalnya menggunakan pendekatan ekonomi dalam mendefinisikan kemiskinan. Menurut BPS, orang miskin adalah orang yang tidak dapat memenuhi kebutuhan minimumnya, baik kebutuhan makanan maupun kebutuhan lainnya. Garis kemiskinan makanan adalah jumlah rupiah yang dibutuhkan agar seseorang dapat mengonsumsi 2100 kalori per hari selama sebulan.Rata-rata seorang manusia memerlukan 2100 kalori per hari agar hidup sehat.Sementara itu garis kemiskinan nonmakanan ditentukan berdasarkan perhitungan mengenai kebutuhan dasar seperti perumahan, pakaian, kesehatan, dan transportasi (Ananta, 2006).

(65)

panjang, perumahan buruk, fasilitas air bersih mahal; 2). Kemiskinan perlindungan, yakni lingkungan buruk (sanitasi, sarana pembuangan sampah, polusi), kondisi kerja buruk, tidak ada jaminan atas hak pemilikan tanah; 3). Kemiskinan pemahaman: kualitas pendidikan formal buruk, terbatasnya akses atas informasi yang menyebabkan terbatasnya kesadaran atas hak, kemampuan dan potensi untuk mengupayakan perubahan; 4). Kemiskinan partisipasi, yang berarti tidak ada akses dan kontrol atas proses pengambilan keputusan yang menyangkut nasib diri dan komunitas; 5). Kemiskinan identitas, yaitu terbatasnya perbauran antar kelompok sosial, terfragmentasi; 6). Kemiskinan kebebasan, yang ditandai dengan tingginya stres, rasa tidak berdaya, tidak aman baik di tingkat pr

Gambar

Gambar 2.1 Segitiga Kebijakan (sumber : Buse, 2009)
Gambar 2.2  Vitamin A yang diberikan kepada Balita (Depkes RI, 2009)
Tabel 2.1.Klasifikasi Status Gizi Balita
Gambar 2.3 Kartu Menuju Sehat (KMS) Tampak Bagian Depan
+7

Referensi

Dokumen terkait

fatique cenderung menurun, namun dengan teknik relaksasi Yoga penurunan yang lebih baik terjadi pada kelompok intervensi yang ditunjukan dengan perbedaan selisih penurunan skala

Sedangkan pada tabung 2 dengan pH 2 memiliki nilai densitas optik yang paling tinggi karena pencernaan BAPNA oleh pepsin akan terjadi optimal pada keadaan

Diharapkan nantinya akan diadakan Pelatihan Pemilih Pemula yang diperuntukkan khusus bagi penyandang Difabel A (Tuna Netra) usia pemilih yang masih belum pernah mengikuti

Berdasarkan analisis data yang dipapar- kan dalam deskripsi pratindakan, deskripsi pelaksanaan tindakan pada siklus I dan siklus II, dan perbandingan hasil antarsiklus,

Perubahan Pasal 1 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 mengindikasikan memberikan penegasan terhadap Pasal 4 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yaitu penegasan dianutnya sistem

Universitas Negeri

q   Cara tersebut sangat sederhana dan tidak efisien. q   Perlu cara yang

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis perubahan kinerja pedagang produk pertanian dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet dan keuntungan