• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas dapat dikemukakan saran kepada pihak-pihak berikut.

1. Guru Bahasa Indonesia

Guru diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih terkait cerpen (struktur teks dan unsur-unsur intrinsik) dan menulis cerpen supaya mampu meningkatkan keterampilan menulis cerpen dan kualitas cerpen siswa yang lebih baik lagi.

2. Siswa

Siswa diharapkan dapat memperbanyak pengetahuan tentang cerpen (struktur teks dan unsur-unsur intrinsik) dan meningkatkan latihan menulis cerpen supaya dapat menghasilkan karya yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Dalman. 2015.Keterampilan Menulis.Jakarta: Rajawali Pers.

Fananie, Zainuddin. 2002. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

F, Zulfahnur, Sayuti Kurnia, dan Zuniar Z. Adji. 1996. Teori Sastra. Jakarta: Depdikbud.

Keraf, Gorys. 1982. Argumentasi dan Narasi Komposisi Lanjutan III. Jakarta: Gramedia.

Knapp, Peter and Megan Watkins. 2005. Genre, Text, Grammar: Technologies for Teaching and Assessing Writing.Sydney :UNSW PRESS.

Maryanto, dkk. 2014. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta: Kemdikbud.

Mendrofa, Tika Sekar Alit. 2014. “Kemahiran Menulis Cerpen Ditinjau dari Unsur Intrinsik Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2013/2014”. E-Jurnal Mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji.Diakses dari http://jurnal.umrah.ac.id/. Pada 27 Januari 2016.

Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurhayati. 2011. “Meningkatkan Keterampilan Menulis Cerita Pendek dengan Bermain Imajinasi dan Mind Map Pada Siswa Kelas X SMA Smart Ekselensia Indonesia”.Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa (Online). Edisi 1. Diakses Darihttp://www.ejurnal.com/, Pada 27 Januari 2016.

Nursisto. 2000. Ikhtisar Kesusastraan Indonesia. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Pujiharto. 2012.Pengantar Teori Fiksi. Yogyakarta: Ombak.

Sumardjo, Jakob. 1997. Catatan Kecil Tentang Menulis Cerpen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tukiman. 2007.“Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerpen dengan Pendekatan Pembelajaran Terpadu (Studi pada Siswa Kelas XII IPA-3 SMA N 1 Mojolaban)”. Jurnal Pendidikan (Online). Jilid 16. No. 02. Diakses dari http://www.ejurnal.com/, pada 27 Januari 2016.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Wiyatmi. 2009.Pengantar Kajian Sastra.Yogyakarta: Pustaka Book Publiser.

Zabadi, Fairul, dkk . 2014. Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan. Jakarta: Kemdikbud.

Zuchdi, Darmiyati dkk. 1993.Panduan Penelitian Analisis Konten.Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.

Lampiran Contoh Teks Cerpen

“JURU MASAK”

KARYA DAMHURI MUHAMMAD

Perhelatan bisa kacau tanpa kehadiran lelaki itu. Gulai Kambing akan terasa hambar lantaran racikan bumbu tak meresap ke dalam daging. Kuah Gulai Kentang dan Gulai Rebung bakal encer karena keliru menakar jumlah kelapa parut hingga setiap menu masakan kekurangan santan. Akibatnya, berseraklah gunjing dan cela yang mesti ditanggung tuan rumah, bukan karena kenduri kurang meriah, tidak pula karena pelaminan tempat bersandingnya pasanganpengantin tak sedap dipandang mata, tapi karena macam-macam hidangan yang tersuguh tak menggugah selera. Nasi banyak gulai melimpah, tapi helat tak bikin kenyang. Ini celakanya bila Makaji, juru masak handal itu tak dilibatkan.

Beberapa tahun lalu, pesta perkawinan Gentasari dengan Rustamadji yang digelar dengan menyembelih tigabelas ekor kambing dan berlangsung selama tiga hari, tak berjalan mulus, bahkan hampir saja batal. Keluarga mempelai pria merasa dibohongi oleh keluarga mempelai wanita yang semula sudah berjanji bahwa semua urusan masak-memasak selama kenduri berlangsung akandipercayakan pada Makaji, juru masak nomor satu di Lareh Panjang ini. Tapi, di hari pertama perhelatan, ketika rombongan keluarga mempelai pria tiba, Gulai Kambing, Gulai Nangka, Gulai Kentang, Gulai Rebung dan aneka hidangan yang tersaji ternyata bukan masakan Makaji. Mana mungkin keluarga calon besan itu bisa dibohongi? Lidah mereka sudah sangat terbiasa dengan masakan Makaji.

“Kalau besok Gulai Nangka masih sehambar hari ini, kenduri tak usah dilanjutkan!” ancam Sutan Basabatuah, penghulu tinggi dari keluarga Rustamadji.

“Percuma bikin helat besar-besaran bila menu yang terhidang hanya bikin malu.

”Begitulah pentingnya Makaji. Tanpa campur tangannya, kenduri terasa hambar, sehambar Gulai Kambing dan Gulai Rebung karena bumbu-bumbu tak diracik oleh tangan dingin lelaki itu. Sejak dulu, Makaji tak pernah keberatan membantu keluarga mana saja yang hendak menggelar pesta, tak peduli apakah tuan rumah hajatan itu orang terpandang yang tamunya membludak atau orang biasa yang hanya sanggup menggelar syukuran seadanya. Makaji tak pilih kasih, meski ia satu-satunya juru masak yang masih tersisa di Lareh Panjang. Di usia senja, ia masih tangguh menahan kantuk, tangannya tetap gesit meracik bumbu, masih kuat ia berjaga semalam suntuk.

“Separuh umur Ayah sudah habis untuk membantu setiap kenduri di kampung ini, bagaimana kalau tanggungjawab itu dibebankan pada yang lebih muda?” saran Azrial, putra sulung Makaji sewaktu ia pulang kampung enam bulan lalu.

“Mungkin sudah saatnya Ayah berhenti,”

“Belum! Akan Ayah pikul beban ini hingga tangan Ayah tak lincah lagi meracik bumbu,” balas Makaji waktu itu.

“Kalau memang masih ingin jadi juru masak, bagaimana kalau Ayah jadi juru masak di salah satu Rumah Makan milik saya di Jakarta? Saya takingin lagi berjauhan dengan Ayah,

”Sejenak Makaji diam mendengar tawaran Azrial. Tabiat orangtua selalu begitu, walau terasa semanis gula, tak bakal langsung direguknya, meski sepahit empedu tidak pula buru-buru dimuntahkannya, mesti matang ia menimbang. Makaji memang sudah lama menunggu ajakan seperti itu. Orangtua mana yang tak ingin berkumpul dengan anaknya di hari tua? Dan kini, gayung telah bersambut, sekali saja ia mengangguk, Azrial segera memboyongnya ke rantau, Makaji tetap akan

punya kesibukan di Jakarta, ia akan jadi juru masak di Rumah Makan milik anaknya sendiri.

“Beri Ayah kesempatan satu kenduri lagi!”

“Kenduri siapa?” tanya Azrial.

“Mangkudun. Anak gadisnya baru saja dipinang orang. Sudah terlanjur Ayah sanggupi, malu kalau tiba-tiba dibatalkan,”

Merah padam muka Azrial mendengar nama itu. Siapa lagi anak gadis Mangkudun kalau bukan Renggogeni, perempuan masa lalunya. Musabab hengkangnya ia dari Lareh Panjang tidak lain adalah Renggogeni, anak perempuan tunggal babeleng itu. Siapa pula yang tak kenal Mangkudun? Di Lareh Panjang, ia dijuluki tuan tanah, hampir sepertiga wilayah kampung ini miliknya. Sejak dulu, orang-orang Lareh Panjang yang kesulitan uang selalu beres di tangannya, mereka tinggal menyebutkan sawah, ladang atau tambak ikan sebagai agunan, dengan senang hati Mangkudun akan memegang gadaian itu.

Masih segar dalam ingatan Azrial, waktu itu Renggogeni hampir tamat dari akademi perawat dikota, tak banyak orang Lareh Panjang yang bisa bersekolah tinggi seperti Renggogeni. Perempuan kuning langsat pujaan Azrial itu benar-benar akan menjadi seorang juru rawat. Sementara Azrial bukan siapa-siapa, hanya tamatan madrasah aliyah yang sehari-hari bekerja honorer sebagai sekretaris di kantor kepala desa. Ibarat emas dan loyang perbedaan mereka.

“Bahkan bila ia jadi kepala desa pun, tak sudi saya punya menantu anak juru masak!” bentak Mangkudun, dan tak lama berselang berita ini berdengung juga di kuping Azrial.

“Apa kau bilang? Jodoh? Saya tidak rela kau berjodoh dengan Azrial. Akan saya carikan kau jodoh yang lebih bermartabat!”

“Apa dia salah kalau ayahnya hanya juru masak?”

“Jatuh martabat keluarga kita bila laki-laki itu jadisuamimu. Paham kau?”

Derajat keluarga Azrial memang seumpama lurah tak berbatu, seperti sawah tak berpembatang, tak ada yang bisa diandalkan. Tapi tidak patut rasanyaMangkudun memandangnya dengan sebelah mata. Maka, dengan berat hati Azrial melupakan Renggogeni. Ia hengkang dari kampung, pergi membawa luka hati.

Awalnya ia hanya tukang cuci piring di Rumah Makan milik seorang perantau dariLareh Panjang yang lebih dulu mengadu untung di Jakarta. Sedikit demi sedikit dikumpulkannya modal, agar tidak selalu bergantung pada induk semang. Berkat kegigihan dan kerja keras selama bertahun-tahun, Azrial kini sudah jadi juragan, punya enam Rumah Makan dan duapuluh empat anak buah yang tiap hari sibuk melayani pelanggan.

Barangkali, ada hikmahnya juga Azrial gagal mempersunting anak gadis Mangkudun. Kini, lelaki itu kerap disebut sebagai orang Lareh Panjang paling sukses di rantau. Itu sebabnya ia ingin membawa Makaji ke Jakarta. Lagi pula, sejak ibunya meninggal, ayahnya itu sendirian saja di rumah, tak ada yang merawat, adik-adiknya sudahterbang-hambur pula ke negeri orang.

Meski hidup Azrial sudah berada, tapi ia masih saja membujang.Banyak yang ingin mengambilnya jadi menantu, tapi tak seorang perempuan pun yang mampu luluhkan hatinya. Mungkin Azrial masih sulit melupakan Renggogeni, atau jangan-jangan ia tak sungguh-sungguh melupakan perempuan itu.

Kenduri di rumah Mangkudun begitu semarak. Dua kali meriam ditembakkan ke langit, pertanda dimulainya perhelatan agung. Tak biasanya pusakapeninggalan sesepuh adat Lareh Panjang itu dikeluarkan. Bila yang menggelar kenduri bukan orang berpengaruh seperti Mangkudun, tentu tak sembarang dipertontonkan. Para tetua kampung menyiapkan pertunjukan pencak guna menyambut kedatangan mempelai pria. Para pesilat turut ambil bagian memeriahkan pesta perkawinan anak gadis orang terkaya di Lareh Panjang itu. Maklumlah, menantu Mangkudun bukan orang kebanyakan, tapi perwira muda kepolisian yang baru dua tahun bertugas, anak bungsu pensiunan tentara, orang disegani di kampung sebelah. Kabarnya, Mangkudun sudah banyak membantu laki-laki itu, sejak dari sebelum ia lulus di akademi kepolisian hingga resmi jadi perwira muda. Ada yang bergunjing, perjodohan itu terjadi karena keluarga pengantin pria hendak membalas jasa yang dilakukan Mangkudun di masa lalu. Aih, perkawinan atas dasar hutang budi.

Mangkudun benar-benar menepati janji pada Renggogeni, bahwa ia akan carikan jodoh yang sepadan dengan anak gadisnya itu, yang jauh lebihbermartabat. Tengoklah, Renggogeni kini tengah bersanding dengan Yusnaldi, perwira muda

polisi yang bila tidak ‘macam-macam’ tentu karirnya lekas menanjak. Duh, betapa beruntungnya keluarga besar Mangkudun. Tapi, pesta yang digelar dengan menyembelih tiga ekor kerbau jantan dan tujuh ekor kambing itu tak begitu ramai dikunjungi. Orang-orang Lareh Panjang hanya datang di hari pertama, sekedar menyaksikan benda-benda pusaka adat yang dikeluarkan untuk menyemarakkan kenduri, setelah itu mereka berbalik meninggalkan helat, bahkan ada yang belum sempat mencicipi hidangantapi sudah tergesa pulang.

“Gulai Kambingnya tak ada rasa,” bisik seorang tamu.

“Kuah Gulai Rebungnya encer seperti kuah sayur Toge. Kembung perut kami dibuatnya,”

“Dagingnya keras, tidak kempuh. Bisa rontok gigi awak dibuatnya,”

“Masakannya tak mengeyangkan, tak mengundang selera.”

“Pasti juru masaknya bukan Makaji!”

Makin ke ujung, kenduri makin sepi. Rombongan pengantar mempelai pria diam-diam juga kecewa pada tuan rumah, karena mereka hanya dijamu dengan menu masakan yang asal-asalan, kurang bumbu, kuah encer dan daging yang tak kempuh. Padahal mereka bersemangat datang karena pesta perkawinan di Lareh Panjang punya keistimewaan tersendiri, dan keistimewaan itu ada pada rasa masakan hasil olah tangan juru masak nomor satu. Siapa lagi kalau bukan Makaji?

“Kenapa Makaji tidak turun tangan dalam kenduri sepenting ini?” begitu mereka bertanya-tanya.

“Sia-sia saja kenduri ini bila bukan Makaji yang meracik bumbu,”

“Ah, menyesal kami datang ke pesta ini!”

***

Dua hari sebelum kenduri berlangsung, Azrial, anak laki-laki Makaji, datang dari Jakarta. Ia pulang untuk menjemput Makaji. Kini, juru masak itu sudah berada di Jakarta, mungkin tak akan kembali, sebab ia akan menghabiskan hari tua di dekat anaknya. Orang-orang Lareh Panjang telah kehilangan juru masak handal yang pernah ada di kampung itu. Kabar kepergian Makaji sampai juga ke telinga pengantin baru Renggogeni. Perempuan itu dapat membayangkan betapa terpiuh-piuhnya perasaan Azrial setelah mendengar kabar kekasih pujaannya telah dipersunting lelaki lain.

Sumber:

https://andriasetiawan.wordpress.com/2014/09/09/cerpen-juru-masak-karya-damhuri-muhammad

Lampiran Daftar Cerpen Siswa

Tabel 6. Daftar Cerpen Siswa Kelas VII SMP/MTs Negeri Se-Kecamatan Piyungan Bantul Yogyakarta yang merupakan Data Terpilih

No Judul Cerpen Kode

1 Pergi ke Rumah Kakek dan Nenek C1

2 Liburan Impianku C2

3 Berlibur ke Pantai Parang Tritis C3

4 Liburan Bersama Sahabat C4

5 Liburan Ke Pantai C5

6 Bahagia Itu Gak Harus Mahal C6

7 Misteri Bukit Sunyi C7

8 Liburan Panjang Sekolah C8

9 Ke Rumah Paman C9

10 Liburan Bersama Teman-Teman Alumni SD C10

11 Rumah Dome Teletubbies C11

12 Study Tour ke Semarang C12

13 Berwisata Ke Pantai Parang Tritis C13

14 Makam Sunan Geseng Jolosutro C14

15 Liburan ke Pantai Parang Tritis C15

16 Truk Sampah C16

17 Pergi ke Pasar Malam C17

18 Berkemah C18

19 Kejutan di hari Ulang Tahunku C19

20 Doeloe Sekarang C20

21 Kurcaci dan Peramal C21

22 Arti Sebuah Waktu C22

23 Hukuman Untukku C23

24 Pantang Menyerah untuk Sekolah C24

25 Selamat Hari Ibu C25

26 Perjuangan Sang Ibu C26

27 Untuk Kamu yang Sempat Hadir C27

28 Teman Sejati C28

29 Dua Sahabat C29

30 Dolphina Si Anak Laut C30

31 Mendapat Teman Baru C31

32 Sahabat yang Berarti, namun telah Dahulu Pergi C32

33 Belajar Di Rumah Puput C33

34 Bermain di rumah Intan Suryana C34

35 Ultah Sahabatku C35

36 Jatuh dari Sepeda C36

37 Berlibur ke Puncak C37

39 Bermain di Rumah Siska C39

40 Bermain di Rumah Asna C40

41 Setaditur di Candi Sambisari C41

42 Pantai Indrayanti C42

43 Desa Wisata Bobung C43

44 Liburan ke Gembira Loka dan Taman Pintar C44

82 1 Abstrak Ringkasan atau intisari cerita C1, C3, C5, C6, C8, C9, C10, C11, C12, C13, C14, C15, C17, C18, C19, C28, C31, C32, C33, C37, C38, C40, C41, C42, C43, C44.

26 57,78 % “Pada hari minggu aku diajak bapakku ke rumah kakek dan neneku untuk menjenguk keadaan mereka.” (cerpen C1)

“Pada hari minggu saat liburan sekolah, saya dan teman-teman saya berlibur ke pantai Parangtritis dan pantai Depok.” (cerpen C5)

“Namaku Riffat R Alhafiy, biasa dipanggil Riffat. Liburan sekolah kali ini aku dan sepupuku berencana pergi ke rumah paman di pemalang.”(Cerpen C9)

“Pada saat liburan kelulusan temanku yang bernama Rahestya mengajak pergi bersepeda pada Minggu pagi ke rumah dome teletubbies.” (cerpen C11)

“Pada libur ukk kenaikan kelas, aku dan semua keluargaku pergi ke pantai parang tritis.”(Cerpen C13)

83 temanku pergi ke rumah Puput untuk mengerjakan tugas sekolah.”(Cerpen C37) “Pada liburan sekolah beberapa tahun yang lalu saya berkeinginan untuk belajar naik sepeda.”(Cerpen C40)

“Pada hari libur aku dan keluargaku berlibur ke puncak.”(Cerpen C41)

“Pada saat masih berusia 6 tahun aku sudah diajarkan tentang permainan bulu tangkis oleh ayahku.”(Cerpen C42)

“Pada hari jumat, aku dan temanku pergi ke rumah Sisca untuk mengecat pagar yang sudah aku buat.”(Cerpen C43) “Pada hari minggi saya bermain di rumah Asna untuk membuat gapura dan pagar.”(Cerpen C44)

84 1 Orientasi Pengenalan

tokoh

Semua cerpen 45 100 % “Namaku Riffat R Alhafiy, biasa dipanggil Riffat. Liburan sekolah kali ini aku dan sepupuku berencana pergi ke rumah paman di pemalang. Pamanku tinggal di sebuah desa kecil yang hidup damai dan tentram, yaitu desa banyumudal.”(cerpen C9)

“Pada malam minggu aku, Rani, Lia, dan Anis pergi ke pasar malam yang tak jauh dari desa.”(Cerpen C17)

“Seorang kurcaci duduk di depan pintu rumahnya. Ia terlihat murung dan lesu.”(Cerpen C21)

“Namaku Angeli Kasih Arianti, pangilannya kasih. Sewaktu aku masih bayi, mamaku selalu membawaku ke sebelah rumahku, karena ada temanku di sana. Namanya Zian, umur kami beda 3 bulan saja, Zian lahir bulan 4 dan kasih

85 C34)

“Namaku May Puspita Sari. Pengalaman ini terjadi saat aku duduk di kelas 5 bangku Sekolah Dasar.”(Cerpen C35) “Pada hari minggu Aku dan teman -temanku pergi ke rumah Puput untuk mengerjakan tugas sekolah. Setiba di sana ada banyak teman-temanku terdiri dari: Aku, Intan Suryana, Puput, Intan Puspita, Ersavina, Vita, Lala, Vella, dan Azna.”(Cerpen C37)

Latar tempat Semua cerpen 45 100 % “Pada hari minggu saat liburan sekolah, saya dan teman-teman saya berlibur ke pantai parangtritis dan pantai depok.”(Cerpen C5)

“Pada hari minggu saya pergi berlibur ke Pantai Parangtritis.”(Cerpen C15)

86 “Pada hari libur aku dan keluargaku berlibur ke Puncak. Mengapa aku dan keluargaku memilih berlibur ke Puncak, karena di sana pemandangannya sangat indah dan sejuk.” (cerpen C41)

“Jumat yang sangat cerah. Banyak burung berkicauan merdu, banyak bus berderetan di depan sekolahku. Banyak teman-teman dan para guru yang sedang berkumpul menunggu waktunya berangkat ke Candi Sambisari.”(Cerpen C45)

Latar waktu Semua cerpen 45 100 % “Pada hari minggu saat liburan sekolah, saya dan teman-teman saya berlibur ke pantai parangtritis dan pantai depok. Saya dan teman saya berangkat jam 08.00 dengan mengendarai motor.”(Cerpen C5) “Pada tanggal 26-27 April 201 SMP 2 Piyungan mengadakan kemah yang wajib diikuti kelas 7. Pukul 07.30 saya sudah

87 “Pada saat libur sekolah hari Minggu tanggal 3 April 2016, kami sekeluarga berlibur ke gembira loka dan taman pintar. Kami membawa bekal sendiri dan pergi dengan menggunakan mobil pribadi.” (cerpen C33)

“Pada hari libur aku dan keluargaku berlibur ke Puncak. Mengapa aku dan keluargaku memilih berlibur ke Puncak, karena di sana pemandangannya sangat indah dan sejuk.” (cerpen C41)

88 1 Komplikasi Konflik C2, C3, C4, C6, C7, C8, C10, C12, C16, C18, C19, C21, C22, C23, C24, C25, C26, C27, C28, C29, C30, C34, C35, C39, C40

25 55,56 % “Pada saat ia akan mengambil dompet di dalam tasnya, ia sangat terkejut. Uang yang ada di dalam tasnya tidak ada, yang tersisa hanya dompet kecil yang ia gunakan untuk menyimpan uangnya itu. Pada saat itu, mawar langsung menangis”(Cerpen C2)

“Saat saya dan teman saya berjalan tanpa ada lampu satupun yang menyala, ternyata kelompok saya tersesat.”(Cerpen C18)

“Di kegelapan malam aku dan ketiga temanku memberanikan diri untuk masuk. Eh...., di tengah-tengah langkah yaitu pas di depan pintu kita dikejutkan mirip sebuah guling yang diikat dan digelantungkan. Kita serempak menjerit ketakutan.”(Cerpen C19)

“Suatu ketika, Danu diberi sebuah surat dari Pak danang, guru Danu. Surat itu ia berikan kepada Ayahnya, ternyata isi surat

89 “Tapi kata ibu saya enggak usah takut naik sepedanya karena ibu di belakangnya, ya udah saya menuruti apa kata iu saya lalu saya menaikinya dan mengayuh sepedanya sampai bisa. Akhirnya saya bisa menaikinya lalu saya mengayuhnya sendiri tanpa ibu saya. Enggak lama kemudian saya jatuh dari sepeda dan terluka-luka.”(cerpen C40) Non konflik C1, C5, C9, C11, C13, C14, C15, C17, C20, C31, C32, C33, C36, C37, C38, C41, C42, C43, C44, C45

20 44,44 % “Di sana kami makan sambil nonton tv. Kakekku bercerita bahwa di sana sedang musim durian. Tetapi karena sudah malam kami tidak memetik durian. Karena aku menginap di sana kami akan memetiknya besok.”(cerpen C1)

“Pantai parangtritis adalah sebuah pantai di pesisir Samudra Hindia yang berada di Yogyakarta, kurang lebih 27 kilometer sebelah selatan kota Yogyakarta. Pantai Parangtritis ini mempunyai keunikan pemandangan yang tidak bisa kita

“Kami berbincang-bincang dengan paman. “Bagaimana keadaan di rumah? Tanya paman kepadaku. “baik, kalau di sini bagaimana,”tanyaku. “di sini juga baik-baik saja.” Aku lalu ke kamar mandi karena aku ingin buang air kecil.”(cerpen C9

“Setelah puas di Goa Watu Joglo kami melanjutkan perjalanan ke tujuan kedua kami, yaitu pergi ke tempat kerajinan topeng. Di sana kami melihat langsung bagaimana cara membuat topeng.”(cerpen C32)

“Pengelolaan Bonbin Gembira Loka saat ini terlihat lebih profesional. Ada obyek-obyek kunjungan baru, seperti Diorama flora dan fauna serta taman burung. Nah di dua obyek ini adalah obyek yang paling disenangi oleh anak-anak.”(cerpen C33)

1 Evaluasi Penurunan masalah C2, C3, C4, C6, C7, C8, C10, C12, C16, C18, C19, C21, C22, C23, C24, C25, C26, C27, C28, C29, C30, C34, C35, C39, C40

25 55,56 % “Sang sopir hanya tersenyum dan melambaikan pada orang itu. Saya heran dengan sikapnya. Saya bertanya, knapa anda melakukan itu? Orang itu hampir saja merusak dan hampir saja mengirim kita ke sebuah rumah sakit! Saat itu saya belajar dari sopir taksi itu mengenai apa yang disebut hukum Truk Sampah.” (cerpen C16)

“Tiba-tiba ada kelopok lain yang menyusul kemudian dia memberitahu arah jalan yang benar.”(Cerpen C18)

“Aku tidak tahu kalau hari ini adalah hari ulang tahunku. Aku ternyata dikerjain sama ortuku, teman-temanku, dan guruku juga. Ya ampun sampai terharu aku melihatnya.”(Cerpen C19)

1 Resolusi Penutup cerita C1, C2, C3, C4, C5, C6, C7, C8, C9, C10, C11, C12, C13, C14, C15, C17, C18, C19, C22, C23, C24, C25, C27, C28, C29, C30, C31, C32, C33, C34, C35, C36, C37, C38, C39, C40, C42, C43, C44, C45

40 88,89% “Setelah selesai aku disuruh mandi. Kemudian kami bersiap untuk pulang. Akupun bersalaman dengan kakek dan nenekku. Lalu kami pulang.”(Cerpen C1) “Selepas bersiap-siap aku bermain handphone, Syauqi tidur. Sore telah tiba. Ayahku sudah memanggilku. Kami segera pulang meningalkan rumah pamanku yang sangat tentram penduduknya.”(Cerpen C9)

“Sebelum pulang aku membeli arum manis untuk dimakan di rumah. Kami sangat senang sekali karena bisa bermain bareng di pasar malam.”(Cerpen C17)

“Pengalaman inilah yang sulit ku lupakan sampai saat ini, ternyata kemah dapat mendidik kita menjadi mandiri.”(Cerpen C18)

apapun yang kita lakukan tidak sebanding dengan cinta yang ia miliki.”(cerpen C26)

1 Koda Amanat langsung

C16, C20, C21, C26, C41

5 11,11 % “Jangan diambil hati, senyum saja, lambaikan tangan, lanjutkan hidup.jangan pungut sampah mereka untuk kembali membuangnya kepada orang lain yang anda temui di suatu tempat kerja/di rumah maupun di dalam perjalanan.”(Cerpen C16)

“Jika dibandingkan ingatan orang dulu dan sekarang, lebih baik ingatan orang dulu. Jika orang dulu lebih mengingat ke pelajaran, zaman sekarang yang diingat

Dokumen terkait